PENDAHULUAN
agar mampu menjadi sumber daya yang tangguh bagi pembangunan dan
ketahanan nasional.
menikah sebanyak 0,2% atau lebih dari 22.000 wanita menikah. Jumlah dari
umur perempuan 20-24 tahun lebih dari 56,2% sudah menikah. Di Kota
Pekalongan BP4 mencatat data calon pengantin berdasakan umur tahun 2015
menunjukan 86 jiwa pada usia 17-19 tahun perempuan menikah, dan usia 19-24
2008, sebanyak 34,5 persen dari 2.049.000 pernikahan yang terjadi setiap tahun
1
2
pertama berada pada usia 19,8 tahun sementara hasil SDKI 2002-2003
menunjukan angka 19,2 tahun. Angka ini mengindikasikan bahwa separuh dari
Fertelity Rate sebesar 2,1. Menjaga TFR pada angka tersebut memerlukan
berbagai upaya serius untuk mengendalikan jumlah kelahiran. Salah satu faktor
yang menjadi penyumbang tingginya TFR yaitu masih tingginya perkawinan usia
muda serta banyaknya kasus kehamilan tidak diinginkan sebagai akibat perilaku
seks bebas pra nikah pada remaja. Upaya promosi kesehatan reproduksi remaja
dan pendewasaan usia perkawinan memiliki peran besar dalam menekan tingginya
dan umur perkawinan pertama di Kota Pekalongan Tahun 2012 pada usia 17 – 20
tahun sebesar 39,27 %. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan usia
2015). Sedangkan target pencapaian untuk usia kawin pertama perempuan dari
mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orangtua.
Hal serupa juga ditunjukan oleh Riset Kesehatan Dasar (2010) yang menemukan
3
bahwa pernikahan usia 15-19 tahun mencapai 41,9% bahkan pernikahan pada usia
PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikelola dari, oleh
dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan
di Kota Pekalongan tercatat 42 PIK terbentuk melalui tahapan yang sudah tersebar
Barat. Salah satu materi yang harus dikuasai ialah Pendewasaan Usia Perkawinan.
mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
menekan laju pertumbuhan penduduk. Kebijakan pemerintah ini sudah ada sejak
tahun 1982 tapi perkawinan di usia dini pada wanita masih tinggi hingga saat ini.
“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan
perlindungan anak Nomor 23 Tahun 2002 batas usia perkawinan yaitu 18 tahun.
batas usia menikah pada laki-laki ialah 25 tahun, dan wanita minimal 20 tahun.
4
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang
dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian.
40 wanita mengalami aborsi yang tidak aman dan 1 wanita meninggal. Indikator
yang umum di gunakan dalam kematian ibu adalah angka kematian ibu ( AKI ).
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola
partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain
(8%). Di Kota Pekalongan tahun 2014 berdasar data Dinas Kesehatan melaporkan
terdapat 6 ibu meninggal dunia. Didapatkan 1 jiwa meninggal dunia pada umur 22
tahun, dan di Tahun 2015 terdapat 6 ibu meninggal dunia dengan 1 jiwa berdasar
Rakyat Merdeka, tahun 2006) yang merujuk pada data Terry Hull dkk. (1993) dan
5
aborsi per tahun, 27% (± 700 ribu ) dilakukan oleh remaja, dan sebagian besar
dilakukan dengan cara tidak aman. Sekitar 30-35% aborsi ini adalah penyumbang
kematian ibu (307/100 ribu kelahiran) dan tercatat bahwa Angka Kematian Ibu di
Dari aspek psikologis, Beberapa kasus yang marak saat ini antara lain :
Menurut data KPAI, jumlah kasus kekerasan terhadap anak pada 2012 meningkat
hingga mencapai 2.275 kasus yang terbagi dalam sembilan bidang perlindungan
anak. Berdasarkan Hasil dari Badan Pusat Statistis (BPS) Kota Pekalongan tahun
2012 untuk tingkat cerai hidup pada usia 17 – 21 tahun mencapai 53,88 %. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Plan Indonesia (2010), 44% anak perempuan yang
frekuensi tinggi, dan sisanya 56% dengan frekuensi rendah. Berdasar laporan LP-
PAR Kota Pekalongan tahun 2015 KDRT berbasis Gender berjumlah 30, dan 39
kasus kekerasan terhadap anak. Kasus terbaru KDRT tahun 2016 sampai saat ini
berbasis Gender berjumlah 14, dan kasusu kekerasan anak berjumlah 23 korban.
