264
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 263 - 269
dibawah usia 14 tahun. Pihak yang sangat merasakan Model ini lahir dengan pertimbangan bahwa dalam
akibatnya adalah remaja putri atau perempuan karena masyarakat terjadi proses sosial. Perspektif hubungan
tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah lagi sosial inilah berpengaruh terhadap proses penyebaran
dan harus menjalani perkawinan yang sebenarnya pesan yang disampaikan media massa. Ada asumsi
belum siap baginya, baik dari sisi mental maupun bahwa model ini merupakan model yang paling
kesehatan reproduksinya. cocok karena menggabungkan beberapa hal dalam
Sikap atas persoalan ini terbagi dalam dua sisi model komunikasi satu tahap dan dua tahap. Pada
yang berseberangan. Dengan alasan bahwa dengan model pertama khalayak bersifat pasif, tapi ternyata
menikah di usia muda akan menghindari hal-hal yang khlayak aktif mencari informasi yang dia butuhkan
dilarang baik asas agama maupun sosial di tengah dan menyampaikan kepada yang lain. Proses sosial
gejolak pergaulan yang semakin ”menggila” seperti ini menjadi salah satu yang melatarbelakangi lahirnya
saat ini. Alasan lain adalah pikiran bahwa dengan model komunikasi banyak tahap.
menikah muda, mereka akan masih sehat dan aktif
Komunikasi dan Pesan
berkarya di saat anak-anak mereka tumbuh besar
yang membutuhkan biaya untuk keperluan pendidikan Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang
dan persoalan lainnya. Meskipun dengan dalih dari sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia.
pada terjerat dalam pergaulan bebas dan menghindari Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat
terjadinya hamil di luar pernikahan. manusia, baik yang primitif maupun yang modern,
berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan
Model Komunikasi Banyak Tahap (Multi Step
mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi.
Flow of Communication)
Dikatakan vital karena setiap individu memiliki
Model aliran dua tahap ternyata tidak begitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu –
efektif pada masyarakat yang tingkat buta hurufnya individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan
kecil. Masyarakat dengan kemampuan membaca dan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1998:1).
mengintrepetasikan pesan yang di dengar dan di lihat Kata komunikasi atau communication dalam
sangat memungkinkan untuk menerima pesan-pesan bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin communis
dari media massa secara langsung. Meskipun itu tidak yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau
berarti mereka tidak menerima pesan-pesan dari opinion communicare yang berarti “membuat sama” (to make
leader. Oleh karena itu untuk menyempurnakannya, common). Istilah pertama (communis) adalah istilah
muncullah model ali-ran banyak tahap (multi step flow yang paling sering sebagai asal usul komunikasi,
model). Model ini mengatakan bahwa hubungan timbal yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya
balik dari media ke khalayak (yang juga berinteraksi yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu
satu sama lain), kembali ke media, kemudian kembali pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara
lagi ke khalayak dan seterusnya (Nuruddin, 2004:134). sama (Mulyana, 2005 : 4).
Lewat model aliran banyak tahap ini, pemirsa Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses
menerima pesan-pesan media massa bisa langsung, penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
bisa juga tidak langsung. Tidak langsung berarti mereka orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap,
menerima pesan-pesan media melalui pe-mimpin opini pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan
atau kontak langsung dengan media massa. Bahkan maupun taklangsung melalui media (Effendy, 2006 : 5).
individu bisa mendapatkan informasi dari individu Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa
yang lain. Misalnya, seorang individu menerima pesan komunikasi merupakan suatu proses penyampaian
melalui pemimpin opininya (setelah disebarkan lewat pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi,
kelompok ), kemudian individu itu mencari informasi keterampilan dan sebagainya melalui simbol atau
lain dari individu yang lain. Atau bisa juga seorang lambang yang dapat menimbulkan efek berupa tingkah
individu menerima pesan dari kelompoknya tetapi ia laku yang dilakukan dengan media-media tertentu
juga bisa mendapatkan informasi lain dari kelompok
Teori Sosial Kognitif
yang lain pula (Nuruddin, 2004:135).
