Anda di halaman 1dari 15

45

PENGARUH PERNIKAHAN PADA USIA DINI TERHADAP PELUANG


BONUS DEMOGRAFI TAHUN 2030

Salsabila Khairunnisa
Universitas Padjajaran
salsakhrnnsa@gmail.com

Nunung Nurwati
Univesitas Padjajaran
nngnurwati@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang pengaruh pernikahan pada usia dini terhadap peluang bonus
demografi tahun 2030. Adapun yang menjadi tujuan dari studi ini yaitu untuk mengetahui faktor dan dampak yang
timbul dari pernikahan dini terhadap bonus demografi. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari beberapa literatur seperti jurnal maupun berita mengenai data pernikahan dini dan
bonus demografi di Indonesia sebagai bahan referensi yang relevan. Hasil analisis menunjukan bahwa adanya
pernikahan dini dapat mempengaruhi tingkat pendidikan, akibatnya tingkat pendidikan yang rendah juga berdampak
terhadap kemampuan (skill) penduduk usia produktif sehingga kualitas generasi muda yang melangsungkan
pernikahan pada usia dini akan menjadi rendah, pernikahan dini juga menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk
namun tidak diikuti kualitas SDM yang unggul sehingga hanya akan menjadi beban bagi pembangunan Negara.
Selain itu juga, pernikahan dini hanya akan menimbulkan penggangguran dibanding menjadi peluang terhadap
bonus demografi.

Kata kunci : Pernikahan dini, bonus demografi, sumber daya manusia, pendidikan

ABSTRACT
This study aims to examine the effect of marriage at an early age on the opportunity for demographic dividend in
2030. The purpose of this study is to determine the factors and impacts arising from early marriage on demographic
dividend. The data collection process is carried out using secondary data obtained from several literatures such as
journals and news about early marriage data and demographic dividend in Indonesia as relevant reference material.
The results of the analysis indicate that the existence of early marriage can affect the level of education, as a result
the low level of education also affects the ability (skills) of the productive age population so that the quality of the
younger generation who hold marriages at an early age will be low, early marriage also causes an increase in the
population but not followed by the quality of superior human resources so that it will only become a burden for the
country's development. In addition, early marriage will only lead to unemployment rather than an opportunity for
demographic dividend.

Keywords: Early marriage, demographic dividend, human resources, education


46

PENDAHULUAN

Pernikahan merupakan salah satu tahapan mental untuk menopang kehidupan


yang dilalui dalam kehidupan manusia. keluarganya.
Dengan adanya pernikahan, seseorang dapat
memperoleh kebutuhan dan keseimbangan Secara hukum batasan minimum umur
hidup yang lebih baik.. Pernikahan itu perkawinan sebenarnya telah diatur dalam
sendiri diartikan sebagai ikatan yang bersifat Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 16
sakral antara pasangan suami serta istri yang Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-
diakui secara sosial. dalam rangka Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
menciptakan sebuah keluarga, melegalkan perkawinan yang menegaskan bahwa
hubungan seksual, melegitimasi dan perkawinan hanya diizinkan saat pria dan
membesarkan seorang anak, serta membagi wanita telah mencapai umur 19 tahun.
peran dan tugas masing-masing antar Namun pada kenyataannya fenomena
pasangan. Seperti halnya yang tercantum pernikahan dini masih sering dijumpai pada
dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 negara-negara berkembang, termasuk
pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir dan Indonesia.
batin antara seorang laki-laki dan perempuan
Saat ini Indonesia menempati peringkat
sebagai suami dan istri dengan tujuan
ketujuh dengan angka absolut perkawinan
membentuk keluarga atau rumah tangga
anak tertinggi kedua setelah kamboja di
yang bahagia dan kekal berdasarkan pada
negara ASEAN. Hal ini menggambarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut
bahwa kondisi pernikahan dini di Indonesia
Agustian (2013) pernikahan bertujuan untuk
sudah masuk kedalam kategori yang darurat.
membentuk keluarga yang sejahtera dan
Kondisi tersebut tentu bukan merupakan hal
bahagia selamanya, sehingga dalam
yang dapat dibanggakan, melainkan sangat
menjalaninya diperlukan perilaku dewasa
memprihatinkan. Penyebab terjadinya
dan tanggung jawab baik secara fisik juga
pernikahan dini dipengaruhi oleh berbagai
mental.
macam factor diantaranya factor pendidikan,
Menurut Bogue (1969:326) pola umur budaya, dan ekonomi yang berpengaruh
pernikahan diklasifikasikan menjadi empat besar terhadap pernikahan dini. Dalam
yaitu perkawinan belia/anak-anak (child factor pendidikan, rendahnya tingkat
marriage) dibawah usia 18 tahun, pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki
perkawinan umur muda (early marriage) 18- orang tua maupun anak seringkali membuat
19 tahun, Perkawinan umur dewasa mereka tidak mengetahui resiko yang akan
(marriage at maturity) 20-21 tahun, dan ditimbulkan dari pernikahan dini.
perkawinan yang terlambat (late marriage)
Angka pernikahan dini yang terjadi di
diatas usia 21 tahun. Sementara itu, BKKBN
Indonesia baik pada daerah pedesaan
(2011) juga menyatakan bahwa usia ideal
maupun perkotaan cukup memprihatinkan.
menikah berkisar antara 20-35 tahun untuk
Sebuah studi literatur yang berdasar pada
perempuan dan 25-40 tahun untuk pria. Pada
data Susenas 2018 menunjukan bahwa, pada
usia tersebut diketahui bahwa organ
tahun 2018 sekitar 11% atau satu dari
reproduksi perempuan secara fisik maupun
sembilan anak perempuan dan sekitar 1%
psikologis sudah berkembang secara baik
atau satu dari seratus anak laki-laki menikah
dan kuat sehingga siap untuk melahirkan,
di Indonesia. Menurut UNICEF (2020),
begitu pula bagi pria yang telah siap secara
angka perempuan usia 20-24 tahun yang
47