menunjukan bahwa median usia kawin pertama wanita di indonesia masih relatif
muda yakni 20,1 tahun, sedangkan media usia kawin laki-laki di Indonesia adalah
24,3 tahun. Perkawinan di usia dini inilah yang memicu tingkat perceraian hidup
tinggi. Di Kota Pekalongan terdapat angka cerai total 28 berdasar data dari KUA
telantar, putus sekolah dan lainnya yang kemudian menjurus pada perilaku
kenakalan remaja. Hal ini menjadi salah satu pemicu adanya pernikahan dini di
kota pekalongan. BP4 melaporkan tahun 2015 Kota Pekalongan calon pengantin
berdasarkan tingkat pendidikan yang menikah sejumlah 380 jiwa tingkat SD, 433
Utara, Barat dan Selatan. Pada KUA pekalongan Utara diperoleh data dari tahun
2010-2013 tercatat angka usia kawin untuk Laki-laki menikah pada usia 16-19
tahun sebanyak 291 orang dan perempuan sebanyak 435. Sedangkan pada usia 20-
26 tahun pada tahun 2010-2013 tercatat untuk laki-laki sebanyak 471 orang, dan
perempuan sebanyak 518 orang, Sedangkan di tahun 2014 diperoleh data usia
menikah umur < 19 tahun untuk laki-laki sebanyak 11 orang, dan perempuan
kisaran umur 17-19 tahun sebanyak 59 orang, serta laki-laki menikah usia 19-21
tahun 2014 dari bulan 01 juni-31desember 2014 diperoleh data laki-laki yang
menikah pada usia >=19 s/d <25 sebanyak 135 orang dan perempuan pada umur
>=17 s/d <=20 tahun sebanyak 298 oraang. Pada tahun 2015 pada bulan januari-
september diperoleh data usia nikah pada laki-laki umur >=19 s/d <25 sebanyak
116 orang, dan perempuan >=17 s/d <=20 sebanyak 199 orang. Selanjutnya, data
usia kawin pada KUA pekalongan selatan pada tahun 2014 diperoleh usia laki-laki
7
menikah pada umur 19-25 tahun sebanyak 118 orang, dan perempuan pada usia
Remaja (KRR). Program KRR termasuk salah satu program pokok yang
Diharapkan melalui program ini setiap Kecamatan memiliki Pusat Informasi dan
informasi dan edukasi Pendewasaan Usia Perkawinan. Namun, sejauh ini program
pernikahan dini dan kasus lainnya terkait remaja di indonesia khususnya di kota
umur 22 tahun, dan di Tahun 2015 terdapat 6 ibu meninggal dunia dengan
anak tentang batas usia menikah menjadi salah satu faktor tidak
7. Dari segi kesehatan, Secara global 80% kematian ibu tergolong pada
terbaru KDRT tahun 2016 sampai saat ini berbasis Gender berjumlah 14,
9. Berdasarkan Hasil dari Badan Pusat Statistis (BPS) Kota Pekalongan tahun
2012 untuk tingkat cerai hidup pada usia 17 – 21 tahun mencapai 53,88 %.
Dari data KUA kota pekalongan diperoleh hasil angka usia kawin
muda masih perlu adanya perhatian khusus dalam meningkatkan usia kawin
yang menimbulkan resiko kesehatan yang dipicu salah satunya oleh ketidak
PIK R/M di Kota Pekalongan untuk meminimalisir angka usia kawin muda
Pekalongan”.
10
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Manfaat Teoritis
Kota Pekalongan.
2. Manfaat Praktis
3. Manfaat Strategis
1. Lingkup Keilmuan
2. Lingkup Masalah
3. Lingkup Tempat
Penelitian ini akan dilaksanaka pada bulan Juni sampai Agustus 2016
Perbedaan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan peneliti terdahulu antar lain; Pertama, Rancangan Penelitian
yang menggunakan Single Program After-Only. Kedua, Fokus Penelitian , dimana variabel yang diteliti ialah Disposisi Publik, SDM,
Kemudahan Memperoleh Pelayanan PIK, Pendampingan Sektor Terkait. Selanjutnya ketiga, pada peneliti juga menggunakan
Modifikasi Teori Sistem dan Teori Indikator PIK R/M Tahap Tegar (BKKBN, 2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting
berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau
tidak diimplementasikan.
Policy makers untuk mempengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut “Street
15
16
e) Pelaksana program
2. Jenis-jenis Kebijakan
kelompok sasaran.
Remaja., yaitu remaja yang terhindar dari resiko TRIAD KRR , menunda usia
remaja, ada upaya yang dilakukan sebagai tahapan dari program GenRe yang
dikembangkan melalui dua arah yakni Pusat Informasi dan Konseling (PIK)
dan Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).Di dalam PIK R/M salah satu
Perkawinan (PUP).
Tegar Remaja, yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko Triad
menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.
(BkkbN,2014).
dengan penytiapan diri remaja. Salah satu yang menjadi fokus utama dalam
Gambar 2.2.1
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
berakhlak
berketahanan
Berencana Indonesia
penunjang lainnya.
Tabel 2.2.2
Gambar 2.1.2
21 tahun
/ mahasiswa.
berkembang, paripurna)
Kelompok BKR
BKR
program GenRe
24
Berkembang, Paripurna).
Konseling di Kota Pekalongan, ialah dari segi Input, Proses, dan Output.
1. INPUT
a. Sumber Daya Manusia
Syarat berjalannya suatu organisasi adalah kepemilikan terhadap
mean that laws will not be enforced, services will not be provided and
mengimplementasikan kebijakan.
2) Informasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai
telah ditetapkan.
3) Wewenang. Pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar
SDM (Pengelola, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya) baik untuk PIK
R/M yang baru tumbuh maupun untuk mengganti SDM yang sudah tidak
Kota).
28
produktif.
c. Materi khusus yang dikuasai oleh pengelola, Pendidik Sebaya (PS) dan
1) 8 fungsi keluarga
3) TRIAD KRR
oleh remaja)
7) Memiliki perpustakaan
jejaring sosial
2. PROSES
meliputi;
pengelola PIK R/M, Menyiapkan PIK R/M yang ramah remaja dan
dalam Kuliah Kerja Nyata bagi PIK Mahasiswa, dan Penyediaan dan
serta Mau memberikan edukasi kepada teman sebaya sebagai salah satu
Perkawinan
Ialah Kemampuan pengurus Pusat Informasi dan Konseling yang
berjenjang.