Model ini menyatakan bahwa hubungan timbal Menurut Bandura (dalam Woolfolk, 2009) teori
balik dari media ke khalayak (yang juga berinteraksi sosial kognitif adalah sebuah teori yang memberikan
satu sama lain), kembali ke media kemudian kembali pemahaman, prediksi, dan perubahan perilaku manusia
lagi ke khalayak dan seterusnya. Lewat model ini melalui interaksi antara manusia, perilaku, dan
audien dapat menerima pesan langsung dari media lingkungan. Teori ini didasarkan atas proposisi bahwa
ataupun tidak, audiens bisa menerima pesan melalui baik proses sosial maupun proses kognitif adalah
media massa, melalui pemimpin opini ataupun sentral bagi pemahaman mengenai motivasi, emosi,
melalui individu lain. Model ini menyatakan bahwa dan tindakan manusia. Albert Bandura (dalam Santrock,
audience bisa memperoleh pesan secara langsung 2010) mengatakan bahwa ketika murid belajar, mereka
dari media massa ataupun dari sumber yang lain dapat merepresentasikan atau mentransformasikan
sebagai tangan kedua, ketiga dst. Model ini yang pengalaman mereka secara kognitif.
paling sedikit keterbatasannya bila dibanding model Teori sosial kognitif digunakan untuk mengenal,
lain. Prinsipnya kita dipengaruhi dan memengaruhi memprediksi perilaku dan mengidentifikasi metode-
orang lain. metode yang tepat untuk mengubah perilaku tersebut.
265
Kampanye Komunikasi Kesehatan Melalui Model Multi Step Flow Communication dalam Menekan Angka
Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Urban di Kabupaten Bandung
(Priyo Subekti, Hanny Hafiar, Trie Damayanti, dan FX Ari Agung P)
Teori ini menjelaskan bahwa dalam belajar, pengetahuan Tujuan penelitian ini adalah memahami apa yang
(knowledge), pengalaman pribadi (personal experience), tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala
dan karakteristik individu (personal characteristic) merupakan sesuatu yang sulit untuk diketahui atau
saling berinteraksi. dipahami. Selain untuk memahami fenomena yang
Social Cognitive Theory (teori kognitif sosial) adalah sulit dipahami, peneliti ingin menggali pengalaman
teori yang menambahkan faktor-faktor kognitif, seperti individu dalam mendefinisikan suatu permasalahan
keyakinan, persepsi diri, dan ekspektasi pada teori dan masyarakat yang menjadi informan bebas
pembelajaran sosial. Sedangkan determinisme resiprokal mengungkapkan definisinya tersebut.
adalah penjelasan tentang prilaku yang menekankan efek- Instrumen yang yang digunakan untuk penelitian
efek mualistis antara individu dan lingkungan. kualitatif adalah berupa kuesioner dengan pertanyaan
Dalam teori kognitif sosial, faktor-faktor internal terbuka dan panduan observasi. Panduan observasi
maupun eksternal dianggap penting. Peristiwa di meliputi setting yaitu dalam ruang lingkup rumah dan
lingkungan, faktor-faktor personal, dan prilaku dilihat lingkungan pasngan nikah usia dini. Participant yaitu
saling berinteraksi dalam proses belajar. Faktor-faktor pasangan nikah usia dini. Aktivitas dan interaksi
personal (keyakinan, ekspektasi, sikap, dan pengetahuan), meliputi kegiatan sehari-hari dan frekuensi/durasi
lingkungan fisik dan sosial (sumber daya, konsekuensi yaitu pola aktivitas (berapa kali dan berapa lama
tindakan orang lain dan setting fisik) semuanya saling pengamatan dilakukan). Variabel yang diteliti yaitu
memengaruhi dan dipengaruhi. Banduran menyebutkan karakteristik masyarakat seperti usia, pendidikan
interaksi kekuatan-kekuatan ini Reciprocal determinism terahir dan status sosial ekonomi.
