PENDAHULUAN
mencapai usia 18 tahun, sebelum anak matang secara fisik, fisiologis, dan
dihasilkan dari pernikahan tersebut. Analisis survei penduduk antar sensus dari
kelompok umur 15-19 tahun. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak wanita
usia muda di pedesaan yang melakukan perkawinan pada usia yang belum
matang. Hal ini dapat menimbulkan masalah bagi fungsi kesehatan, terutama
fungsi fisiologis, alat reproduksi, psikologis dan faktor sosial. Dampak dari
pernikahan dini antara lain: dapat mengakibatkan resiko besar dalam komplikasi
Dari segi mental dan jiwa, pasangan usia muda belum siap bertanggung jawab
secara moral, oleh karena itu mereka mengalami kegoncangan mental, karena
masih memiliki sikap mental dan tingkat emosi yang tinggi. Prinsip kedewasaan
dalam rumah tangga sangat diperlukan, karena salah satu manfaatnya dapat
1
2
kesetaran kedudukan antara suami dan istri dalam rumah tangga, maupun dalam
diijinkan, apabila pihak pria telah mencapai usia 25 tahun dan wanita telah
mencapai usia 20 tahun. Fakta yang terjadi adalah masih banyak kasus
perkawinan pada usia muda atau dibawah umur. Perkawinan yang sukses
adalah tempat pertama bagi tumbuh kembang anak sejak lahir hingga dewasa,
untuk itu peranan orang tua sangat berpengaruh terhadap pola asuh anak.
Perkawinan pada usia dini adalah tindakan merenggut kebebasan masa anak-anak
Tahun 2002 mengatakan bahwa hak dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
2014).
kawin pada usia dini (early marriage) masih sering dijumpai masyarakat di Timur
Tengah dan Asia Selatan dan beberapa kelompok masyarakat di Sub Sahara
Afrika (Landung, dkk 2009 dalam jurnal Triningtyas dan Muhayati 2017).
Indonesia termasuk negara dengan prosentase pernikahan usia muda yang tinggi
Kamboja (BKKBN, 2012). Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
3
perkawinan pertama pada kelompok umur 15-19 tahun dengan tingkat pendidikan
hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Sejumlah 5,8 juta remaja pernah menikah pada
umur kurang dari 16 tahun dan 25% diantaranya bahkan menikah dibawah usia 14
Laporan BKKBN pada bulan Januari sampai dengan Oktober 2018, dari 20
sebesar 442 wanita yang sudah menikah (41,40%), Plumpang sebesar 566 wanita
yang sudah menikah (27,74%), Soko sebesar 584 wanita yang sudah menikah
(27,40%), Palang sebesar 568 wanita yang sudah menikah (20,60%), Semanding
didapatkan hasil dari 17 Desa terdapat 5 Desa tertinggi dengan jumlah perkawinan
87 di Desa Gaji, Gemulung dengan jumlah 65, Wolutengah 60, Jarorejo 45 dan
Desa Margomulyo 40. Selain data penunjang tersebut, pada saat pengambilan data
pernikahan dini. Desa Jarorejo masih tergolong mempunyai anak SMA yang
masih melanjutkan sekolah dan ada yang dirumah membantu orang tua ini
Hasil survei awal yang sudah dilakukan oleh peneliti di Desa Jarorejo
Hal ini dikarenakan ada kebiasaan atau adat-istiadat masyarakat sekitar yang
memiliki keyakinan bahwa menikah pada usia muda menunjukkan bahwa mereka
telah “laku”, ketika berusia 20 tahun belum menikah dianggap “tidak laku” dan
pernikahan dini. Hal ini menunjukkan orangtua memiliki peranan yang cukup
Perkawinan usia muda menjadi sebuah fenomena yang terulang dan tidak
hanya terjadi di daerah pedesaan yang dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran dan
pengetahuan, namun juga terjadi di wilayah perkotaan yang secara tidak langsung
juga dipengaruhi oleh “role model” dari dunia hiburan yang mereka tonton
(Priyo, et al. 2014). Sebuah pernikahan tidak hanya didasari oleh rasa cinta,
namun juga dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental dari masing-masing
pasangan. Tidak sedikit pasangan yang kurang menyadari perlunya kesiapan yang
matang.
Menurut Roumali dan Vindari (2011), dalam jurnal Triningtyas dan Muhayati
perkawinan pada usia muda, sikap dan hubungan dengan orang tua, perkawinan
ini dapat berlangsung karena adanya kepatuhan atau menentang dari remaja
terhadap orang tuanya, sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan, misalnya
faktor masyarakat atau lingkungan. Masalah dan dampak dari pernikahan dini
antara lain, secara fisiologis alat reproduksi masih belum siap untuk menerima
dari fungsi psikologis, pasangan usia muda masih belum matang, hal ini akan
ekonomi juga akan semakin meningkat. Pihak yang merasakan akibat dari fungsi
sosial dan ekonomi yang rendah adalah remaja putri atau perempuan, karena tidak
usia dini sebab terdapat pola kekerabatan yang sangat kuat di masyarakat yang
memiliki pengaruh dan peranan yang sangat kuat dalam pengambilan keputusan
individu. Hal ini menyebabkan pelaku pernikahan usia dini belum siap menikah
namun mereka tidak sanggup untuk menolak akibat dari pengaruh budaya dan
untuk menolak keputusan bersama yang beresiko. Salah satu resiko yang ingin
menerima pesan dari media massa secara langsung dan tidak langsung.
Masyarakat dapat menerima pesan melalui media massa, pemimpin opini atau
melalui individu lain. Model ini menyatakan ada hubungan timbal balik dari
media ke masyarakat, yang secara langsung bisa terjadi proses interaksi satu sama
lain.
Survei awal yang diakukan oleh peneliti pada bulan Januari tahun 2019, di
setelah anak mereka lulus sekolah mereka menginginkan untuk langsung menikah
para orang tua berpendapat menurut mereka wanita tidak perlu berpendidikan
tinggi, dapat membantu merawat orang tuanya yang sakit, ada yang berpendapat
karena teman dan kerabat keluarga mereka banyak yang sudah menikah, dan
membantu untuk meringankan beban keluarga dalam hal ekonomi. Dari beberapa
pendapat yang disampaikan oleh masyarakat di Desa Jarorejo faktor yang paling
yang bisa dinilai dari lingkungan, peran orangtua, banyaknya kerabat keluarga dan
fisik, psikologis dan emosional. Komunikasi multi step flow ini adalah seorang
mendapatkan informasi lain dari kelompok yang lain pula. Model ini menyatakan
bahwa hubungan timbal balik dari media ke khalayak (yang juga berinteraksi satu
sama lain), kembali ke media kemudian kembali lagi ke khalayak dan seterusnya.
Melalui model ini audien dapat menerima pesan langsung dari media ataupun
tidak, audiens bisa menerima pesan melalui media massa, melalui pemimpin opini
ataupun melalui individu lain. Cara ini merupakan salah satu alternatif untuk
audiens yang buta huruf atau tidak bisa membaca karena komunikasi ini bisa
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini
1. Bagi Komunitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu wawasan dan
4. Bagi Institusi
Keperawatan Komunitas.
tertinggi.