2) Kuantitas
Ialah rasio pengurus dengan sasaran yang dilayani apakah
dan Konseling
1) Kegiatan yang dilakukan oleh Pengurus Pusat Informasi dan
Konseling
Membentuk PIK R/M
Pembentukan PIK R/M di lingkungan komunitas remaja
KIE
Melakukan advokasi
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari
PIK R/M.
Melakukan promosi dan Sosialisasi PIK R/M
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan keberadaan
PIK R/M
Dukungan sumber dana PIK R/M
Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung biaya
tidak mengikat
Melaksanakan konsultasi dan fasilitasi dalam pengelolaan PIK
R/M
Kegiatan ini bertujuan untuk mencari cara-cara pemecahan
pelaporan
- Hasil rekap diserahkan kepada Ketua PIK R/M
b) Pelaporan
- Ketua PIK R/M menandatangani dan menyerahkan laporan
setempat
- SKPD-KB Kabupaten dan Kota (misalnya Kabid KSPK.
Walikota
- Kabid KSPK atau Kasubbid Bina Ketahanan Remaja
kondisi lingkungan
c) Faktor Kompetensi
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukan perilaku
pengertian.
e. Kemudahan memperoleh informasi Pendewasaan Usia Perkawinan oleh
pendewasaan usia perkawinan tidak sulit, baik dari segi teknis, teortis,
dan strategis.
f. Pendampingan Sektor Terkait
35
3. OUTPUT
a. Bagi Remaja
1) Memahami dan Mampu Menjelaskan PUP
Peran remaja sangat erat kaitannya dengan pemahaman yang harus
kawin merupakan hal yang seharusnya remaja tau, mau serta mampu
persalinan.
b. Aspek Ekonomi
Masalah perekonomian keluarga adalah salah satu sumber
dini atau muda. Disisi lain remaja yang menikah di usia muda
37
timbul dengan cara yang bijak, tidak mudah bimbang dan putus
perceraian.
Selanjutnya, kemampuan penyesuaian diri juga menjadi
baru, baik sebagai kepala keluarga dan ayah, serta calon ibu atau
muda.
3) Memiliki Persiapan Menjelang Pranikah dan Memiliki Perencanaan
Keluarga
a) Persiapan Menjelang Pranikah
Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Tujuannya untuk mengetahui sejak dini penyakit yang ada
imunisasi TT.
Lain-lain
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemakaian
minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Batasan usia
ini di anggap sudah siap baik dipandang dari sisi kesehatan maupun
bukan sekedar menunda perkawinan sampai usia tertentu saja, akan tetapi
juga mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup
dan kelahiran anak pertana ini dalam istilah KIE disebut sebagai anjuran
kelahiran.
2. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Perencanaan Keluarga
Pendewasaan Usia Perkawinan dan Perencanaan Keluarga merupakan
Usia Perkawinan dan perencanaan keluarga. Bagian kedua dan ketiga dari
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun juga sehat secara
mental dan sosio kultural. Salah satu prasyarat untuk menikah adalah
kesiapan secara fisik, yang sangat menentukan adalah umur untuk melakukan
usia 20 atau 21 tahun. Pada perempuan, organ reproduksi tumbuh pesat pada
usia 16 tahun. Pada masa tahun pertama menstruasi dikenal dengan tahap
pelepasan telur yang matang dari folikel dalam indung telur. Organ
reproduksi dianggap sudah cukup matang di atas usia 18 tahun, pada usia ini
dialami seorang wanita hamil. Komplikasinya ini dapat dibagi sesuai dengan
(Siti Bandiyah: 2009: 45). Adapun resiko yang terjadi pada proses kehamilan
44
maupun persalian :
5) Kanker rahim, yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat
6) Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang dari 1
tahun.
3) BBLR (berat bayi lahir rendah), yaitu bayi yang lahir dengan berat
4) Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang dari 1
tahun
5) Kelainan bawaan, yaitu kelainan atau cacat yang terjadi sejak dalam
proses kehamilan.
menunda kehamilan pada masa ini ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah
Pada masa ini usia isteri antara 20-35 tahun, merupakan periode yang
paling baik untuk hamil dan melahirkan karena mempunyai resiko paling
rendah bagi ibu dan anak. Jarak ideal untuk menjarangkan kehamilan adalah
yang dianjurkan pada masa ini adalah alat kontrasepsi yang mempunyai
reversibilitas dan efektifitas cukup tinggi, dan tidak menghambat air susu ibu
(ASI).
sebab secara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak
mengalami resiko medik. Ciri kontrasepsi yang dianjurkan untuk masa ini
untuk jangka panjang, dan tidak menambah kelainan yang sudah ada (pada
usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan
secara mental dan psikologi untuk berumah tangga, dapat dilihat dari kriteria
berikut :
Program GenRe
Modifikasi Teori Sistem dan Teori Indikator PIK R/M Tahap Tegar (BKKBN, 2014)
BAB III
METODE PENELITIAN
melalui Pusat Informasi dan Konseling di Kota Pekalongan, yang terdiri dari
beberapa variabel yang sesuai dengan Indikator PUP, yaitu pertama adanya
kegiatan respon sasaran terhadap pup yang dilakukan oleh pengelola PIK. Kedua
ialah Pengurus PIK yang Melayani PUP. Ketiga, Kegiatan edukasi PUP oleh PIK.
