Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PERNIKAHAN

DINI PADA PADA SISWI SMK N 5 MERANGIN DIDESA BUKIT


BUNGKUL KECAMATAN RENAH PAMENANG KABUPATEN
MERANGIN
TAHUN 2022

OLEH :
SETTY SERAFI GULTOM
NIM : 213001070197

PROGRAM STUDI KEBIDANAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TA. 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu permasalahan di Indonesia adalah pengetahuan tentang tanda bahaya


pernikahan dini akibat kurangnya penyuluhan kesehatan tentang kesehatan remaja (PKPR)
yang tidak rutin. Kunjungan PKPR yang tidak rutin di lakukan menyebabkan terjadinya
pernikahan dini yang menyebabkan terjadinya bahaya kehamilan, persalinan dan masa
nifas. Upaya pemerintah untuk lebih meningkatkan motivasi remaja akan pentingnya
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) secara teratur, maka sangat diperlukan peran
dari bidan sebagai pelaksana dalam memberikan pelayanan Antenatal Case sikap juga
profesionalisme, diharapkan dapat lebih meningkatkan motivasi dan kunjungan remaja
dalam layanan pencegahan,pengobatan, promosi dan rehabilitasi secara teratur
(Wati,2021).
Faktor yang melatar belakangi terjadinya pernikahan anak dibawah unmoor yaitu
antara lain karena faktor kemiskinan, kemauan anak, pendidikan, keluarga dan faktor
budaya. Hal ini terbukti didalam penelitian JoarSvanemyr (2012) bahwasannya faktor
kemiskinan berkolerasi dengan tingkat yang lebih tinggi sebagai pernikahan usia muda
terbesar ke- 37 diseluruh dunia dari 158 negara dan juga indonesia menepatkan posisi
sebagai negara kedua di Asia Tenggara (Mariyam, 2014). Tingginya kasus pernikahan usia
muda indonesia adalah cendrung banyak terjadi di berbagai perdesaan karena tingkat
pengetahuan penduduk desa yang kurang. Hal ini dikarenakan masyarakat yang tinggal
diperdesaan masih rendah pengetahuannya tentang bahaya melakukan pernikahan dibawah
umur. Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyimpulkan bahwa
angka pernikahan usia muda diperdesaan memang lebih besar dibandingkan di perkotaan.
Perbandingan yang didapat untuk kelompok yang menikah usia muda (15-19 tahun)
sebanyak 5,28% terjadi di perkotaan dan 11,88% terjadi di perdesaan. Pernikahan usia
tersebut paling banyak dilakukan pada perempuan-perempuan berstatus pendidikan rendah
dan juga berasal dari kleuarga berstatus ekonomi rendah.
Fenomena ledakan penduduk masih terus meningkat di Indonesia,salah satu faktor
penyumbang terjadinta ledakan penduduk adalah permikahan usia dini. Prevalensi
perkawinan usia anak di indonesia tidak hanya tetap tinggi (dengan lebih seperenam anak
perempuan menikah sebelum mencapai usia dewasa (usia 18 tahun) tetapi prevalensi
tersebut juga kembali meningkat. Presentasi wanita umur 15-19 tahun yang telah menjadi
ibu atau sedang hamil anak pertama. Hasil survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun Komnas Perempuan tahun 2021 ada kasus pernikahan dini 59.709 kasus pernikahan
dini.
Pernikahan dini menurut undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai seorang suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1974 tentang perkawinan pada Pasal 7 yang berbunyi “Perkawinan hanya diizinkan
jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 (enam belas) tahun”. Berdasarkan beberapa defenisi yang dipaparkan
sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa perkawinan dini adalah ikatan batin antara
pria dan wanita untuk hidup bersama membentuk rumah tangga dan melanjutkan
keturunan dimana usia di bawah 19 tahun atau wanita di bawah 16 tahun (Yekti,2021).
Permasalahan pernikahan usia dini saat ini sudah menjadi permasalahan dunia.
Pernikahan dini di indonesia menduduki peringkat 37 Tahun di Dunia pada tahun 2010,
hal ini berarti Indonesia termasuk negara presentase pernikahan dini tinggi di Dunia.
Pernikahan dini di Indonesia tertinggi ke dua Association Of South East Asia Nations
(ASEAN) setelah kamboja (Departement of Economic and Social Affairs, 2011).
Berdasarkan (Riskesdas, 2013) diantara wanita usia 10-50 tahun, sebanyak 2,6%
melakukan pernikahan dini pada usia dibawah 15 tahun dan 23,9 % pada usia 15-19 tahun
(Kemenkes RI, 2013). Data SDKI (2012) menyebutkan bahwa 340 ribu anak perempuan
menikah pada usia dini setiap tahunnya. Pernikahan dini di beberapa Negara di anggap
sebagai alternatif penyelesaian masalah kemiskinan keluarga. Keluarga miskin dianggap
dapat terbantu saat anak perempuan mereka menikah. Pernikahan disebut mampu
membantu mengurangi beban ekonomi keluarga (Purnomo, 2013).
Data United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) pada tahun
2020, menyatakan bahwa pernikahan dini diartikan pernikahan yang terjadi ketika berusia
dibawah 18 tahun. Pada tahun 2020 menunjukkan bahwa pernikahan di usia dini sebanyak
562 kasus dan 694 kasus pada tahun 2021. Perkawinan anak merupakan salah satu bentuk
tindakan kekerasan terhadap anak. Anak yang di paksa nikah di bawah umur 18 tahun
akan memiliki kerentanan yang lebih besar baik secara akses pendidikan, kualitas
kesehatan, potensi mengalami tindakan kekerasan, serta hidup dalam kemiskinan
(Hakiki,2020).
Pendidikan kesehatan reproduksi di Indonesia belum banyak dilakukan. Pendidikan
kesehatan reproduksi tidak tercakup di dalam kurikulum sekolah seperti yang
direkomendasikan oleh WHO, karena adanya konflik antara nilai tradisi Indonesia dengan
globalisasi kebarat-baratan yang dianggap muncul seiring adanya pendidikan kesehatan
reproduksi, Oleh sebab itu kasus-kasus yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi di
Indonesia masih tinggi, dengan dibuktikan banyaknya perceraian yang terjadi di usia 20
sampai 24 tahun dengan batas pernikahan tidak sampai 5 Tahun (BKKBN, 2018).
Menurut BKKBN Pernikahan dini diartikan sebagai pernikahan yang dilakukan oleh
Perempuan dibawah umur 21 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Rata-rata umur
menikah pertama di Provinsi Jambi pada tahun 2021 masih terdapat 24 Kabupaten angka
pernikahan dini 1423 kasus pernikahan dini. Pernikahan dini pada remaja putri
memerlukan perhatian khusus, karena dimasa remaja terjadi peristiwa pernikahan dini
penting dalam sistem reproduksi yaitu selain menstruasi yaitu kehamilan. Kehamilan
adalah proses sembilan bulan atau lebih dimana seorang perempuan membawa embrio dan
