Salsabila Khairunnisa
Universitas Padjajaran
salsakhrnnsa@gmail.com
Nunung Nurwati
Univesitas Padjajaran
nngnurwati@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang pengaruh pernikahan pada usia dini terhadap peluang bonus
demografi tahun 2030. Adapun yang menjadi tujuan dari studi ini yaitu untuk mengetahui faktor dan dampak yang
timbul dari pernikahan dini terhadap bonus demografi. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari beberapa literatur seperti jurnal maupun berita mengenai data pernikahan dini dan
bonus demografi di Indonesia sebagai bahan referensi yang relevan. Hasil analisis menunjukan bahwa adanya
pernikahan dini dapat mempengaruhi tingkat pendidikan, akibatnya tingkat pendidikan yang rendah juga berdampak
terhadap kemampuan (skill) penduduk usia produktif sehingga kualitas generasi muda yang melangsungkan
pernikahan pada usia dini akan menjadi rendah, pernikahan dini juga menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk
namun tidak diikuti kualitas SDM yang unggul sehingga hanya akan menjadi beban bagi pembangunan Negara.
Selain itu juga, pernikahan dini hanya akan menimbulkan penggangguran dibanding menjadi peluang terhadap
bonus demografi.
Kata kunci : Pernikahan dini, bonus demografi, sumber daya manusia, pendidikan
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of marriage at an early age on the opportunity for demographic dividend in
2030. The purpose of this study is to determine the factors and impacts arising from early marriage on demographic
dividend. The data collection process is carried out using secondary data obtained from several literatures such as
journals and news about early marriage data and demographic dividend in Indonesia as relevant reference material.
The results of the analysis indicate that the existence of early marriage can affect the level of education, as a result
the low level of education also affects the ability (skills) of the productive age population so that the quality of the
younger generation who hold marriages at an early age will be low, early marriage also causes an increase in the
population but not followed by the quality of superior human resources so that it will only become a burden for the
country's development. In addition, early marriage will only lead to unemployment rather than an opportunity for
demographic dividend.
PENDAHULUAN
kelahiran (fertilitas) yang tinggi di dalam 64 tahun) di Indonesia akan lebih besar
suatu negara dapat menimbulkan banyak dibanding jumlah penduduk usia muda dan
dampak negatif, salah satunya akan terjadi lanjut usia. Besarnya proporsi penduduk usia
ledakan penduduk (BKKBN, 2011). produktif tersebut menjadi peluang terhadap
Peningkatan jumlah penduduk yang tak perekonomian suatu negara, karena semakin
terkendali tetapi tidak sertai dengan kualitas banyak jumlah angkatan kerja (produktivitas)
Sumber Daya Manusia yang baik hanya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
akan menjadi beban bagi negaranya. yang lebih baik pula. Namun pada saat yang
sama bonus demografi juga dapat menjadi
Terjadinya pernikahan dini yang terus ancaman bagi indonesia apabila tidak diikuti
menerus akan menimbulkan dampak bagi dengan kualitas SDM yang baik. Melihat
bonus demografi suatu negara. Hal ini permasalahan tersebut, perilaku menikah di
menandakan bahwa maraknya pernikahan usia muda yang banyak terjadi dapat
usia dini di Indonesia dapat mempengaruhi memberikan dampak terhadap peluang
pula bagi penduduk usia produktif di bonus demografi di masa yang akan datang.
Indonesia pada masa yang akan datang. Maka dari itu, penulis membuat artikel ini
Melalui bonus demografi yang yang bertujuan untuk melihat pengaruh
diproyeksikan akan terjadi pada tahun 2030- pernikahan usia dini terhadap bonus
2040 jumlah penduduk usia produktif (15- demografi yang akan terjadi di indonesia
pernikahan dini dan bonus demografi, serta dengan yang dikemukakan oleh Soemijati
data-data informasi mengenai pernikahan (dalam bachtiar, 2004) bahwa pernikahan
dini dan proyek bonus demografi 2020 yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan hajat
terjadi di Indonesia sebagai bahan rujukan tabiat kemanusiaan, melakukan hubungan
yang relevan. Berdasarkan sumber data antara laki-laki dan perempuan dalam
sekunder ini bertujuan untuk memperoleh rangka mewujudkan keluarga bahagia yang
beberapa pengertian secara teoritis dan melibatkan cinta dan kasih sayang,
mendalami berbagai informasi mengenai memperoleh keturunan yang sah dengan
permasalahan sosial. mengikuti ketentuan-ketentuan yang sesuai
dengan hukum.