(determinisme resiprokal). Faktor-faktor sosial seperti Pemilihan kabupaten kabupaten Bandung di-
model/panutan, strategi instruksional, atau umpan dasarkan pada banyaknya industri industri tekstil dan
balik (elemen-elemen ling-kungan untuk siswa) dapat garmen yang didirikan di kabupaten Bandung mencakup
mempengaruhi faktor-faktor personal siswa, seperti wilayah majalaya, padalarang, dan Rancaekek. Dengan
tujuan, sense of efficacy untuk suatu tugas, atribusi asumsi bahwa banyak pendatang dari desa mencari
(keyakinan tentang penyebab kesuksean dan kegagalan pekerjaan di wilayah wilayah tersebut dan menjadikan
dan proses-proses regulasi diri, seperti merencanakan, mereka menjadi masyarat urban. Mengapa dipilih
memonitor/memantau dan mengontrol distraksi. masyarakat urban karena dengan asumsi pernikahan
Sebagai contoh umpan balik guru dapat membuat siswa usia dini banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan
menetapkan tujuan yang lebih tinggi. Pengaruh sosial yang datang merantau ke kota.
dilingkungan dan faktor-faktor personal mendorong Metode pemilihan infomasi yang digunakan
prilaku yang menghasilkan pencapaian seperti persistensi dalam penelitian ini adalah secara purposif. Sumber
dan usaha motivasi dan pembelajaran. data yang digunakan disini tidak sebagai sumber
data yang mewakili populasinya, tetapi mewakili
METODE
informasi. Berdasar kepada akses tertentu yang
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan
dengan data kualitatif yang dilakukan dengan tujuan permasalahan secara mendalam dan dapat dipercaya
menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan sebagai sumber yang mantap.
fenomena yang berkaitan dengan faktor-faktor
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda
dikalangan remaja di masyarakat urban di Kabupaten Pernikahan pada dasarnya sejalan dengan
Bandung. Karena penelitian ini mengkaji bagaimana bertambahnya persoalan kependudukan, hal ini di-
kampanye komunikasi kesehatan melalui model karenakan pernikahan berarti berkaitan dengan angka
multi step flow communication dalam menekan angka kelahiran. Oleh karena itu, pemerintah mem-berlakukan
pernikahan usia dini pada masyarakat urban di aturan-aturan pernikahan. Di-nyatakan dalam Undang-
kabupaten bandung maka, unit penelitiannya adalah undang perkawinan pasal 7 tahun 1974 ayat (1)
para pendatang di daerah industri yang menikah di usia perkawinan dapat dan dilakukan jika pihak laki-laki
muda atau yang melakukan pernikahan usia dini. Unit dan perempuan berusia minimal 19 tahun. Keluarnya
populasi adalah seluruh masyarakat setempat yang undang-undang perkawinan pada dasarnya untuk
tinggal di daerah Rancaekek. Pemilihan Rancaekek mencegah adanya pernikahan dini, menurut kajian dari
karena mrupakan wilayah industri memiliki banyak badan koordinasi dan keluarga bencana nasional yang
pabrik tekstil yang karyawannya sebagian besar sekarang menjadi badan kependudukan dan keluarga
pendatang dari luar daerah. Karena penelitian ini bencana nasional bahwa pernikahan dini berpotensi untuk
bersifat kualitatif maka penulis menggunakan sampel mempercepat laju pertumbuhan penduduk. Disi lain, ada
purposif yaitu tidak semua pendatang dianalisis tetapi beberapa dampak negatif pernikahan dini, diantaranya :
pendatang yang menikah di usia dini.
1. Pernikahan dini berpotensi sulit mewujudkan per-
Analisa data sekunder seperti data potensi desa
nikahan secara baik
dan Riskesdas dilakukan dengan pendekatan spasial.
2. Pernikahan dini memiliki potensi perceraian
Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan cara
3. Pernikahan dini memiliki resiko dalam mem-
observasi dan wawancara mendalam, informannya
peroleh anak karena rahim ibu yang masih relatif
adalah para pasangan nikah usia dini di kabupaten
muda
Bandung.
266
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 263 - 269
4. Pernikahan dini berpotensi menambah masalah ekposure pesan pesan kesehatan yang rendah, memiliki
kependudukan tingkat penyerapan informasi yang rendah.