Dapat
membantu
menyelesaik
an
ketegangan
konflik
sosial
6 Strategi Ariny Sartika Deskriptif - Wawancara dan KPA
Komunikasi (2015) Kualitatif Observasi melakukan
Komisi pendekatan
Penggulangan secara
AIDS Dalam psikologis
Melakukan dengan tokoh
Sosialisasi masyarakat
HIV/AIDS di (opinion
kota Samarinda leaders)
sebagai
bentuk
strategi untuk
memudahkan
penyampaian
informasi
media
messages and
the complex
patterns of
behavioral
contagion in
social
networks.
Sociometric
approaches
provide a way
to identify
influencers
based on
their
structural
position or
ability to
trigger
information
cascades.
Advances in
network
methodology
allow us to
model
diffusion
processes and
study the
interplay
between
interpersonal
ties and
individual
behavior.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
lebih, sedangkan menurut Cherry dalam Stuart (1983) komunikasi berasal dari
kata communica yang artinya membagi. Untuk lebih jelasnya definisi komunikasi
tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku
itu.
sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
14
15
sebagai sebuah proses penyesuaian dan adaptasi yang dinamis antara dua
orang atau lebih dalam sebuah interaksi tatap muka dan terjadi
komunikasi yang meliputi sumber, pesan, media, penerima, efek serta umpan
balik. Unsur ini biasanya disebut sebagai komponen atau elemen dari komunikasi.
yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya
1. Source/Pengirim/Encoder/Sender
diri seseorang, antara dua orang diantara beberapa orang, atau banyak
3. Channel/Media
massa, media yang digunakan paling tepat adalah media cetak dan media
eletronik, contoh media cetak antara lain surat kabar, majalah, buku,
leaflet, brosur, stiker, buletin, poster, spanduk, hand out dll. Sedangkan
4. Receiver/Penerima/Decoder/Audience/Komunikan
Merupakan objek sasaran pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Dalam
berita, mungkin tidak ada penerima pesan jika tidak ada sumber berita.
5. Efek/Pengaruh
Efek/pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
diharapkan adalah tidak hanya penerima pesan itu tahu dan mengerti isi
6. Lingkungan
mulai dari sumber yang menyampaikan pesan sampai pada efek atau
tersebut saling berpengaruh, apabila salah satu dari unsur tersebut tidak
sudut pandang pengalaman dan bidang studinya, akan tetapi dari beberapa macam
Merupakan komunikasi yang dilakukan pada diri sendiri yang terdiri atas
penerima pesan dan memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam
objek yang diamatinya atau tercetus dalam pikirannya. Objek dalam hal
ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman,
atau fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar
atau diantara kelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan
dua arah yang berarti melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, ada
pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar
dijumpai proses feed back karena komunikasi bersifat searah. Namun ada
diantaranya:
pendengarnya
Model komunikasi massa ini sebenarnya merupakan gabungan dari model satu
tahap. Model komunikasi massa ini telah dipopulerkan oleh Paul Lazarsfeld yang
merupakan seorang sosiologis pada tahun 1944, dan dilanjutkan oleh Elihu Katz
dan Lazarsled pada tahun 1955. Model komunikasi massa banyak tahap telah
Model komunikasi ini bisa secara langsung bisa juga melalui beranting seperti
dalam abad ini. Dari awalnya, para peneliti percaya pada teori pengaruh
langsung dan secara besar oleh pesan media karena media dianggap berkuasa
dalam membetuk opini publik. Pada tahun 1950-an, ketika aliran hipotesis dua
langkah (two step flow) menjadi populer, media pengaruh dianggap sebagai
Model aliran dua tahap ternyata tidak begitu efektif pada masyarakat yang
menerima pesan-pesan dari media massa secara langsung. Meskipun itu tidak
berarti mereka tidak menerima pesan-pesan dari opinion leader. Oleh karena itu
untuk menyempurnakannya, muncul model aliran banyak tahap (multi step flow
model). Model ini mengatakan bahwa hubungan timbal balik dari media ke
khalayak (yang juga berinteraksi satu sama lain), kembali ke media, kemudian
Masyarakat
Pada tahap pertama, opinion leader bisa mengakses informasi dari media
massa atau sari sumber lainnya. Dalam proses tahap pertama opinion leader akan
informasi tersebut disampaikan dengan opinion receiver. Dalam tahap pertama ini
opinion leader harus memahami dan menyadari (awarness), apa saja dampak
infromasi yang sudah dipelajari dan didapatkan kepada opinion receiver. Opinion
leader harus membuat opinion receiver tertarik (interest) dengan informasi yang
2014).
yang sudah didapatkan dari opinion leader. Pada tahap ini, selain menerima
informasi dari sumber lain, yang nantinya hasil informasi yang didapatkan bisa
setiap lingkaran sosial baru itu. Opini-opini ini akan dicampur dengan opini-opini
lain yang asli dari sumber elit lainnya dan secara perlahan melebihi informasi
yang positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber, namun jika
variasi dari opinion leader bersifat negatif, maka hal ini akan menyebabkan
terjadinya pengikisan volume informasi. Para opinion leader menjadi kunci atau
penjaga gawang.
23
Jadi model aliran multi tahap ini sangat berbeda dengan model aliran satu
tahap yang menganggap individu tidak ada hubungan antara satu dengan yang
lain. Sehingga terpaan media massa dianggap begitu besarnya. Intinya adalah,
model alir banyak tahap ini merupakan gabungan dari beberapa model (model alir
satu tahap dan model alir dua tahap). Model aliran multi tahap ini tampaknya lebih
akurat dalam menjelaskan apa yang terjadi dalam pembentukan opini dan sikap.
Model ini penting untuk mengilustrasikan bahwa setiap orang itu dipengaruhi baik
oleh media itu sendiri atau komunikasi antar pribadi dan mempengaruhi media dan
Source RII
Massage
RI RII RII
Channel
RII
Tahap
Tahap 1 Tahap 2 3
Keterangan :
Source : Sumber
Massage : Pesan
kelompok sosial.
Channel : Media
RI : Opinion Leader
memiliki sejumlah kekurangan dan dianggap kurang efektif. Hal ini dikarenakan
dalam proses penyampaian pesan dari media kepada khalayak luas, terdapat
dan khalayak kepada khalayak lain merupakan suatu proses interaksi yang
pesan untuk sampai kepada khalayak juga cukup lamban karena harus melewati
banyak tahapan.
25
Kelebihan dari model ini adalah terdapat beberapa jaringan yang bekerja
diantara media dan khalayak yang berfungsi untuk meneruskan pesan dari yang
satu kepada yang lain dalam penyebaran pesan-pesan media khalayak. Model ini
efektif bila pesan ditujukan ke banyak khalayak, dimana pemuka pendapat cukup
satu kali menyampaikan pesan, lalu pesan akan diolah dan diteruskan oleh lebih
banyak pihak. Model ini pun bisa diterapkan ketika saluran-saluran komunikasi
Alir Banyal Tahap Multi Step Flow Model communication diakses pada tanggal
(1962)
Roger (1962) mengembangkan teori dari Lewin (1951), tentang tiga tahap
kompleks daripada tiga tahap yang dijabarkan Lewin (1951). Setiap individu yang
perubahan dapat diterima, mungkin saja suatu saat akan ditolak setelah perubahan
individu yang terlibat, tertarik, dan berupaya untuk selalu berkembang dan maju
(Nursalam, 2014).
maksimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Batasan usia ini
dianggap sudah siap baik dipandang dari sisi kesehatan maupun perkembangan
menunda perkawinan sampai usia tertentu saja, akan tetapi juga mengusahakan
agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup dewasa. Apabila seseorang
kelahiran anak pertama. Penundaan kehamilan dan kelahiran anak pertama ini
dalam istilah KIE disebut sebagai anjuran untuk mengubah bulan madu menjadi
peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan Total
pendidikan, sosial, ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran. Tujuan
PUP seperti ini berimplikasi pada perlunya dalam program Keluarga Berencana
(KB) bertujuan meningkatkan usia kawin perempuan pada umur 21 tahun serta
menurunkan kelahiran pertama pada usia ibu di bawah 21 tahun (Masri, et al.
