PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seks bebas pada remaja adalah perilaku seksual yang dilakukan tanpa adanya
ikatan pernikahan, seks bebas pada remaja biasa di sebut juga dengan perilaku seks
pranikah remaja. Seks pranikah pada remaja merupakan fenomena yang semakin
marak terjadi di berbagai negara salah satunya di Indonesia. Menurut WHO rentang
usia remaja yang melakukan seks pranikah berkisar antara 13 sampai 17 tahun. Pada
usia ini, remaja memasuki masa produktif dan usia subur artinya remaja secara
fisiologis telah mencapai kematangan organ-organ reproduksi, baik remaja laki- laki
dalam konteks hubungan pacaran karena pacaran akan menghadapkan remaja dengan
kondisi yang meningkatkan pengalaman seksual mereka (Rahmawati & Devi, 2016).
Perkembangan emosi pada masa remaja di tandai dengan sifat emosional yang
meledak-ledak dan sulit dikendalikan. Hal ini disebabkan adanya konflik peran yang
sedang di alami. Dengan batas usia remaja menurut Mentri kesehatan RI antara 10
tahun sampai 19 tahun. Jika seseorang remaja tidak berhasil mengatasi situasi ini,
maka remaja akan terperangkap masuk dalam hal negatif, salah satu diantaranya
Keluarga adalah tempat belajar anak yang pertama kali. Begitu pula tentang
seksualitas, masyarakat percaya bahwa pendidikan seks paling baik didapat dari
rumah. Jika terdapat orang tua yang membicarakan tentang seksualitas di rumah,
1
tua sangatlah penting dalam memberikan pendidikan seks kepada anak remaja, orang
tua pun harus memberikan informasi tentang seks bebas ini dengan benar. Selain itu
para remaja juga membutuhkan konseling seks dari tenaga kesehatan atau psikolog
lainya. Konseling seks akan memberikan informasi tentang seks dan alat-alat
reproduksi kepada para remaja sehingga remaja dapat mengerti tentang dampak dari
yang semakin sering melakukan seks pranikah akan mengalami dampak buruk dari
segi fisik maupun dari segi psikologi yaitu timbulnya penyakit kelamin seperti
syphilis, HIV AIDS, kehamilan yang tak diinginkan, kelahiran anak-anak di luar
konvensional, rasa bersalah yang sangat kuat dan perbandingan yang tidak
menyenangkan dengan pengalaman seksual masa lalu ( David Mace dalam Seks dan
Fenomena ini juga mulai melanda remaja di kota Larantuka terkhususnya remaja
di desa Wailolong. Desa ini terletak di pingiran kota Larantuka Kecamatan Ile
Mandiri Kabupaten Flores Timur. Dimana tak sedikit remaja di desa ini yang masih
berusia di bawah 19 hamil di luar nikah dan tak sedikit pula pasangan remaja yang
keluarkan dari sekolah (drop out). Hal ini dibuktikan dengan data awal yang
ditemukan peneliti berkaitan dengan remaja yang hamil diluar nikah diantaranya
2
yang masih berusia di bawah 19 tahun, data diperoleh dari pembukuan posyandu di
Desa Wailolong.
1 2018 4 orang
2 2019 3 orang
3 2020 7 orang
4 2021 12 orang
Dari tabel diatas bisa di jelaskan bahwa jumlah remaja putri yang hamil di luar
nikah dan berusia dibawah 19 tahun di Desa Wailolong Kecamatan Ile Mandiri
Kabupaten Flores Timur dari empat tahun terakhir ini mengalami perubahan yang
cukup signifikan. Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
3
1.3 Tujuan Penelitian
1) Manfaat Teoritis
2) Manfaat Praktis
masyarakat.
c) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk para pembaca
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
siswi dari SMA dan SMK Swasta yang ada di kota Palembang.
peranan keluarga terhadap pencegahan seks bebas dan seks pranika pada
remaja. Perbedaan dalam penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh Nur
pendidikan seks bagi remaja untuk mencegah terjadinya seks bebas pada
5
menanamkan nilai moral bagi remaja untuk mencegah terjadinya seks bebas
tentang seks cukup baik. Namun, permasalahan seks bebas di wilayah ini
6
masih sangat banyak. Untuk membantu mengatasi maslah tersebut tidak
hanya dari remajanya tetapi juga dibutuhkan kerjasama dari orang tua
atau keluarga.
serta cara mengatasinya dengan kerja sama orang tua atau keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga (Ayah) dan anggota keluarga (Ibu dan anak- anak). Menurut Duvall
perkembangan mental dan fisik. Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki
fungsi instrumental mendasar dan fungsi- fungsi ekspresif keluarga bagi para
dengan lingkungan budaya dimana ia berada. Bila semua anggota sudah mampu
7
Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam
merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak- anak.