48
oleh PIK Mekanisme, Kendala dan kumentasi
Hambatan, Anggaran, dan
Kemudahan memperoleh PUP oleh
PIK
4 Pendampingan Upaya pendampingan yang FGD/Indept
sektor terkait dilakukan oleh sektor terkait yang Interview/Observasi/do
dilakukan oleh BPMP2AKB, kumentasi
Pembina PIK, BKR, dan Pihak
Universitas, meliputi Administrasi,
Pencatatan, Pelaporan, Sarana-
Prasarana, dan Dokumentasi
Kegiatan.
1. Jenis Penelitian
di kota pekalongan. Proses kualitatif berasal dari orang dan perilaku yang
2. Rancangan Penelitian
diperoleh dari Informan atau pengelola PIK sesuai dengan indikator PUP
terkait dengan SDM dan Materi PUP untuk mengukur sejauh mana program
49
tersebut terlaksana sebagai upaya implementasi pendewasaan usia
generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif
tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Penelitian ini menggunakan informan
dalam penelitian telah disesuaikan dengan tujuan peneliti yang akan diteliti yaitu :
1. Informan Utama
Pekalongan.
2. Informan Triangulasi
50
dari program kebijakan akselerasi program GenRe dan program PIK R/M
yang terbentuk melalui tahapan, 4 remaja disekitar PIK R/M, 4 remaja yang
tidak dapat dipecahkan dengan baik, karena metode untuk memperoleh data yang
teknik yang benar untuk memperoleh data-data yang akurat, relevan dan dapat
1. Data Primer
(FGD), dalam hal ini FGD digunakan pada informan utama yakni PIK R
dan PIK R IPPNU podosugih kota Pekalongan. Selain itu peneliti juga
51
serta Remaja di sekitar PIK di Kota Pekalongan. Data primer selanjutnya
2. Data Sekunder
Pencatatan data selama penelitian penting sekali karena data dasar yang
akan dianalisis berdasarkan kutipan hasil wawancara. Oleh karena itu pencatatan
data harus dilakukan dengan cara yang sebaik dan setepat mungkin.
Alat bantu pengambilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
antara lain :
1. Pedoman Wawancara
2. Alat Perekam
52
Alat perekam sebagai alat pengumpul data agar memudahkan peneliti
untuk mengingat kembali apa yang telah dikatakan informan dan dapat
peneliti untuk lebih berkonsentrasi pada apa yang telah dikatakan oleh
bermanfaat dan dapat menjadi bahan utuh yang menghasilkan bentuk analisis
a. Moderator Guideline
sebagai alat perantara yang peneliti lihat dan rasakan dalam rangka
pengumpulan data. Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang
didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
didukung data yang ada dilapangan dalam hal ini adalah catatan lapangan.
53
Untuk menganalisa data penelitian kualitatif digunakan analisis yang
Proses berfikir induktif dimulai dari data yang terkumpul atau keputusan-
analisanya adalah data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau
kesimpulan. Aktivitas dalam analisa data dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 3.7.1 Komponen dalam analisis data (Miles dan Huberman, 1984)
Pada gambar diatas adalah Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian pada model ini ada tiga komponen analisis untuk mengolah data yaitu:
1. Reduksi Data
54
tema, menentukan batasan permasalahan dan juga menulis memo. Proses ini
2. Penyajian Data
Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logika dan
sistematis sehingga bila bicara akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang
ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data ini harus
yang ada.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
yang telah di analisis. Jika disimpulkan dirasa kurang mantap, maka penulis
akan menggali dalam field note tetapi jika dalam field note belum diperoleh
data yang diingikan maka penulis mencari data lagi di lapangan. Kesimpulan
perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar benar bisa dipertanggung
memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap fenomena yang ada
55
3.8 Instrumen Penelitian
1. Pedoman Wawancara.
2. Kredibilitas Penelitian.
yang satu dengan yang lain. Dengan demikian diharapkan mutu dari
Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu tahap pralapangan dan
56
1. Tahap Pra Lapangan
e. Penyiapan interviewer
57
3.9 Skema Penelitian
Judul :
“IMPLEMENTASI PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN MELALUI
PUSAT INFORMASI DAN KONSELING DI KOTA PEKALONGAN”
Perumusan Masalah :
Bagaimanakah Implementasi Pendewasaan Usia Perkawinan Melalui Pusat
Informasi Dan Konseling Di Kota Pekalongan?
Tujuan :
1. Tujuan Umum
Mengetahui Bagaimana Implementasi Program Pendewasaan Usia Perkawinan Melalui Pusat
Informasi dan Konseling di Kota Pekalongan
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi lanjut respon sasaran terhadap pendewasaan usia perkawinan melalui
Pusat Informasi dan Konseling.
b. Mengidentifikasi lanjut pengurus yang melayani pendewasaan usia perkawinan melalui
Pusat Informasi dan Konseling.
c. Mengidentifikasi lanjut kegiatan edukasi tentang pendewasaan usia perkawinan melalui
Pusat Informasi dan Konseling.
d. Mengidentifikasi lanjut pendampingan sektor terkait tentang pendewasaan usia
perkawinan melalui Pusat Informasi dan Konseling.ssss
Desain Penelitian :
Desain Penelitian deskriptif melalui metode kualitatif
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
geografis antara: 6° 50’ 42° - 6° 55’ 44° Lintang Selatan 109° 37’ 55° - 109°
42’ 19° Bujur Timur serta berkoordinat Fiktif 510-518 km membujur dan
517,75-526,75 km melintang.
Secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Batang
Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan
Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang
Luas wilayah Kota Pekalongan 45,25 km 2 dengan jarak terjauh dari
59
60
Pusat Informasi dan Konseling (PIK) dan Bina Keluarga Remaja (BKR).
