Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH REGULASI EMOSI IBU TUNGGAL TERHADAP PENERIMAAN DIRI

PADA ANAK DI DESA UBUNG, KECAMATAN JONGGAT, KABUPATEN LOMBOK


TENGAH

Dosen pengampu :

Diah Luthfia Kirana M. Pd

Di susun oleh :

Sukma Tri Anggria Azizah (200303018)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pernikahan merupakan proses yang di inginkan oleh banyak pasangan dewasa yang
tengah menjalin hubungan yang serius selama beberapa waktu. Pernikahan merupakan suatu
pencapaian kehidupan yang biasa dilalui seseorang dalam menjalani kehidupan sebagai
sepasang kekasih atau suami istri. Ada beberapa Alasan seseorang ingin menikah yaitu dari
alasan agama, kebutuhan sosial, samapi kepentingan pribadi.berapa ahli berpendapat bahwa
perkawinan adaah suatu hal yang memiliki arti yang berhubungan dengan aspek
kemanusiaan, pribadi, dan sosial karena perkawinan juga merupakan aturan yang terus
menerus dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat.1
Setiap keluarga tentunya ingin agar kehidupannya berjalan dengan harmonis, tanpa
konflik atau perpisahan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian keluarga harus
menerima kehilangan anggota keluarga (pasangan) karena perceraian atau kematian.
Perceraian adalah putusnya suatu hubungan suami istri karena berbagai sebab yang tidak
dapat dipertahankan lagi. Selain itu perceraian juga merupakan cara yang harus dilalui oleh
pasangan suami istri ketika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik dalam
hubungan suami istri. Perceraian bukan satu-satunya alasan keluarga tidak lengkap.
Kematian juga dapat menjadi salah satu alasan lain hilangnya anggota keluarga.2
Suatu keluarga pada dasarnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak, namun pada kenyataan
sekarang ini banyak ditemukan keluarga yang berstatus sebagai orangtua tunggal (single
parent). Single parent adalah orangtua tunggal yang mengasuh anaknya seorang diri tanpa
adanya pasangan dan memiliki kewajiban yang cukup besar dalam mengatur keluarganya,
permasalahan yang dialami single parent lebih rumit dibandingkan keluarga yang lengkap
pada umumnya, hal ini terjadi disebabkan karena kematian seorang suami ataupun
perceraian. Keluarga utuh memang lebih beruntung dibandingkan keluarga yang tidak

1
Dina Mariana,Dkk. Gambaran Regulasi Emosi Pada Ibu Single Parent. Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan
Kesehatan (Vol. 3. No. 3. Thn. 2022). Hlm. 195.
2
Ibid. Hlm. 195.
lengkap seperti yang telah dialami oleh seorang single mother, ibu tunggal lebih merasakan
kesedihan yang mendalam. Masalah yang timbul pada single mother adalah menjalankan 2
peran sekaligus dalam keluarganya, selain menjadi seorang ibu yang memberikan perhatian
kepada anaknya, ia juga menggantikan peran sebagai seorang ayah untuk mencari nafkah
bagi keluarganya. Keadaan ini mengharuskan adanya kematangan dalam pribadi seorang
single mother, terutama pada kestabilan emosinya. Kondisi yang terjadi pada anak yang tidak
memiliki orangtua lengkap akan merasakan kurangnya perhatian, hal ini tidak dapat
dipungkiri karena kemungkinan bahwa anak akan mengalami masalah dalam penerimaan
diri.3
Lena Mariana Mukti Dewan Pakar DPP Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI)
masyarakat Indonesia mengenal istilah kepala rumah tangga atau kepala keluarga sebagai
bagian dari terminologi kependudukan. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kepala
rumah tangga ialah orang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab
atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau orang yang dianggap atau ditunjuk sebagai
kepala rumah tangga. Dalam realitas di lapangan, kepala keluarga tidak selalu merujuk pada
laki-laki atau suami sebab ada banyak rumah tangga yang kepala keluarganya ialah
perempuan, yang disebut perempuan kepala keluarga. Menurut Yayasan Program
Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka), yang dimaksud dengan perempuan
kepala keluarga ialah perempuan yang melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai
pencari nafkah, pengelola rumah tangga, menjaga keberlangsungan kehidupan keluarga, dan
pengambil keputusan dalam keluarga. Faktor yang menyebabkan seorang perempuan
menjadi kepala keluarga di dalam rumah tangga, antara lain karena perceraian, perempuan
yang hamil dan mempunyai anak, setelah ditinggal laki-laki, serta karena suami meninggal
dunia.4
Sebagian pemuda meski masih dalam masa pertumbuhan telah menjadi tulang punggung
keluarga. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, 11,21% pemuda merupakan kepala rumah
tangga pada 2021. Pemuda menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 adalah warga
negara Indonesia yang berusia 16-30 tahun. Usia ini merupakan periode penting dalam