2010).
yaitu :
1. Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena adanya keluarga yang hidup digaris
2. Pendidikan
anaknya.
4. Media Massa
5. Faktor Adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tua takut anaknya dikatakan
paksaan orang tua dan faktor adat atau kebiasaan masyarakat setempat. Hal ini
ditemukan dari hasil observasi dan wawancara awal dengan masyarakat setempat.
29
perkawinan. Kerangka ini terdiri dari tiga masa reproduksi antara lain: masa
mental pada remaja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan bebas dari penyakit atau kecacatan namun juga sehat secara
mental sosio dan kultural. Salah satu prasyarat untuk menikah adalah kesiapan
secara fisik, yang sangat menentukan adalah umur untuk melakukan pernikahan.
usia.
organ reproduksi pada usia 14 tahun baru sekitar 10 persen dari ukuran matang.
reproduksi terjadi pada uisa 20 atau 21 tahun. Pada perempuan, organ reproduksi
tumbuh pesat pada usia 16 tahun. Pada masa tahun pertama mentruasi dikenal
pematang dan pelepasan telur yang matang dari folikel dalam indung telur. Organ
reproduksi dianggap sudah cukup matang di atas usia 18 tahun, pada usia ini
Sementara itu jika perempuan menikah pada usia di bawah 20 tahun, akan banyak
resiko yang terjadi karena kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal.
Hal ini dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian yang timbul selama
Perempuan yang hamil pada usia dini atau remaja cenderung memiliki
(5) Kanker rahim yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat
rahim
(6) Kematian bayi yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang dari
1 tahun
(3) BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) yaitu bayi yang lahir dengan
(4) Kematian bayi yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang dari
1 tahun
(5) Kelainan bawaan yaitu kelainan atau cacat yang terjadi sejak
Masa menunda kehamilan, Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 20
Untuk menunda kehamilan pada masa ini ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah
2010).
Masa mengatur jarak kehamilan pada masa ini usia istri antara 20-35 tahun
merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan melahirkan karena
mempunyai resiko paling rendah bagi ibu dan anak. Jarak ideal untuk
periode. Ciri kontrasepsi yang dianjurkan pada masa ini adalah alat kontasepsi
lingkungan. Meliputi tempat tinggal, peran orang tua, peran keluarga dan
Dewi, 2017).
menikah muda. Daerah tempat tinggal dibagi menjadi dua yaitu daerah
Dampak nyata dari pernikahan usia muda adalah terjadinya abortus atau
secara fisik dan mental menyebabkan calon ibu merasa tidak ingin dan
tidak siap untuk hamil, adanya kasih sayang yang tulus dan kuat sulit
33
diharapkan, sehingga masa depan anak yang dilahirkan dapat terlantar dan
2. Faktor orang tua dalam pembentukan konsep diri remaja yang menikah
anaknya sudah mapan lahir batin dan sudah sanggup untuk berumah
tangga, sehingga apa salahnya kalau menikah dini dan ada yang
beranggapan selama satu iman atau satu agama maka orang tua
usia muda yang disebabkan karena adanya rasa cemas yang dirasakan
melahirkan lebih cepat dari waktu yang ditentukan, oeh karena itu
Dewi, 2017).
36
5. Faktor Ekonomi
solusinya, begitu banyak cara yang sudah dilakukan oleh para petinggi
negara dengan kata lain sulit untuk dicari untuk menyelesaikannya, atau
Menurut salah satu tokoh sosiologi yaitu Emil Durkhem dalam Nur
solidaritas, oleh karena itu masyarakat dibagi menjadi dua tipe solidaritas
kelompok terpisah satu dengan yang lain. Tipe solidaritas yang didasarkan
ketergantungan satu sama lain yang besar, baik dengan individu atau
kelompok lain.
berobat kerumah sakit pun kadang masyarakat tidak mampu dengan alasan
biaya yang sangat mahal, rata-rata pendidikan orang tua masih sangat
6. Faktor Perjodohan
pengatin pria dan wanita dipilihkan oleh orang ketiga, bukan karena
pilihan sendiri. Perjodohan menurut agama islam merupakan hal yang sah
sangat dilarang oleh agama. Perjodohan pada awalnya hanya terjadi pada
laki-laki belum bisa dilakukan oleh perempuan, sehingga untuk para laki-
laki setelah berusia belasan dan sudah merasa mampu mencari nafkah
sebagai ibu rumah tangga, sehingga pada saat itu orang tua kebanyakan
orang tua dengan mengabdikan dirinya menjadi istri yang sholihah, oleh
karena itu terkadang perempuan yang sudah tamat SMP bahkan belum
dan remaja serta tersedianya lapangan kerja yang semakin banyak. Ini
menjadi hal yang baik untuk mengubah kebiasaan yang dilakukan oleh
para lelaki untuk pergi merantau, serta untuk para perempuan sudah
masih ada sebagian orang tua yang mengkhawatirkan masa depan anak
merusak pola pikir anak-anak serta remaja saat ini (Nur Alyssa, 2017).
39
internet televisi, radio dan alat teknologi lainnya, tetapi terkadang semakin
para orang tua resah. Apa lagi masyarakat yang tinggal di pedesaan,
anaknya untuk bersekolah jauh, apa lagi anak perempuan yang sangat
rentang diculik. Oleh karena itu kebanyakan anak perempuan yang tinggal
di desa yang terpencil, khususnya orang tua yang memiliki anak berusia
anaknya, bisa menjalin hubungan antara keluarga menjadi lebih baik lagi
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and
universality, atau yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya,
40
kemudian dia menemukan teori cultural diversity and universality yang semula
disadarinya dari kebutuhan khusus anak yang dilatarbelakangi oleh budaya yang
1. Culture
2. Culture care
dengan nilai yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang
3. Diversity
4. Universality
5. Worldview
6. Ethnohistory
maka Leininger menjelaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah
sebuah peta kognitif yang bergerak dari yang paling abstrak ke yang sederhana
model ini bukan merupakan teori, namun setidaknya model ini dapat dijadikan
dalam proses perawatan klien. Selain itu, sunrise model ini juga dapat digunakan
oleh perawat komunitas untuk menilai faktor cultural care pasien (individu,
tidak hanya melihat penyakit serta kondisi emosional yang dimiliki pasien.
klien, perawat harus menyadari dan memahami terlebih dahulu budaya yang
dimilki oleh dirinya sendiri. Jika tidak, maka bisa saja terjadi cultural imposition
sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan
pada kebudayaan yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan
Suku Anak Dalam, Suku Batak, Suku Minang. Sedangkan kebudayaan yang
makan. Dengan mengetahui budaya spesifik dan budaya universal yang dipegang
1. Riset (Research)
berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari.