pernah melangsungkan pernikahan sebelum yang perkawinan pertamanya sehelum usia


pada usia 18 tahun diperkirakan mencapai 18 maupun 15 tahun, perkawinan anak di
1.220.900. Dimana angka tersebut daerah pedesaan cenderung lebih tinggi
menempatkan Indonesia pada negara dengan dibandingkan dengan prevalensi di daerah
angka absolut perkawinan anak perempuan perkotaan. Hal ini menggambarkan bahwa
tertinggi di dunia. pernikahan pada usia muda perempuan di
pedesaan lebih banyak dibandingkan dengan
Gambar 1.1. Tren Data Persentase Perempuan perempuan yang berada di perkotaan..
Usia 20-24 menurut Usia Perkawinan Pertama
tahun 2008-2018 Sementara itu, berdasarkan pada data
Susenas Maret 2018 menunjukkan bahwa
persentase perempuan usia 20-24 tahun yang
melangsungkan pernikahannya dibawah 18
tahun, yang masih bersekolah sedikit lebih
kecil 4,52% dibanding perempuan yang
menikah diatas 18 tahun. Artinya data
tersebut memperlihatkan, bahwa perempuan
yang menikah pada usia anak cenderung
memiliki tingkat pendidikan yang lebih
rendah. Berbeda dengan persentase anak
laki-laki menunjukan bahwa laki-laki yang
menikah diatas 18 tahun yang masih
bersekolah lebih kecil dibanding laki-laki
yang menikah dibawah 18 tahun. Hal ini
mengindikasikan kemungkinan anak
perempuan yang menikah pada usia dini
berdampak lebih besar dalam bidang
pendidikannya dibanding dengan anak laki-
laki (UNICEF 2020).
Sumber : Susenas 2008-2018
Fenomena pernikahan dini di indonesia
Berdasarkan data pada Gambar 1.1. bahwa dapat menyebabkan tingginya angka
persentase tren perkawinan anak perempuan fertilitas di Indonesia. Menurut
usia 20-24 tahun di Indonesia pada Widhaningrat (2009) dalam bidang
perkawinan pertama baik sebelum usia 18 demografi, fertilitas secara umum diartikan
tahun maupun 15 tahun selama periode sebagai hasil reproduksi nyata (anak lahir
tahun 2008 sampai 2018 menunjukan hidup) dari seorang atau sekelompok wanita.
penurunan meskipun penurunan tersebut Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
masih tidak terlalu signifikan. Penurunan tingkat fertilitas suatu penduduk, seperti
persentase angka tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur perkawinan
perizinan yang diberikan oleh orang tua. pertama, angka kematian bayi/anak, persepsi
Dalam hal ini, orang tua mempunyai peran nilai terhadap anak dan faktor lainnya. Salah
penting dalam memberikan keputusan satu komponen yang dapat mempengaruhi
pernikahan bagi anaknya, apalagi bila pertumbuhan penduduk suatu negara ialah
pernikahan dilakukan pada usia muda. Jika kelahiran (fertilitas), dimana sifatnya dapat
dilihat menurut tempat tinggalnya, menambah jumlah penduduk (Yuniarti,
prevalensi perempuan 20-24 tahun baik Sukandar, & Susiarno, 2013). Angka
48

kelahiran (fertilitas) yang tinggi di dalam 64 tahun) di Indonesia akan lebih besar
suatu negara dapat menimbulkan banyak dibanding jumlah penduduk usia muda dan
dampak negatif, salah satunya akan terjadi lanjut usia. Besarnya proporsi penduduk usia
ledakan penduduk (BKKBN, 2011). produktif tersebut menjadi peluang terhadap
Peningkatan jumlah penduduk yang tak perekonomian suatu negara, karena semakin
terkendali tetapi tidak sertai dengan kualitas banyak jumlah angkatan kerja (produktivitas)
Sumber Daya Manusia yang baik hanya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
akan menjadi beban bagi negaranya. yang lebih baik pula. Namun pada saat yang
sama bonus demografi juga dapat menjadi
Terjadinya pernikahan dini yang terus ancaman bagi indonesia apabila tidak diikuti
menerus akan menimbulkan dampak bagi dengan kualitas SDM yang baik. Melihat
bonus demografi suatu negara. Hal ini permasalahan tersebut, perilaku menikah di
menandakan bahwa maraknya pernikahan usia muda yang banyak terjadi dapat
usia dini di Indonesia dapat mempengaruhi memberikan dampak terhadap peluang
pula bagi penduduk usia produktif di bonus demografi di masa yang akan datang.
Indonesia pada masa yang akan datang. Maka dari itu, penulis membuat artikel ini
Melalui bonus demografi yang yang bertujuan untuk melihat pengaruh
diproyeksikan akan terjadi pada tahun 2030- pernikahan usia dini terhadap bonus
2040 jumlah penduduk usia produktif (15- demografi yang akan terjadi di indonesia

METODOLOGI data menjadi bagian pada proses penelitian


tersebut.. Sementara itu, Hadi (1995:3)
i. Metode Penelitian menyatakan bahwa studi pustaka adalah
Metode penelitian adalah suatu cabang ilmu penelitian dengan mengunakan buku-buku
pengetahuan yang mempelajari cara-cara dan liteture-lterature lainnya sebagai objek
dalam melakukan pengamatan atau utama.
penelitian sampai menyusun laporan Penelitian ini juga menggunakan metode
berdasarkan fakta-fakta secara ilmiah. Hal analisis deskriptif yang dapat memberikan
ini sejalan dengan apa yang telah gambaran dan keterangan secara jelas,
diungkapkan oleh Surakhmad (1985:13) objektif, dan sistematis. Sebagaimana
bahwa metode penelitian merupakan cara dengan pernyataan yang telah dijelaskan
utama yang dapat diigunakan dalam sebelumnya Nawawi dan Martini (1996:73
mencapai suatu tujuan, misalnya digunakan juga berpendapat bahwa penelitian deskriptif
untuk menguji serangkaian hipotesa dengan kuantitatif berusaha mendeskripsikan suatu
menggunakan teknik tertentu. Metode gejala sosial yang sedang terjadi.
penelitian memiliki peran yang penting
dalam menentukan upaya menghimpun data Sumber data yang digunakan dalam
yang diperlukan dalam penelitian tersebut. penelitian ialah data sekunder. Menurut
Hasan (2002) data sekunder merupakan
Pada penelitian ini menggunakan jenis data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh
penelitian kualitatif yang bersifat studi seseorang untuk melakukan penelitian yang
pustaka (library research). Dimana menurut berdasarkan pada sumber yang telah ada.
Corbin dan Starauss (2015 Wahidmurni, Sumber data sekunder yang dipergunakan
2017) penelitian kualitatif merupakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa
bentuk suatu penelitian dimana peneliti artikel maupun jurnal yang berkaitan dengan
dalam mengumpulkan dan menganalasis
49

pernikahan dini dan bonus demografi, serta dengan yang dikemukakan oleh Soemijati
data-data informasi mengenai pernikahan (dalam bachtiar, 2004) bahwa pernikahan
dini dan proyek bonus demografi 2020 yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan hajat
terjadi di Indonesia sebagai bahan rujukan tabiat kemanusiaan, melakukan hubungan
yang relevan. Berdasarkan sumber data antara laki-laki dan perempuan dalam
sekunder ini bertujuan untuk memperoleh rangka mewujudkan keluarga bahagia yang
beberapa pengertian secara teoritis dan melibatkan cinta dan kasih sayang,
mendalami berbagai informasi mengenai memperoleh keturunan yang sah dengan
permasalahan sosial. mengikuti ketentuan-ketentuan yang sesuai
dengan hukum.
ii. Tinjauan Teoritis
A. Pernikahan Usia Dini  Batas Umur Pernikahan
 Pernikahan
Dalam melangsungkan sebuah pernikahan,
Pernikahan menurut Sigelman (2003) adalah penentuan batas umur sangatlah penting
sebuah hubungan antara dua orang yang untuk mewujudkan pernikahan yang kekal
berbeda jenis kelamin yakni suami dan istri. dan bahagia serta mencegah adanya
Dalam sebuah hubungan tersebut, terdapat pernikahan dini. Karena pernikahan pada
peran serta tanggung jawab yang diperlukan usia muda, umumnya secara biologis dan
antara pasangan suami dan istri, yang psikologis mereka belum matang
didalamnya juga melibatkan keintiman, sepenuhnya, selain itu emosi pada anak
pertemanan, persahabatan, perhatian dan remaja belum stabil sehingga seringkali
kasih sayang, pemenuhan untuk seksual dan terjadi pertengkaran dan perceraian.
berperan sebagai orang tua. Hal ini sejalan Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
dengan yang dikatakan oleh Gardiner & Undang-Undang Perkawinan Pasal 6 Ayat (2)
Myers (dalam Papalia, Olds & Feldman, tentang syarat-syarat perkawinan yang
2004) bahwa melalui pernikahan seseorang menyatakan bahwa untuk melangsungkan
dapat memberikan sebuah hubungan seksual, perkawinan seseorang yang belum mencapai
keintiman, komitmen, persahabatan, kasih umur 21 (duapuluh satu) tahun harus
sayang dan cinta, pemenuhan hasrat seksual, mendapat izin kedua orang tua. Dengan kata
pertemanan dan peluang dalam lain, pernikahan yang dilakukan seseorang
pengembangan emosional seperti sumber dibawah usia 21 tahun harus mendapat izin
baru bagi identitas dan kepercayaan diri terlebih dahulu, sehingga pernikahan pada
yang baru. usia muda yang terjadi menjadi keputusan
dari orang tua nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun
1974 pasal 1, Perkawinan diartikan sebagai  Pengertian Usia Muda
sebuah ikatan secara lahir dan batin antara (Remaja)
seorang laki-laki dan perempuan sebagai
suami dan istri dengan tujuan untuk Menurut Papalia dan Olds (dalam Putro,
membentuk keluarga atau rumah tangga 2017) masa remaja itu sendiri diartikan
yang bahagia dan kekal berdasarkan pada sebagai masa transisi perkembangan antara
Ketuhanan Yang Maha Esa. Merujuk pada masa kanak-kanak dengan masa dewasa
pengertian tersebut terlihat jelas bahwa yang umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tujuan dari pernikahan adalah untuk tahun dan akan berakhir pada usia akhir
membentuk keluarga atau rumah tangga belasan tahun atau awal dua puluh tahun.
yang bahagia dan kekal berdasarkan Gunarsa (2006 : 196) juga memberikan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sama halnya definisi remaja yaitu seseorang yang
50

mengalami masa transisi atau peralihan dari Pada dasarnya pernikahan dini merupakan
masa kanak-kanak menuju masa dewasa, pernikahan yang dilakukan oleh seseorang
yakni antara 12 atau 13 tahun hingga pada saat usia muda. Menurut WHO
mencapai usia 20 tahun. Sama halnya pernikahan usia muda adalah sebuah ikatan
dengan teori yang dikemukakan Santrock lahir dan batin antara seorang suami dan istri
( 2003), bahwa masa remaja adalah masa pada usia yang masih belia atau remaja.
dimana perkembangan transisi antara masa Pernikahan dini juga dapat diartikan sebagai
kanak-kanak dan dewasa yang meliputi pernikahan yang dilakukan oleh pasangan
perubahan biologis, kognitif dan sosialnya. atau salah satu pasangannya masih berada
Usia remaja dimulai sekitar usia 10-13 tahun dalam kategori remaja yang berusia dibawah
dan berakhir pada usia usia 18 sampai 22 19 tahun. Sedangkan menurut BKKBN
tahun. perkawinan usia muda adalah perkawinan
yang dilakukan dibawah usia 20 tahun.
Menurut WHO terdapat tiga kriteria yang (Hanum & Tukiman, 2015).
mendefinisikan remaja secara konseptual
yaitu biologis, psikologi, dan sosial ekonomi. Menurut UNICEF (2011) bahwa pernikahan
Ketiga kriteria tersebut dapat dijabarkan dini merupakan pernikahan yang dilakukan
sebagai berikut; (i) individu berkembang kurang dari 18 tahun dalam kata lain,
saat pertama kali ia menununjukkan tanda- pernikahan yang terjadi pada masa remaja.
tanda seksual sekundernya sampai saat ia Adanya pernikahan dini sangat bertentangan
mencapai kematangan seksual, (ii) individu dengan hak anak untuk mendapat
yang mengalami perkembangan psikologis dan pendidikan, kesehatan, kebebasan dalam
pola identifikasi dari anak-anak menjadi berekspresi. Sementara Dlori (2005)
dewasa, dan (iii) terjadi peralihan dari mengartikan pernikahan dini sebagian
ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh sebuah perkawinan yang dilakukan dibawah
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. umur, dimana target persiapannya belum
(Putro, 2017). dapat dikatakan maksimal baik itu persiapan
fisik, mental maupun persiapan materi. Oleh
Zakiya Daradjat juga memberikan definisi karena itu, pernikahan dini bisa dikatakan
mengenai remaja, yaitu anak yang berada sebagai pernikahan yang terburu-buru, sebab
pada masa perlaihan dari masa anak-anak segala sesuatunya belum dipersiapkan secara
menuju usia dewasa. Pada masa peralihan matang.
ini kerap kali terjadi percepatan
pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis.  Faktor-Faktor Pendorong
Jika dilihat dari bentuk badan, sikap, cara Pernikahan Dini di Indonesia
berpikir dan bertindak mereka bukan lagi
anak-anak, namun belum juga dapat Menurut Hollean dalam Suryono terjadinya
dikatakan sebagai orang dewasa. (Abu Al- pernikahan pada usia dini disebabkan oleh
Ghifari, 2004 dalam Yulianti, 2010). beberapa factor seperti masalah ekonomi
Dengan demikian berdasarkan pernyataan keluarga, orang tua dari pihak perempuan
yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat akan meminta masyarakat kepada keluarga
disimpulkan bahwa masa remaja merupakan laki-laki jika ingin mengawinkan anak
masa peralihan dari usia anak menuju usia perempuannya. Karena dengan menikahi
dewasa yang didalamnya terjadi proses anak perempuannya, tanggungan keluarga
perkembangan fisik maupun psikologisnya. tersebut akan berkurang. Sementara itu RT.
Akhmad Jayadiningrat (dalam Adhim, 2002)
 Pernikahan Dini juga mengungkapkan beberapa penyebab
utama dari pernikahan usia dini yaitu adanya
51

keinginan untuk segera mendapatkan anak meskipun masih terlalu muda (Yulianti,
tambahan anggota keluarga, tidak adanya 2010).
pengetahuan mengenai akibat dari
perkawinan terlalu muda, sifat lama orang  Dampak yang ditimbulkan
jawa yang tidak mau menyimpang dari dari Pernikahan Dini
ketentuan adat. Kebanyakan orang tua yang Menurut (Hadiono, 2018) dalam jurnal yang
berasal dari pedesaan akan tetap berjudul ‘Pernikahan Dini Dalam Perspektif
mengawinkan anaknya yang masih muda Psikologi Komunikasi’ menyatakan bahwa
hanya karena mengikuti tradisi yang telah pernikahan dini dapat menimbulkan dampak
ada (Yulianti, 2010). negative yaitu :
Selain itu juga terdapat beberapa faktor 1) Dalam segi Pendidikan, Pernikahan
lainnya yang menjadi penyebab terjadinya pada usia yang masih muda tentu
pernikahan usia muda yang sering dijumpai akan membawa berbagai dampak
di lingkungan masyarakat yaitu : a) Faktor terutama dalam dunia pendidikan.
ekonomi, dimana perkawinan usia muda Sebagai contoh, jika seseorang yang
terjadi karena keadaan ekonomi keluarga melakukan pernikahan saat baru
yang hidup di garis kemiskinan, sehingga lulus SMP atau SMA, akan
cara untuk meringankan beban orangtuanya menurunkan keinginannya dalam
dengan mengawinkan anak perempuannya mencapai jenjang Pendidikan yang
kepada orang yang dianggap lebih mampu, b) lebih tinggi. Hal ini terjadi karena
Faktor pendidikan, rendahnya tingkat motivasi belajar yang dimiliki akan
pendidikan dan pengetahuan orang tua, anak mengendur atau memudar karena
dan masyarakat mengenai dampak buruk terbaginya tugas antara Pendidikan
pernikahan dini menyebabkan masih adanya dan keluarga setelah menikah nanti.
kecenderungan untuk menikahkan anaknya Dengan kata lain, pernikahan dini
yang masih dibawah umur tanpa berpikir menjadi factor penghambat
panjang dampak yang akan terjadi terjadinya proses pendidikan dan
kedepannya c) Faktor orang tua, kurangnya pembelajaran seorang anak.
kasih sayang dan perhatian yang diberikan 2) Dalam segi Kesehatan, Perempuan
orang tua dapat menyebabkan anak yang menikah di usia dini (kurang
terjerumus kedalam seks diluar nikah. dari 15 tahun) memiliki banyak
Sehingga orang tua harus segera resiko. Ada dua dampak Kesehatan
menikahkan anaknya dalam usia muda, d) yang ditimbulkan yaitu dampak pada
Media massa, Gencarnya ekspose seks di kandungan dan kebidanannya, salah
media massa menyebabkan remaja modern satunya penyakit infeksi pada
dengan mudah untuk mengaksesnya e) kandungan dan kanker mulut rahim.
Faktor adat/budaya, Pada dasarnya faktor Hal ini terjadi karena organ
dari budaya lah yang menjadi penyebab reproduksi remaja perempuan belum
paling dominan, dimana bagi masyarakat berfungsi secara matang.
tertentu masih memegang prinsip bahwa
anak perempuan yang belum menikah Selain itu, pernikahan di usia muda juga
sampai usia 25 tahun keatas akan dianggap dapat berdampak pada hal lain. Menurut
sebagai perawan tua sehingga masing- Rosaliadevi (2012 dalam Hanum &
masing dari orang tua ingin cepat-cepat Tukiman, 2015) dampak adanya perkawinan
menikahkan anaknya tanpa melihat usia usia muda antara lain:
52

1) Terhadap biologis mulus hanya akan menambah beban


Secara biologis organ reproduksi bagi keluarga.
pada usia anak masih dalam proses  Pengertian Demografi
menuju kematangan sehingga belum
siap untuk melakukan hubungan seks Kata ‘Demografi’ itu sendiri berasal dari
dengan lawan jenis, apalagi jika Bahasa Yunani yang dibagi menjadi kata
sampai melahirkan.. Selain itu, demos dan graphein, dimana demos dapat
secara mental anak juga belum siap, diartikan sebagai penduduk, dan graphein
apabila terus dipaksakan justru akan berarti menulis/menggambar. Dengan
terjadi trauma bagi jiwa anak, menggabungkan kedua makna dari masing-
perobekan dan infeksi yang dapat masing kata tersebut maka demografi dapat
membahayakan bagi organ diartikan sebagai tulisan-tulisan atau
reproduksinya. karangan-karangan tentang penduduk suatu
2) Terhadap psikologis negara atau suatu daerah (Marhaeni, 2018).
Secara psikis dan mental yang Menurut Multilingual Demographic
dimilki oleh anak masih belum siap Dictionary (IUSSP,1982) demografi adalah
dan mengerti mengenai hubungan studi ilmiah yang mempelajari
seks, apabila anak dipaksakan untuk kependudukan suatu wilayah, terutama yang
melakukan hubungan seks akan terkait dengan komposisi penduduk
beresiko timbulnya trauma yang termasuk jumlah dan struktur penduduk,
berkepanjangan dalam jiwa anak dan serta perubahan-perubahan yang terjadi
sulit untuk disembuhkan. didalamnya. Hal ini sejalan dengan yang
3) Terhadap sosial dikatakan oleh Phillip M. Hauser dan Otis
Fenomena pernikahan dini berkaitan Dudley Duncan (1959 dalam Mantra, 2015)
dengan faktor sosial budaya dalam dalam bukunya yang berjudul “Demografi
masyarakat patriaki yang Umum”, yang mengungkapkan bahwa
menempatkan perempuan pada posisi demografi adalah ilmu yang mempelajari
yang rendah sehingga mereka akan jumlah, persebaran teritorial, komposisi
menganggap bahwa anak perempuan penduduk, serta penyebab dari perubahan
tersebut hanya menjadi pelengkap yang timbul akibat adanya kelahiran
seks bagi laki-lakinya saja. Secara (fertilitas), kematian (mortalitas), migrasi
tidak sadar kondisi tersebut dapat dan mobilitas sosial.
menciptakan kekerasan terhadap
perempuan. Johan Sussmilch (1762 dalam Marhaeni,
4) Terhadap anak-anaknya 2018) juga mengemukakkan bahwa
Kehamilan bagi perempuan yang demografi adalah ilmu yang mempelajari
melangsungkan perkawinan di secara statistik dan matematik jumlah,
bawah umur 20 tahun memiliki komposisi, distribusi penduduk, dan
resiko yang lebih besar bagi bayi perubahan-perubahannya sebagai akibat dari
dalam kandungannya seperti bayi bekerjanya komponen-komponen
akan terlahir dengan premature. pertumbuhan penduduk yang meliputi
5) Terhadap masing-masing keluarga kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
Pernikahan dini juga akan membawa perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.
dampak bagi masing-masing Merujuk pada beberapa definisi menurut
keluarga, Apabila rumah tangga yang para ahli yang telah dipaparkan sebelumnya.
dibangun oleh anaknya tidak berjalan Secara sederhana, demografi merupakan
53

studi yang mempelajari mengenai dinamika merupakan gambaran mengenai kondisi


populasi manusia yang meliputi jumlah, suatu negara dengan tersedianya jumlah
persebaran, struktur, dan komposisi angkatan kerja yang dapat terjadi apabila
penduduk serta perubahan yang disebabkan rasio angka ketergantungan berada pada titik
oleh disebabkan oleh fertilitas, terendah, dengan kata lain angka penduduk
mortalitas,dan migrasi usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih
tinggi dibanding penduduk usia non
 Bonus Demografi produktif (<15 dan >64 tahun). Populasi
Secara umum pengertian bonus demografi penduduk usia produktif ini nantinya akan
merujuk pada fenomena penambahan jumlah menjadi “Golden Generation” dalam
penduduk usia kerja yang dapat menghadapi bonus demografi yang
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu diproyeksikan akan terjadi di Indonesia pada
negara. Menurut Chandrasekhar, Ghosh, & tahun 2030. Tercapainya bonus demografi
Roychowdhury (2006) dalam penelitian sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
berjudul ” The ‘Demographic Dividend’ and manusia (SDM) yang baik agar dapat
Young India’s Economic Future bersaing secara global.
memberikan definisi (demographic dividend) Dengan merujuk pada beberapa definisi
sebagai sebuah penambahan pendudukan diatas, dapat dikatakan bahwa bonus
pada kelompok usia kerja, meskipun hal ini demografi merupakan suatu kondisi yang
dapat menambah jumlah penduduk total terjadi di suatu negara yang menggambarkan
tetapi dipandang menjadi sebuah proporsi jumlah penduduk usia non
keuntungan yang tak terhindarkan. produktif /bukan angkatan kerja lebih sedikit
Bonus demografi menurut Noor (2015) dan penduduk produktif (angkatan kerja)
dalam jurnal yang berjudul “Kebijakan lebih banyak. Bonus demografi diibaratkan
Pembangunan Kependudukan dan Bonus seperti koin yang memiliki dua buah sisi, di
Demografi” diartikan sebagai sebuah satu sisi bonus demografi dapat menjadi
peluang (window of opportunity) yang dapat peluang dan di sisi lain akan menjadi
dinikmati suatu negara sebagai akibat dari ancaman apabila kualitas SDM nya tidak
besarnya proporsi penduduk usia produktif memadai.
(15-64 tahun) terhadap evolusi
kependudukan yang terjadi. Hal ini akan
memunculkan istilah istilah ‘rasio  Kualitas Sumber Daya
ketergantungan’ (dependency ratio) yaitu Manusia
rasio yang menunjukan perbandingan antara
penduduk usia produktif dan usia non Menurut Hasiani (2015) dalam penelitiannya
produktif. Dimana semakin rendah angka yang berjudul “Analisis Kualitas Sumber
rasio ketergantungan suatu negara, maka Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap
akan semakin besar peluangnya untuk Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
mendapatkan bonus demografi. Pelalawan” Sumber daya manusia
merupakan suatu potensi yang berasal dari
Fakhriyani (2017) dalam jurnal yang dalam diri manusia guna mewujudkan
berjudul ”Pendidikan Karakter Anak Usia perannya sebagai makhluk sosial yang
Dini Sebagai Salah Satu Jawa ban Dalam mampu untuk beradaptasi maupun
Mempersiapkan Generasi Muda Untuk bermasyarakat, dan dapat mengelola dirinya
Menggapai Bonus Demografi” menyatakan serta seluruh potensi yang berada dalam
hal serupa bahwa bonus demografi proses tercapainya kesejahteraan kehidupan
54

dalam tatanan yang seimbang dan ilmu pengetahuan dan teknologi


berkelanjutan. Sumber daya manusia yang melalui kemampuan penelitian dan
berkualitas sangat diperlukan dalam upaya pengembangan.
mendukung produktivitas dan aktivitas yang 4. Memiliki kepribadian yang
dimiliki penduduk agar dapat mencapai berkarakter, bermoral serta beakhlak
tujuan negaranya. Sumber daya manusia mulia.
juga menjadi sebuah kunci sukses dalam  Faktor-Faktor Yang Berkaitan
reformasi ekonomi, Dengan kata lain, cara Dengan Pemanfaatan Peluang
untuk menciptakan sumber daya manusia Bonus Demografi
yang berkualitas dan memiliki keterampilan
serta daya saing yang tinggi dalam Bonus Demografi yang diproyeksikan akan
persaingan global. Hal ini sejalan dengan terjadi di indonesia tidak terlepas dari
pendapat yang dikemukakan oleh Sugeng beberapa faktor yang mempengaruhinya
(2002) bahwa kualitas sumber daya manusia seperti :
adalah sebuah pengetahuan, keterampilan, 1. Tingkat Pendidikan
dan kemampuan yang dimiliki seseorang
dan dapat digunakan untuk menghasilkan Bonus demografi bisa menjadi
layanan professional. peluang bagi suatu pembangunan
negara jika sumber daya manusianya
Menurut Ndaraha (1999 dalam Kulla, juga memiliki kualitas yang tinggi
Rumapea, & Tampongangoy, 2018) Sumber dan terampil. Proporsi jumlah
daya manusia yang berkualitas tinggi penduduk suatu negara yang besar
merupakan sumber daya manusia yang dapat namun daya saing daya dukung
menciptakan tidak hanya nilai komparatif dalam produktivitas maupun
tetapi juga terhadap nilai kompetitif- keahlian yang dimiliki penduduknya
generatif-inovatif yang menggunakan energi rendah hanya akan menjadi beban
tertinggi seperti intelegensi, kreativitas dan bagi negara dan pemerintah. Untuk
imajinasi dan tidak lagi semata-mata melihat ukuran terhadap tingginya
menggunakan energi kasar seperti bahan kualitas yang dimiliki oleh penduduk
mentah, lahan air, tenaga, otot dan lain-lain. suatu negara dapat dilihat dari
Menurut Soedirjato (dalam Widiansyah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan
2018) bahwa terdapat karaktertistik- oleh penduduk, dan rata-rata lama
karakteristik sumber daya manusia yang nya sekolah. Agar tercapainya
perlu dikuasai dan dimiliki oleh manusia peluang bonus demografi (window of
terdidik di Indonesia yaitu : opportunity) pemerintah harus
berupaya keras untuk meningkatkan
1. Harus memiliki kemampuan, nilai mutu dan kualitas pendidikan serta
dan sikap yang memungkinkannya menyediakan sarana dan prasana
untuk ikut serta secara aktif dan bagi penduduk usia muda saat ini
cerdas dalam proses politik yang menjadi penduduk produktif
2. Memiliki kemampuan, etos kerja dan pada puncak bonus demografi.
disiplin kerja yang
memungkinkannya untuk aktif dan 1. Proyeksi Penduduk Usia Produktif
produktif dalam ikut serta berbagai pada Puncak Bonus Demografi
kegiatan ekonomi Salah satu hal yang menjadi ciri dari
3. Memiliki kemampuan dan sikap bonus demografi adalah ditandai
ilmiah agar dapat mengembangkan dengan meningkatnya jumlah
55

penduduk usia produktif dibanding yang dimilikinya, dan lapangan


usia non produktif. Hal ini dapat pekerjaan inilah yang akan menjadi
menjadi kesempatan yang berharga wadah untuk menyalurkan bakat
apabila bisa dimanfaatkan dengan mereka. Apabila lapangan pekerjaan
baik. yang tersedia tidak seimbang dengan
2. Lapangan Pekerjaan jumlah tenaga kerja akan
menimbulkan dampak seperti
Lapangan pekerjaan menjadi faktor pengangguran dimana-mana
yang tidak kalah penting dalam sehingga kriminalitas juga meningkat,
usaha pemanfaatan fenomena perekonomian negara dapat
demografi. Hal ini dikarenakan terganggu, dan bahkan kesejahteraan
meningkatnya jumlah penduduk usia masyarakat akan berdampak pula.
produktif yang tak terkendali tentu Oleh karena itu, sangat diperlukan
memerlukan suatu wadah untuk lapangan pekerjaan yang mencukupi
menyalurkan bakat dan keahlian dan merata di seluruh wilayah.
HASIL DAN PEMBAHASAN anak perempuan yang belum menikah
sampai usia 20 tahun dan bagi anak laki-laki
Fenomena pernikahan dini di Indonesia yang belum menikah sampai 25 tahun akan
nampaknya masih menjadi sebuah dianggap tidak laku. Seringkali orang tua
permasalahan yang perlu diperhatikan. menjadi khawatir terhadap anak
Segala sesuatu yang ada tentu terdapat perempuannya yang telah menginjak masa
sebab-akibatnya, adanya tren pernikahan remaja, meskipun belum mencapai usia
dini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor dewasa orang tua akan tetap segera
yaitu masalah ekonomi, ketidakmampuan menikakan anaknya, karena dengan begitu
dalam membiayai hidup keluarganya orang tua tidak perlu merasa khawatir lagi
seringkali mendorong orang tua untuk terhadap masa depan anaknya. Selain itu,
menikahkan anaknya, terutama bagi yang pernikahan dini dipengaruhi pula oleh
memiliki anak perempuan. Mereka tingkat pendidikan. Mayoritas anak yang
menganggap dengan menikahi anak melakukan pernikahan dini memiliki
perempuannya, tanggungan anggota pendidikan yang rendah, begitu pula dengan
keluarga menjadi berkurang. Sehingga anak orangtuanya. Rendahnya pendidikan dan
akan memutuskan untuk menikah di usia pengetahuan yang dimiliki orang tua,
muda agar dapat membantu perekonomian seringkali membuat mereka tidak paham
keluarga. Kemudian faktor budaya, dimana mengenai resiko yang akan diakibatkan dari
faktor budayalah yang paling dominan adanya pernikahan dini tersebut. Hal
menyebabkan tren pernikahan pada usia dini. tersebut mempengaruhi tingkat pendidikan
Pada masyarakat tertentu masih terdapat di indonesia.
stigma mengenai julukan ‘perawan tua’ bagi
Gambar 1.2. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
Penduduk Usia 20-24 Tahun Menurut Jenis
Kelamin dan Usia Perkawinan Pertama, 2018.
56

Sumber: Susenas 2018

Data pada tabel 1.2. menunjukkan bahwa Pendidikan memiliki peranan yang penting
pada kelompok perempuan usia 20-24 tahun, dalam menciptakan sumber daya manusia
yang melangsungkan pernikahan pada usia yang berkualitas dan terampil. Tingkat
setelah 18 tahun memiliki rata-rata waktu pendidikan seseorang dapat menentukan
yang lama untuk menempuh pendidikan kapasitas dan kapabilitas seseorang untuk
sekolah yang lebih tinggi yaitu mencapai menjadi sumber daya manusia yang unggul.
kelas 9 atau setara 3 SMP, berbeda dengan Negara yang mempunyai sumber daya
perempuan yang menikah sebelum usia 18 manusia yang melimpah namun tidak
tahun hanya menempuh pendidikan sekolah kompeten hanya akan menambah beban itu
sampai pada kelas 7 atau setara 1 SMP. sendiri. Hal ini kemudian akan
Sementara itu, penduduk laki-laki dengan mengakibatkan pembangunan dan
kelompok umur yang sama, memiliki rata- pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan.
rata waktu pendidikan sekolah yang telah
ditempuh oleh laki-laki yang menikah pada Kondisi pernikahan dini yang banyak terjadi
usia sebelum 18 tahun hanya sampai kelas 8 di Indonesia dapat menjadi penghambat
atau setara 2 SMP, berbeda dengan laki-laki dalam upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Pernikahan dini
yang menikah pada usia 18 tahun keatas menyebabkan hilangnya hak anak dalam
mencapai kelas 9 atau setara 3 SMP. Artinya, memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
rata-rata jenjang pendidikan yang Hal ini dikarenakan anak tersebut, memiliki
ditamatkan oleh kelompok baik perempuan peran dan tanggung jawab baru untuk
maupun laki-laki usia 20-24 tahun yang mengurus rumah tangga dan keluarga,
menikah sebelum usia 18 tahun hanya sehingga banyak anak yang mengalami
menyelesaikan pendidikan sekolah hingga putus sekolah.
tingkat Sekolah Dasar (SD), sedangkan
perempuan dan laki-laki yang menikah pada Pada dasarnya, dalam meningkatkan sebuah
usia 18 tahun keatas dapat menyelesaikan sumber daya manusia yang berkualitas,
pendidikannya hingga tingkat Sekolah diperlukan berbagai potensi seperti,
Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut kemampuan dalam berpikir, kreatif, maupun
mengindikasikan bahwa anak perempuan inovatif., sikap (attitude), Dimana ketiga
dan laki-laki yang menikah pada usia dini potensi tersebut berkaitan dengan intelegensi
cenderung memiliki tingkat pendidikan yang dan kreativitas yang dimiliki seseorang.
lebih rendah dibanding mereka yang Setiap individu memiliki intelegensi yang
menikah pada usia dewasa. berbeda satu sama lain. Tingginya tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap
57

intelegensi seseorang. Apabila remaja Bonus demografi sejatinya dapat menjadi


mengalami putus sekolah, maka kemampuan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan
dari segi intelegensi yang dimiliki juga akan laju pembangunan negara dengan investasi
rendah. Dengan kata lain, mereka tidak human capital yang berkualitas tinggi
memiliki kemampuan dalam berpikir secara dengan syarat pemerintah juga harus
kritis saat mencapai usia produktif nanti. menyiapkan SDM nya melalui pendidikan,
Yang pada akhirnya kondisi tersebut hanya kesehatan, penyediaan lapangan kerja, serta
menjadi ancaman bagi bonus demografi investasi yang memadai. Apabila SDM yang
yang akan datang. dimiliki melimpah namun tidak memiliki
skill dan keahlian pada bidang tertentu, hal
Pendidikan yang rendah justru malah tersebut justru semakin menambah beban
menimbulkan pengangguran dibanding negara. Pernikahan dini yang dilakukan
peluang bonus demografi. Perlu kita ketahui, hanya menambah kuantitas dari penduduk
bahwa mayoritas tenaga kerja di indonesia usia produktif dan siap kerja, namun tidak
saat ini hanya mencapai jenjang pendidikan meningkatkan kualitas dari adanya
hingga sekolah menengah pertama. Hal ini, pertambahan SDM itu sendiri. Biaya yang
menunjukan bahwa pendidikan setara SMP dikeluarkan pemerintah juga akan lebih
masih belum cukup untuk mengurangi banyak untuk mengadakan pelatihan-
jumlah pengangguran yang ada di indonesia. pelatihan terkait peningkatan skill bagi
Tingkat pendidikan maupun keterampilan penduduk yang tingkat pendidikannya masih
yang dimiliki tenaga kerja tidak sesuai rendah sehingga membuat negara justru
dengan kebutuhan industri sehingga merugi. Demi mendukung hal tersebut,
seringkali industri mengalami kesulitan maka diperlukan SDM yang kapabel
untuk mendapatkan tenaga kerja yang khususnya generasi muda dalam rangka
berkualitas. Kondisi ini tentu akan mencapai peluang bonus demografi tersebut.
menyebabkan produktivitas dan daya saing
yang dimiliki tenaga kerja relatif lebih
rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN Oleh karena itu, potensi penduduk yang


