Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK PERCERAIAN TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK DI

DUSUN BERINGIN BARU DESA SELAT BARU

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Sosiologi (S.Sos)

DUWI ANJAR CAHYANTI


NIM. 1833180007

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan adalah ikatan lahir batin anara seorang pria dan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga/rumah tangga bahgia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang

Maha Esa. Perkawinan bukan hanya sementara, tetapi terus menerus

antara suami dan istri dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang

bahagia. Dalam penjelasan pasal 1 Undang-undang No.1 tahun 1974

dikatakan bahwa ikatan lahir batin merupakan hal yang penting dari

suatu perkawinan karena tujuan perkawinan bukanlah semata-mata

untuk memenuhi hajat hawa nafsu saja, melainkan untuk mewujudkan

keluarga bahagia dan dilandasi oleh ketuhanan Yang Maha Esa.1

Keluarga adalah unit terkecil dalam struktur masyarakat yang

terbentuk dari sebuah pernikahan atau perkawinan. Pernikahan dan

perkawinan terbentuk dari ikatan lahir bathin sepasang manusia yang

bertujuan menciptakan kehidupan keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Pernikahan ini juga menjadi

satu satunya jalan yang dilegalkan dalam Undang Undang untuk


1
S. A. Hakim. Hukum Perkawinan, (Bandung Elemen, 1974), hal.1
memperoleh keturunan (anak). Anak hadir dalam sebuah keluarga

bagaikan kertas kosong. Anak belajar mengenai dirinya, bagaimana

berperilaku dan berinteraksi pada lingkungan sekitar melalui keluarga,

oleh karena itu keluarga juga disebut sebagai lingkungan yang

pertama dan utama bagi seorang anak. Anak mendapatkan

pengetahuan mengenai nilai-nilai kehidupan, pembentukan mental,

psikologis dan belajar sosial dari kedua orang tuanya.2

Undang-undang No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa anak

usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun. Berdasarkan usia

tersebut, anak usia dini dapat disebut sebagai anak pra sekolah atau

berada pada jenjang/tingkat sekolah sebelum sekolah dasar. Pada

masa ini anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama kedua

orangtuanya daripada lingkungan luar.

Masa usia dini disebut sebagi masa keemasan, dimana anak

dengan mudah menerima stimulasi dan berbagai upaya pendidikan

yang diberikan lingkungannya baik langsung maupun tidak langsung.

Pada masa ini akan terjadi proses pematangan fungsi tubuh (fisik) dan

psikologis anak, hingga anak siap melaksanakan tugas

perkembangannya. 3 Anak merupakan seseorang yang dilahirkan dari


2
Srinahyanti, 2018.“Pengaruh Perceraian Pada Anak Usia Dini”. Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera Vol. 16 (32). Diakses Pada 14 Februari 2020 Jam 20.30
3
Ibid, hal 55
perkawinan antara seorang perempuan dan laki-laki. Anak juga

merupakan generasi penerus baru dalam sebuah keluarga. Bangsa dan

juga negara.

Hal ini juga diungkapkan oleh Hurlock yang mengungkapkan

bahwa tahun awal kehidupan anak, pendidikan dari orang tua dapat

mempengaruhi perilaku dan sikap anak. Kehidupan rumah tangga

yang harmonis, rukun dan bersahaja diharapkan memberikan dampak

positif bagi tumbuh dan kembang sosial dan emosi anak. Namun,

rumah tangga dalam keluarga tidak selalu harmonis, terkadang konflik

dapat muncul dari sebuah ketidakcocokan, bila berlarut akan

berujung kepada perceraian.4

Perceraian bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan, terdapat

prosedur yang harus dilalui oleh pasangan suami istri yang hendak

bercerai. Proses dan hukum perceraian juga telah diatur oleh Undang-

Undang Perkawinan begitupun alasan perceraian. Undang Undang No

1 Tahun 1974 Pasal 39 Ayat 2 dan PP No. 9 Tahun 1975 Pasal 19

menguraikan beberapa alasan hukum perceraian : Pertama, salah satu

pihak berbuat zina, menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain

sebaginya yang sulit disembuhkan. Kedua, salah satu pihak

4
Srinahyanti, 2018.“Pengaruh Perceraian Pada Anak Usia Dini”. Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera Vol. 16 (32). Diakses Pada 14 Februari 2020 Jam 20.30
meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin

pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar

kemampuannya. Ketiga, salah satu pihak mendapatkan hukuman

penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan.

Keempat, salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan

berat yang membahayakan pihak lain. Kelima, salah satu pihak

mendapat catatan badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat

menjalankan kewajiban sebagai suami istri. Keenam, Antara suami

dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak

ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Perceraian adalah salah satu kasus dalam keluarga di Indonesia

yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Unit Statistik Badan

Peradilan Umum dan Peradilan Agama menunjukkan perkara

perceraian merupakan kelompok perkara terbesar dalam peradilan di

Indonesia. 50% perkara perceraian, 33 % perkara pidana dan 17%

perkara perdata. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (2013) Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

perceraian tertinggi di Asia Tenggara dan Mayoritas keluarga bercerai

merupakan mereka yang usia pernikahan di bawah 10 tahun dan telah

memilik anak (Anjani & Suryanto 2006).


Dari penjelasan diatas bisa dikatakan bahwa pasangan yang

bercerai ini telah memiliki anak pada usia dini. Karena mereka

menikah pada usia yang begitu muda dan belum pada saatnya,

kebanyakan pernikahan pada usia muda tersebut disebabkan karena

faktor-faktor tertentu contohnya karena hamil diluar nikah, menikah

karena nafsu.