Melalui PIK R/M dan BKR, remaja diberikan pengetahuan dan pemahaman
penyakit menular seksual dan seks pra nikah. Harapannya selururh PIK R/M
Remaja (BKR) dan Pusat Informasi dan Konseling ialah dengan adanya
seluruh pengurus PIK ataupun BKR yang menjadi sarana informasi dan
bagi laki-laki. Batasan usia ini di anggap sudah siap baik dipandang dari sisi
sudah tersebar baik di tingkat SMP, SMA, Perguruan Tinggi, hingga tingkat
Pekalongan. Hasil data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
kawin pertama perempuan dari BKKBN pada tahun 2014 adalah 20 tahun.
Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana
Kota Pekalongan.
Kota Pekalongan.
f. Mencari informan.
Pekalongan
pengumpulan data.
kepada informan.
a. Pengumpulan data.
transkrip.
d. Penyajian data
e. Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk tabel
teks, naratif.
f. Penarikan kesimpulan.
4. Pemilihan Kesimpulan
1. Informan Utama
Informan Utama dalam penelitian adalah pengurus PIK R/M dari tingkat
dasarkan pada PIK tahap tegar yang sudah mendapatkan pelatihan dan
a. Informan Utama 1
b. Informan Utama 2
c. Informan Utama 3
laki.
d. Informan Utama 4
65
perempuan.
66
Tabel 4.3.1
Karakteristik Informan Utama
Pengurus PIK dalam Menerapan Substansi Pendewasaan Usia Perkawinan di Kota Pekalongan
Tabel 4.3.2
Karakteristik Informan Triangulasi
Remaja Pengguna PIK R/M
Tabel 4.3.3
Karakteristik Informan Triangulasi
Remaja bukan Pengguna PIK R/M
Jenis
No Nama Status Informan Alamat
Kelamin
1 Informan Triangulasi 2a Perempuan Pelajar SMA Bernadus Jl. Hoscokroaminoto
67
37A Pekalongan
2 Informan Triangulasi 2b Laki-Laki Pelajar SMP 1 Jl. KH Ahmad Dahlan
3 Informan Triangulasi 2c Perempuan Mahasiswa Unikal Ds. Jagung Kesesi
Jl. Jendral Sudirman
4 Informan Triangulasi 2d Perempuan Bekerja
Podosugih
Tabel 4.3.4
Karakteristik Informan Triangulasi
Remaja dengan Kategori Nikah Muda
Menikah
No Nama Janis Kelamin Alamat
Umur
1 Informan Triangulasi 3a Perempuan 18th Klego Pekalongan Utara
2 Informan Triangulasi 3b Perempuan 17th Jenggot Pekalongan Selatan
3 Informan Triangulasi 3c Perempuan 19th Landungsari Pekalongan Timur
4 Informan Triangulasi 3d Perempuan 19th Tirto Pekalongan Barat
Tabel 4.3.4
Karakteristik Informan Triangulasi
Eselon IV BPMP2AKB Kota Pekalongan
Jenis
No Nama Jabatan Nama Instansi
Kelamin
Kasubid KB dan Kesehatan BPMP2AKB Kota
1 Informan Triangulasi 4a Perempuan
Reproduksi Pekalongan
4.4 Hasil Penelitian Focus Group Discussion (FGD) Informan Utama PIK
R/M terhadap Pendewasaan Usia Perkawinan di Kota Pekalongan
Kota Pekalongan. Hasil penelitian dari informan utama yakni PIK tingkat
68
yang di anggap perlu untuk menunda usia kawin muda, resiko kehamilan dan
persalinan yang mengakibatkan AKI dan AKB, KDRT, serta dampak resiko
pendewasaan usia perkawinan oleh pengurus masih lemah dan masih jarang
dalam sosialisasi baik dari konseling maupun bentuk edukasi yang jarang
Pekalongan.
Kemudian informasi yang diperoleh dari infroman triangulasi terhadap
pengguna PIK juga tidak sepenuhnya dipahami terkait materi PUP, serta
kurang adanya sosialisasi yang tidak menyeluruh oleh pengurus PIK kepada
nikah dini karena seks di luar nikah, pendidikan dan ekonomi yang rendah,
69
mengalami masalah pada saat persalinan, sampai pada angka kematian bayi
sosialisasi yang efektif serta tidak adanya evaluasi yang berjenjang dari pihak
yang menjadi target dari masing-masing pengelola maupun dari pengurus itu
sendiri.
Adapun hasil penelitian Focus Group Discussion pada 12 informan
berikut :
sebagai berikut :
a. Informan Utama 1a, 1b, 1c (Pengurus PIK KRR SMA Bernadus)
Pada materi pendewasaan usia perkawinan yang dilakukan oleh PIK
terkait bahaya nikah muda, kematian ibu dan bayi, serta bahaya
70
tentang pendewasaan usia perkawinan kepada remaja sekitar masih
belum menyeluruh.
b. Informan Utama 2a, 2b, 2c (Pengurus PIK R SMP N)
Materi yang disampaikan meliputi pengertian dan resiko-resiko dari
remaja.
d. Informan Utama 4a, 4b, 4c (Pengurus PIK R IPPNU Podosugih)
Materi yang dismpaikan lebih pada batasan usia menikah. Kurang
71
sosialisasi saja karena lebih sering melakukan konseling melalui
sebagai berikut :
a. Informan Utama 1a, 1b, 1c (Pengurus PIK KRR SMA Bernadus)
Dalam kualitas penguasaan materi oleh pengurus belum
72
dalam pendewasaan usia perkawinan. Dari segi kuantitas terdapat
di sekolah.
c. Informan Utama 3a, 3b, 3c (Pengurus PIKMA Sriwijaya)
Dalam kualitas penguasaan materi sudah cukup baik dari
73
Hasil penelitian Focus Group Discussion dari 12 informan utama yaitu
74
pengurus lebih melakukan pendekatan secara pribadi terhadap
via bbm ataupun sms tanpa di pungut biaya. Salah satu kendala
lebih sering door to door tanpa ada kegiatan yang khusus. Kendala
75
kesekretariatan, juga tidak adanya anggaran dalam melakukan
sosialisasi.