neurologis yang akut. Hal yang dilihat disini, adalah bagaimana anggota
terhadap anggota keluarga yang sakit, selama kurang lebih 24 jam. Hanya
satu orang saja yang tidak ikut berpartisipasi untuk merawat anggota yang
anggota keluarga yang sehat untuk menjaga anggota yang sakit, dintaranya
2. Edukasi (Education)
berfokus pada ilmu sosiologi dan isu sosial yang sering dihadapi oleh para
3. Kolaborasi (Colaboration)
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani atau nabati lain yang nilai gizinya setara
culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu
5. Manajemen
Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Multi Step Flow Communication Terhadap
Peran Orangtua Dalam Pendewasaan Usia Perkawinan Di Desa Jarorejo
Kecamatan Kerek
49
50
menilai faktor cultural care untuk mendapatkan pemahaman budaya klien secara
pendidikan, teknologi, sosial, politik dan hukum, ekonomi, nilai budaya dan
religius. Dalam hal ini faktor sosial merupakan salah satu penunjang dalam
langkah (two step flow) menjadi populer, media pengaruh dianggap sebagai
sesuatu yang memiliki pengaruh yang kecil. Model dua tahap ternyata tidak begitu
efektif pada masyarakat yang tingkat buta hurufnya kecil. Oleh karena itu untuk
menyempurnakan muncul model aliran banyak tahap (multi step flow). Model ini
mengatakan bahwa hubungan timbal balik dari media ke khalayak (terjadi proses
interaksi satu sama lain) kembali ke media kemudian kembali ke khalayak dan
dari teori Roger (1962), yaitu Awereness, Interest, Evaluation, Trial dan
Jarorejo untuk mngetahui budaya pernikahan dini yang lebih baik dari segi
kesehatan.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
analitik dengan menggunakan metode penelitian “One Group Pre test Post test
Design” yang mana pada desain ini, peneliti dapat menguji multi step flow of
(pengamatan akhir). Hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan yang dihasilkan
Tangga) diberikan pre test (kuesioner awal) terlebih dahulu sebelum diberikan
(kuesioner akhir) kepada subjek. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
yang dihasilkan dari pre test dan post test (Nursalam, 2013).
Rumah Tangga) yang masih mempunyai anak remaja belum menikah di Desa
52
53
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian warga khususnya ibu rumah
tangga di Desa Jarorejo Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban yang masih mampu
1. Kriteria inklusi
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti [CITATION Nur13 \l 1033 ].
3) Ibu Rumah Tangga yang masih mempunyai anak remaja usia 16-17
2. Kriteria eksklusi
aktivitas
54
N
n =
1 + N (d²)
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat signifikansi (p)
Besar sampel
30
n =
1+30 ( 0,05 2)
30
n =
1,075
n = 27,90
n = 28 Orang (dibulatkan)
Jadi besar sampel untuk penelitian ini adalah 28 orang.
4.2.4 Sampling
sampel dengan cara ini adalah cara pemilihan yang paling sederhana atau biasa
disebut sampling seperti arisan. Dimana pemilihan tersebut dimulai dari menulis
nama-nama calon responden pada secarik kertas kemudian diletakkan pada kotak
lalu diaduk atau diacak setelah semuanya terkumpul. Nama yang muncul pada
acakan tersebut maka dia yang akan menjadi sampling dari penelitian ini.
55
Populasi
Ibu rumah tangga di Desa Jarorejo Kecamatan Kerek sebanyak 30 orang
Teknik Sampling
Simple Random Sampling
Sample Penelitian
Ibu rumah tangga di Desa Jarorejo Kecamatan Kerek sebanyak 28 orang
Desain Penelitian
Pra-Post Test Design
Instrumen Pre-test
Kuisioner
Intervensi
Multi Step Flow Of Communication
Instrumen Post-test
Kuisioner
Analisa Data
Uji Wilcoxon
Kesimpulan
Ada Pengaruh atau Tidak Ada Pengaruh
Gambar 4.1 Pengaruh Multi Step Flow Of Communication Terhadap Faktor Sosial
Pendewasan Usia Perkawinan di Deja Jarorejo Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban
56
[CITATION Nur13 \l 1033 ]. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Faktor
Variabel
F Faktor yang a. Tempat Kuisioner Ordinal
Ja Kode :
Dependen = dipengaruhi tinggal Faktor Sosial Kurang
F Faktor Sosial oleh b. Peran Berpengaruh = 3
pendewasaan lingkungan anggota Faktor Sosial Cukup
usia sekitar yaitu keluarga Berpengaruh = 2
perkawinan keadaan yang sudah Faktor Sosial
tempat menikah di Berpengaruh = 1
tinggal dan usia muda
peran orang c. Peran orang Kategori dengan
tua tua dalam Skala Likert :
pengambilan Faktor sosial
keputusan berpengaruh = 47-60
untuk Faktor sosial cukup
menikah Berpengaruh = 33-46
Be diusia muda Faktor sosial Kurang
d. Terhindar/un Berpengaruh = 20-33
tuk
menutupi aib
keluarga
58
dimana pada penelitian hanya variabel dependen yang diukur oleh peneliti. Di
Pengisian kuisioner bisa dilakukan dengan memberi tanda () pada salah
satu pilihan jawaban yang menurut responden paling sesuai dengan kehidupan
sehari-harinya. Pada penelitian ini menggunakan pre-test dan post-test. Pada pre-
perlakuan. Hal ini nertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
rumah warga saat kegiatan tahlilan rutin yang dilakukan oleh Ibu rumah tangga
Langkah awal dalam penelitian ini dimulai dari peneliti melakukan studi
dalam proses pembuatan proposal peneliti harus melakukan survei awal terlebih
dahulu untuk memperkuat data dari fenomena yang akan diteliti. Proses
pengambilan data awal, peneliti melakukan wawancara pada beberapa Ibu rumah
tangga yang ada di Desa Jarorejo Kecamatan Kerek. Dari masyarakat yang masih
menikah karena menurut mereka wanita tidak perlu berpendidikan tinggi, ada juga
yang beranggapan karena teman dan kerabat keluarga mereka banyak yang sudah
hal ekonomi. Setelah data awal didapatkan peneliti dapat menyusun latar belakang
Tuban peneliti mengajukkan ijin kepada Kepala Desa Jarorejo untuk mengadakan
penelitian kepada Ibu rumah tangga yang ada disana. Sebelum mengumpulkan
dengan metode Multi Step Flow Of Communication sebanyak tiga tahap yaitu
Pada hari pertama reponden melakukan tahap pertama yaitu opinion leader
bisa mengakses informasi dari media massa atau sari sumber lainnya. Dalam
proses tahap pertama opinion leader akan mengumpulkan dan mempelajari dari
opinion receiver.
Pada hari kedua atau tahap kedua opinion leader mulai menyebarkan atau
dengan informasi yang disampaikan sehingga opinion receiver nanti akan mampu
receiver).