3
Rany Handri Yanti,Dkk. Pengaruh Regulasi Emosi Single Mother Terhadap Penerimaan Diri Pada Anak Se
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Journal Of Islamic Early Childhood Education. (Vol. 2, No. 1, April 2019, (Vol. 2,
No. 1. Thn. 2019). Hlm. 36.
4
Https://Mediaindonesia.Com/Opini/356355/Pemberdayaan-Perempuan-Kepala-Keluarga, Di Akses 3 April 2023.
pertumbuhan dan perkembangan. Jika dilihat menurut jenis kelamin, 2,23% merupakan
perempuan. Sementara laki-laki muda yang menjadi kepala rumah tangga lebih tinggi sebesar
20,02%.Kendati demikian, perempuan dan laki-laki muda lebih banyak menjadi anggota
rumah tangga. Tercatat sebanyak 79,98% pemuda berjenis kelamin laki-laki dan 97,77%
perempuan merupakan anggota rumah tangga.5
Bedasarkan data sensus yang dilakukan oleh dinas PMPD DUKCAPIL NTB tahun 30
juni 2022 semester I, terdapat jumah data kepala rumah tangga berdasarkan jenis kelamin
dengan jumlah keseluruhan kepala keluarga di NTB terdapat 1.813.338 dengan jumah kepala
keluarga yang dipimpin oleh laki-laki sebanyak 1.435.055 sedangkan kepala keluarga yang
dipimpin oleh perempuan sebanyak 378.283.6 kemudian data kepala keluarga di Lombok
Tengah sebanyak 369.031 dengan jumlah laki-laki 287.465 dan perempuan sebanyak 81.566.
kemudian hasil sensus pada semester II pada tanggal 31 Desember 2022 ditemukan jumlah
data dengan total 1.835.674, yang kemudian laki-laki sebanyak 292.666 sedangkan
perempuan sebanyak 81.434.7
Peneliti tertarik untuk membuat uraian ini mejadi latar belakang dari judul proposal
peneiti, yakni “Pengaruh Regulasi Emosi Ibu Tunggal Terhadap Penerimaan Diri Pada
Anak Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah”. Karena Peneliti
menemukan bahwa anak yang berada pada posisi anak dari single mother atau ibu tunggal
sangat membutuhkan peran orangtua agar anak dapat menerima posisi dirinya dengan baik.
Keadaan ini mengharuskan adanya kematangan dalam pribadi seorang ibu tunggal, terutama
pada kestabilan emosinya. Kondisi yang terjadi pada anak yang tidak memiliki orangtua
lengkap akan merasa kurangnya perhatian, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa anak
akan mengalami masalah dalam penerimaan diri.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah yang di teliti
yaitu :
1. Bagaimanakah regulasi emosi ibu tunggal di desa ubung?

5
Badan Pusat Statistik (BPS), 21 Desember 2021 (Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapubish/2021/12/22/223-
Perempuan-Muda-Jadi-Kepala-Rumah-Tangga-Pada-2021). Diakses 3 April 2023.
6
Sumber : Semester I Tahun 2022, ( 30 Juni 2022) Dinas PMPD DUKCAPIL Provinsi Nusa Tenggara Barat
7
Sumber : Semester II Tahun 2022 ( 31 Desember 2022) Dinas PMPD DUKCAPIL Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Bagaimanakah penerimaan diri anak ibu tunggal di desa ubung?
3. Apakah ada pegaruh signifikan regulasi ibu tunggal terhadap penerimaan diri anak di
desa ubung?

