Remaja
Angastifa Pinakesti
1401619009
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
PPKN B 2019
Universitas Negeri Jakarta
1. PENDAHULUAN
1
2. PEMBAHASAN
2.1. Analisis
Berdasarkan data dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan anak (KPPPA) menyebutkan bahwa satu dari enam anak
perempuan di Indonesia menikah sebelum umur 18 tahun. KPPA sendiri
mencatat setiap tahun ada 340.000 anak yang menikah sebelum genap berusia
18 tahun di Indonesia. Kasus pernikahan dini yang terjadi di Indonesia
meningkat tiap tahunnya. Menikah di usia dini merupakan sebuah realita yang
harus dihadapi terutama di Indonesia, karena Indonesia sendiri merupakan
negara berkembang.
Dampak pernikahan dini bagi remaja menurut hasil dari Studi Field dkk
(2004) di Bangladesh mengungkapkan beberapa akibat pernikahan anak yaitu
drop out sekolah yang tinggi, subordinasi dalam keluarga, resiko KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah Tangga), kurangnya kontrol terhadap kesehatan
reproduksi, dan peluang terjadinya kematian ibu tinggi. Di beberapa daerah di
Indonesia banyak sekali ditemukan kasus kematian remaja pasca melahirkan,
ditinjau dari segi medis penyebabnya adalah organ reproduksi dari remaja
belum siap. Selain itu mereka juga kurang memahami akan perbuatan seks nya
sehingga banyak perempuan yang ditemukan mengidap HIV/AIDS karena
sering berganti ganti pasangan.
Menikah di usia dini juga beresiko sangat besar terhadap kesehatan mental.
Perkawinan yang masih muda juga banyak mengandung masalah yang tidak
diharapkan dikarenakan segi psikologisnya belum matang khususnya bagi
perempuan. (Walgito,2000:20). Ketika remaja belum siap untuk hamil dan
akan menjadi seorang ibu maka remaja akan nekat melakukan perbuatan
aborsi. Remaja yang hamil terlalu dini akan sangat rentan mengalami anemia
pada saat mengandung dan seusai melahirkan. Maka inilah yang menjadi
faktor tertinggi penyebab kematian ibu dan anak. Selain itu juga remaja akan
mengalami gangguan mental seperti stress bahkan gangguan jiwa lainnya
dikarenakan ia akan merasa ketakutan apabila melihat anak yang menjadi hasil
dari perbuatan seks bebasnya itu. Rasa minder yang melanda membuat remaja
merasa malu bila bertemu orang orang sekitar sehingga remaja cenderung
menyendiri dan mengurung dirinya dirumah. Selain itu interaksi kepada teman
sebayanya pun akan berkurang, mereka akan merasa canggung dan enggan
bergaul dengan teman sebaya. Mereka merasa dalam keadaan yang tidak
menentu/ tidak baik dalam status sosial. Seperti kita ketahui bahwa
lingkungan merupakan elemen yang paling penting dan memiliki peran
khusus dalam keberlangsungan hidup di bumi.[ CITATION Nad19 \l 1057 ]
2.2. Sintesis
2.3. Solusi
Orang tua memiliki kewajiban ekstra dalam mengawasi pergaulan anak
remaja supaya terhindar dari seks bebas dan pernikahan dini sebagaimana
dijealaskan dalam Pasal 26 UU R.I Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, dinyatakan bahwa orang tua diwajibkan melindungi anak
dari perkawinan dini[ CITATION Ren14 \l 1057 ]. Selain orang tua, pemerintah
pun ikut andil dalam memberikan perannya yaitu dengan cara memberikan
pelayanan ramah tamah sejak SMP agar terhindar dari Kehamilan Tidak
Diinginkan (KTD). Selain itu juga perlu diperkenalkan dan diajarkan
pengetahuan maupun informasi tentang reproduksi sejak dini supaya remaja
tidak salah dalam mengambil keputusan akan seks bebas yang memicu
terjadinya pernikahan dini dan supaya mengetahui dampak dari perbuatan
tersebut. Pemahaman agama dan iman yang kuat harus ditanamnkan dalam
diri sejak dini supaya tidak terjerumus dari hal hal yang tidak diinginkan.
3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pernikahan dini terutama di Indonesia terjadi karena beberapa faktor yaitu
kemiskinan, pendidikan, adat dan budaya, serta ekonomi. Kurangnya
pemahaman akan reproduksi membuat remaja semakin penasaran akan
hubungan seksual. Maka dari itu perlu sekali pengetahuan ataupun informasi
tentang reproduksi sejak dini. Dampak yang didapat dari hasil perkawinan
remaja yaitu diantaranya adalah dari segi kesehatan mental dan sosial remaja.
Dalam segi kesehatan mental, remaja akan mengalami stress, mengurung diri
bahkan gangguan kejiwaannya terganggu, organ reproduksinya pun dirasa
belum siap untuk bisa hamil. Remaja akan enggan bersosialisasi baik itu
sesama masyarakat maupun teman sebayanya karena merasa dikucilkan dan
merasa canggung untuk berbaur terhadap lingkungan. Dan dalam aspek sosial
akan terjadinya kesenjangan ekonomi karena remaja masih mengenyam
pendidikan dan belum memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya,
dan dari situlah muncul kemiskinan. Maka dari itu peran serta orang tua pun
wajib dilaksanakan guna mengawasi anaknya dalam hal pergaulan bebas yang
merupakan awal dari munculnya pernikahan dini.
DAFTAR PUSTAKA
Salmah, S. (2016). Pernikahan Dini Ditinjau Dari Sudut Pandang Sosial Dan
Pendidikan . 35-39.