Kesimpulan : 4 kelompok PIK menunjukan bahwa kegiatan edukasi
76
dari pihak BPMP2AKB berupa pemberian materi dan pelatihan
setiap tahunnya.
c. Informan Utama 3a, 3b, 3c (Pengurus PIKMA Sriwijaya)
Proses pendampingan dilakukan oleh pihak Universitas
setiap tahunnya.
tahunnya.
Kesimpulan : 4 kelompok PIK menunjukan bahwa proses pendampingan
77
oleh pihak terkait tidak menunjukan adanya evaluas baik
selama ini.
78
dilakukan ialah dengan memberikan informasi pada teman sebaya
c. Informan Trianguasi 1c
Pengetahuan yang diperoleh sasaran terhadap pendewasaan usia
sosial.
Kesimpulan : 4 informan triangulasi menunjukan bahwa respon sasaran
79
maupun tidak langsung melalui media terkait penundaan
usia perkawinan.
2. Pengurus yang Melayani Pendewasaan Usia Perkawinan
a. Informan Triangulasi 1a
Informan pernah mengakses pelayanan pusat informasi dan
Salah satu kendalanya ialah dari siswa itu sendiri yang tidak semua
sendiri adalah agar pengurus menjadi remaja yang cerdas dan lebih
c. Informan Triangulasi 1c
Informan sering memanfaatkan pelayanan fasilitas wifi yang
80
usia perkawinan. Informan belum sepenuhnya merasa jelas dengan
81
Salah satu kendalanya antara lain tidak adanya kesekretariatan
82
informan pendewasaan usia perkawinan masih sangat perlu untuk
konseling.
c. Informan Triangulasi 1c
Informan tidak pernah mengikuti kegiatan yang dlakukan oleh
83
pelayanan konseling yang ada. Kesan informan setelah melakukan
dan konseling.
Kesimpulan : 4 informan triangulasi menunjukan bahwa masing-masing
84
pada saat sosialisasi maupun konseling. Mekanisme yang
muda ialah remaja yang menikah setelah lulus SMA. Resiko dari nikah
85
mengetahui, informan berpendapat bahwa pernikah dini ialah menikah
di bawah usia 20tahun. salah satu resiko dari nikah muda ialah bercerai.
menikah dibawah usia 18 tahun pada wanita dan dibawah 20tahun pada
laki-laki. Salah satu resiko dari nikah dini karena belum siapnya
sosialisasinya.
d. Informan Triangulasi 2d
Informan tidak megetahui adanya pusat informasi dan konseling dan
perempuan dan 20tahun untuk laki-laki. Resiko dari nikah muda adalah
86
pendidikan berpengaruh dengan adanya nikah dini. Sehingga informan
sebagai berikut :
a. Informan Triangulasi 3a
Informan menikah di usia 18 tahun dan suami usia 20 tahun karena merasa
tidak mengetahui dan mendapat informasi dan resiko yang terjadi pada
saat menikah di usia muda. Pada saat kehamilan, terjadi keguguran anak
pernikahan dari luar hanya dari pihak keluarga. Salah satu permasalahan
87
c. Informan Triangulasi 3c
Informan menikah di usia muda karena mersa sudah senang dengan
pasangan serta dorongan dari orang tua. Usia dikatakan nikah muda di
bawah 22 tahun. permasalahan yang biasa terjadi akibat nikah muda salah
Informasi yang didapat tentang pernikahan dari pihak keluarga dan teman
ekonomi, tidak bisa bermain dengan teman sebaya, dan tidak percaya
kekerasan dalam rumah tangga hanya pertengkaran yang sering terjadi dan
perkawinan.
88
1. Perubahan Kota Pekalongan adanya Pendewasaan Usia Perkawinan
terkait dengan prestasi dari organisasi yang terbentuk baik melalui pusat
89
keaktifan mengikuti lomba-lomba yang diselenggarakan setiap tahunnya
seperti duta mahasiswa, lomba penyuluhan. Pidato, dan kegiatan lain yang
Perkawinan
Hambatan utama adalah kurang optimalnya substansi 8 fungsi keluarga
sesuai dengan program dan tujuan pokok dan fungsi ialah dengan
Tabel 4.8.2
Daftar PIK R/M Basis Masyarakat di Kota Pekalongan
90
No PIK R/M Yang Dibentuk
Basis Masyarakat
1 Bendan Kergon 18 Poncol
2 Podosugih 19 Kalibaros
3 Kramatsari 20 Setono
4 Pasir sari 21 Jenggot
5 Kraton Kidul 22 Kuripan Kertoharjo
6 Tirto 23 Kuripan Yosorejo
7 Pringrejo 24 Soko Duwet
8 Medono 25 Buaran Kradenan
9 Sapuro Kebulen 26 Banyurip
10 Keputran 27 Panjang Wetan
11 Noyontaan 28 Kandang Panjang
12 Landungsari 29 Panjang Baru
13 Klego 30 Krapyak
14 Kauman 31 Degayu
15 Sampangan 32 Padukuhan Kraton
16 Sugihwaras 33 Bandengan
17 Gamer 34 IPPNU Podo Sugih
BAB V
PEMBAHASAN
dan konseling dari tingkat SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan tingkat
hasil yang dilakukan terhadap 4 kelompok PIK R/M tidak efektif karena
91
perkawinan yang dilakukan oleh pusat informasi dan konseling di Kota
Pekalongan.
kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting
92
93
berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau
tidak diimplementasikan.
semua memahami tentang pengertian, resiko nikah muda, maupun aspek yang
Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya) baik untuk PIK R/M yang baru
tumbuh maupun untuk mengganti SDM yang sudah tidak aktif lagi dengan
Bina Ketahanan Remaja, Kepala SKPDKB, Kabid dan Kasi yang menangani
informan yang melakukan sosialisasi hanya beberapa kali saja karena banyak
dilakukan oleh peneliti terhadap pengguna PIK R/M, bukan pengguna PIK
R/M, serta responden yang menikah dini menjadi salah satu target evaluasi
dari batasan usia, aspek PUP, dan resiko yang terjadi saat menikah di usia
secara prosedural terkait etika dan aturan yang seharusnya diterapkan dalam
pelayanan pusat informasi dan konseling, bahwa dari 4 informan ada yang
terait materi pendewasaan usia perkawinan masih sangat tabu. Hal ini
wilayah pekalongan. Usia menikah di bawah 20 tahun menjadi hal yang wajar
salah satu informasi yang masih sering kita dengar. Sehingga perlu adanya
peningkatan baik dari segi kuantitas dan kualitas oleh pengurus pusat
“....pernah keguguran pisan,,terus pas kae si, hamil kedua ki jare hamil
anggur, wes 9 bulan, wes prekso, bukune yo sampe saiki ono, tumon-tumon
tangi turu kempes kae si,,berarti pertama kegururan, naa,,kedua sing ilang
2014).
pengelola Pusat informasi dan Konseling mampu melakukan evaluasi baik dari
data, administrasi, dan dukungan yang penuh baik moril maupun finansial
visi dan misi untuk mencapai tujuan yang sama, yakni meningkatkan usia
kelompok PIK R/M terkait informasi yang diberikan kepada remaja masih
dari PUP,,,”
Berdasar indikator terkait dengan materi yang harus dikuasai oleh pengurus
seksual dalam diri remaja, sebagai anak muda yang belum memiliki
keluarga dan ayah, serta calon ibu atau istri yang diharapkan
perkawinan.
ke depan.
b. Persiapan Gizi
Calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan perlu
meningkatkan status kesehatan dan status gizi agar terhindar dari KEK
100
(kurang Energi Kronis) yang dapat beresiko pada saat kehamilan dan
kelahiran.
c. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Untuk keselamatan dan perlindungan diri terhadap penyakit tetanus,
kehamilan.
4. Menjelaskan tentang perencanaan keluarga
a. Perencanaan Keluarga
b. Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan
c. Masa Menjarangkan Kehamilan
d. Masa Mengakhiri Kehamilan.
Pada informan triangulasi pengguna pelayanan pusat informasi dan
menyeluruh.
Baik pengguna maupun bukan pengguna PIK R/M masih sangat rendah
dan resiko lainnya yang menjadi informasi yang berguna untuk remaja
sekitar. Dari 4 informan triangulasi pada responden yang menikah dini juga
informan triangulasi 3b
”..Yoo ora ngerti si mas,,,tapi paling yo seko wong tuo,,karo seko hp
kadang,,,”
Menjalankan sebuah program bukan hal yang mudah melihat tidak
kelompok PIK R/M terkait dengan pengurus yang melayani pendewasaan usia
perkawinan bahwa pengurus masih mempunyai kendala yang sama yakni tidak
bantara, osis, dan yang lainnya. Ee,,,ya kadang problemnya selain kesibukan
pengurus juga kurangnya pengurus karna masih belum tertarik dengan PIK
menjadi tidak berjalan dengan baik. Sesuai dengan teori yang ada bahwa
berikut :
1. Kualitas dan Kapasitas
a. Pengetahuan Pengurus tentang Pendewasaan Usia Perkawinan
Ialah pengetahuan pengurus tentang pendewasaan usia perkawinan,
usia perkawinan.