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan
Peneitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh regulasi emosi ibu
tunggal terhadap penerimaan diri pada anak serta untuk megetahui ada atau tidak
pengaruh signifikan yang ditimbulkan dari regulasi emosi ibu tunggal.
D. Manfaat
a. Secara teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya bimbingan dan konseling dalam memperbanyak hasil penelitian
yang telah ada dan dapat memberikan gambaran bagi masyarakat baik itu mahasiswa /
mahasiswi yang sedang meneliti tentang pengaruh regulasi emosi ibu tunggal atau single
mother terhadap penerimaan diri pada anak.
b. Secara praktis
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi, bahan
referensi dasar penelitian lain yang berkaitan dengan pengaruh regulasi emosi ibu
tunggal, khususnya bagi para orang tua dalam mendidik atau membentuk karakter anak.
E. Kajian teori
a. Penerimaan diri
Terdapat beberapa pendapat mengenai penerimaan diri atau self acceptence yang
dikemukakan oleh beberapa ahli yang saling mendukung satu sama lain. Menurut Ryff
penerimaan diri merupakan keadaan yang dimana individu memiliki penilaian positif
ataupun negatif terhadap diri sendiri, menerima kelebihan maupun kekurangan yang ada
pada diri sendiri tanpa merasa malu atau bersalah pada apa yang dimiliki. Sedangkan
menurut Widjayanti penerimaan diri adalah penilaian positif pada diri sendiri dengan
menerima kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki tanpa harus menyalahkan orang
lain, sesorang yang telah menerima dirinya apa adanya berarti dia teah mampu meerima
perubahan dan mampu mengembangkan dirinya.8
1. Aspek penerimaan diri
Jersild mengemukakan bahwa terdapat beberapa aspek penerimaan diri yaitu sebagai
berikut :
a. Persepsi mengenai diri sendiri dan sikap terhadap penampilan, seseorang yang
memiliki atau sudah mampu berfikir secara reaistik mengenai penampilan dan
bagaimana dirinya dipandang oleh orang lain, berarti orang tersebut dapat menilai
bagaimana dirinya sebenarnya dengan baik.
b. Sikap tehadap kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan orang lain, seseorang yang
mempunyai penerimaan diri memandang kelebihan dan kekurangan dalam dirinya
lebih baik dari pada seseorang yang tidak memiliki penerimaan diri.
c. Respon terhadap penolakan dan kritikan, seseorang yang memiiki penerimaan diri
tida menyukai adanya kritikan dari orang lain, tetapi juga dapat menerima dan
mampu menjadikan kritikan tersebut sebagai motivasi.9
2. Faktor – faktor penerimaan diri
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan diri seseorang, seperti
yang di ungkapkan oleh Hurock mengenai faktor yang berpengaruh daam penerimaan
diri yaitu sebagai berikut :
1) Adanya pemahaman mengenai diri sendiri, seserang yang telah mampu
memahami dirinya maka semakin mampu juga menerima dirinya.
2) Adanya harapan yang realisti, ha ini muncul ketika seseorang dapat menentukan
harapan yang disesuaikan dengan pemahaman yang dimiliki mengenai
kemampuannya tanpa diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya.
3) Tidak adanya hambatan dari lingkungan, walaupun seseorang sudah memiliki
harpan realistik tetapi jika lingkungan disekitar tidak mendukung bahkan
menghalangi maka tujuan yag diinginkan akan suit untu dicapai.
4) Tidak adanya gangguan emosional yang berat

