Anda di halaman 1dari 15

Journal Reading

Model Determinan Perilaku “Lelaki Seks Lelaki” di Kota


Padang, Sumatera Barat

Oleh:

Yoseph De Nachs
1840312310

Preseptor:
dr. Ida Rahmah Burhan, MARS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
TELAAH KRITIS JURNAL

Judul : Model Determinan Perilaku “Lelaki Seks Lelaki” di Kota


Padang, Sumatera Barat
Penulis : Hardisman, Firdawati, Ilma Nuria Sulrieni
Publikasi : Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)
Penelaah : Yoseph De Nachs
Tanggal telaah : 16 Februari 2020

I. Deskripsi Jurnal

1. Masalah dalam Penelitian

Prostitusi atau Wanita Pekerja Seks (WPS) dan Lelaki berhubungan Seks
dengan Lelaki (LSL) menjadi penyumbang terbesar dalam penularan HIV/AIDS.
Dilaporkan bahwa telah terjadi peningkatan prevalensi pada LSL, yaitu dari 5%
pada tahun 2007 menjadi 12% pada tahun 2011. Pada Lelaki Berisiko Tinggi
(LBT) dari 0,1% pada tahun 2007 menjadi 0,7% pada tahun 2011. Hubungan seks
tanpa kondom dan inkonsistensi penggunaan kondom di kalangan LBT
merupakan cara penularan HIV yang tinggi di Indonesia. Saat ini diperkirakan
terdapat 6,7 juta laki-laki yang memiliki risiko tinggi di indonesia yang akan
mempengaruhi semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS.

Perilaku LSL adalah sebuah paradoks sosial di Kota Padang, Provinsi


Sumatera Barat, yang semestinya tidak ada namun marak terjadi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mencari akar permasalahan determinan perilaku LSL
di Kota Padang yang dikenal dengan negeri yang religius, sehingga dapat
dijadikan sebagai masukan dalam mencegah perilaku ini serta penularan
HIV/AIDS.

2. Tujuan Penelitian

Tulisan ini bertujuan untuk mencari akar permasalahan determinan perilaku


LSL di Kota Padang serta sebagai masukan dalam mencegah penularan
HIV/AIDS.
2
3. Hasil Penelitian

 Pelaku LSL di Kota Padang tersebar dari berbagai umur, tingkat Pendidikan,
pekerjaan, etnis dan agama.

 Awal mula perilaku LSL umumnya coba-coba saat usia remaja tatkala
pubertas dengan nafsu seksual yang bergejolak sebagai pengalihan dari
berhubungan seks dengan perempuan. Pelaku tersebar dari berbagai tingkat
pendidikan dan pekerjaan. Perilaku yang awalnya coba-coba akan menjadi
menetap jika mendapatkan lingkungan yang mendukung.

 Pelaku yang pernah menjadi korban pelecehan seksual dari laki-laki dewasa,
kemudian saat remaja dan beranjak dewasa juga coba-coba untuk melakukan
LSL.

 Aspek pemahaman terhadap nilai-nilai agama, semua informan pelaku LSL,


juga mengatakan masih beragama dan percaya terhadap Tuhan. Sikap hidup
keberagamaan para pelaku LSL jauh dari ketaatan beragama. Bahkan ada
diantaranya yang sudah tidak melaksanakan kewajiban syari‟ah beragama
sama sekali.

 Anak yang kurang kasih sayang dalam keluarga, mencoba mencari sosok
yang dapat menyayanginya, mudah diperdaya oleh pelaku LSL dewasa.
Rendahnya kualitas pola asuh dalam keluarga dan kontrol sosial berperan
terhadap munculnya perilaku LSL.

4. Pembahasan

a. Pelaku LSL di Kota Padang tersebar dari berbagai umur yang pada umumnya
(45,5%) pada usia muda rentang 20-25 tahun dan masih ada yang dibawah 20
tahun (20,5%). Hal ini menunjukkan bahwa pelau LSL adalah mereka yang
sangat aktif hormon seksual atau secara biologis. Munculnya perilaku LSL ini
pada kalangan remaja dan usia biologis seksual aktif menunjukkan bahwa
libido seksual yang tinggi tanpa kontrol diri dan sosial menyebabkan mereka
mencoba-coba melakukannya.