ii. Tinjauan Teoritis
A. Pernikahan Usia Dini Batas Umur Pernikahan
Pernikahan
Dalam melangsungkan sebuah pernikahan,
Pernikahan menurut Sigelman (2003) adalah penentuan batas umur sangatlah penting
sebuah hubungan antara dua orang yang untuk mewujudkan pernikahan yang kekal
berbeda jenis kelamin yakni suami dan istri. dan bahagia serta mencegah adanya
Dalam sebuah hubungan tersebut, terdapat pernikahan dini. Karena pernikahan pada
peran serta tanggung jawab yang diperlukan usia muda, umumnya secara biologis dan
antara pasangan suami dan istri, yang psikologis mereka belum matang
didalamnya juga melibatkan keintiman, sepenuhnya, selain itu emosi pada anak
pertemanan, persahabatan, perhatian dan remaja belum stabil sehingga seringkali
kasih sayang, pemenuhan untuk seksual dan terjadi pertengkaran dan perceraian.
berperan sebagai orang tua. Hal ini sejalan Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
dengan yang dikatakan oleh Gardiner & Undang-Undang Perkawinan Pasal 6 Ayat (2)
Myers (dalam Papalia, Olds & Feldman, tentang syarat-syarat perkawinan yang
2004) bahwa melalui pernikahan seseorang menyatakan bahwa untuk melangsungkan
dapat memberikan sebuah hubungan seksual, perkawinan seseorang yang belum mencapai
keintiman, komitmen, persahabatan, kasih umur 21 (duapuluh satu) tahun harus
sayang dan cinta, pemenuhan hasrat seksual, mendapat izin kedua orang tua. Dengan kata
pertemanan dan peluang dalam lain, pernikahan yang dilakukan seseorang
pengembangan emosional seperti sumber dibawah usia 21 tahun harus mendapat izin
baru bagi identitas dan kepercayaan diri terlebih dahulu, sehingga pernikahan pada
yang baru. usia muda yang terjadi menjadi keputusan
dari orang tua nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun
1974 pasal 1, Perkawinan diartikan sebagai Pengertian Usia Muda
sebuah ikatan secara lahir dan batin antara (Remaja)
seorang laki-laki dan perempuan sebagai
suami dan istri dengan tujuan untuk Menurut Papalia dan Olds (dalam Putro,
membentuk keluarga atau rumah tangga 2017) masa remaja itu sendiri diartikan
yang bahagia dan kekal berdasarkan pada sebagai masa transisi perkembangan antara
Ketuhanan Yang Maha Esa. Merujuk pada masa kanak-kanak dengan masa dewasa
pengertian tersebut terlihat jelas bahwa yang umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tujuan dari pernikahan adalah untuk tahun dan akan berakhir pada usia akhir
membentuk keluarga atau rumah tangga belasan tahun atau awal dua puluh tahun.
yang bahagia dan kekal berdasarkan Gunarsa (2006 : 196) juga memberikan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sama halnya definisi remaja yaitu seseorang yang
50
mengalami masa transisi atau peralihan dari Pada dasarnya pernikahan dini merupakan
masa kanak-kanak menuju masa dewasa, pernikahan yang dilakukan oleh seseorang
yakni antara 12 atau 13 tahun hingga pada saat usia muda. Menurut WHO
mencapai usia 20 tahun. Sama halnya pernikahan usia muda adalah sebuah ikatan
dengan teori yang dikemukakan Santrock lahir dan batin antara seorang suami dan istri
( 2003), bahwa masa remaja adalah masa pada usia yang masih belia atau remaja.
dimana perkembangan transisi antara masa Pernikahan dini juga dapat diartikan sebagai
kanak-kanak dan dewasa yang meliputi pernikahan yang dilakukan oleh pasangan
perubahan biologis, kognitif dan sosialnya. atau salah satu pasangannya masih berada
Usia remaja dimulai sekitar usia 10-13 tahun dalam kategori remaja yang berusia dibawah
dan berakhir pada usia usia 18 sampai 22 19 tahun. Sedangkan menurut BKKBN
tahun. perkawinan usia muda adalah perkawinan
yang dilakukan dibawah usia 20 tahun.
Menurut WHO terdapat tiga kriteria yang (Hanum & Tukiman, 2015).
mendefinisikan remaja secara konseptual
yaitu biologis, psikologi, dan sosial ekonomi. Menurut UNICEF (2011) bahwa pernikahan
Ketiga kriteria tersebut dapat dijabarkan dini merupakan pernikahan yang dilakukan
sebagai berikut; (i) individu berkembang kurang dari 18 tahun dalam kata lain,
saat pertama kali ia menununjukkan tanda- pernikahan yang terjadi pada masa remaja.
tanda seksual sekundernya sampai saat ia Adanya pernikahan dini sangat bertentangan
mencapai kematangan seksual, (ii) individu dengan hak anak untuk mendapat
yang mengalami perkembangan psikologis dan pendidikan, kesehatan, kebebasan dalam
pola identifikasi dari anak-anak menjadi berekspresi. Sementara Dlori (2005)
dewasa, dan (iii) terjadi peralihan dari mengartikan pernikahan dini sebagian
ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh sebuah perkawinan yang dilakukan dibawah
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. umur, dimana target persiapannya belum
(Putro, 2017). dapat dikatakan maksimal baik itu persiapan
fisik, mental maupun persiapan materi. Oleh
Zakiya Daradjat juga memberikan definisi karena itu, pernikahan dini bisa dikatakan
mengenai remaja, yaitu anak yang berada sebagai pernikahan yang terburu-buru, sebab
pada masa perlaihan dari masa anak-anak segala sesuatunya belum dipersiapkan secara
menuju usia dewasa. Pada masa peralihan matang.
ini kerap kali terjadi percepatan
pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Faktor-Faktor Pendorong
Jika dilihat dari bentuk badan, sikap, cara Pernikahan Dini di Indonesia
berpikir dan bertindak mereka bukan lagi
anak-anak, namun belum juga dapat Menurut Hollean dalam Suryono terjadinya
dikatakan sebagai orang dewasa. (Abu Al- pernikahan pada usia dini disebabkan oleh
Ghifari, 2004 dalam Yulianti, 2010). beberapa factor seperti masalah ekonomi
Dengan demikian berdasarkan pernyataan keluarga, orang tua dari pihak perempuan
yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat akan meminta masyarakat kepada keluarga
disimpulkan bahwa masa remaja merupakan laki-laki jika ingin mengawinkan anak
masa peralihan dari usia anak menuju usia perempuannya. Karena dengan menikahi
dewasa yang didalamnya terjadi proses anak perempuannya, tanggungan keluarga
perkembangan fisik maupun psikologisnya. tersebut akan berkurang. Sementara itu RT.
Akhmad Jayadiningrat (dalam Adhim, 2002)
Pernikahan Dini juga mengungkapkan beberapa penyebab
utama dari pernikahan usia dini yaitu adanya
51
keinginan untuk segera mendapatkan anak meskipun masih terlalu muda (Yulianti,
tambahan anggota keluarga, tidak adanya 2010).
pengetahuan mengenai akibat dari
perkawinan terlalu muda, sifat lama orang Dampak yang ditimbulkan
jawa yang tidak mau menyimpang dari dari Pernikahan Dini
ketentuan adat. Kebanyakan orang tua yang Menurut (Hadiono, 2018) dalam jurnal yang
berasal dari pedesaan akan tetap berjudul ‘Pernikahan Dini Dalam Perspektif
mengawinkan anaknya yang masih muda Psikologi Komunikasi’ menyatakan bahwa
hanya karena mengikuti tradisi yang telah pernikahan dini dapat menimbulkan dampak
ada (Yulianti, 2010). negative yaitu :
Selain itu juga terdapat beberapa faktor 1) Dalam segi Pendidikan, Pernikahan
lainnya yang menjadi penyebab terjadinya pada usia yang masih muda tentu
pernikahan usia muda yang sering dijumpai akan membawa berbagai dampak
di lingkungan masyarakat yaitu : a) Faktor terutama dalam dunia pendidikan.
ekonomi, dimana perkawinan usia muda Sebagai contoh, jika seseorang yang
terjadi karena keadaan ekonomi keluarga melakukan pernikahan saat baru
yang hidup di garis kemiskinan, sehingga lulus SMP atau SMA, akan
cara untuk meringankan beban orangtuanya menurunkan keinginannya dalam
dengan mengawinkan anak perempuannya mencapai jenjang Pendidikan yang
kepada orang yang dianggap lebih mampu, b) lebih tinggi. Hal ini terjadi karena
Faktor pendidikan, rendahnya tingkat motivasi belajar yang dimiliki akan
pendidikan dan pengetahuan orang tua, anak mengendur atau memudar karena
dan masyarakat mengenai dampak buruk terbaginya tugas antara Pendidikan
pernikahan dini menyebabkan masih adanya dan keluarga setelah menikah nanti.
kecenderungan untuk menikahkan anaknya Dengan kata lain, pernikahan dini
yang masih dibawah umur tanpa berpikir menjadi factor penghambat
panjang dampak yang akan terjadi terjadinya proses pendidikan dan
kedepannya c) Faktor orang tua, kurangnya pembelajaran seorang anak.
kasih sayang dan perhatian yang diberikan 2) Dalam segi Kesehatan, Perempuan
orang tua dapat menyebabkan anak yang menikah di usia dini (kurang
terjerumus kedalam seks diluar nikah. dari 15 tahun) memiliki banyak
Sehingga orang tua harus segera resiko. Ada dua dampak Kesehatan
menikahkan anaknya dalam usia muda, d) yang ditimbulkan yaitu dampak pada
Media massa, Gencarnya ekspose seks di kandungan dan kebidanannya, salah
media massa menyebabkan remaja modern satunya penyakit infeksi pada
dengan mudah untuk mengaksesnya e) kandungan dan kanker mulut rahim.
Faktor adat/budaya, Pada dasarnya faktor Hal ini terjadi karena organ
dari budaya lah yang menjadi penyebab reproduksi remaja perempuan belum
paling dominan, dimana bagi masyarakat berfungsi secara matang.
tertentu masih memegang prinsip bahwa
anak perempuan yang belum menikah Selain itu, pernikahan di usia muda juga
sampai usia 25 tahun keatas akan dianggap dapat berdampak pada hal lain. Menurut
sebagai perawan tua sehingga masing- Rosaliadevi (2012 dalam Hanum &
masing dari orang tua ingin cepat-cepat Tukiman, 2015) dampak adanya perkawinan
menikahkan anaknya tanpa melihat usia usia muda antara lain:
52
Data pada tabel 1.2. menunjukkan bahwa Pendidikan memiliki peranan yang penting
pada kelompok perempuan usia 20-24 tahun, dalam menciptakan sumber daya manusia
yang melangsungkan pernikahan pada usia yang berkualitas dan terampil. Tingkat
setelah 18 tahun memiliki rata-rata waktu pendidikan seseorang dapat menentukan
yang lama untuk menempuh pendidikan kapasitas dan kapabilitas seseorang untuk
sekolah yang lebih tinggi yaitu mencapai menjadi sumber daya manusia yang unggul.
kelas 9 atau setara 3 SMP, berbeda dengan Negara yang mempunyai sumber daya
perempuan yang menikah sebelum usia 18 manusia yang melimpah namun tidak
tahun hanya menempuh pendidikan sekolah kompeten hanya akan menambah beban itu
sampai pada kelas 7 atau setara 1 SMP. sendiri. Hal ini kemudian akan
Sementara itu, penduduk laki-laki dengan mengakibatkan pembangunan dan
kelompok umur yang sama, memiliki rata- pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan.
rata waktu pendidikan sekolah yang telah
ditempuh oleh laki-laki yang menikah pada Kondisi pernikahan dini yang banyak terjadi
usia sebelum 18 tahun hanya sampai kelas 8 di Indonesia dapat menjadi penghambat
atau setara 2 SMP, berbeda dengan laki-laki dalam upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Pernikahan dini
yang menikah pada usia 18 tahun keatas menyebabkan hilangnya hak anak dalam
mencapai kelas 9 atau setara 3 SMP. Artinya, memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
rata-rata jenjang pendidikan yang Hal ini dikarenakan anak tersebut, memiliki
ditamatkan oleh kelompok baik perempuan peran dan tanggung jawab baru untuk
maupun laki-laki usia 20-24 tahun yang mengurus rumah tangga dan keluarga,
menikah sebelum usia 18 tahun hanya sehingga banyak anak yang mengalami
menyelesaikan pendidikan sekolah hingga putus sekolah.
tingkat Sekolah Dasar (SD), sedangkan
perempuan dan laki-laki yang menikah pada Pada dasarnya, dalam meningkatkan sebuah
usia 18 tahun keatas dapat menyelesaikan sumber daya manusia yang berkualitas,
pendidikannya hingga tingkat Sekolah diperlukan berbagai potensi seperti,
Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut kemampuan dalam berpikir, kreatif, maupun
mengindikasikan bahwa anak perempuan inovatif., sikap (attitude), Dimana ketiga
dan laki-laki yang menikah pada usia dini potensi tersebut berkaitan dengan intelegensi
cenderung memiliki tingkat pendidikan yang dan kreativitas yang dimiliki seseorang.
lebih rendah dibanding mereka yang Setiap individu memiliki intelegensi yang
menikah pada usia dewasa. berbeda satu sama lain. Tingginya tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap
57
Muntamah, A. L., Latifiani, D., & Arifin, R. Surakhmad, W. (1985). Pengantar Penelitian
(2019, Juni). Pernikahan Dini Di Ilmiah : Dasar, Metode, dan Teknik.
Indonesia: Faktor dan Peran
Pemerintah (Perspektif Penegakan UNICEF, BPS, PUSKAPA, & BAPPENAS.
dan Perlindungan Hukum Bagi (2020). Pencegahan Perkawinan
Anak). Widya Yuridika Jurnal Anak : Percepatan Yang Tidak Bisa
Hukum,, 2 No.1. Ditunda. Jakarta.