Pada hari ketiga, pada tahap ini akan dibentuk tiga kelompok sosial atau
pendewasaan usia perkawinan hal ini bertujuan untuk menjadi semangat para
semangat secara tidak langsung akan terjadi proses interaksi antar masyarakat dan
sudah didapatkan dari opinion leader. Pada tahap ini selain menerima informasi
dari opinion receiver kelompok sosial juga diperbolehkan mencari informasi dari
sumber lain, yang nanti hasil informasi yang didapatkan bisa disampaikan dalam
bentuk pendapat.
ini dilakukan sama seperti pre-test sebelumnya yaitu dengan cara penyebaran
Dalam penelitian ini setelah data terkumpul semua dari hasil pengumpulan
1. Editing
jawaban yang telah diberikan dan tidak ada kuesioner yang tidak diisi
(Supriyanto, 2011). Hal ini dilakukan setelah semua data yang dikumpulkan
2. Coding
Variabel Independen:
62
3. Scoring
Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil kuesioner
yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yaitu
dengan cara:
(tidak setuju)
9) Menentukan Interval I
I = Range/Kategori
I = 40/3 13,3
I = 60 – 13,3 = 46,7
4. Tabulasi
dengan mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
Hal ini dilakukan setelah editing, coding, dan skoring selesai dilakukan.
1) Seluruhnya : 100%
4) Setengahnya : 50%
7) Tidak satupun : 0%
6. Uji Statistik
pengaruh atau tidak dari kedua variabel tersebut. Skala data yang digunakan
untuk variabel dependen adalah skala ordinal, sehingga uji statistik yang
(2) Masukkan prepeng dan postpeng ke dalam kotak test pairs list
1) Jika p value ≥ 0,05 maha H0 ditolak, artinya tidak ada pengaruh Multi
Usia Perkawinan
65
2) Jika p value ≤ 0,05 maha H1 diterima, artinya ada pengaruh Multi Step
Perkawinan
penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian dan perlakuan
4.10.2 Anonimity
4.10.3 Confidentiality
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang bisa
Pada BAB ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisis penelitian tentang
berarti secara signifikan ada pengaruh atara dua variabel yang diukur, tapi bila ρ ≥
α (0,05), maka H0 ditolak berarti tidak ada pengaruh antara dua variabel yang
diukur.
keterangan sebagian ibu rumah tangga di Desa Jarorejo yang bersedia menjadi
menjadi data umum yang berisi gambaran umum lokasi penelitian, batas wilayah,
struktur organisasi, karakteristik responden, dan data khusus yang berisi data
faktor sosial pendewasaan usia perkawinan sebelum dan sesudah perlakuan serta
66
67
5.089.055 Km2. Jumlah penduduk 55.556 jiwa yang terdiri dari 2.734
Sekretaris
2. Karakteristik responden
1) Usia Responden
2) Pendidikan Terakhir
Data khusus yang diperoleh pada penelitian ini meliputi faktor sosial
pendewasaan usia perkawinan sebelum dan sesudah perlakuan serta data Pengaruh
Desa Jarorejo Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban dijabarkan pada tabel 5.4
70
Tabel 5.4 Distribusi Data Faktor Sosial Ibu Rumah Tangga Tentang
Pendewasaan Usia Perkawinan Sebelum Diberikan Perlakuan di
Desa Jarorejo Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban Bulan Mei
Tahun 2019.
No No Faktor Sosial Frekuensi Prosentase (%)
Faktor Sosial
1 1 1 3 10,7
Berpengaruh
Faktor Sosial Cukup
2 1 2 5 17,9
Bepengaruh
Faktor Sosial Kurang
3 3 20 71,4
Berpengaruh
Jumlah 28 100,0
Sumber: Data Primer Peneliti, Tahun 2019
Tabel 5.4, menjelaskan bahwa ada beberapa responden menunjukkan faktor sosial
diberikan perlakuan.
Desa Jarorejo Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban dijabarkan pada tabel 5.5
71
tidak ada satupun responden yang menunjukkan faktor sosial kurang berpengaruh
Tabel 5.6 Distribusi Tabulasi Silang Data Pengaruh Multi Step Flow Of
Communication Terhadap Faktor Sosial Pendewasaan Usia
Perkawinan di Desa Jarorejo Kecamatan Kerek Kabupaten
Tuban Bulan Mei Tahun 2019
Faktor Sosial Post Test
Pendewasaan Usia Perkawinan Berpengaruh Cukup Total
2 1 3
Faktor Sosial Berpengaruh
7,1% 3,6% 10,7%
4 1 5
Faktor Sosial Cukup Berpengaruh
Pre Test 14,3% 3,6% 17,5%
Faktor Sosial Faktor Sosial 20 0 20
Kurang Berpengaruh 71,4% 0,0% 71,4%
26 2
Total 100,0
92,9% 7,1%
Wilcoxon Signed Ranks Test Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,000
negeri sipil dan dua responden bekerja sebagai ibu rumah tangga, selain itu ada
usia perkawinan dan mereka juga masih mempunyai anak yang masih kuliah.
SMK, empat berpendidikan SMA dan satu berpendidikan SMK, mereka bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan ada juga yang berjualan online shop mereka
dan SD, sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga dan bertani sebagian
besar mereka masih mempunyai anak SMA, SMP dan ada juga yang masih
perkawinan, mereka mempunyai pendapat jika anak sudah lulus sekolah dan tidak
faktor sosial berpengaruh berjumlah 26 orang (92,9%) hal ini dikarenakan hampir
seluruh responden pada proses multi step flow of communication atau tahap ketiga
berjumlah 2 orang (7,1%) hal ini terjadi karena dilihat dari faktor usia kedua
responden tersebut berusia 49 tahun dan 53 tahun dengan latar pendidikan terakhir
SD, pada saat pelaksanaan multi step flow of communication tahap ketiga kedua
responden tersebut juga tidak mengikutinya sampai selesai dan pada saat tahap
informasi yang sudah disampaikan. Dan tidak ada satupun responden yang
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji wilcoxon.
Teknik ini merupakan penyempurnaan dari uji tanda (sign test). Teknik ini
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif antara dua sampel yang berkolerasi
apabila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2013). Data yang diperoleh oleh
cara menyeleksi data yang masuk dari pengumpulan data melalui kuisioner
diberikan dan memastikan tidak ada kuisioner yang tidak terisi. Kemudian,
dilakukan coding pada masing-masing hasil dari sebelum dan sesudah dilakukan
PEMBAHASAN
Hasil analisis data dan interpretasi data penelitian yang dilakukan oleh
peneliti pada ibu rumah tangga di Desa Jarorejo Kecamatan Kerek Kabupaten
yang baik bagi kesehatan, sebagian kecil responden menunjukkan faktor sosial
sosial, politik dan hukum, ekonomi, nilai budaya dan religius. Dalam hal ini faktor
sosial merupakan faktor yang paling menjadi penunjang dilihat dari sosial budaya,
peran orang tua, peran teman sebaya atau keluarga dan pergaulan bebas.
lingkungan. Meliputi tempat tinggal, peran orang tua, peran keluarga dan
75
76
keputusan perempuan untuk menikah. Kekhawatiran orang tua dan keluarga bisa
menjadi faktor terjadinya pernikahan pada usia muda yang disebabkan karena
adanya rasa cemas yang dirasakan orang tua terhadap pergaulan anaknya (Nur
Alyssa, 2017). Selain itu orang tua sering mendapatkan tekanan normatif dari
Dan yang terjadi di Desa Jarorejo adalah banyak orang tua yang berpendapat
bahwa menikah diusia kurang dari 20 tahun sudah menjadi hal yang biasa.
