Oleh:
Yoseph De Nachs
1840312310
Preseptor:
dr. Ida Rahmah Burhan, MARS
I. Deskripsi Jurnal
Prostitusi atau Wanita Pekerja Seks (WPS) dan Lelaki berhubungan Seks
dengan Lelaki (LSL) menjadi penyumbang terbesar dalam penularan HIV/AIDS.
Dilaporkan bahwa telah terjadi peningkatan prevalensi pada LSL, yaitu dari 5%
pada tahun 2007 menjadi 12% pada tahun 2011. Pada Lelaki Berisiko Tinggi
(LBT) dari 0,1% pada tahun 2007 menjadi 0,7% pada tahun 2011. Hubungan seks
tanpa kondom dan inkonsistensi penggunaan kondom di kalangan LBT
merupakan cara penularan HIV yang tinggi di Indonesia. Saat ini diperkirakan
terdapat 6,7 juta laki-laki yang memiliki risiko tinggi di indonesia yang akan
mempengaruhi semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS.
2. Tujuan Penelitian
Pelaku LSL di Kota Padang tersebar dari berbagai umur, tingkat Pendidikan,
pekerjaan, etnis dan agama.
Awal mula perilaku LSL umumnya coba-coba saat usia remaja tatkala
pubertas dengan nafsu seksual yang bergejolak sebagai pengalihan dari
berhubungan seks dengan perempuan. Pelaku tersebar dari berbagai tingkat
pendidikan dan pekerjaan. Perilaku yang awalnya coba-coba akan menjadi
menetap jika mendapatkan lingkungan yang mendukung.
Pelaku yang pernah menjadi korban pelecehan seksual dari laki-laki dewasa,
kemudian saat remaja dan beranjak dewasa juga coba-coba untuk melakukan
LSL.
Anak yang kurang kasih sayang dalam keluarga, mencoba mencari sosok
yang dapat menyayanginya, mudah diperdaya oleh pelaku LSL dewasa.
Rendahnya kualitas pola asuh dalam keluarga dan kontrol sosial berperan
terhadap munculnya perilaku LSL.
4. Pembahasan
a. Pelaku LSL di Kota Padang tersebar dari berbagai umur yang pada umumnya
(45,5%) pada usia muda rentang 20-25 tahun dan masih ada yang dibawah 20
tahun (20,5%). Hal ini menunjukkan bahwa pelau LSL adalah mereka yang
sangat aktif hormon seksual atau secara biologis. Munculnya perilaku LSL ini
pada kalangan remaja dan usia biologis seksual aktif menunjukkan bahwa
libido seksual yang tinggi tanpa kontrol diri dan sosial menyebabkan mereka
mencoba-coba melakukannya.
3
b. Fakta yang disampaikan oleh para informan ini juga menunjukkan bahwa
anak laki-laki remaja yang berpacaran dengan perempuan bukanlah
“pelindung pencegah‟ dari perilaku homoseksual, namun juga merupakan
pintu masuk terjadinya homoseksual LSL. Sebagaimana yang disampaikan
beberapa informan, bahwa ketika mereka pacaran dengan perempuan, nafsu
seks mereka semakin memuncak, namun ketakutan untuk melakukan
hubungan seksual dengan perempuan masih ada. Mereka menyadari jika
dilakukan dengan pacar perempuannya mereka takut hamil atau takut
“merusak anak orang‟. Sehingga mencari pelarian dengan kawan sebaya
sekedar pelampiasan, “iseng‟ atau coba-coba. Awalnya coba- coba, terus
mencoba dan menjadi perilaku yang sulit ditinggalkan.
c. Tingkat pendidikan informan pelaku LSL juga tergolong tinggi dan pekerjaan
yang dijalani oleh pelaku juga beragam, dengan yang terbanyak adalah
karyawan swasta (31,8%) dan diikuti oleh mahasiswa (29,5%). Pola
demografi pelaku LSL Kota Padang ini juga tidak berbeda dengan laporan
Cempaka dan Kardiwinata pada gay di Bali. Pada penelitian tersebut
dilaporkan bahwa umur juga tersebar dari dibawah 20 tahun hingga diatas 50
tahun, dengan yang terbanyak pada usia produkstif 20-25 tahun (51,2%).
Pekerjaan mereka juga tersebar pada pegawai swasta, wirausaha, dan juga ada
berprofesi sebagai guru. Data demografi ini menunjukkan bahwa gay atau
pelaku LSL tidak dicerminkan oleh identitas penampilan, usia tertentu atau
profesi tertentu.
e. Hilangnya kasih sayang orang tua juga dapat mencetuskan awal mulanya
perilaku LSL yang mereka lakukan saat ini. Pada masa kecil, anak-anak yang
tidak mendpat belas kasih sayang orang tua akan dapat mudah diperdaya oleh
4
pelaku LSL dewasa. Anak yang dalam keadaan bimbang tanpa kasih sayang
dan perindungan akan mencari kasih sayang yang lainnya. Sebagaimana
halnya penelitian yang dilakukan Pontoh et al tentang latar belakang pola asuh
pada gay non-waria di Kota Manado menunjukkan adanya hubungan korelasi
positif dengan perilaku homoseksual yang timbul.
f. Pada pola asuh yang hiperprotektif, tidak harmonis atau sebaliknya yang
sangat keras dalam mendidik anak pada usia dini berdampak pada hilangnya
rasa dikasih sayangi bagi si anak. Ia merasa kehilangan figur ayah sehingga
awalnya mencari kasih sayang seorang pengganti ayah. Disaat menemukan
sosok yang lebih tua yang memberikan perhatian lebih, maka disana akan
terbuka peluang untuk terjadinya pelecehan. Apapun bentuk kasih sayang
yang didapatkannya akan dia rangkul. Ketika mendapatkan perlindungan dan
menurut mereka adalah kasih sayang dari pelaku LSL maka jadilah mereka
awalnya sebagai korban. Awalnya yang dibujuk atau dipaksa, namun akhirnya
mulai menyukai apa yang mereka lakukan. Awalnya sebagai korban akhirnya
menjadi pelaku.
5. Kesimpulan
5
II. Telaah Jurnal
a. Penelitian ini memiliki sistematika penulisan yang baik dan jelas dimulai dari
judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil penelitian,
pembahasan, dan kesimpulan.
b. Penelitian ini menggunakan tata bahasa yang cukup mudah dimengerti oleh
pembaca sehingga jurnal ini mudah dipahami mengenai pelaksanaan serta
hasilnya.
2. Penulis
a. Penulis dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang berasal dari Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
(2 orang) dan dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sumatera
Barat (1 orang).
b. Penulisan nama sudah benar karena nama tidak disingkat, gelar akademik tidak
dicantumkan, dan ditempatkan di bawah judul jurnal.
c. Penulis sudah mencantumkan institusi asal dan alamat email.
3. Judul
a. Judul penelitian cukup jelas, akurat, dan menggambarkan substansi apa yang
akan diteliti.
b. Bahasa yang digunakan baku dan dapat dipahami.
c. Judul terdiri dari 11 kata. Hal tersebut sesuai dengan aturan penulisan judul,
yaitu judul tidak boleh melebihi 12 kata (dalam bahasa Indonesia) atau 10 kata
(dalam bahasa Inggris).
a. Abstrak dalam jurnal setidaknya memuat lima hal pokok yaitu latar belakang,
tujuan, metodologi, hasil dan kesimpulan. Kekurangan pada jurnal ini terletak
pada kesimpulan yang tidak dituliskan di dalam abstrak.
b. Abstrak dibuat dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia,
ditulis dalam satu paragraf tanpa kutipan pustaka, dan jumlah kata tidak
melebihi 250 kata. Pada jurnal ini terdapat dua bahasa yaitu bahasa Indonesia
dengan 193 kata dan bahasa Inggris dengan 191 kata. Maka dari itu, penulisan
abtsrak jurnal ini sudah sesuai dengan kaidah penulisan abstrak yang baik.
c. Pada abstrak dicantumkan kata kunci yang memuat kata-kata pokok, terdiri dari
3-5 kata, dipisahkan oleh koma, diurutkan sesuai abjad, menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris, penulisan kata kunci dalam bahasa Inggris
dimiringkan. Pada jurnal ini, penulisan kata kunci tidak sesuai abjad dan
belum memenuhi kaidah yang benar.
5. Pendahuluan
6. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian meliputi KPA Kota Padang , Klinik VCT RSUP Dr. M
Djamil Padang dan FK Unand
7
c. Waktu Penelitian
8. Hasil Penelitian
a. Bagian hasil disajikan dengan alur yang logis baik dalam bentuk teks, tabel,
atau gambar (grafik dikategorikan sebagai gambar). Pada jurnal ini hasil
penelitian sudah disajikan menurut pengelompokkan secara garis besar, namun
narasi yang digunakan sedikit membingungkan dan kekeliruan dalam penulisan
(narasi tidak sesuai dengan tabel)
b. Penelitian ini tidak menyajikan gambar dalam pemaparan hasil penelitian.
9. Pembahasan
8
10. Kekurangan Jurnal
11. Kesimpulan
Kesimpulan memuat jawaban atas tujuan penelitian. Pada jurnal ini kesimpulan
jelas serta dapat dipahami dan saran yang dipaparkan dalam jurnal ini sudah
cukup memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang telah dipaparkan pada
penelitian ini.
9
13. Pertimbangan Etis
Penulis dalam penelitian ini tidak mencantumkan bahwa telah melakukan
penjelasan sebelum persetujuan, lalu permintaan persetujuan tertulis (informed
consent) kepada narasumber sebelum penelitian.
10
11
12
13
14
15