Pendahuluan
Keluarga merupakan agen moral pertama bagi seorang anak untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan nilai yang diberikan oleh orang tua sejak dini, menurut Selo
Soemardjan (Soemardjan, 1962) keluarga merupakan kelompok inti, sebab keluarga adalah
masyarakat pendidikan pertama bersifat alamiah. Pembinaan yang dilakukan keluarga untuk
perkembangannya sebagai bekal untuk memasuki dunia orang dewasa, bahasa, adat istiadat
dan seluruh isi kebudayaan merupakan pekerjaan yang dikerjakan keluarga dan
Hubungan anak dengan orang tua juga sangat mempengaruhi nilai diri serta
kepercayaan diri pada anak, karena hal tersebut di bangun secara sosial dan emosional yang
ada pada kognitif anak, dalam proses perkembangan dan pertumbuhan anak di usia awal
sebelum menginjak masa sekolah, hal ini akan mempengaruhi pola perspektif anak dalam
menjalani kehidupan sehari-hari serta memberikan anak tersebut kepercayaan diri dan
memiliki nilai tersendiri yang telah dibentuk oleh orang tua ataupun yang terbentuk sendiri
melalui berbagai proses sosial dan kehidupan sehari-hari. Seiring bertumbuh, tujuan orang
tua pun dalam mempersiapkan anak tumbuh dewasa pun akan dihadapi dengan nilai apa yang
akan dianut saat bertumbuh dewasa, khususnya dalam Pendidikan Pra-Nikah, hal ini yang
akan menentukan masa depan seorang anak dalam membina kelurga serta memenuhi peran
pun sangat mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat Indonesia serta menekan jumlah
pernikahan dini yang terjadi di Indonesia sendiri. Menurut United Nations Children’s Fund
(UNICEF), pernikahan dini atau pernikahan anak mengacu pada pernikahan formal maupun
informal antara anak di bawah 18 tahun dan orang dewasa atau anak lain. Pada tahun 2018,
Indonesia berada di peringkat kedelapan di dunia sebagai negara dengan angka pernikahan
anak terbanyak serta peringkat kedua di ASEAN. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2018 yang dipublikasi dalam jurnal berjudul ‘Pencegahan
Perkawinan Anak: Percepatan yang Tidak Bisa Ditunda’ 1 dari 9 anak perempuan dan 1 dari
100 anak laki-laki menikah sebelum berusia 18 tahun. Namun, jika dilihat dari data tersebut
persentase pernikahan anak dari tahun 2008 sampai 2018 mengalami penurunan secara
sebesar 5,76 poin persen (22,63 menjadi 16,87 persen) sedangkan di perkotaan hanya
menurun kurang dari satu poin persen (7,82 menjadi 7,15 persen) (Gaib Hakiki, 2020, p. 11)
Pernikahan Dini yang terjadi di Indonesia juga menimbulkan berbagai hal seperti semakin
menurunnya kualitas sumber daya manusia yang diberdayakan di masa mendatang serta
menjadi perhatian juga akan kapabilitas dan pengetahuan seseorang dalam dunia kerja.
Pernikahan pada anak sendiri yang pun membuat kasus angka kematian bayi semakin
meningkat melihat kesiapan dan kematangan reproduksi seseorang untuk mengandung, data
yang ditunjukan Badan Pusat Statistika tahun 2017, Ibu dibawah umur 20 tahun memegang
peringkat kedua setelah Ibu yang berumur diatas 44 tahun peringkat 1 dalam kasus Kematian
Pada tahun 2020 hasil penemuan Kemen PPN/Bappenas mengungkap ada sekitar 400-
500 anak pada usia 10-17 tahun melakukan pernikahan dini pada masa pandemi covid-19
walaupun secara angka menurun tiap tahunnya namun ada 9 provinsi yang mengalami
peningkatan bahkan lebih dari angka rata-rata nasional, serta tercatat ada lebih dari 64.000
pengajuan dispensasi pernikahan yang terjadi di Indonesia (PPPA, 2022) Pernikahan dini
yang terus terjadi bahkan dibawah usia produktif ini pasti menjadi fokus bagi keluarga yang
menjadi pembimbing serta mengayomi anak pada masa usia operasional konkret hingga
Formal dimulai dari 7-11 tahun yang masih membutuhkan pengawasan intens dari orang tua,
dan bagaimana orang tua memberikan Pendidikan serta nilai dalam berhubungan hingga
menyatakan bahwa ada 5 penyebab terjadinya pernikahan dini pada remaja di Indonesia
a. Faktor Ekonomi
Kesulitan ekonomi serta kesenjangan sosial yang terjadi di beberapa kota atau
orang tua terhadap masa depan anak yang dinikahkan akan berkurang dan akan
b. Orang Tua
Pernikahan dini juga terjadi bagi beberapa keluarga yang malah menganggap
pernikahan di usia muda merupakan hal yang baik agar terhindar dari bahayanya
budaya perkembangan zaman seperti seks diluar nikah yang memungkinkan untuk
hamil diluar nikah yang mempengaruhi status sosial dari sebuah keluarga sendiri.
c. Kecelakaan
Kecelakaan yang dimaksud adalah hamil diluar nikah yang di alami oleh beberapa
d. Tradisi Keluarga
Beberapa keluarga juga percaya dan mematuhi budaya yang dipengaruhi oleh
agama Muslim yang menyatakan tidak ada umur pasti untuk menikah selama
seseorang sudah akil balik, hal tersebut menjadikan beberapa tradisi memberikan
e. Tradisi Setempat
keberuntungan yang buruk jika menolak piangan seseorang walau anak tersebut
masih dibawah umur 18 tahun, dan hal ini turun-temurun dilakukan oleh beberapa
Sedangkan menurut Jannatun (Jannatun, 2021) pada penelitian pernikahan dini yang terjadi
pada masa pandemi di Desa Ngunut menyatakan bahwa pernikahan dini terjadi dengan faktor
berbagai berikut;
a. Faktor pergaulan
b. Kurangnya pengawasan orang tua
Faktor & peran keluarga yang menjadikan penelitian Jannatun mendorong untuk
memperdalam peneliti untuk meneliti lebih dalam terhadap peran komunikasi keluarga
sendiri.
Dengan latar belakang yang ada, peneliti ingin melakukan kajian serta penelitian
terhadap peran komunikasi keluarga dalam mencegah pernikahan dini pada anak di Jakarta.
Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang akan difokuskan bagaimana peran
komunikasi keluarga sendiri dalam mencegah pernikahan dini di Jakarta selama masa
Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah berfokus bagaimana peran komunikasi keluarga
Bibliography
Soemardjan, S. (1962). Sosiologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gajahmada Press.
Gaib Hakiki, A. U. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak Percepatan Yang Tidak Bisa
Ditunda. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Dartanto, L. P. (2018). Natural Disasters & Girls Vulnarability : is child marriage a coping
strategy of economic shocks in Indonesia? Jakarta.
Statistik, B. P. (2017). Angka Kematian Bayi (AKB). Jakarta: Badan Pusat Statistik.
PPPA, H. (2022). MENTERI PPPA : PERKAWINAN ANAK ANCAM MASA DEPAN
ANAK. Siaran Pers Nomor: B-123/SETMEN/HM.02.04/03/2022. Jakarta:
Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.