Menikah lebih cepat terutama pada anak perempuan dapat menghindari hal-hal
negatif contohnya adalah hamil diluar nikah. Selain itu banyak yang mengatakan
karena lingkungan sekitar atau teman –teman anak mereka banyak yang sudah
menikah.
dampaknya adalah kalau tidak cocok pasti cerai, karena emosi mereka yang
terkadang masih belum stabil. Lalu peneliti mencoba menanyakan apa dampak
pernikahan diusia kurang dari 20 tahun bagi kesehatan. Mereka mengakui tidak
didalam melaksanakan sebuah pernikahan diusia kurang dari 20 tahun tidak ada
Mereka juga membahas tentang apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum
biasa disebut dengan weton. Akan tetapi tidak semua responden menggunakan
kepercayaan ini. Selain itu jika kedua remaja tersebut sudah saling menyukai. Dari
melihat psikologis anak tentang bagaimana emosi mereka jika sudah banyak
cinta tetapi juga didukung oleh faktor-faktor lain. Salah satunya adalah usia saat
Komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya (Roger dan D.
model komunikasi massa gabungan dari model tahap satu dan tahap dua, model
komunikasi ini telah di populerkan oleh Paul Lazardfeld yang merupakan seorang
sosiologis pada tahun 1944, dan dilanjutkan oleh Elihu Katz pada tahun 1955.
Model multi step flow ini lebih akurat dalam menjelaskan apa yang terjadi dalam
sosial budaya, pergaulan bebas, teman sebaya atau anggota keluarga. Sebagian
besar responden belum mengetahui tentang apa itu pendewasaan usia perkawinan,
persiapan apa saja yang perlu dilakukan sebelum melakukan pernikahan dan
Interpretasi data penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada ibu rumah
memperhatikan tentang apa yang disampaikan oleh opinion leader, sebagian kecil
kurang setuju atau faktor sosial kurang berpengaruh karena faktor usia dan saat
pelaksanaan multi step flow of communication pada saat tahap kedua dan ketiga
responden tersebut tidak mengikuti sampai selesai dan pada saat tahap post test
mereka datang terlambat, tidak ada satupun responden yang menjawab tidak
menanyakan kepada responden tentang apa saja dampak dari pernikahan diusia
kurang dari 20 tahun bagi kesehatan, ada beberapa responden yang bisa
menyebutkan mulai dari ketika hamil dan melahirkan akan mengalami banyak
resiko salah satunya adalah lahir premature. Yang kedua organ intim dari pihak
PUP atau biasa disebut Pendewasaan Usia Perkawinan. Dimana dalam PUP
menikahkan anaknya. Mulai dari faktor usia, batas minimal usia anak
dan untuk perempuan berusia 20 tahun hal ini sesuai dengan fungsi organ
reproduksi mereka yang sudah siap. Selain itu menghindari kehamilan beresiko
dengan cara menghindari 4T taitu terlalu muda untuk menikah, terlalu rapat jarak
antara kehamilan kurang dari 3 tahun, dan terlalu banyak jumlah anak yang
dilahirkan lebih dari dua. Setelah diberikan informasi diatas peneliti mengatakan
ini menjadi informasi baru bagi mereka, tetapi ada juga beberapa responden yang
komunikasi ini bisa secara langsung bisa juga berantai seperti melalui pemuka
mengatakan bahwa ada hubungan timbal balik dari media ke khalayak atau
masyarakat yang juga berinteraksi satu sama lain kembali ke media, kemudian
dipengaruhi baik oleh media atau komunikator antar pribadi dan mempengaruhi
disesuaikan dengan sasaran responden yaitu ibu-ibu rumah tangga dimana mereka
dalam kehidupan sehari-harinya adalah bertemu dengan tetangga satu sama lain
dan biasanya juga berkumpul dalam satu acara yakni acara arisan atau acara
tahlilan dimana hal tersebut membuat peneliti berfikir dengan begitu jika melalui
ibu-ibu maka informasi bisa tersampaikan dengan mudah dan dapat dijangkau
Roger.
mana 0,000 ≤ 0,05, maka H1 diterima, berarti secara signifikan dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh multi step flow of communication terhadap faktor sosial
81
Tuban.
lima tahap dalam perubahan yaitu awarness, interest, evaluation, trial dan
Pada penelitian ini multi step flow of communication dilakukan dengan tiga
tahap yakni pada tahap pertama seorang opinion leader mengumpulkan informasi
seputar pendewassan usia perkawinan dan latar belakang seorang opinion leader
usia perkawinan ini sesuai dengan teori Roger (1962) tahap pertama yaitu
mengalami perubahan.
Pada tahap kedua opinion leader akan membagikan informasi tersebut pada
opinion receiver pada tahap kedua ini tugas dari seorang opinion receiver adalah
membuat informasi yang akan disampaikan pada kelompok sosial terlihat menarik
atau interest sesuai dalam teori Roger (1962) sehingga semua responden mau
mendengarkan dan memahami yang membuat menarik dalam tahap ini adalah ada
sehingga terlihat gugup dan terlihat lucu oleh semua responden, selain hal tersebut
82
ada satu opinion receiver yang mempunyai karakteristik bisa melawak sehingga
selain itu yang berbicara atau yang menyampaikan informasi adalah temannya
sendiri ini juga menjadi salah satu strategi peneliti bagaimana individu atau
Pada tahap terakhir atau tahap ketiga ini dilakukan dengan diskusi kelompok
kecil proses diskusi akan muncul rasa ingin menilai atau evaluation, mencoba
atau trial menyampaikan pendapat dan menerima atau adoption tentang informasi
apa yang sudah disampaikan ini sesuai dengan teori Roger tahap ketiga sampai
dengan tahap terakhir bagaimana individu akan berubah jika sudah melalui
bebeapa proses tersebut. Ini dapat memberikan kesempatan pada ibu-ibu untuk
perkawinan. Hal ini dapat membantu masyarakat atau ibu-ibu untuk mengetahui
budaya pernikahan dini yang baik bagi kesehatan. Sesuai dengan teori Madeleine
Leininger’s ada beberapa dimensi cultural care, ini dilakukan untuk mendapatkan
dimensi cultural care salah satunya adalah social factor yang mana pada
penelitian ini social factor atau faktor sosial dilihat dari lingkungan, peran orang
Hal ini dibuktikan dengan dari keempat faktor sosial tersebut memperoleh
hasil sebagian besar yang mempengaruhi pernikahan diusia kurang dari 20 tahun
yang memiliki peringkat pertama adalah akibat pergaulan bebas kemudian pering
kedua adalah peran teman sebaya atau anggota keluarga, yang ketiga adalah peran
orangtua dan yang terakhir adalah faktor dari lingkungan. Sebagian besar
responden yang berpendapat tidak setuju dan kurang setuju tentang faktor sosial
peningkatan pengetahuan dalam budaya pernikahan dini yang baik dalam segi
pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang
mungkin.