Hal ini tentu menjadi sesuatu yang harus diperhatikan karena

anak usia dini adalah masa paling penting dalam kehidupan manusia.

Masa ini harusnya menjadi momen bagi kedua orang tua dengan

bersama-sama memberikan rangsangan pendidikan agar anak siap

secara fisik dan mental menghadapi fase-fase kehidupannya. Dalam

masa ini anak juga sangat tergantung pada kedua orang tua dalam

pemenuhan kebutuhan fisik dan psikisnya. Oleh karenanya perpisahan

kedua orang tua bagi anak usia dini akan memberikan perubahan dan

dampak bagi kehidupan anak selanjutnya.5

Sebuah interaksi dan situasi yang terjadi dalam keluarga, antar

anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota lainnya. Termasuk

dalam kasus perceraian, perceraian adalah putusnya hubungan rumah

tangga dan ikatan antara suami dan istri, bila terdapat anggota lain

5
Srinahyanti, 2018.“Pengaruh Perceraian Pada Anak Usia Dini”. Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera Vol. 16 (32). Diakses Pada 14 Februari 2020 Jam 20.30
seperti anak, maka anak akan turut merasakan perubahan tersebut.

Respon dan sikap anak terhadap perubahan tersebut dapat dipengaruhi

oleh bagaimana sikap orang tua pada saat sebelum dan sesudah

perceraian serta penyebab dari perceraian itu sendiri.6

Kerukunan dan keharmonisan dalam rumah tangga sangat

dibutuhkan oleh anak-anak, karena merupakan satu-satunya tempat

dan lingkungan alami yang dapat dijadikan untuk mendidik anak

dengan baik dan benar, baik pendidikan jasmanai atau pendidikan

rohani serta dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dalam

jiwa mereka sendiri. Orang tua mempunyai Tanggung jawab yang

besar terhadap perkembangan dan pendidikan anak, rumah tangga

yang sehat bersih dan teratur serta diliputi rasa damai aman dan

tentram serta rukun antara satu dengan lainnya akan mewujudkan

keluarga yang bahagia yang hidup dalam masyarakat dengan

melahirkan anak-anak yang terdidik dan mempunyai harapan yang

cerah dimasa yang akan datang. Hubungan yang harmonis antara

orang tua dan anak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan jiwa dan pendidikan si anak, hubungan yang serasi

6
Ibid, hal 56
penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa kepada pribadi si

anak. 7

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul : “Dampak

Perceraian Terhadap Perilaku Sosial Anak”.

B. Alasan memilih judul

Penulis merasa tertarik untuk meneliti dengan judul yang sudah

tertera diatas dikarenakan alasan berikut :

1. Kajian ini sesuai dengan jurusan penulis sebagai salah

satu mahasiswa program studi Sosiologi Agama di

STAIN Bengkalis.

2. Untuk memenuhi mata kuliah metodologi penelitian

sosial.

3. Ditinjau dari segi lokasi, biaya dan pembiayaan peneliti,

persoalan yang dikaji melalui judul ini berada dalam

kemampuan penulis untuk menelitinya.

C. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

7
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Pisikologi Pendidikan, ( Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1989), hal, 19.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan

sebelumnya, muncul sebuah permasalahan yang

berhubungan dengannya, antara lain:

a. Perpisahan kedua orang tua bagi anak usia dini

akan memberikan perubahan dan dampak bagi

kehidupan anak selanjutnya.

b. Kerukunan dan keharmonisan dalam rumah tangga

sangat dibutuhkan oleh anak-anak, Hubungan yang

harmonis antara orang tua dan anak sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan jiwa dan pendidikan si anak,

hubungan yang serasi penuh pengertian dan kasih

sayang akan membawa kepada pribadi si anak.

2. Pembatasan Masalah

Oleh karena permasalahan yang ada terlalu luas,

maka penulis membatasi penelitian sesuai dengan

permasalahannya yaitu pada Dampak Perceraian

Terhadap Perilaku Anak Di Dusun Beringin Baru, Desa

SelatBaru.

3. Rumusan Masalah
Sesuai dengan permasalahan sebelumnya, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

a. Bagaimana dampak perceraian terhadap

perilaku anak ?

b. Mengapa suatu perceraian itu seringkali

terjadi?

c. Kasus apa saja yg bisa menimbulkan

perceraian?

D. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana dampak perceraian

terhadap perilaku anak.

b. Untuk mengetahui seringkali terjadinya perceraian.

c. Untuk mengetahui kasus2 terjadinya perceraian.

d.

2. Manfaat Penelitian

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi

petunjuk dan dapat menambahkan wawasan pembaca


mengenai Dampak perceraian bagi perilaku anak di

Dusun Beringin Baru, Desa SelatBaru.

b. Untuk dapat menjadi bahan informasi bagi prodi

Sosiologi Agama pada sekolah tinggi agama islam

(STAIN) Bengkalis.

3. Defenisi Operasional

a. Perkahwinan

Adalah ikatan soisal atau ikatan perjanjian

hukum antar pribadi yang membentuk

hubungan kekerabatan dan yang merupakan

suatu pranata dalam budaya setempat yang

meresmikan hubungan antar pribadi yang

biasanya terjalin harmonis.

b. Masa keemasan anak

Adalah masa yang penting untuk

mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangannya. Masa emas anak,

pembentukan system syaraf secara mendasar

yang sudah terjadi.

c. Stimulasi
Adalah dorongan atau rangsangan

Anda mungkin juga menyukai