Namun demikian, dengan banyaknya per-masalahan Pendidikan Pelaku Pernikahan Dini
yang dihadapi bagi pasangan usia muda tetp saja masih
Pada dasarnya pelaku pernikahan ini adalah individu
banyak terjadi penikahan dini di masyarakat. Hal ini
yang tidak memiliki jenjang pendidikan yang tinggi dari
dikarenakan adanya kebiasaan atau adat-istiadat pada
25 narasumber yang peneliti wawancara, 20 narasumber
masyarakat sekitar yang memiliki keyakinan bahwa
menyatakan bahwa pada saat melangsungkan pernikahan
menikah pada usia muda menunjukan bahwa mereka
mereka baru saja menyelesaikan pendidikannya
telah ‘laku”, sedangkan ketika berusia belum menikah
di level sekolah menengah atas (SMA), sisanya 5
dianggap tidak “laku” dan mendapat julukan perawan tua.
narasumber baru saja menyelesaikan studinya di
Pada dasarnya terdapat beberapa faktor kenapa
sekolah menengah pertama (SMP). Hal ini dikarenekan
banyak pasangan muda yang melangsungkan
di level pedesaan pendidikan bukan menjadi hal yang
pernikahan di usia dini, diantaranya adalah pengaruh
utama, dimana pendidikan hanya sebagai pekerjaan
sosial dan budaya lingkungan tempat tinggalnya
sampingan. Umumnya mereka lebih banyak mengisi
termasuk keluarga mereka sendiri yang menginspirasi
waktu luangnya untuk membantu orangtua di sawah
terjadinya pernikahan sejak dini. Artinya bahwa
maupun menjadi peternak. Bertani dan beternak bagi
orangtua juga memiliki peranan yang cukup dominan
masyarakat usia muda di pedesaan adalah ilmu utama
dalam keberlangsungan pernikahan di usia muda.
yang mereka peroleh.
Di sisi lain, agama juga menjadi alasan lain yang
digunakan oleh pasangan usia muda, karena pasangan Usia Pada Saat Menikah
yang belum matang secara emosional ini berpikir
Banyaknya dampak dari pernikahan dini tidak
bahwa menikah di usia muda dapat menghindari
menyurutkan masyarakat khususnya masyarakat yang
larangan-larang yang diatur dalam agama.
memiliki pengetahuan rendah untuk melangsungkan
Realitas-realitas tersebut di atas semakin
pernikahan dini. Hal ini dikarenaka adanya beberapa
memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian
faktor, dari hasil wawancara dengan narasumber fakot-
kampanye kesehatan yang dilakukan oleh badan
faktor yang melatarbelakangi mereka melakukan
kependudukan dan keluarga berencana nasioanal
pernikahan dini adalah karena faktor ekonomi, faktor
dalam menekan pernikahan dini. Adapun sebagai
budaya, faktor agama dan faktor pendidikan.
narasumber kami adalah masyarakat urban, yang
Pada dasarnya ekonomi keluarga menjadi alasan
notabene lebih mudah tertepa informasi yang diberikan
utama bagi narasumber usntuk melangsungkan
oleh BKKBN melalui media. Penelitian ini bertujuan
pernikahan dini, namun demikian masih adanya
untuk mengetahui bagaimana karakteristik demografi
budaya di pedesaan yang mengganggap bahwa
pelaku pernikahan usia dini pada masyarakat urban,
menikah di usian 16-19 tahun adalah sebuah
mengetahui faktor-faktor penyebab masyarakat urban
keharusan untuk menjaga martabat mereka memicu
melakukan pernikahan dini, mengetahui bagaimana
angka pernikahan dini. Hal ini dikarenakan di
gambaran personal determinans pelaku pernikahan
pedesaan masih beranggapan bahwa menikah di atas
usia dini, mengetahui bagaimana gambaran tanggapan
20 tahun membuat mereka tidak percaya diri.
pelaku pernikahan usia dini terhadap ILM pernikahan
Disisi lain pemahaman agama yang salah
dini, mengetahui bagaimana gambaran peranan
menjadi penyebab terjadinya pernikahan dini. Ada
keluarga terhadap pelaku pernikahan dini.