8
Yetty Isna Wahyuseptiana, Pembetukan Konsep Penerimaan Diri Pada Ana Usia Dini Di Masa Pandemi Covid 19.
Jurnal Buana Gender. (Vol. 5. No. 2. Thn. 2020). Hlm. 131.
9
Ibid. Hlm. 133.
5) Adanya perspektif diri yang luas, artinya seseorang juga memperhatikan
pandangan orang lain terhadap dirinya.
6) Pola asuh yang baik waktu kecil10
3. Dampak penerimaan diri
Seseorang yang menerima dirinya akan mempunyai keyainan terhadap
kemampuannya untuk menghadapi suatu permasaahan. Mereka menganggap dirinya
berhargasebagai seorang manusia dan sederajat dengan orang lain, tidak menganggap
dirinya aneh, tidak malu atau hanya memperhatikan diri sendiri, berani bertanggung
jawab, mampu menerima keritikan atau pujian, tida pernah menyaahkan diri sendiri.
adapun Penerimaan diri yang buruk menyebabkan suatu bentuk kecemasan, depresi,
dan membuat tidak menikmati hidup dalam kebahagiaan.11
b. Regulasi emosi
Gross mengungkapkan bahwa Regulasi emosi adalah strategi yang dilakukan
secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat, atau mengurangi
satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku.12
Selain itu, regulasi emosi juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mengevaluasi dan mengubah reaksi-reaksi emosional untuk bertingkah laku tertentu
yang sesuai dengan situasi yang sedang terjadi, regulasi emosi juga mengacu pada cara
individu mempengaruhi emosi yang mereka miliki, kapan mereka merasakannya dan
bagaimana mereka mengalami atau mengekspresikan emosi tersebut.13
Usia juga dapat mempengaruhi seseorang dalam meregulasi emosinya, namun
bertambahnya usia tidak menjamin seseorang tersebut lebih baik dalam mengatur
emosinya dengan sangat baik. Laki-laki maupun perempuan dianggap telah mencapai
emosi yang matang apabila tidak meluapkan emosinya dihadapan orang lain, namun akan
menunggu saat yang tepat untuk bisa mengeluarkan emosinya dengan cara yang lebih
dapat diterima.14
10
Ibid. Hlm. 132.
11
Hairul Anwar Dalimunte, Dkk. Hubungan Penerimaan Diri Dengan Kecenderungan Narsistik Pada Mahasiswa
Pengguna Instagram Di Universitas Medan Area. Jurnal Of Education, Humaniora And Social Scienses. (Vol. 2. No. 2.
Thn. 2020). Hlm. 698.
12
Ika Apriati W.P, Dkk. Regulasi Emosi Ibu Bekerja Saat Mendampingi Anak Menjalani Pembelajaran Daring Selama
Pandemi Covid-19. Jecie (Journal Of Early Childhood And Inclusive Education).(Vol. 5, No 1. Thn. 2021). Hlm. 2.
13
Ibid.Hlm.3.
14
Vika Maurissa Husnianita,Dkk. Perbedaan Regulasi Emosi Di Tinjau Dari Jenis Kelamin Pada Kelas X Sekolah
Menengah Atas Boarding School. Jurnal Penelitian Psikologi. (Vol. 8. No. 5. Thn. 2021).
1. Aspek aspek regualasi emosi
Gross mengatakan terdapat empat aspek yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan regulasi emosi seseorang, yaitu sebagai berikut :
a) Strategies to emotion regulation, yaitu keyakinan seseorang untuk dapat
mengatasi suatu permasalahan dan keyakinan memiliki kemampuan untuk
menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi negatif dan mampu
menenangkan diri setelah mengalami emosi yang berlebihan.
b) Engaging in goal directed behavior, yaitu kemampuan seseorang dalam
mengontrol emosi untuk tidak mudah terpengaruh oleh emosi negatif yang
dirasakannya sehingga dapat berpikir dan melakukan suatu hal dengan baik.
c) Control emotional responses, yaitu kemampuan seseorang dalam mengontrol
emosi yang dirasakannya dan emosi yang ditampilkannya agar dapat
menunjukkan respon emosi yang tepat.
d) Acceptance of emotional response, yaitu kemampuan seseorang untuk menerima
suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa malu
karenanya.15
2. Faktor-faktor regulasi emosi
faktor yang mempengaruhi regulasi emsoi adalah :
a) Usia.
Semakin bertambah usia semakin matang dalam mengelola emosinya.
b) Pendidikan.
Seseorang yang berpendidikan dalam banyak fenomena dipercaya dapat
mengatur emosinya dengan sangat baik sebab seseorang yang berpendidikan
telah terbiasa dengan dihadapkan pada situasi selama proses pendidikan.

c) Budaya.
Beberapa budaya menuntut lakilaki agar mampu mengelola emosinya untuk tetap
tenang serta menuntut perempuan untuk lebih leluasa dalam menyampaikan
emosinya dalam ekspresi apapun.

15
Ika Apriati W.P, Dkk. Regulasi... Hlm. 3.
d) Pola asuh.
Orangtua menjadi guru dengan mengajarkan dan mengenalkan bagaimana
mengatur emosi yang baik saat peristiwa tidak diinginkan terjadi.
e) Jenis kelamin.
Baik laki-laki maupun perempuan memiliki ekpresi yang berbeda dalam
mengungkapkan emosinya, maka jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang
bisa memengaruhi regulasi emosi individu.16
3. Dampak regulasi emosi
Dalam melakukan regulasi emosi terdapat dua strategi menurut Gross yaitu sebagai
berikut :
a. Cognitive Reappraisal yang merupakan bentuk perubahan kognitif yang
melibatkan situasi utama emosi yang potensial sehingga mengubah pengaruh
emosional. Dalam artian seseorang yang puas dengan kehidupannya mereka akan
lebih optimis dan memiliki harga diri yang baik.
b. Expressive Suppression yang merupakan bentuk pengungkapan respon yang
memperlambat perilaku yang mengekspresikan emosi yang sedang dialami.
Cognitive reappraisal terjadi di awal proses generatif emosi, sedangkan
expressive suppression terjadi belakangan. Seseorang yang meggunaan strategi
regulasi emosi ini mereka tidak menjadi diri sendiri karena dalam menghadapi
situasi yang sulit mereka aan ebih meutupi peraaan batin mereka. Sehingga
mereka kurang berhasil dalam memperbaiki suasana hati dan emosi.17

Dari uraian dia atas dapat disimpulkan bahwa dampa reguasi emosi dapat bersifat
positif maupun negatif, reguasi emosi yang bersifat positif artinya dapat
memuncukan kesejahteraan dandapat bersifat negatif artinya dapat menimbulkan
kecemasan atau depresi.

c. Ibu tunggal / single mother


Singel parent berasal dari kata single yang berarti tunggal sedangkan parent
artinya orang tua. jadi, single parent adaah orang tua tunggal. Wanita singve parent
adaah keadaan dimana serang wanita menjadi orang tua tunggal yang memiliki peran
16
Vika Maurissa Husnianita,Dkk. Perbedaan...
17
Ika Apriati W.P, Dkk. Regulasi... Hlm. 4.
ganda di dalam keluarganya, yaitu menjadi ibu sekaigus menjadi ayah untuk ananya. 18
Menjadi ibu tunggal mengharuskan seseorang untuk berperan lebih, seperti menjadi
seorang kepala keluarga, mengurusi kehidupan rumah tangga, mencari nafkah, sampai
memenuhi dan membimbing kebutuhan anak-anaknya.
Suatu keluarga pada dasarnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak, namun pada
kenyataan sekarang ini banyak ditemukan keluarga yang berstatus sebagai orangtua
tunggal (single parent). Single parent adalah orangtua tunggal yang mengasuh anaknya
seorang diri tanpa adanya pasangan dan memiliki kewajiban yang cukup besar dalam
mengatur keluarganya, permasalahan yang dialami single parent lebih rumit
dibandingkan keluarga yang lengkap pada umumnya, hal ini terjadi disebabkan karena
kematian seorang suami ataupun perceraian19.

F. Studi Kepustakaan
Di dalam penelitian ini terlebih dahulu dilaksakan telaah pustaka untuk mengetahui
berbagai penelitian terdahulu yang menjadi bahan perbandingan antara penellitian yang
terdahulu dengan yang akan dilakukan oleh peneliti. Studi kepustakaan memuat uraian secara
singkat mengenai hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan persoalan yang akan dikaji
dalam penelitian ini. Berdasarkan tema yang diangkat yaitu “Pengaruh Regulasi Emosi Ibu
Tunggal Terhadap Penerimaan Diri Pada Anak Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat,
Kabupaten Lombok Tengah”. Ada beberapa hal yang harus peneliti lakukan dalam penelitian
dan mengambil rujukan dari karya-karya terdahulu yang memiliki kedekatan judul dengan
penelitian yang diteliti :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Apriati W.P. “Mengenai Regulasi Emosi Ibu Bekerja
Saat Mendampingi Anak Menjalani Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19”.
Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 80% subjek penelitian yang terdiri dari ibu
bekerja memiliki tingkat kemampuan regulasi emosi pada taraf sedang dan tinggi, serta
tidak ada perbedaan antara tingkat regulasi emosi ibu yang bekerja dengan work from
home maupun situasi kerja lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ibu bekerja memiliki
kemampuan untuk memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosionalnya

18
Ai Hidayatunnajah. Pemaknaan Hidup Pada Wanita Single Parent Usia Dewasa Madya. Jurnal Riset Agama. (Vol.
2. No. 3. Thn. 2022). Hlm. 211.
19
Rany Handri Yanti,Dkk. Pengaruh...Hlm. 36.
agar dapat mendampingi anak usia dini mereka dalam menjalani pembelajaran daring di
masa pandemi ini.
Perbedaan penelitian penulis dengan peneliti di atas bukan hanya terletak pada subjek
penelitian namun juga objek dan fokus penelitian, jika pada penelitian di atas objek
penelitiannya adalah ibu bekerja yang memiliki anak dengan kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki anak usia dini berusia 0-8 tahun yang menjalani pembelajaran daring
selama pandemi Covid-19.
2) Berstatus bekerja, baik paruh waktu maupun bekerja penuh waktu.
3) Berada dalam status pernikahan