Keluarga juga terdiri dari beberapa tipe atau bentuk keluarga (Sudiarto,2007).
berikut
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan
yang lainya ( karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman
dan sepupu
4) Keluarga berantai ( sosial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga
inti.
5) Keluarga duda dan janda adalah keluarga yang terbentuk karena perceraian
8
c. Fungsi Keluarga
tinggal, dll.
disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok masyarakat yang terdiri dari dua
tau lebih individu yaitu ayah, ibu dan anak yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, selain itu keluarga juga seperti
rumah bagi kita, tempat dimana kita bisa berbagi keluh kesah, dan juga canda
tawa serta setiap individu memiliki peranan masing - masing yang saling
9
2.2.2. Pengendalian Sosial
dengan nilai dan norma yang berlaku didalam sebuah masayarakat yang saling
nilai tersebut diharapkan dapat diminimalisir. Tetapi pada kenyataannya tidak ada
Meskipun bentuk dan frekuensi timbulnya sikap non- konformis pada setiap
masayarakat yang memiliki perbedaaan, tetapii pada semua masyarakat selalu saja
Pengendalian sosial itu sendiri memiliki dua sifat dan dapat dilakukan
10
1. Persuasif yaitu pengendalian sosial yang dilaksanakan dengan cara norma-
norma yang berlaku sehingga tercipta suatu masyarakat yang tentram dan
damai
Tujuan dari adanya pengendalian sosial adalah untuk mencapai keserasian antara
stabilitas dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau sebagai alat untuk
menjadi pengontrol antara satu dengan yang lain agar tidak melanggar norma-
adalah :
a. Cara (usage) : suatu bentuk norma yang merujuk pada suatu bentuk
perbutan
sama
11
batas perilaku yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dan
d. Norma (costom) : merupakan alat yang sudah kekal dan bila dilanggar akan
Dalam sebuah keluarga, orang tua memiliki peran yang besar dalam
luar keluarga dan adanya komunikasi yang terjadi antara anggota masyarakat
2.2.3. Remaja
Koes Irianto (2010: 1) orang banyak menyebut masa remaja dengan istilah
puber, istilah puber berasal dari kata pubertas yang berasal dari bahasa Latin yaitu
adolesensi yang artinya masa remaja dan pubertas itu sendiri mengandung arti
jenjang kematangan fisik. Menurut WHO remaja adalah seseorang yang berada
pada usia 10- 24 tahun sedangakan batas usia remaja menurut Mentri Kesehatan
RI tahun 2010 antara 10 sampai 19 tahun, hal ini didasarkan atas kesehatan remaja
yang mana kehamilan pada usia- usia tersebut memang mempunyai resiko lebih
tinggi dari pada kehamilan dalam usia- usia diatasnya. Menurut P. Hall Mussen
(1994: 478) masa remaja merupakan masa topan badai, dimana pada masa
tersebut timbul gejolak dalam diri karena pertentangan nilai akibat kebudayaan
yang semakin modern. Batasan usia untuk remaja (adolesensi) menurut Hall
antara usia 12- 25 tahun. Masa remaja merupakan masa peralihan antara kanak-
12
kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual
yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa
.2004:184). Menurut Hurlock (1999:206) masa remaja adalah masa peralihan dari
dan fisik.
1. Masa Pra Remaja : 12-14 Tahun, yaitu periode sekitar kurang lebih dua thun
reproduksi.
3. Masa Remaja Akhir ; 17-21 Tahun, tumbuh menjadi dewasa yang mencakup
remaja adalah individu yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa yang dalam rentanganya terjadi perubahan pada aspek
fisik, psikologi, dan sosialnya, sedangkan rentang usia pada masa remaja tersebut
adalah antara 12- 21 tahun. Remaja secara sosiologis merupakan peralihan antara
13
masa anak berusia 11 sampai 24 tahun. Perubahan penting dapat dicirikan pada
rasa ingin tahu yang kuat dan kerap kali belum dapat mengendalikan emosinya.
Hal ini tampak pada diri mereka yang mudah terpengaruh pada permasalahan
yang timbul disekitarnya. Faktor ini disebabkan karena fase remaja adalah fase
transisi biologis maupun dari perilaku kekanak-kanakan menuju sikap yang lebih
Kata seks secara harfiah berarti jenis kelamin. Pengertian seks kerap
perilaku seks pranikah atau free sex dipandang sebagai salah satu perilaku
14
seksual yang tidak bermoral dan sangat bertentangan dengan nilai- nilai
agama dan adat istiadat. Seks bebas menurut S.W Sarwono (1988: 8)
laki dan perempuan tanpa ikatan apa-apa selain suka sama suka dan bebas
dalam seks. Pendapat lain yang dikemukakan Sarwono (2002: 137) bahwa
yang dimaksudkan seks bebas adalah hubungan yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupaun dengan sesama jenis yang dilakukan
Kompas.com)
seks bebas yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang merupakan
berikut:
15
b) Adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa
hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap
16
lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
d. Pelampiasan Diri, faktor ini tidak datang dari diri sendiri, misalnya
tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam
Menurut Ahmad Aulia Jusuf (2006: 13-17), dampak dari sex bebas
PMS) dan HIV/AIDS serta bahaya kehamilan dini yang tak dikehendaki.
PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang
lain melalui hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila
vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini
kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. AIDS
17
Penyebabnya adalah virus HIV. AIDS merupakan penyakit yang salah satu
ngelamun, badan jadi kurus dan kejiwaan menjadi tidak stabil. Yang ada
nafsu seksualnya.
Teori Peran
berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu yang sangat luas dan
pada tahun 1930-an tetapi inti dari teori tersebut menyatakan dalam
oleh budaya. Menurut Baton, peran ialah perilaku yang diharapkan terkait
18
perilaku yang diharapkan. Posisi sosial atau status sosial merupakan posisi
mahasiswa.
karenanya juga terdapat beragam teori peran. Kita tidak bisa berbicara
tentang satu teori peran, melainkan beberapa teori peran dalam berbagai
penelitian. Ada beberapa teori peran, kita dapat mencermati apa dan
dengan merujuk pada Biddle dan Thomas 1986 ( Flynn dab Lemay, 1999).
teori ini hingga menjadi suatu bagian yang koheren sebagai upaya
sosial, misalnya : ibu, manajer, guru dan lain-lain. Setiap peran adalah
19
seperangkat hak, tugas, harapan, norma dan perilaku yang di tuntut dan
harus dipenuhi seseorang, oleh karena itu, dalam teori ini perilaku pelaku
orang berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku
tertentu, maka teater adalah metefora yang sering digunakan dalam teori
atau panggung belakang. Teori peran dibangun dalam empat asumsi yaitu :
harapan tentang peran yang akan di lakukan oleh dirinya sendiri dan orang
lain. Ketiga : manusia Harus mendorong dirinya sendiri dan orang lain
sesuai peran yang ia pilih untuk dijalankan. Setiap manusia harus melakoni
peran sendiri dalam keluarganya, sebagai orang tua tentunya memiliki hak
peran yang harus dilakukan orang tua dalam konteks bagaimana peranan
20
keluarga dalam pengendalian sosial untuk mencegah seks bebas
kecamatan Ile Mandiri kabupaten Flores Timur. Dalam konteks ini peneliti
menyimpang bukan hanya tugas dan tanggung jawab dari keluarga atau
orang tua saja namun harus ada pula tanggung jawab dari instansi
pendidikan yaitu peran dari guru, peran dari instansi pemerintah serta
remaja beraktivitas.
Teori Kontrol
Kedua, munculnya studi tentang criminal justice sebagai suatu ilmu baru
pragmatis dan berorientasi pada sistem. Ketiga, teori kontrol sosial telah
dikaitkan dengan sustu teknik riset baru khususnya bagi tingkah laku anak
21
remaja, yakni self report survey. Perkembangan awal dari teori ini
dilakukan oleh remaja. Teori ini dibangun atas dasar pandangan bahwa
setiap manusia cenderung untuk tidak patuh pada hukum atau memiliki
itu, para ahli teori kontrol sosial menilai perilaku menyimpang adalah
satu ahli yang mengembangkan teori ini yaitu Travis Hirschi yang
untuk bertindak teratur terhadap aturan atau tata tertib yang ada
dominan lainnya
22
Travis Hiirschi membagi empat unsur utama dalam kontrol sosial
kuat di dalam diri seseorang dan itu berarti aturan sosial telah
orang tua harus mampu bahwa mebentukan karakter anaknya serta dituntut
23
untuk memberi teladan yang baik serta memberikan pengawasan serta
re
Pengendalian Sosial
Kalagan Remaja
24
BAB III
METODE PENELITIAN
25
4. Tokoh Agama
5. Tokoh adat dan Tokoh Masyarakat
3.3.2. Sumber Data
1. Data Primer
Data ini berupa hasil wawancara dengan informan dalam penelitian.
Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti (Sarwono,2006:209). Data
primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh melalui observasi atau
pengamatan langsung dan dialog atau wawancara dengan informan yaitu
remaja yang hamil di luar nikah, orang tua atau keluarga remaja, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat di Desa Wailolong,
Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan
atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait
catatan atau dokumen diambil dari berbagai literatur, buku-buku, koran dan
internet. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan
oleh penulis serta dari studi pustaka. ( Sugiyono.2018 :456)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan digunakan beberapa cara
pengumpuan data yaitu :
a. Observasi ( Pengamatan )
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung dari
obyek penelitian. Metode ini dipergunakan untuk menggali dan
menemukan beberapa data berkenaan dengan kondisi objektif yang ada di
lokasi penelitian, bersamaan dengan observasi diadakan pengamatan dan
pemotretan.
b. Wawancara mendalam
Pengumpulan data dengan mengadakan wawancara melalui
informan yang mengetahui situasi dan kondisi obyek penelitian. Teknik
wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yaitu
dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah dipersiapkan dan
26
kemudian di kembangkan sesuai data yang dibutuhkan.Informasi yang
diperoleh selanjutnya dicatat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam studi dokumentasi merupakan
perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif, karena hasil penelitian dari observasi atau wawancara
akan lebih dapat dipercaya kalau didukung oleh foto-foto atau karya tulis
akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono, 2010: 329).
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang disimpulkan dengan beberapa cara selanjutnya diproses
melalui analisis kualitatif yaitu analisis yang menghasilkan rangkaian kata-
kata atau pernyataan yang disusun ke dalam teks yang diperluas. (Sugiyono.
2018, hlm. 335). Analisis ini dilakukan sejak observasi dengan dua jalur
kegiatan secara bersamaan yaitu sebagai berikut:
1. Penyajian data, penulis mulai menyajikan sekumpulan informasi
tersusun yang diberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan atau penyerderhanaan informasi yang
komples kedalam suatu bentuk yang muda dipahami.
2. Menarik kesimpulan, penulis melakukan kegiatan konfigurasi yang
utuh atau tinjauan terhadap catatan-catatan lapangan, maksudnya
adalah menguji kebenaran, kekokohan, kecocokan dan validitas yang
muncul dari lokasi penelitian.
27
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Mace, David. 1997. Seks dan Kita. Halaman 28-29
KARYA ILMIAH :
Kuswandi, Kadar, Ismiyati, Darti Rumiatun. 2019. Analisis Kualitatif Perilaku
Banten
Ludira, Soch. 2012. Peranan Ibu Dalam Menanamkan Nilai Moral Untuk
28
Wuryandani,Wuri. 2010. Peranan Keluarga Dalam Menanamkan Nilai Moral
SUMBER ONLINE
pukul 12:00.
Lestari, Widayati. 2015. “Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Seks pada
Remaja”. http://eprints.ums.ac.ad/Peran-orang-tua-dalam-Pendidikan-Seks-
peran-keluarga-dalam-mengatasi-perilaku-seksual-menyimpang-pada-anak//.
https://www.suara.com/lifetyle/2020/10/31/140156/seks-bebas-penyebab-
dampak//
29