3
b. Fakta yang disampaikan oleh para informan ini juga menunjukkan bahwa
anak laki-laki remaja yang berpacaran dengan perempuan bukanlah
“pelindung pencegah‟ dari perilaku homoseksual, namun juga merupakan
pintu masuk terjadinya homoseksual LSL. Sebagaimana yang disampaikan
beberapa informan, bahwa ketika mereka pacaran dengan perempuan, nafsu
seks mereka semakin memuncak, namun ketakutan untuk melakukan
hubungan seksual dengan perempuan masih ada. Mereka menyadari jika
dilakukan dengan pacar perempuannya mereka takut hamil atau takut
“merusak anak orang‟. Sehingga mencari pelarian dengan kawan sebaya
sekedar pelampiasan, “iseng‟ atau coba-coba. Awalnya coba- coba, terus
mencoba dan menjadi perilaku yang sulit ditinggalkan.

c. Tingkat pendidikan informan pelaku LSL juga tergolong tinggi dan pekerjaan
yang dijalani oleh pelaku juga beragam, dengan yang terbanyak adalah
karyawan swasta (31,8%) dan diikuti oleh mahasiswa (29,5%). Pola
demografi pelaku LSL Kota Padang ini juga tidak berbeda dengan laporan
Cempaka dan Kardiwinata pada gay di Bali. Pada penelitian tersebut
dilaporkan bahwa umur juga tersebar dari dibawah 20 tahun hingga diatas 50
tahun, dengan yang terbanyak pada usia produkstif 20-25 tahun (51,2%).
Pekerjaan mereka juga tersebar pada pegawai swasta, wirausaha, dan juga ada
berprofesi sebagai guru. Data demografi ini menunjukkan bahwa gay atau
pelaku LSL tidak dicerminkan oleh identitas penampilan, usia tertentu atau
profesi tertentu.

d. Data karakteristik ini menunjukkan bahwa pendidikan formal, latar belakang


pekerjaan dan sosial yang terlihat di permukaan tidak dapat mencerminkan
perilaku LSL tersebut. Analisis kajian mendalam terhadap latar belakang
kehidupan mereka, awal pertama kali melakukan, pandangan terhadap nilai-
nilai agama dan pandangan mereka sendiri terhadap apa yang dilakukan
sangat perlu untuk dilakukan.

e. Hilangnya kasih sayang orang tua juga dapat mencetuskan awal mulanya
perilaku LSL yang mereka lakukan saat ini. Pada masa kecil, anak-anak yang
tidak mendpat belas kasih sayang orang tua akan dapat mudah diperdaya oleh

4
pelaku LSL dewasa. Anak yang dalam keadaan bimbang tanpa kasih sayang
dan perindungan akan mencari kasih sayang yang lainnya. Sebagaimana
halnya penelitian yang dilakukan Pontoh et al tentang latar belakang pola asuh
pada gay non-waria di Kota Manado menunjukkan adanya hubungan korelasi
positif dengan perilaku homoseksual yang timbul.

f. Pada pola asuh yang hiperprotektif, tidak harmonis atau sebaliknya yang
sangat keras dalam mendidik anak pada usia dini berdampak pada hilangnya
rasa dikasih sayangi bagi si anak. Ia merasa kehilangan figur ayah sehingga
awalnya mencari kasih sayang seorang pengganti ayah. Disaat menemukan
sosok yang lebih tua yang memberikan perhatian lebih, maka disana akan
terbuka peluang untuk terjadinya pelecehan. Apapun bentuk kasih sayang
yang didapatkannya akan dia rangkul. Ketika mendapatkan perlindungan dan
menurut mereka adalah kasih sayang dari pelaku LSL maka jadilah mereka
awalnya sebagai korban. Awalnya yang dibujuk atau dipaksa, namun akhirnya
mulai menyukai apa yang mereka lakukan. Awalnya sebagai korban akhirnya
menjadi pelaku.

g. Kehidupan dan hubungan informan pelaku LSL dengan keluarga sebagian


besarnya mengaku terjalin denga baik, namun tidak ada seorangpun dari
mereka yang terbuka kepada orang tuanya tentang perilaku yang mereka
kerjakan. Begitu juga dengan yang masih berkeluarga dan punya anak,
hubungan sesama jenisnya tertutup rapi dari istri dan anaknya. Semua
informan menyadari bahwa hubungan sejenis yang mereka lakukan tidak
diterima oleh keluarga dan akan menjadi aib jika diketahui.