sebagai masyarakat kita yang memahami bahwa
Karakteristik Demografis Pelaku Pernikahan jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis,
Usia Dini telah terjadi pelanggaran agama. Sebagai orang
tua makan wajib melindungi dan mencegahnya
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
dengan segerah menikahkan anak-anak tersebut.
demografi kependudukan memiliki arti yang sangat
Hal ini lah yang menjadikan alasan narsumber
luas, dimana perubahan penduduk tidak hanya dilihat
melangsungkan pernikahan dini, orang tua mereka
dari angka kelahiran dan kematian, melainkan dari
mendukung mereka menikah jika sudah punya
adanya pergerakan-pergerakan sosial yang dilakukan
pasangan, karena mereka tidak mau mendapatkan
oleh individu. Dalam hal ini menyangkut perubahan
fitnah dari masyarakat. Mereka beranggapan bahwa
teritorial ataupun tempat tinggal individu tersebut.
jika anak mereka menjalin hubungan dengan lawan
Berbasis pada pengertian demografi yang diungkapkan
jenis, maka mereka sudah melakukan perzinahan.
oleh para ahli, ditemukan beberapa faktor demografis
Rendahnya pemahaman mereka terhadap
pelaku penikahan dini diantaranya adalah pendidikan
agama, berkorelasi dengan tingkat pendidikan yang
SMP dan SMA, Usia di saat menikah 15-20 tahun,
mereka miliki. Masyarakat yang melangsungkan
kondisi ekonomi rumah tangga menengah ke bawah ,
pernikahan dini umumnya memiliki pendidikan
dari keluarga yang memiliki anak banyak, dari keluarga
rendah, hal ini dikarenakan ketika mereka putus
yang orang tuanya juga menikah di usia dini, berasal
sekolah, maka mereka mengisi waktu luang
dari wilayah pedesaan, merantau, tidak memiliki
mereka dengan bekerja. Saatitulah sang anak akan
sanak keluarga di tempat perantauan, memiliki tingkat
merasa mampu mandiri cukup untuk memenuhi
pencarian informasi yang rendah, memiliki tingkat
kebutuhannya.
267
Kampanye Komunikasi Kesehatan Melalui Model Multi Step Flow Communication dalam Menekan Angka
Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Urban di Kabupaten Bandung
(Priyo Subekti, Hanny Hafiar, Trie Damayanti, dan FX Ari Agung P)
Peranan Keluarga Terhadap Pelaku Pernikahan Adapun faktor tingkat ekonomi juga mem-
Usia Dini pengaruhi tingkt pendidikan dan terpaan informasi
yang dimiliki oleh pelaku pernikhan dini. Hal ini
Keluarga merupakan pondasi bagi perkembangan
disebabkan tingkat ekonomi yang rendah membuat
anak, oleh karena itu pendidikan dalam keluarga
masyarakat sulit untuk menempuh jenjang pendidikan
hendaknya semakin dikuatkan kembali. Namun
tinggi, dengan adany tingkat pendidikan yang rendah,
persoalannya adalah dalam kasus pernikahan dini,
menyebabkan terpan informas pun menjadi terbatas
dari hasila wawancara dengan narasumber keluarga
karena akses terhadap media, lebih banyak digunakan
memiliki peranan untuk mendorong terjadinya
untuk memperoleh hiburan dan bukan untuk mencari
pernikahan dini. Hal ini dikarenakan karena persoalan
informasi, terlebih informasi kesehatan.
ekonomi, pemahaman agama yang rendah serta adanya
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya pernikahan
budaya menikah di usia muda.
dini di kalangan masyarakat urban, dipengaruhi oleh
Namun demikian, pelaku pernikahan dini yang
faktor internal dan eksternal. Adapun untuk faktor
menjadi narasumber kami menyatakan bahwa setelah
internal lebih banyak dipengaruhi oleh rasa malu apabila
menikah mereka tidak lagi bergantung kepada kelurga
telah menginjak usia tertentu namun belum menikah,
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mereka justru
terutama bagi kaum perempuan. Rasa malu ditimbulkan
punya keingan untuk membantu orang tua di rumah,
oleh konsep diri mereka yang lebih mengedepankan
namun persoalannya mereka sendiri masih kekurangan
faktor afeksi daripada rasionalisasi pada saat mengambil
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga
keputusan.