janin yang berkembang di dalam rahimnya (WHO,2021).
Berdasarkan data dari SDKI tahun 2012 dan 2017 angka kelahiran pada wanita usia
15-19 tahun, Jawa Barat mengalami kenaikan yaitu dari 35 ke 38 meskipun pada data hasil
survei ditemukan angka mematian ibu saat melahirkan disaat umur ibu kurang dari 20
tahun mengalami penurunan dari 50 ke 34. (SDKI, 2020) Menurut Teori Arikunto (2006)
penentuan tingkat pengetahuan responden dibagi dalam 3 kategori, yaitu baik, cukup, dan
kurang. Kategori baik jika subjek mampu menjawab dengan benar sebanyak 76%-100%
dari seluruh pertanyaan. Dan dikatakan pengetahuannya cukup bila subjek mampu
menjawab dengan benar sebanyak 56%-75% dari seluruh pertanyaan dan ketika dikatakan
pengetahuan kurang adalah apabila subjek mampu menjawab dengan benar < 56% dari
seluruh pertanyaan (Zainurahma, 2018).
Beberapa penelitian membuktkan bahwa permasalahan yang muncul pada kesehatan
reproduksi bisa disebabkan oleh adanya pernikahan usia muda atau pernikahan usia dini
dan memunculkan banyak resiko. Pernikahan dini adalah sebuah pernikahan yang
dilakukan sebelum umur 19 tahun. Batasan umur ini merujuk pada Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Pernikahan dini merupakan masalah global yang masih ditemukan di
berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa
rata-rata umur pernikahan dini di Kosovor-Albania adalah 17,3 tahun, sementara di Barat
Laut Ethiopia adalah 17 tahun. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 menunjukkan bahwa diperkirakan 17 persen anak perempuan menikah di usia kurang
dari 18 tahun di Indonesia. Selanjutnya SDKI tahun 2017 melaporkan terjadinya
perubahan tren pernikahan yaitu 63,7 persen anak perempuan Indonesia menikah pada
usia 20 tahun (SDKI, 2020).
Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi jambi pernikahan dini pada Tahun 2019
perempuan menikah sebelum umur 18 tahun yaitu 14,78%, pada tahun 2020 14,03% dan
pada tahun 2021 10,67%. Di Kota Jambi pada Tahun 2021 yaitu 3000 pasangan yang
angkanya telah turun sekira 100 pasangan dari tahun 2020.
Di Kabupaten Merangin pada Tahun 2021 pada Kantor Kementrian Agama
Kabupaten Merangin terdata ada 1423 orang remaja yang menikah di usia dini, sedangkan
di Kecamatan Renah Pamenang 125 orang remaja yang menikah di usia dini, sementara
itu di desa bukit bungkul remaja yang menikah di usia dini berjumlah 31 orang.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti remaja di Desa Bukit Bungkul,
terdapat 31 orang, terdapat 31 orang yang menikah di usia dini.
Berdasarkan Data yang diperoleh dari Sekolah ada beberapa Siswi SMK N 5
Merangin keluar sekolah karena pernikahan dini berjumlah 7 orang sebelum selesai
sekolah pada tahun 2021 sampai 2022. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang
Pernikahan Dini Pada Siswi SMK N 5 Merangin November 2022 Sampai Februari
2023”.
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo,2018). Rendahnya pengetahuan
tentang penikahan dini bisa disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan keterpaparan
remaja terhadap suatu informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan
perilaku yang dimiliki (Erfandi, 2019).
Pengetahuan berhubungan dalam risiko terhadap perkawinan usia dini. Hal ini dapat
diartikan bahwa semakin tinggi pengetahuan yang di miliki maka semakin tinggi sikap
responden terhadap penolakan perkawinan usia dini begitu juga sebaliknya. Hal berarti
semakin tinggi pengetahuan kesehatan repsroduksi yang di miliki subjek semakin tinggi
perilaku seksual pranikahnya, yang terdapat dalam hasil penelitian Krinadewi (2019)
tentang hubungan antara pengetahuan mengenai risiko perkawinan dini dan sikap terhadap
perkawinan usia dini pada remaja putri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuspa dan Tukiman (2017) menyatakan bahwa
pernikahan dini dapat mengakibatkan terjadinya penyakit atau kerusakan pada alat
reproduksi wanita antara lain yaitu kanker leher rahim dan ketika melahirkan jika di
paksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan
membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa si ibu.
Berdasarkan data yang ada di wilayah Di Kabupaten Merangin pada Tahun 2021
terdata ada 1423 orang remaja yang menikah di usia dini, sedangkan di Kecamatan Renah
Pamenang 125 orang remaja yang menikah di usia dini di wilayah kerja Puskesmas
meranti.
Hasil studi pendahuluan di SMA SMK N 5 Merangin jumlah seluruh siswa sebanyak
106 siswa. Sedangkan, untuk kelas XI jumlah siswa sebanyak 54 siswa yang terdiri dari 52
siswi perempuan. Pada studi pendahuluan juga peneliti melakukan wawancara kepada
salah satu guru,pada tahun sebelumnya ada siswi perempuan yang keluar sekolah karna
pernikahan dini . Siswi kelas XI melakukan pernikahan dini dikarenakan sesuatu. Dari
latar belakang seperti di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Pengaruh
penyuluhan tentang pernikahan dini terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang
pernikahan dini”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “ Bagaimana Pengaruh Panyuluhan Tentang Pernikahan Dini Terhadap Tingkat
Pengetahuan Siswi SMK N 5 Merangin Di Desa Bukit Bungkul Kecamatan Renah
Pamenang”.
1.3 Ruang Limgkup
Penelitian ini meneliti pengetahuan siswi SMK N 5 Merangin tentang pernikahan
dini pada kalangan remaja di wilayah kerja Puskesmas Meranti Tahun 2022. Penelitian
ini akan di lakukan pada bulan Desember 2022 di SMK N 5 Merangin. Populasi dalam
penelitian ini siswa dan siswi kelas XI di SMK N 5 Merangin berjumlah 52 orang,
sedangkan sampel penelitian ini berjumlah 52 orang siswi, untuk mencari pengetahuan
siswi tentang pernikahan dini sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan oleh tenaga
kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain Deskriftif Kuantitatif dengan pendekatan
Cross sectional. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan
teknik “Simple Random Sampling” yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Data yang digunakan
dalam penelitian ini bersumber dari data primer. Data primer digunakan untuk
mengukur pengetahuan Siswi SMK N 5 Merangin dengan cara membagi Kuesioner
kepada siswi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Diketahunya tingkat Pengetahuan Siswi tentang Pernikahan dini di SMK N 5