besar perlu dioptimalkan dalam rangka
Berdasarkan pembahasan yang telah memacu ekonomi dan pembangunan negara.
dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa,
Bonus demografi bisa dikatakan memiliki Maraknya pernikahan dini di Indonesia,
peluang besar, apabila generasi muda justru akan menjadi penghambat dalam
tersebut mampu menguasai berbagai bidang upaya menciptakan kualitas sumber daya
ilmu. Begitupun sebaliknya, apabila generasi manusia yang unggul dan terampil. Adanya
muda tidak mampu untuk menguasainya, pernikahan dini menimbulkan beberapa
maka bonus demografi bisa dikatakan dampak terhadap pembangunan suatu negara,
sebagai bencana demografi. terutama dalam segi kualitas pendidikan.
Pernikahan dini seringkali menyebabkan
Bonus demografi dapat menjadi peluang tinggi nya angka putus sekolah sehingga
bagi pemerintah, khususnya dalam pendidikan yang dimiliki oleh anak sangat
mengambil langkah-langkah strategis untuk rendah. Rendahnya tingkat pendidikan yang
mencanangkan program prioritas dimiliki generasi muda, akan mempengaruhi
pembangunan nasional, dengan melakukan kualitas tenaga kerja di Indonesia. Hal ini
peningkatan kualitas sumber daya manusia. dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan
58

telah menyebabkan generasi muda minim 09). The 'Demographic Dividend'


akan penguasaan ilmu pengetahuan dan and Young India's Economic Future.
skills terhadap teknologi yang dimiliki. Economic and Political Weekly,
Yang nantinya, hanya akan menimbulkan 5055-5064.
pengangguran dibanding menjadi peluang
bagi bonus demografi. Fakhriyani, D. V. (2017, Juni). Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini Sebagai
Selain itu, pernikahan dini yang dilakukan Salah Satu Jawaban Dalam
hanya menambah proporsi penduduk usia Mempersiapkan Generasi Muda
produktif, namun tidak disertai peningkatan Untuk Menggapai Bonus Demografi.
terhadap kualitas SDM itu sendiri, sehingga Jurnal Pemikiran Penelitian
kondisi ini hanya akan menjadi beban bagi Pendidikan dan Sains, 5(1), 76-90.
negara. Hal ini menunjukan bahwa
pernikahan dini yang terjadi terus menerus Hadiono, A. F. (2018). Pernikahan Dini
dapat mengancam tercapainya bonus Dalam Perspektif Psikologi
demografi yang akan datang. Untuk itu, Komunikasi. Jurnal Darussalam;
perlu adanya upaya pencegahan terhadap Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan
pernikahan usia dini misalnya dengan Pemikiran Hukum Islam, 385-397.
memberikan edukasi dan informasi kepada Hanum, Y., & Tukiman. (2015, Desember).
anak, orang tua maupun masyarakat Dampak Pernikahan Dini Terhadap
mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, Kesehatan Alat Reproduksi Wanita.
serta dampak negatif pernikahan dini. Dalam Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera,
hal ini, orang tua, anak, lembaga sekolah 13(26).
seperti guru serta masyarakat memiliki peran
yang cukup penting untuk mengurangi Hasan, M. I. (2002). Pokok-pokok Materi
angka pernikahan dini di Indonesia. Oleh Metodologi Penelitian dan
karena itu, penulis menyarankan bahwa Aplikasinya. Ghalia Indonesia.
orang tua maupun masyarakat luas penting Hasiani, F. (2015, Oktober). Analisis
untuk memahami mengenai dampak yang Kualitas Sumber Daya Manusia dan
akan timbul akibat pernikahan dini. Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Kabupaten Pelalawan.
Jom FEKON, 2(2), 1-15.
Kulla, T., Rumapea, P., & Tampongangoy,
DAFTAR PUSTAKA D. L. (2018). Kualitas Sumber Daya
Agustian, H. (2013). Gambaran Kehidupan Manusia dalam Meningkatkan
Pasangan yang Menikah di Usia Pembangunan Desa Tinggilbet
Muda di Kabupaten Dharmasraya. Distrilk Beoga Kabupaten Puncak
Spektrum PLS, 1(1), 205-217. Provinsi Papua. JURNAL
ADMINISTRASI PUBLIK, 4.
BPS. (2016). Perkawinan Usia Anak di
Indonesia 2013 dan 2015. Badan Mantra, I. B. (2015). Demografi Umum.
Pusat Statistik. Jakarta: Badan Pusat Pustaka Pelajar.
Statistik. Marhaeni, A. (2018). Pengantar
Chandrasekhar, C. P., Ghosh, J., & Kependudukan Jilid 1. Denpasar: Cv.
Roychowdhury, A. (2006, December Sastra utama.
59

Muntamah, A. L., Latifiani, D., & Arifin, R. Surakhmad, W. (1985). Pengantar Penelitian
(2019, Juni). Pernikahan Dini Di Ilmiah : Dasar, Metode, dan Teknik.
Indonesia: Faktor dan Peran
Pemerintah (Perspektif Penegakan UNICEF, BPS, PUSKAPA, & BAPPENAS.
dan Perlindungan Hukum Bagi (2020). Pencegahan Perkawinan
Anak). Widya Yuridika Jurnal Anak : Percepatan Yang Tidak Bisa
Hukum,, 2 No.1. Ditunda. Jakarta.

Pratiwi, Y. P., & Herdayati, M. (2014). Wahidmurni. (2017, Juli). Pemaparan


Pengaruh Umur Kawin Pertama Metode Penelitian Kualitatif. 4.
Terhadap Tingkat Fertilitas Wanita Yulianti, R. (2010, April). Dampak yang
Usia Subur Di Provinsi Jawa Barat Ditimbulkan Akibat Perkawinan
Tahun 2012. 1-16. Usia Dini. Pamator, 3(1).
Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Yuniarti, S., Sukandar, H., & Susiarno, H.
Tugas Perkembangan Masa Remaja. (2013). Analisis Faktor Yang
APLIKASIA, 17 No. 1, 25-32. Berhubungan Dengan Fertilitas :
Suatu Kajian Literature. 1-11.

Anda mungkin juga menyukai