Peneitian ini juga meneliti tentang regulasi emosi yang dilakukan oleh ibu yang
bekerja saat mendampingi anaknya menjalani pembelajaran daring selama pandemi covid
19, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pengaruh regulasi emosi ibu
tunggal terhadap penerimaan diri pada anak. penelitian ini juga untuk mengetahui
regulasi emosi pada ibu bekerja yang mendampingi anak menjalani pembelajaran daring
pada masa pandemi Covid-19.

Penelitian ini juga memiiki kesamaan dengan peneitian yang sedang dilakukan
oleh peneliti yaitu metode penelitian yang di gunakan, juga penelitian tersebut meneliti
tentang bagaimana seorang ibu daa mereguasi emosi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Riska tentang “Pengaruh Pola Asuh Single Parent
(Orangtua Tunggal) Terhadap Sikap Spiritual Anak”. Dalam penelitian ini meunjukkan
bahwa Sikap spiritual anak di Kelurahan Tanete Kecamatan Cina Kabupaten Bone
terfokus pada dimensi beriman, bertakwa dan bersyukur kepada Allah swt. dengan hasil
frekuensi 29 dari 30 responden dan persentase 96,66% pada kategori tinggi. Sikap
spiritual anak dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan oleh orangtua single parent di
Kecamatan Cina Kabupaten Bone. Pola asuh orangtua single parent terhadap sikap
spiritual anak di Kelurahan Tanete Kecamatan Cina Kabupaten Bone memiliki pengaruh
positif dengan nilai r = 0,591. Pengaruh ini bersifat positif, artinya pengaruh searah antara
variabel X dan Y, bila pola asuh ini selalu diterapkan oleh orangtua single parent maka
sikap spiritual anak semakin meningkat.
Perbedaan penelitian peneliti di atas terletak pada subjek yang diteliti Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Tanete Kecamatan Cina Kabupaten Bone.Untuk memperoleh
data dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian yaitu pedoman
angket, pedoman observasi dan dokumen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
single parent yang ada di Kelurahan Tanete Kecamatan Cina Kabupaten Bone sebanyak
30 orang. Oleh karena jumlah populasi kurang dari 100 orang.
Adapun persamaan penelitian tersebut dengan penelitian peneiti adalah pada metode
penelitian yang digunakan, selain itu penelitian tersebut juga meneliti bagaimana seorang
single parent dalam menumbuhkan karakter anak.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Serly Bani tentang “Peran Ibu Single Parent dalam
Pengasuhan Anak”. Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa peran ibu sebagai single parent di Kelurahan Lasiana dalam menjalankan peran
dalam keluarga untuk pemenuhan kebutuhan anak berjalan dengan baik. Ibu single parent
menjalankan peran ganda sebagai suami bagi keluarga. Ada beberapa fungsi yang
dilakoni oleh ibu single parent di Kelurahan Lasiana adalah fungsi dalam keluarga yang
diteliti yaitu fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi proteksi, fungsi pendidikan dan
fungsi ekonomi. Namun pada fungsi ekonomi keluarga saja yang tidak berjalan dengan
baik. Hal ini disebabkan karena ibu single parent masih belum bisa dalam memenuhi
kebutuhan keluarga karena tidak memiliki pekerjaan tetap. Lebih lanjut ibu single parent
cukup sulit dalam membagi waktu (time management).
Perbedaan penelitian peneliti di atas terletak pada subjek yang diteliti Penelitian ini
dilaksanakan di di Kelurahan Lasiana. Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode
penelitian kualitatif. Dengan subjek peeitian berjumlah 4 orang ibu single parent. Adapun
persamaan penelitian tesebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneiti terletak pada
subjek penelitian yaitu ibu single parents dalam pengasuhan anak.
G. Kerangka berpikir
Pada penelitian ini yang mejadi objek peneitian adalah orang tua tunggal yaitu ibu
tunggal di desa ubung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
reguasi emosi ibu tunggal terhadap penerimaan diri pada anak di desa ubung.
Berikut ini penulisan bagan kerangka berpikir untuk megetahui andasan berpikir dari
penelitian ini :

Regulasi Penerimaan
Emosi Diri

Anda mungkin juga menyukai