mereka hanya berbagi dengan orangtua pada saat
Hal ini tidak mengherankan mengingat usia
lebaran saja. Realitas lain yang menjadi temuan peneliti
mereka masih muda untuk mengambil keputusan
adalah pelaku pernikahan dini selain dari keluarga tidak
sepenting pernikahan. Karena usia 16-20 tahun adalah
mampu juga berasal dari keluarga yang memiliki anak
usia yang masuk ke dalam kategori remaja akhir
banyak, tingkat pendidikan rendah dan melakukan
atau belum memasuki usia dewasa yang berkisar
pernikahan dini juga.
30-an, yang sudah dapat mengambil keputusan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa secara
yang lebih baik guna menyelesaikan permasalahan-
demografi, pelaku pernikahan dini memiliki beberapa
permasalahan hidup yang dialami seperti yang
karakteristik yang khas. Antara lain usia menikah yang
dinyatakan Hurlock bahwa: usia sekitar awal atau
dilakukan oleh para pelaku pernikahan dini berkisar
pertengahan tiga puluhan, kebanyakan orang muda
antara 16-20 tahun. Secara prinsip usia tersebut sudah
juga telah mampu memecahkan masalah-masalah
masuk kedalam rentang usia yang diperbolehkan
mereka dengan cukup baik sehingga menjadi stabil
oleh Undang-undang pernikahan. Namun demikian,
dan tenang secara emosional (Hurlock, 1999: 24).
berdasarkan pandangan dunia medis, usia tersebut
Selain itu faktor personal determinant yang relatif
merupakan usia yang masih dianggap rawan untuk
masih tergolong belum stabil, mendorong pelaku
melahirkan. Seperti yang terungkap dalam pernyataan
untuk terpengaruh oleh himbauan, anjuran, bahkan
berikut ini:
paksaan pihak lain untk melakukan pernikahan
Riset para peneliti di Keck School of Medicine,
dini, sekalipun seacra pribadi mereka pun belum
University of Southern California (USC) meng-
siap untuk mengarungi kehidupan berumah tangga.
indikasikan, perempuan yang melahirkan di bawah
Namun karena mereka belum mampu mengatasi
usia 25 tahun memiliki risiko besar mengidap kanker
desakan pihak luar maka mereka pun tetap mengambil
endometrium. Sebaliknya, perempuan yang melahirkan
keputusan untuk melakukan pernikahan dini walaupun
di atas usia 40 atau lebih mengalami penurunan risiko
mereka menyadari bahwa untuk melakukan sebuah
kanker endometrium sebesar 44 persen2.
pernikahan, mereka membutuhkan situasi untuk
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka diperlukan
berada dalm kondisi ekonomi yang mapan.
sosialisasi kepada masyarakat mengenai resiko
Sesungguhnya dari aspek usia yang masih tergolong
yang dapat dialami oleh perempuan yang menikah
muda, dapat langsung diketahui bahwa usia pelaku
dan hamil di usia dini, yaitu 25 tahun. Hal tersebut
pernikahan dini belum termasuk ke dalam golongan
disebabkan karena selama ini, resiko terkena penyakit
individu yang produktif secara ekonomi. Namun
endometriosis karena melahirkan pada usia muda belum
demikian dikarenakan sebagian besar pelaku sudah
banyak diketahui masyarakat secara luas, hanya terbatas
memiliki pekerjaan, maka mereka merasa mereka
bagi masyarakat yang memiliki akses informasi yang
sudah memiliki penghasilan. Penghasilan yng dimiliki
komprehensif.
dapat menjadi penguat alasan untuk menikah karena
Selanjutnya, tingkat ekonomi pelaku pernikahan
merasa sudah produktif. Hal tersebut diperkuat oleh
usia dini, berada dalam kelompok masyarakat ekonomi
pernyataan Djaljoeni yang menyatakan bahwa: 16-
menengah ke bawah. Tingkat ekonomi ini lah yang
50 tahun termasuk ke dalam kelompok usia produktif
sesungguhnya mempengaruhi keputusan masyarakat
(Djaljoeni, 1983: 38).