Merangin Desa Bukit Bungkul Kecamatan Renah Pamenang Kabupaten
Merangin

2. Tujuan Khusus
a.Diketahunya gambaran Pengetahuan Siswi tentang pernikahan dini di SMK
N 5 Merangin Di Desa Bukit Bungkul Kecamatan Renah Pamenang
Kabupaten Merangin Tahun 2022.

b.Diketahuinya gambaran Pengetahuan siswi tentang Penyuluhan Kesehatan


tentang pernikahan dini di SMK N 5 Merangin Di Desa
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penleitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi
bagi tenaga kesehatan untuk menambah wawasan tentang pengaruh
penyuluhan kesehatan tentang pernikahan dini pada remaja.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Pihak Sekolah

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak sekolah untuk


membangun,mengembangkan peran pusat informasi dan konsultasi remaja di
sekolah mengaktifkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

b. Bagi Pihak Kampus

Peneliti diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah wawasan serta


memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu kebidanan khususnya
hubungan antara pengetahuan dengan pernikahan dini pada siswi SMK N 5
Merangin .

c. Bagi Puskesmas Meranti


Sebagai masukkan untuk dapat meningkatkan dan memaksimalkan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di sekolah.
d. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukkan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan
variabel yang berbeda.

1.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka hipotesis dalam penelitian ini


adalah : berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian pengaruh
pengetahuan Siswi terhadap Pernikahan Dini pada Remaja.

Anda mungkin juga menyukai