b. Kemampuan Pengurus Pusat Informasi dan Konseling untuk melakukan
baik dari danan APBN, APBD, maupun dari sumber dana lainnya,
ialah rasio pengurus dengan sasaran yang dilayani apakah sudah memenuhi
dan Konseling
Hasil penelitian terhadap 4 informan utama menunjukan bahwa 4
“ Lewat depan sekre sudah ada mading itu paling mudah kalo misalkan
ee,,ingin penasaran lebih dalam lagi biasanya mereka akan masuk kemudian
bisa pinjam buku, ambil leaflet dan kalo ee,,ada tamu kita ajak ngobrol,
mereka sudah kenal nanti lambat laun mampir kalo sudah akan mampir kalo
enggak langsung mencari yang dikenal untuk ngobrol di sekre juga ada
perpustakaan mini kita, ada leaflet, ada mading, kalo kita keluar goes to
104
school kita juga bawa Genre Kit dari BPMP2AKB. Jadi ketika Goes to
school kita juga memberikan Contact person jadi siswa yang tertarik ingin
Ee,,,mungkin kalo akses dari konselingnya kita sudah banyak baik dari FB,
HP, BBM, Emai, Blog, ataupun kochat. Tetapi mungkin dari sosialisasinya
mbak tidak semua mahasiswa unikal mengetahui bahwa ada fasilitas yang
disediakan untuk konseling. Kalo dari SMA sendiri kita sudah melakukan
pusat informasi dan konseling dalam memaksimalkan kegiatan PIK R/M ialah
kepada semua pihak yang terkait dalam rangka memperluas akses dan
penggalangan dana baik yang bersumber dari APBN dan APBD maupun
terkait dengan pengelolaan dan pelaksanaan PIK R/M yang tidak bisa
melayani klient tidak sesuai dengan prosedural yang ada, seperti halnya dari
pencatatan dan pelaporan PIK R/M merupakan suatu bentuk informasi dari
dengan pengelolaan dan pelayanan yang dilakukan oleh PIK R/M. (BKKBN,
2014)
“Yaa,,,melakukan konseling biasa si mba nanti minta saran atau solusi,,”
pas ada kegiatan ikut,,sama pemuda yang lain,,” (informan Triangulasi 1d)
Hal ini menunjukan tidak adanya administrasi yang terstruktur yang
pengurus PIK R/M. Berdasar keterangan yang diperoleh dari pengurus pada
Namun, ada beberapa kendala yang sering terjadi pada kelalaian masing-
maksud dan tujuan klient, pencatatan sarana dan tenaga pengurus PIK R/M,
pelaporan terdiri dari laporan bulanan PIK R/M, laporan rekapitulasi bulanan
berencana/sejahtera menyatakan,
“Jadi, kalo secara data kita tidak punya. Kita bertugas hanya membentuk
kelompok PIK itu aktif apa tidak. Aktif disini dia sebagai konselor itu jalan
sebagaimana mestinya, bisa sharing dengan teman sebayanya”.
Berdasarkan pedoman BkkbN 2014 terhadap pengelolaan pusat
setempat
c. SKPD-KB Kabupaten dan Kota (misalnya Kabid KSPK. Kasie
PIK R/M Kabupaten dan Kota, dan ditanda tangani oleh Kepala
ngaruh karena adat jadi banyak yang nikah dini, gitu. Kalo anggaran si
108
sangat mempengaruhi, apa lagi tahun ini tidak dapat anggaran sama
Konseling.
1. Faktor Individual
Merupakan keterikatan budaya yang dibawa seseorang dalam
lingkungan
3. Faktor Kompetensi
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukan perilaku kompeten dari
universitas, dan BPMP2AKB. Dalam hal ini BKR maupun PLKB tidak
PIK, BPMP2AKB. Tapi kalo dari pihak BKR kita tidak pernah melakukan
jugaaa,,,kalo pihak PLKB juga mendampingi, namun untuk PIK yang sudah
mandiri seperti PIKMA, itu sudah tidak ada pemantauan lagi.,” (Informan
Triangulasi 4a)
Pada kondisi tersebut, PIKMA Sriwijaya sudah dianggap mandiri,
sehingga tidak ada pemantaun kembali. Berbeda dengan PIK R/M yang lain
atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah
dihadapi masyarakat.
Kegiatan ini merupakan upaya pendampingan yang dilakukan oleh
kegiatan dalam pengelolaan dan pelayanan yang diberikan oleh PIK R/M,
dari masalah triad krr (seksualitas, napza, hiv dan aids), dimana substansi
Perkawinan, Life Skill, Ketrampilan advokasi dan KIE, dan lain-lain. Teknis
kegiatan tersebut dilakukan oleh PIK R/M sebagai wadah informasi remaja
penyebaran leaflet, lomba, dan sebainya. Sejauh ini, upaya evaluasi pada
substansi materi GenRe tidak pernah dilakukan oleh pihak terkait khususnya
Triangulasi 4a)
111
dijalnkan oleh pihak terkait. Sehingga perlu adanya penegasan dan tindakan
yang jelas agar program yang sudah dicanangkan dapat berjalan dengan
serta bentuk edukasi yang kreatif untuk menarik minat remaja dengan
ada output yang tercapai bagi remaja maupun pemerintah Kota Pekalongan.
masalah yang terjadi menjadi pribadi yang sensitif untuk dijadikan sebagai
6.1 Simpulan
R/M di Kota Pekalongan tidak diketahui oleh remaja disekitar PIK R/M
dan remaja yang menikah di usia muda, Sehingga masih banyak resiko
yang terjadi dalam aspek PUP pada remaja yang menikah di usia muda.
Salah satu kendalanya ialah rasio pengurus PIK R/M masih belun
di wilayah sekitar.
4. Kegiatan edukasi yang dilakukan oleh pengurus PIK R/M cenderung
monoton, Akses yang dilakukan oleh PIK R/M terhadap remaja dalam
112
113
menyeluruh.
5. Tidak adanya Pendampingan dari pihak BPMP2AKB selaku pengelola
Usia Perkawinan.
b. Perlunya membuat jadwal sosialisasi yang disetujui oleh semua
Pekalongan
a. Selaku pengelola Program GenRe mewakili BKKBN seharusnya
oleh PIK Binaan, BKR, PLKB, mapun pihak yang terkait dalam
Usia Perkawinan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan untuk peneliti selanjutnya bisa mengembangkan