untuk menikah di usia muda. Karena pernikahan di
Berdasarkan faktor usia pula lah daya terpaan dan
usia dini lebih banyak dipengaruhi motif biologis untuk
daya serap terhadap informasi pun menjadi rendah. Hal
aspek keselamatan, yang meliputi kesehatan, keamanan
ini sesuai dengan pernyataan Wright bahwa: Individu
perlindungan, ketentraman (Rakhmat, 2007: 301).
berbed-beda dalam kecenderungan mereka terhadap
2 http://health.kompas.com/read/2012/07/26/13442769/Bahaya.Melahirkan.di.Usia.
Muda. isi pesan komunikasi dan bahwa perbedaan-perbedaan
268
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 263 - 269
tersebut berhubungan dengan karakteristi sosial Fatchiah E. Kertamuda. Konseling Pernikahan Untuk
lainnya, termasuk tingkat pendidikan dan ekonomi Keluarga Indonesia. Salemba Humanika.
(1989: 133).
Juspin Landung, RidwanThaha’, A. Zulkifli abdullah:
Maka dari itu seberapa sering frekuensi penayangan
Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan Usia Dini Pada
dan durasi penayangan iklan layanan masarakat yang
Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten
berisi tentang informasi kesehatan yang berkaitan
Tana Toraja. Jurnal MKMI, Vol 5 No.4. Oktober
dengan resiko menikah, hamil dan melahirkan di
2009, hal 89-94
usia dini, tetap saja proses penyerapan informasinya
menjadi terbatas sehingga informasi yang berkaitan M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang
dengan informasi kesehatan tersebut belum efektif. Hukum Acara Peradilan Agama Dan Perkawinan
Adapun faktor pengaruh sosial yang mempengaruhi Islam, (Jakarta : Hill.Co, 1984)
masyrakat untuk memutuskan menikah di usia dini
McQuail, Denis.1991. Teori Komunikasi Massa: Suatu
dikarenakan adanya pola kekerabatan yang sangat
Pengantar.
kuat di masyarakat yang menganut sistem budaya
kolektif, sehingga hal-hal yang dianggap tabu oleh Diterjemahkan Aminuddin Ram. Jakarta : Erlangga.
keluarga batih, keluarga besar, kerabat bahkan tetangga
Ormrod, Jeanne E. 2006. Educational Psychology:
memiliki pengaruh dan peranan yang sangat kuat dalam
Developing Learners 5th Edition. Ohio: Pearson
pengambilan keputusan individu.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007 Psikologi Komunikasi.
Hal ini meyebabkan, walaupun secara pribadi
Bandung: Remaja Rosdakarya.
pelaku pernikahan usia dini belum ingin menikah
namun mereka tidak sanggup untuk menolak desakan Siti Yulia Astuti. “Faktor-faktor yang Menyebabkan
lingkungan untuk menikah. Hal ini disebabkan tingginya Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan
motif psikologis yang meliputi aspek kasih sayang Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut
yang mencakup faktor keluarga (Rakhmat, 2007: 301). Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi
Motif psikologis yang tinggi menyebabkan masyarakat
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan (Edisi
tidak mampu untuk menolak keputusan bersama yang
Kedua). Jakarta: Kencana
beresiko. Salah satu resiko yang ingin dihindari adalah
resiko pengucilan oleh keluarga ataupun masyarakat Suparman. Eman 2001. Upaya Mencegah Kebiasaan
secara sosial. Kawin Muda Di Kalangan Remaja Di Pedesaan.
DAFTAR PUSTAKA Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengatar. Rosdakarya. Bandung
Departemen Kesehatan RI. 2006. Panduan, Pengelolaan
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Woolfolk, Anita. 2004. Educational Psychology
Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta: Direktorat (Ninth Edition). Boston: Allyn and Bacon
Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi
Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology:
Hurlock B. Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Active Learning Edition (Edisi Sepuluh).
Jakarta: Erlangga Yogyakarta : Pustaka Pelajar
269