5. Kesimpulan

Pola asuh yang hiperprotektif, tidak harmonis, atau sebaliknya yang


sangat keras dalam mendidik anak pada usia dini berdampak pada
hilangnya rasa dikasihsayangi bagi si anak. Semua ini didukung oleh
adanya kontrol diri yang rendah, ketidakmatangan emosional, permisif,
dan kontrol sosial.

5
II. Telaah Jurnal

1. Gaya dan Sistematika Penulisan

a. Penelitian ini memiliki sistematika penulisan yang baik dan jelas dimulai dari
judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil penelitian,
pembahasan, dan kesimpulan.

b. Penelitian ini menggunakan tata bahasa yang cukup mudah dimengerti oleh
pembaca sehingga jurnal ini mudah dipahami mengenai pelaksanaan serta
hasilnya.

2. Penulis

a. Penulis dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang berasal dari Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
(2 orang) dan dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sumatera
Barat (1 orang).
b. Penulisan nama sudah benar karena nama tidak disingkat, gelar akademik tidak
dicantumkan, dan ditempatkan di bawah judul jurnal.
c. Penulis sudah mencantumkan institusi asal dan alamat email.

d. Menurut penelaah, dengan melihat latar belakang penulis, penulis tersebut


mempunyai kualifikasi yang cukup di bidang yang diteliti karena mencakup
bidang ilmu kesehatan masyarakat.

3. Judul

a. Judul penelitian cukup jelas, akurat, dan menggambarkan substansi apa yang
akan diteliti.
b. Bahasa yang digunakan baku dan dapat dipahami.

c. Judul terdiri dari 11 kata. Hal tersebut sesuai dengan aturan penulisan judul,
yaitu judul tidak boleh melebihi 12 kata (dalam bahasa Indonesia) atau 10 kata
(dalam bahasa Inggris).

d. Judul cukup menarik dan sudah menggambarkan isi penelitian.


6
4. Abstrak

a. Abstrak dalam jurnal setidaknya memuat lima hal pokok yaitu latar belakang,
tujuan, metodologi, hasil dan kesimpulan. Kekurangan pada jurnal ini terletak
pada kesimpulan yang tidak dituliskan di dalam abstrak.
b. Abstrak dibuat dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia,
ditulis dalam satu paragraf tanpa kutipan pustaka, dan jumlah kata tidak
melebihi 250 kata. Pada jurnal ini terdapat dua bahasa yaitu bahasa Indonesia
dengan 193 kata dan bahasa Inggris dengan 191 kata. Maka dari itu, penulisan
abtsrak jurnal ini sudah sesuai dengan kaidah penulisan abstrak yang baik.
c. Pada abstrak dicantumkan kata kunci yang memuat kata-kata pokok, terdiri dari
3-5 kata, dipisahkan oleh koma, diurutkan sesuai abjad, menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris, penulisan kata kunci dalam bahasa Inggris
dimiringkan. Pada jurnal ini, penulisan kata kunci tidak sesuai abjad dan
belum memenuhi kaidah yang benar.

5. Pendahuluan

Bagian pendahuluan harus menjelaskan latar belakang, tujuan, ringkasan studi


literatur yang telah dilakukan, penjelasan mengapa topik yang diajukan penting
untuk dipublikasikan, dan kontribusi naskah terhadap kesehatan masyarakat. Pada
jurnal ini pendahuluan terdiri dari 7 paragraf dan sudah menjelaskan latar belakang
dan tujuan penelitian dengan baik.