84
antara lain :
a. Faktor budaya yang meliputi peran budaya, sub budaya dan kelas sosial
b. Faktor sosial yang meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status
c. Faktor pribadi yang termasuk usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
adanya masalah antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang ada. Keadaan
a. Kebudayaan
diinginkan
c. Ciri-ciri keluarga
d. Status/harapan financial
6.4 Keterbatasan
tersebut meliputi:
ini seluruh responden adalah ibu rumah tangga yang memiliki banyak
pada penelitian ini yang diteliti adalah faktor sosial berdasarkan budaya
yang ada ditempat tersebut. Dimana dalam meneliti budaya di suatu daerah
yang baik dalam hal tingkat pengetahuan dan peran orang tua dalam
7.1 Kesimpulan
seluruh responden mengalami peningkatan yang baik dari segi faktor sosial
usia perkawianan.
Kabupaten Tuban.
86
87
7.2 Saran
1. Bagi Komunitas
dengan variabel yang lebih bervariatif dan cakupan yang lebih luas
4. Bagi Institusi
keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Tin, 2010, Perkawinan Dini Dan Dampak Status Gizi Pada Anak
(Analisis Data Riskesdas 2010). Jurnal Gizi Indon 2011, 34 (2): 109-119
Astuti, Siti Yuli, 2011, Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia
Muda DiKalangan Remaja Di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang.
BAPEMAS, 2018, Buku Laporan Pernikahan: Tuban.
Cangara, Hafied, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafirdo
Persada.
Cherry dalam Stuart (1983) dikutip dari Abdul Muhith dan Sandu Siyoto, 2018,
Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Health. Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET
Duldt-Berry yang dikutip Suryani (2006) dikutip dari Abdul Muhith dan Sandu
Siyoto, 2018, Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Health.
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Efendi, Ferry dan Makhfudli, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fatiyani, 2014, Pernikahan Dini Pada Remaja Di Loksemawa, Medan: Fakultas
Kesehatan Mayarakat Universitas Sumatera Utara
Febriyanti, Ni Putu Vita dan Urmila Dewi, 2017, Pengaruh Faktor Sosial
Ekonomi Dan Demografi Terhadap Keputusan Perempuan Menikah
Muda Di Indonesia, Vol.13, No. 2, hal. 108-117, diakses pada tanggal 07
Februari 2019 pukul 09:45 WIB
G. R. Terry dalam Syamsi, Ibnu, 2000, Pengambilan Keputusan dan Sistem
Informasi, Jakarta: Bumi Aksara hal. 5
Hidayat, AA, 2009, Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data, Jakarta: Salemba
Medika.
https://docshare04.docshare.tips.files diakses pada tanggal 20 Februari 2019,
pukul 11: 05 WIB.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/piramida/article/view/39493.
https://pakarkomunikasi.com/model-komunikasi-massa diakses pada tanggal 07
Februari 2019, pukul 10:10 WIB
https://respository.usu.ac.id>bitstream>handle diakses pada tanggal 20 Februari
2019, pukul 11:25 WIB.
https://www.academia.edu/12408558/Komunikasi_Model_Alir_Banyal_Tahap_M
ulti_Step_Flow_Model_communication diakses pada tanggal 20 Februari
2019, pukul 14:35 WIB.
Kotler, Plulip, 2003, Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 1 dan 2,
Jakarta: PT Indeks hal. 98
KUA, 2018, Laporan Usia Pengantin: Kecamatan Kerek.
Leininger (1995) dikutip dalam buku Nursalam, 2016, Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4, Jakarta: Salemba Medika.
Manandar, A.S, 2004, Psikologis Industri dan Organisasi, Tangerang:
Universitas Indonesia Press hal. 124
88
89
2018 2019
No. Tahapan Ok
t Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Penyusunan Sinopsis
2 Presentasi Sinopsis
3 Permohonan Tugas Skripsi kepada ketua program studi (form 1)
4 Permohonan Pembimbing Skripsi (form 2)
5 Penetapan Judul Oleh Pembimbing
6 Pengambilan data Awal
7 Konsultasi Penulisan Proposal
8 Pengajuan Ujian Proposal (form 5)
9 Ujian Proposal
10 Perbaikan Proposal
11 Pengajuan Ijin Penelitian (form 7)
12 Penelitian
13 Penulisan Hasil Penelitian
14 Konsultasi Penulisan Hasil Penelitian
15 Seminar Hasil Dengan Pembimbing
16 Pengajuan Ujian Skripsi (form 9)
17 Ujian Skripsi
18 Perbaikan Skripsi
19 Pengumpulan Naskah Skripsi
89
91
92
Lampiran 2
DIKA TIARA
93
Lampiran 3
Tuban, ...........................................
Responden
............................................
94
Lampiran 4
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian :
Identifikasi Responden :
1. Nama (Inisial) :
2. Umur : Tahun
3. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
4. Pendidkan Terakhir :
5. Pekerjaan :
Keterangan :
1. Setuju
2. Kurang Setuju
3. Tidak Setuju
Jawaban
95
Sosial Budaya
1 Melakukan pernikahan diusia >20 tahun
. bagi perempuan merupakan usia yang ideal
untuk menikah.
Apabila
2 seorang perempuan yang menikah
. diusia <20 tahun akan beresiko terhadap
kesehatan reproduksinya.
Orang
3 tua menikah pada usia <20 tahun,
. kemungkinan anak saya akan menikah
diusia (<20 tahun), karena pernikahan dini
merupakan kebiasaan yang turun menurun.
Orang
4 tua yang memiliki anak perempuan harus
. segera mencarikan jodohnya sejak lahir, hal
ini untuk mencegah adanya aib keluarga.
5 Apabila lingkungan teman-teman anak anda
. banyak yang sudah menikah diusia dini,
kemungkinan hal ini akan mempengaruhi
anda untuk menikahkan anak anda.
Pergaulan Bebas
1 Menikah lebih cepat merupakan salah
1 satu cara untuk mencegah pergaulan
. bebas.
1 Hamil diluar nikah adalah hal yang biasa
2 saat ini.
.
1 Pernikahan akan menghindarkan dari
3 pergaulan bebas dan dapat menyalurkan
. kebutuhan biologis secara sehat.
96
PROSEDUR PELAKSANAAN
KOMUNIKASI MASYARAKAT DENGAN METODE MULTI STEP FLOW OF
COMMUNICATION
No. Dokumen : No. Revisi : Hal : 1-2
/SOP/PKM/L/1/2016 -
Tanggal Terbit : Ditetapkan :
PROTA
02 Januari 2016 Jalaludin Sayuti, SKM.MPH
B NIP. 19751231 199803 1 013
Pengertian Model Komunikasi massa banyak tahap yang menyampaikan pesan kepada
masyarakat melalui interaksi yang kompleks. Model komunikasi ini bisa
secara langsung bisa juga melalui berantai seperti melalui pemuka
pendapat terlebih dahulu, lalu dilanjutkan ke masyarakat umum.
Tujuan 1. Membuat inovasi atau metode lain saat melakukan
penyuluhan kesehatan.
2. Mempermudah masyarakat dalam memahami informasi
kesehatan yang akan disampaikan.
3. Masyarakat bisa mendapatkan informasi kesehatan
secara langsung.
Kebijakan Langkah-langkah menjalin komunikasi dengan masyarakat wajib sesuai
dengan langkah-langkah prosedur pelaksanaan ini.
Referensi 1. SOP Puskesmas Lenek Komunikasi Dengan Masyarakat.
2. SOP Pukesmas Rogotrunan Menjalin Komunikasi
Dengan Masyarakat.
Tahap Alat :
Pelaksanaa 1) Alat tulis
n 2) Buku Catatan
3) Laptop lengkap dengan LCD
4) Letleat
5) Alat Dokumentasi
Langkah-langkah pelaksanaan multi step flow of communication :
1. Tahap pertama
1) Opinion leader bisa mengakses informasi dari media
massa atau sari sumber lainnya.
2) Dalam proses tahap pertama opinion leader akan
mengumpulkan dan mempelajari dari informasi yang didapatkan,
kemudian informasi tersebut disampaikan dengan opinion
98
receiver.
3) Dalam tahap pertama ini opinion leader harus
memahami dan menyadari (awarness), apa saja dampak yang
akan terjadi dari pendewasaan usia perkawinan.
2. Tahap kedua
1) Opinion leader mulai menyebarkan atau menyampaikan
infromasi yang sudah dipelajari dan didapatkan kepada opinion
receiver.
2) Opinion leader harus membuat opinion receiver tertarik
(interest) dengan informasi yang disampaikan sehingga opinion
receiver nanti akan mampu menyebarluaskan informasi yang
didapatkan pada kelompok sosial (information receiver)
3. Tahap Ketiga
1) Kelompok sosial terbentuk dalam 3 kelompok.
2) Tugas dari opinion receiver adalah menyebarluaskan
informasi yang sudah didapatkan dari opinion leader.
3) Pada tahap ini, selain menerima informasi dari opinion
receiver kelompok sosial juga diperbolehlan mencari informasi
dari sumber lain, yang nantinya hasil informasi yang didapatkan
bisa disampaikan dalam bentuk pendapat.
Setelah dilakukan tahap 1, 2 dan 3 semua kelompok dikumpulkan
mulai dari opinion leader, opinion reveicer dan information receiver
(kelompok sosial) masuk dalam sesi diskusi.
1) Dalam tahap ini kelompok sosial diperbolehkan
berpendapat dan berdiskusi dengan opinion leader dan opinion
receiver berdasarkan informasi yang didapatkan dari opinion
receiver atau dari sumber yang lain.
2) Dalam tahap ini terjadi proses menilai (evaluation),
mencoba (trial) dan menerima (adoption) dari masyarakat
tentang permasalahan yang terdapat dalam pendewasaan usia
perkawina.
3) Opinion leader, opinion receiver dan kelompok sosial
manarik kesimpulkan bersama tentang permasalahan yang ada
dalam pendewasaan usia perkawinan.
99
Source
RII
Massage
RII
Keterangan :
Source : Sumber
Yang dimaksud seumber disini adalah sumber informasi yang bisa
didapatkan atau diakses dari manapun.
Massage : Pesan
Pesan yang akan disebarluaskan pada information receiver atau
kelompok sosial.
Channel : Media
Media yang akan digunakan untuk menyebarluaskan informasi tentang
pendewasaan usia perkawinan. Misalnya: LCD, Brosur dll.
RI : Opinion Leader
RII : Opinion Receiver
RIII : Information Receiver atau kelompok sosia
Lampiran 5
100
101
Lampiran 6
102
103
Lampiran 7
Lampiran 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 30 KURANG
2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 33 KURANG
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 1 3 36 CUKUP
4 1 1 1 1 2 3 2 2 2 1 3 1 3 1 1 1 1 1 2 2 32 KURANG
5 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 30 KURANG
6 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 31 KURANG
7 1 3 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 3 2 1 1 2 2 32 KURANG
8 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 2 28 KURANG
9 1 2 1 1 1 2 1 1 3 1 3 1 2 2 2 1 1 1 1 2 30 KURANG
10 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 27 KURANG
11 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 1 2 2 2 31 KURANG
12 2 1 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 32 KURANG
13 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 3 2 3 29 KURANG
14 1 1 1 2 3 1 1 1 1 3 3 2 3 1 1 1 2 1 1 3 33 KURANG
104
15 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 26 KURANG
16 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 3 1 3 3 1 2 1 1 1 2 32 KURANG
17 1 1 1 2 3 3 1 1 1 2 3 1 2 1 2 1 2 2 1 2 33 KURANG
18 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 3 32 KURANG
19 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 3 2 3 2 2 2 2 34 CUKUP
20 BERPENGAR
1 2 1 1 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 48 UH
21 BERPENGAR
2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 49 UH
22 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 3 2 3 39 CUKUP
23 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 3 2 3 2 3 33 KURANG
24 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 1 3 3 3 3 1 1 1 3 38 CUKUP
25 BERPENGAR
2 3 1 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 49 UH
26 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 32 KURANG
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 1 3 36 CUKUP
28 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 1 2 31 KURANG
105
TABULASI DATA POST-TEST FAKTOR SOSIAL PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 48 RUH
2 BERPENGA
3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 51 RUH
3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 46 CUKUP
4 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54 RUH
5 BERPENGA
3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 53 RUH
6 BERPENGA
3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 51 RUH
7 BERPENGA
3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 52 RUH
106
8 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 54 RUH
9 BERPENGA
3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 53 RUH
10 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 49 RUH
11 BERPENGA
3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 47 RUH
12 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 51 RUH
13 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 49 RUH
14 BERPENGA
3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 53 RUH
15 BERPENGA
3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 52 RUH
16 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 49 RUH
17 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 51 RUH
18 BERPENGA
3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54 RUH
19 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 49 RUH
20 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 46 CUKUP
21 BERPENGA
3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 54 RUH
22 BERPENGA
3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 53 RUH
23 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 54 BERPENGA
107
RUH
24 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 51 RUH
25 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 51 RUH
26 BERPENGA
3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 54 RUH
27 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 49 RUH
28 BERPENGA
3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 52 RUH
108
109
Lampiran 9
HASIL ANALISIS
DATA UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-35 tahun 11 39,3 39,3 39,3
36-55 tahun 17 60,7 60,7 100,0
Total 28 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 8 28,6 28,6 28,6
SMP 12 42,9 42,9 71,4
SMK 1 3,6 3,6 75,0
SMA 6 21,4 21,4 96,4
S1 1 3,6 3,6 100,0
Total 28 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 28 100,0 100,0 100,0
110
PRETEST
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Faktor Sosial
3 10,7 10,7 10,7
Berpengaruh
Faktor Sosial Cukup
5 17,9 17,9 28,6
Bepengaruh
Faktor Sosial Kurang
20 71,4 71,4 100,0
Berpengaruh
Total 28 100,0 100,0
POSTTEST
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Faktor Sosial
26 92,9 92,9 92,9
Berpengaruh
Faktor Sosial Cukup
2 7,1 7,1 100,0
Berpengaruh
Total 28 100,0 100,0
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Post Test - Pre Test Negative Ranks 0 ,00 ,00
Positive Ranks 28b 14,50 406,00
c
Ties 0
Total 28
a. Faktor sosial setelah perlakuan < Faktor sosial sebelum perlakuan
b. Faktor sosial setelah perlakuan > Faktor sosial sebelum perlakuan
c. Faktor sosial setelah perlakuan = Faktor sosial sebelum perlakuan
111
Test Statisticsa
Post Test - Pre Test
Z -4,627b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Lampiran 10
DOKUMENTASI
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
113
Lampiran 11
Lampiran 12
Pembimbing I
.
1 23 April Acc penguji 2 seminar proposal Ns. Hyan Oktodia Basuki,
1 2019 S.Kep., M.Kep
.
Pembimbing II
Penguji
122
Lampiran 13
(Penguji II)