6. Metode Penelitian

a. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan


grounded theory, dengan mengekplorasi secara mendalam permasalaan yang
belum diketahui dari fenomena yang diteliti.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian meliputi KPA Kota Padang , Klinik VCT RSUP Dr. M
Djamil Padang dan FK Unand

7
c. Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitan dilakukan pada bulan Januari sampai Desember


2017, dengan pengumpulan data Juni-Agustus 2017

d. Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel (informan) penelitian kualitatif dipilih berdasarkan kesesuaian dangan


masalah penelitian (appropriateness) yang paling memahami masalah yang
diteliti; bukan berdasarkan jumlah. Informan utama adalah 44 orang pelaku
LSL, yang didapatkan secara snowball dari pelaku, serta informasi dari petugas
KPA Kota Padang.

7. Teknik Pengumpulan Data

Wawancara mendalam dengan informan dan data dianalisis dengan menggunakan


prinsip triangulasi dan disajikan dalam bentuk tematik dan naratif.

8. Hasil Penelitian

a. Bagian hasil disajikan dengan alur yang logis baik dalam bentuk teks, tabel,
atau gambar (grafik dikategorikan sebagai gambar). Pada jurnal ini hasil
penelitian sudah disajikan menurut pengelompokkan secara garis besar, namun
narasi yang digunakan sedikit membingungkan dan kekeliruan dalam penulisan
(narasi tidak sesuai dengan tabel)
b. Penelitian ini tidak menyajikan gambar dalam pemaparan hasil penelitian.

9. Pembahasan

Pembahasan mendiskusikan aspek-aspek penting dari studi yang dilakukan,


pembahasan tidak mengulangi data atau pernyataan yang telah disajikan di bagian
latar belakang atau hasil. Pembahasan juga mencakup batasan atau kelemahan studi
dan implikasinya terhadap penelitian selanjutnya. Pada jurnal ini penulisan
pembahasan sudah sesuai dengan kaidah yang benar, namun peneliti tidak
mencantumkan kelemahan studinya.

8
10. Kekurangan Jurnal

a. Peneliti tidak mencantumkan kekurangan jurnal.

b. Peneliti tidak mencantumkan saran untuk penelitian berikutnya.

c. Masih terdapat kesalahan dalam penulisan berupa kalimat-kalimat tidak efektif,


penggunaan tanda baca yang tidak tepat, penggunaan huruf kapital yang tidak
tepat, serta singkatan-singkatan yang tidak dijelaskan kepanjangannya.
d. Masih terdapat kesalahan dalam penulisan daftar pustaka.

11. Kesimpulan

Kesimpulan memuat jawaban atas tujuan penelitian. Pada jurnal ini kesimpulan
jelas serta dapat dipahami dan saran yang dipaparkan dalam jurnal ini sudah
cukup memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang telah dipaparkan pada
penelitian ini.

12. Daftar Pustaka


a. Penyusunan daftar pustaka menggunakan sistem Vancouver. Pada jurnal ini,
penulisan daftar pustaka sudah sesuai dengan kaidah sistem Vancouver.
b. Jurnal ini menggunakan sumber dari jurnal, buku terbitan
lembaga/badan/organisasi, serta dokumen resmi dari lembaga.
c. Jumlah maksimal daftar pustaka adalah 30 buah dan minimal 10 buah, pada
jurnal ini terdapat 24 buah daftar pustaka.
d. Daftar pustaka diurutkan berdasarkan penomoran sesuai sistem Vancouver.
Pada jurnal ini, penulisan daftar pustaka sudah mengikuti urutan yang sesuai
dengan kaidah sistem Vancouver.
e. Penulisan daftar pustaka tidak boleh menggunakan et al sebagai pengganti
nama penulis jika jumlah penulis tidak melebihi dari enam orang. Pada jurnal
ini tidak terdapat penulisan et al untuk menggantikan nama penulis yang kurang
dari enam orang.
f. Terdapat kepustakaan yang sudah lebih dari 10 tahun.

9
13. Pertimbangan Etis
Penulis dalam penelitian ini tidak mencantumkan bahwa telah melakukan
penjelasan sebelum persetujuan, lalu permintaan persetujuan tertulis (informed
consent) kepada narasumber sebelum penelitian.

10
11
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai