Anda di halaman 1dari 9

Konsep Diri Pelaku ….

(Septi Nur Khasanah) 1

KONSEP DIRI PELAKU SEKS BEBAS


THE SELF-CONCEPT OF FREE SEX SUBJECT

Oleh: Septi Nur Khasanah, Program Studi Bimbingan dan Konseling,, Universitas Negeri Yogyakarta
Septinurkh1992@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri dari pelaku seks bebas yang berada di
Sleman.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus.Subyek
penelitian berjumlah 2 orang.Pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam. Uji keabsahan
data dengan menggunakan triangulasi yaitu triangulasi sumber dan data. Dalam analisis data mengacu
pada konsep Milles dan Huberman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek merasa bangga dan hebat
menjadi pelaku seks bebas. Dalam melakukan hubungan seksual subjek tidak memiliki hambatan, namun
jika ditinjau secara moral subjek memiliki perasaan bersalah karena subjek menyadari bahwa ia telah
melanggar nilai-nilai serta norma yang berlaku. Faktor yang menyebabkan subjek menjadi pelaku seks
bebas ada 2, yaitu faktor internal (diri sendiri) dan faktor eksternal (lingkungan, keluarga dan teman
sebaya). Pada aspek harapan, subjek memiliki harapan yang sama yaitu, ingin hidup lebih baik lagi
dengan cara mengurangi intensitas dalam melakukan hubungan bebas.
.
Kata kunci: konsep diri, remaja seks bebas

Abstract
The Research has a purpose to know the self concept from the subject of free sex in Sleman. This
research used qualitatif approach by using the research method of case study. The subject of reasearch is
2 subject. The collecting data is used the complete interviewing. The validity of the data used
triangulation that is the triangulation of source and data. The analysis data refers to Milles and
Huberman concept. The result shows that the subject of the free sex feels proud and excitement. In doing
the sexual relation,no obstacle, but the subject feels guilty cause it is disobeyed the norm and custom.
There are 2 factors why the subject doing the free sex, they are internal factor (from he/she – himself/
herself) and external factor (family, friends, surrounding). From the hope aspect, subject has the same
hope, that she/ he wants to live better by lessen the intensity of doing free sex .

Keywords: self-concept, the free sex of youth

PENDAHULUAN Masalah seks pada remaja sering kali


Seorang remaja mengalami berbagai mencemaskan para orangtua dan juga pendidik,
perubahan fisik maupun psikis. Perubahan yang adapun yang dimaksud dengan perilaku seksual
tampak jelas adalah perubahan fisik dimana tubuh adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
berkembang pesat menuju orang dewasa yang hasyrat seksual baik dengan lawan jenis maupun
disertai dengan berkembangnyakapasitas dengan sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini
reproduksi. Seksualitas merupakan misteri bermacam macam, adayang berkencan maupun
terbesar yang pernah ada dalam kisah anak bercumbu dan objek seksualnya bisa orang lain
manusia. atau orang dalam khayalan. Sebagian dari tingkah
laku perilaku seksual dampaknya bisa cukup
2 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017

serius seperti perasaan bersalah, depresi, marah, objek wisata Purwahamba Indah Kabupaten
misalnya pada para gadis-gadis yang terpaksa Tegal, dinyatakan terjangkit penyakit kelamin.
menggugurkan kandunganya (Simkins dalam Salah satu jenis penyakit menular seksual
Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 142). (PMS) adalah Gonorboea (Kencing nanah). Para
Rumah kontrakan identik dengan pasangan penderita tampaknya jadi lebih kebal terhadap
muda suami istri yang telah sah tetapi belum pengobatan karna semakin ganasnya penyakit
mempunyai rumah sendiri, namun sekarang tersebut (Sinar Harapan dalam Sarlito Wirawan
kondisinya justru rumah kontrakan tersebut Sarwono, 1989: 143). Data WHO 2007
disewakan kepada seseorang yang belum menunjukan 44% wanita dan lebih dari 70% pria
menikah dan berstatus mahasiswa yang terkadang usia remaja mengaku pernah melakukan
disalahgunakan sebagai tempat untuk kumpul hubungan seksual. Hasil Survei Demografi dan
kebo dan juga melakukan hubungan seks bebas. Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Kost ataupun kontrakan memang sangat mengenai hubungan seksual pranikah, bahwa (1)
signifikan untuk mendukung aktivitas seks bebas. jumlah presentase wanita menyetujui hubungan
Hasil penelitian 10 mahasiswa UGM seksual pranikah sangat rendah di bandingkan
(Kelompok Diskusi Dasagung), tanggal 24 pria, (2) hanya 1% dari responden wanita dan 4%
Maret-21 Juni 1984 di Yogyakarta responden pria mengatakan boleh melakukan
mengungkapkan bahwa sebagian besar hubungan seksual sebelum menikah. Konsep diri
mahasiswa dan pelajar hidup bersama. Penelitian merupakan gambaran diri terhadap dirinya
tersebut menemukan 29 pasangan yang hidup sendiri (Hurlock, 1978: 81). Kepribadian
bersama dirumah rumah pondokan, mereka merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap
melakukan hubungan seks dan mereka tidur dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat
bersama 2-6 hari perminggu (Kompas dalam konsistensi respon individu yang beragam
Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 140).Usia (Pikunas dalam Syamsu Yusuf, 2006: 200). Fase
remaja ataupun mahasiswa merupakan masa yang remaja merupakan fase yang paling penting bagi
paling rawan dan identik dengan seks. perkembangan dan integrasi
Banyak pasangan yang menyatakan tidak kepribadianya.Konsep diri merupakan faktor
melakukan apa-apa dalam pacaran. Kenyataanya yang sangat menentukan dalam hubungan
jelas, awalnya masih bisa untuk menahan diri, interpersonal, karena setiap individu akan
namun setelah itu coba-coba untuk pegangan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya,
tangan, cium pipi, cium bibir, setelah iu subjek yang memiliki konsep diri yang positif
dilanjutkan dengan saling meraba kemaluan contohnya subjek yang merasa percaya diri
hingga inter-course penuh. Harian Kedaulatan sebaliknya jika subjek kurang percaya diri atau
Rakyat (Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 42) minder maka ia memiliki konsep diri yang
mencatat di Slawi sebanyak 20 perempuan usia negatif.
belasan tahun (ABG) yang biasanya mangkal di
Konsep Diri Pelaku ….(Septi Nur Khasanah) 3

Seorang hiperseksual akan merasa bangga terlanjur melakukan seks bebas. Sikap respek
ketika sudah meniduri dan melakukan hubungan guru BK diuji dalam menghadapi siswa yang
seksual dengan frekuensi yang tinggi, karena ia sudah terlanjur melakukan seks bebas, karena
dianggap hebat dan akan mendapatkan image negatif yang tidak langsung melekat
penghargaan dari teman-temannya. Hiperseksual pada siswa tersebut. Tidak hanya dilihat dari
oleh masyarakat dianggap sebagai penyimpangan sudut pandang agama, bahaya seks bebas
seksual.Penyimpangan seksual disebabkan oleh sangat fatal jika dilihat dari segi kesehatan.
interaksi yang kompleks antara faktor Dampak dari perilaku seks bebas tersebut
lingkungan, kognigtif dan biologis. dapat dikucilkan serta disegani dengan
Nilai- nilai, keyakinan religius dan budaya masyarakatsekitar sedangkan dampak dalam
berkontribusi dalam pembentukan konsep diri jangka panjang akan terkena penyakit kelamin
seseorang. Seorang anak baik-baik berangkat bahkan seorang hiperseksual bisa masuk dalam
dari keluarga yang memiliki doktrin religius jeruji besi jika dalam memenuhi kebutuhan
namun begitu harus berpisah dan lingkungan seksual yang tidak dapat terkontrol tersebut
yang bisa menjadi tempat bersandar emosinya, dengan cara yang tidak baik. Dampak- dampak
maka fase transisi ini menjadi begitu berbahaya, dan situasi semacam tersebut jelas akan
misalnya ada seorang mahasiswa yang merantau mempengaruhi pembentukan kepribadian dan
di kota pendidikan atau kota pelajar. Praktis, ia karakteristik pada remaja karena lingkungan salah
harus hidup jauh dari keluarganya. Salah sedikit satu sumber pembentukan konsep diri seseorang.
saja memilih lingkungan, tempat tinggal, dan METODE PENELITIAN
tempat kuliah akan berakibat fatal dan jauh dari
Jenis Penelitian
apa yang diharapkan oleh orangtuanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Salah satu aspek dari konsep diri adalah kualitatif dengan metode penelitian studi kasus.
harapan Calhoun & Acocella (dalam M. Nur Waktu dan Tempat Penelitian
Ghufron & Rini Risnawita, 2004: 17-18).Harapan Penelitian ini berlokasi di Sleman,

dari seorang hiperseksual adalah bisa selalu Yogyakarta dengan setting penelitian masing-

melakukan hubungan seks dengan objek yang masing berada di daerah, Depok dan

wajar, namun kenyataanya banyak seorang Gejayan.Waktu penelitian pada bulan Mei- Juli.

hiperseks yang melakukan hubungan seks dengan Subjek Penelitian


objek seks yang tidak wajar seperti masturbasi Subjek penelitian berjumlah 2 orang, yaitu
dan phone sex. TS dan GT.

Dari masalah tersebut keterlibatan semua Prosedur


guru khususnya guru bimbingan dan konseling Penelitian ini menggunakan metode

seharusnya berperan penuh terhadap upaya penelitian studi kasus.

preventif kepada seluruh siswa dan juga adanya


upaya kuratif terhadap siswa yang sudah
4 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017

Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan menemukan banyak pasangan muda mudi yang
Data
melakukan berbagai penyimpangan seksual.Hal
Instrumen dalam penelitian ini adalah
tersebut sesuai dengan kriteria yang telah
peneliti itu sendiri dengan dibantu pedoman
ditentukan oleh peneliti.
wawancara sebagai teknik pengumpulan data di
Subjek pertama bernama TS, TS merupakan
lapangan.
salah satu mahasiswa semester 2 di salah satu
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini Universitas Negeri di Yogyakarta.TS lahir di

menggunakan model interaktif Miles dan Jakarta pada tanggal 06 Januari 1997.TS memiliki

Huberman yang dilakukan dengan tiga langkah tinggi kurang lebih 165 cm dan berat 53

yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kg.Penampilan TS terlihat trendy dan mengikuti

kesimpulan. perkembangan fashion yang terbaru.Hal tersebut


membuat penampilan TS menjadi menarik.TS
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
merupakan seorang perokok aktif dan sering
Penelitian ini berlokasi di Sleman Provinsi
minum-minuman keras. Uang saku TS Rp.
Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut
5.000.000,00, per bulan. TS memiliki hoby
disebabkan karena Yogyakarta merupakan kota
bermain biliard, clubing dan traveling. TS
pelajar yang memungkinkan adanya pertukaran
merupakan sosok laki-laki yang periang
budaya serta gaya hidup. Penelitian ini dilakukan
memiliki rasa percaya tinggi, terbuka dan pandai
pada subjek yang sedang menjalankan studi
bersosialisasi.
pendidikan di Yogyakarta.
Ayah TS berpendidikan terakhir SMA dan
Yogyakarta merupakan kota yang
ibu TS juga berpendidikan SMA. Ayah TS
menawarkan berbagai fasilitas pendidikan yang
bekerja sebagai wirausaha dengan penghasilan
memadai dan juga menawarkan berbagai macam
kurang lebih Rp.60.000.000,00, per bulan,
hiburan serta pergaulan dari berbagai macam
sedangkan ibu TS memiliki penghasilan kurang
budaya dan daerah. Hal tersebut sangat
lebih Rp.15.000.000,00, per bulan. Orang tua TS
memungkinkan para pendatang atau penduduk
merupakan orang tua yang tidak mengekang dan
asli Yogyakarta dapat terjerumus dalam model
mengerti keinginan dari anak-anaknya.TS lebih
pergaulan bebas.Salah satu yang menjadi model
dekat dengan ibu karena TS suka cerita mengenai
pergaulan bebas adalah seks bebas.Hal tersebut
dirinya dan juga permasalahanya kepada ibu.
sangat didukung dengan minimnya kontrol serta
perhatian dari orang tua.
Dari hasil wawancara terhadap TS diketahui
Adanya tempat yang dijadikan rumah
bahwa TS pertama kali pacaran sejak kelas 1
sementara bagi seseorang yang sedang
SMP, sedangkan mengenal seks sejak kelas 2
menjalankan studi pendidikan di Yogyakarta
SMP.TS mengenal perilaku seksual dari situs
sering disalahgunakan seperti untuk kumpul
porno yang ada di internet.Hal tersebut membuat
kebo, tempat mesum, dan sebagainya.Melalui
rasa ingin tahu TS menjadi tinggi.TS melakukan
observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti
Konsep Diri Pelaku ….(Septi Nur Khasanah) 5

hubungan intim sejak kenaikan kelas 3 dengan mengambil keputusan bersama dengan pacarnya
pacarnya saat itu.TS melakukan hubungan intim untuk menggugurkan janin tersebut.Keputusan
pertama kali dirumah, awalnya TS dan pacarnya tersebut diambil TS dan pacarnya dengan alasan
ingin mengerjakan tugas tetapi karena karena TS belum bekerja dan masih sama-sama
keadaan rumah sepi TS langsung memanfaatkan sekolah.TS tidak memberitahu tentang kehamilan
keadaan dengan menggunakan bahasa tubuh pacarnya terhadap orang tua.
seperti berciuman, pegang-pegangan sampai TS mengetahui dampak dari perilaku seksual
akhirnya melakukan hubungan intim. tersebut namun rasa takut dari dampak tersebut
TS melakukan hubungan intim tidak hanya tertutup karena timbulnya rasa enak saat
dengan satu pasangan saja karena TS sering melakukan hubungan intim.Latar belakang TS
merasa kurang puas dengan pacarnya maka TS menjadi pelaku seks bebas dikarenakan rasa ingin
mencari pelampiasan lain dengan cara mencari tahu TS yang tinggi dan kurangnya perhatian dari
perempuan lain atau dengan onani (menaik orang.Berawal dari coba-coba yang membuat TS
turunkan alat kelamin dengan tangan sendiri). merasa ketagihan sampai TS ingin terus
Intensitas TS dalam melakukan hubungan intim melakukan hubungan intim setiap harinya.TS
6-7 kali sehari.Dalam melakukan hubungan intim merasa seks sudah merupakan bagian dari
TS tidak ada pengaruh dari obat-obatan dan hidupnya.
minum-minuman. Subjek kedua bernama GT, GT merupakan
TS merasa tidak bisa mengontrol nafsu salah satu mahasiswi semester 2 di salah satu
birahinya setiap ia melihat wanita yang berpaikan Universitas Swasta yang ada di Yogyakarta.GT
seksi dan wangi. TS akan merasa gelisah susah memiliki tinggi badan 157 cm dan berat 50
tidur dan marah-marah ketika nafsunya belum kg.Penampilan GT terlihat trendy dan sangat
tersalurkan. Sampai saat ini TS pun sering mengikuti perkembangan fashion.Hal tersebut
berganti- ganti pasangan. TS melakukan membuat penampilan GT menjadi lebih
hubungan intim di kos bahkan terkadang di hotel. menarik.GT seorang perokok aktif. Uang saku
Setiap kali melakukan hubungan intim TS selalu GT Rp. 3.000.000,00, per bulan. GT memiliki
menggunakan alat kontrasepsi karena TS pernah hoby shoping, dengerin musik dan clubing.GT
terkena penyakit kelamin yang bernama sifilis merupakan orang yang terbuka, supel dan cuek.
(kencing nanah).Saat TS mengetahui terkena Ayah GT berpendidikan terakhir SMA,
sifilis, TS langsung berobat dengan meminta uang sedangkan ibu GT lulusan S1. Ayah GT bekerja
kepada ibunya. sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp.
Saat SMA TS memiliki pacar dan mereka 7.000.000,00, per bulan, sedangkan ibu GT
sering melakukan hubungan intim setiap harinya bekerja sebagai PNS dengan penghasilan Rp.
tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Hal tersebut 6.000.000,00, per bulan. GT lebih dekat dengan
membuat pacar TS hamil. Setelah mengetahui ibunya.Orang tua GT merupakan orang tua yang
pacarnya hamil TS kanget dan TS langsung tidak mengekang anak-anaknya.GT merasa orang
6 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017

tuanya cuek dan terlalu sibuk dengan dampak dari perilaku seksual yang ia lakukan,
pekerjaannya. Ayah dan ibu GT juga sering dan yang selalu mengajak untuk melakukan
berantem. hubungan intim pertama kali adalah GT. GT
Dari hasil wawancara terhadap GT, GT melakukan hubungan intim di kosan atau di hotel.
pertama kali pacaran sejak kelas 6 SD dan GT Sampai saat ini GT belum pernah kecolongan
mengenal seks pertama kali sejak kenaikan kelas (hamil) ataupun terkena penyakit kelamin.GT
2 SMP.Awalnya GT mengetahui perilaku seksual pernah dikucilkan dan dibicarakan oleh
dari cerita-cerita temannya, kemudian GT tetangganya karena penampilannya, tetapi GT
menjadi penasaran lalu GT melihatnya di situs- cuek dan tidak ingin ambil pusing.
situs porno yang ada di internet. Hal tersebut Latar belakang GT menjadi pelaku seks
membuat rasa ingin tahu GT mengenai perilaku bebas berawal dari coba-coba sampai akhirnya
seksual menjadi tinggi, kemudian GT mencoba merasa ketagihan dan ingin terus melakukannya.
untuk melakukannya dengan pacarnya saat itu. GT juga merupakan seorang anak yang kurang
GT melakukan hubungan intim pertama kali sejak perhatian dari kedua orangtuanya, GT merasa
kelas 2 SMP dengan pacarnya dan melakukannya dengan berhubungan intim ia merasa
di rumah GT. Intensitas melakukannya pada saat mendapatkan perhatian. Sebenarnya GT memiliki
itu sudah 3 kali.GT melakukan hubungan intim harapan dimasa depan, yaitu bisa berubah
tidak hanya dengan satu pasangan saja, tetapi menjadi lebih baik lagi.
dengan berganti-ganti pasangan.GT sering 1. Pemahaman
melakukan hubungan intim.Intensitas GT dalam Subjek pertama TS memiliki penampilan
melakukan hubungan intim bisa 4-5 kali dalam yang menarik dan memiliki rasa kepercayaan diri
sehari. GT sering merasa tidak puas dengan yang tinggi.TS memiliki banyak teman wanita.TS
pacarnya, dari situ GT mulai mencari bertuturkata dengan lemah lembut.Saat melihat
pelampiasan dengan orang lain, bisa dengan dan berhadapat dengan wanita terutama wanita
berhubungan intim atau telepon phone sex.. tersebut berpenampilan seksi, libido TS langsung
GT merasa tidak bisa mengontrol nafsunya. naik dan tidak dapat di kontrol.
Libido GT akan naik ketika GT berhadapan atau Subjek kedua bernama GT juga memiliki
duduk bersebelahan dengan seorang laki-laki, penampilan yang menarik dan memiliki rasa
terlebih laki-laki itu berbadan bagus dan kepercayaan diri yang tinggi.GT merupakan
tubuhnya harum. Dalam melakukan hubungan sosok wanita yang cuek dengan omongan orang
intim GT tidak ada pengaruh obat-obatan dan mengenai dirinya.GT memiliki banyak teman
minum-minuman. GT akan merasa gelisah dan laki-laki.Dalam bertutur kata GT sangat lemah
susah tidur jika keinginan untuk berhubungan lembut.Setiap kali melihat dan berhadapat dengan
intim tidak dapat tersalurkan. laki-laki terutama laki-laki tersebut memiliki
Dalam melakukan hubungan intim GT selalu badan yang bagus dan wangi, libido GT langsung
memakai alat kontrasepsi karena GT mengetahui naik dan rasanya GT ingin langsung bercumbu
Konsep Diri Pelaku ….(Septi Nur Khasanah) 7

dengan laki-laki tersebut.TS dan GT tidak pernah pekerjaannya, jadi GT merasa kurang mendapat
merasa rendah diri meskipun mereka pelaku seks perhatian. Dengan kata lain GT merasa
bebas. mendapatkan perhatian ketika berada di ranjang
TS dan GT merasa bangga di depan teman- dengan melakukan hubungan intim.
temannya karena mereka memiliki frekuensi yang Hal tersebut sesuai dengan teori Sutarto A.
tinggi dalam melakukan hubungan seks. Hal Wiramiharja, 2005: 124, faktor penyebab
tersebut sesuai dengan teori (Gestalt dalam Burn, seseorang menjadi hiperseksual dapat ditinjau
1993: 47) yang menggemukakan bahwa konsep dari segi kejiwaan salah satunya adalah seks
diri yang positif adalah ketika individu memiliki sebagai satu-satunya cara berkomunikasi. Selain
kebanggaan diri serta menilai suatu pengalaman itu hal tersebut sesuai dengan teori Menurut
serta dirinya secara positif. Kartini Kartono, 2003 penyebab terjadinya
nymfomania, yaitu kurangnya kasih sayang dan
2. Penilaian
kehangatan emosional pada masa kanak-kanak.
Penilaian subjek berkaitan dengan perilaku
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan
seksual. Latar belakang TS dan GT menjadi
oleh peneliti maka dapat di lihat bahwa TS dan
pelaku seks bebas karena berawal dari coba-coba
GT sama-sama memiliki frekuensi yang tinggi
sampai akhirnya TS dan GT menjadi ketagihan
dalam melakukan hubungan seksual.TS memiliki
dan terus ingin melakukannya jika tidak
intensitas 6-7 kali dalam sehari, sedangkan GT
tersalurkan maka subjek akan mengalami
memiliki intensitas 4-5 kali dalam sehari. GT dan
kecemasan, kegelisahan dan susah tidur. Hal
TS juga tidak bisa mengontrol ketika libidonya
tersebut sesuai dengan teori Kalichaman &
sedang naik apabila hasyrat seksual TS dan GT
Rompa (dalam Winder, 2014: 178) hiperseksual
tidak tersalurkan maka mereka akan mengalami
yaitu dorongan seksual yang dilakukan terus-
kegelisahan, susah tidur bahkan kemarahan.
menerus dan apabila tidak melakukan dorongan
Menurut Kafka (dalam The Journal of Forensic
seksual tersebut maka akan menyebabkan
Psychiatry & Psychology, 2014) menyebutkan
timbulnya kecemasan serta tekanan pada individu
ciri-ciri seorang hiperseksualsalah satunya adalah
tersebut.
melakukan hubungan seks dalam waktu seminggu
Kurangnya perhatian dari orang tua juga
maksimal 35 kali dan memiliki tingkat libido
meruapakan salah satu faktor penunjang subjek
yang tidak dapat di kontrol dalam jangka waktu
menjadi hiperseksual.Seiring bertambahnya usia,
selama 6 bulan.
pandangan tentang diri ini menjadi lebih banyak
TS dan GT merasa bangga menjadi seorang
didasari oleh nilai-nilai yang diperoleh dari
hiperseksual dan mereka menerima dirinya
interaksi dengan orang lain hal tersebut sesuai
sebagai pelaku seks bebas.TS dan GT mengenal
dengan teori (Taylor, Comb & Snygg dalam
perilaku seksual dari teman-temanya dan juga
Hendriati Agustiani, 2006: 143). Orang tua GT
sumber lainnya. Hal tersebut berpengaruh dalam
merupakan orang tua yang cuek terhadap anak-
pembentukan konsep diri seseorang, aktivitas dan
anaknya karena orang tua GT sibuk dengan
8 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017

pengalaman (Mead dalam Burn, 1993: 18). pelaku seks bebas. Subjek menyadari bahwa ia
Menurut Nevid (dalam Santrock, 2003: 418) telah melanggar nilai serta norma yang berlaku.
seorang pelaku seks bebas dapat mengalami Dalam melakukan aktivitas seksual subjek tidak
penyakit menular seksual (PMS) yaitu penyakit memiliki hambatan. Faktor yang menyebabkan
yang di tularkan melalui kontak seksual.Hal subjek menjadi pelaku seks bebas ada 2, yaitu
tersebut terjadi pada subjek TS.TS pernah terkena faktor internal (diri sendiri) dan faktor eksternal (
penyakit kelamin yaitu sifilis. Adapun subjek GT lingkungan, keluarga dan teman sebaya). Konsep
yang sering melakukan ponografi, mastrubasi dan diri merupakan suatu penentu pengharapan, oleh
telepon seks ketika di kos karena tidak adanya karena itu harapan subjek ingin hidup lebih baik
laki-laki yang bisa untuk di ajak berhubungan lagi dengan cara mengurangi intensitas dalam
intim. GT melakukan hal tersebut untuk melakukan hubungan bebas.
menyalurkan nafsunya.Hal tersebut merupakan
Saran
jenis-jenis perilaku seks bebas menurut Kafka
1. Upaya dalam Penyelesaian Problem Seks
(dalam Kaplan, 2010: 182-183).
Bebas
3. Harapan Penyelesaian problem seks bebas seharusnya
TS dan GT memiliki harapan dan ada niat menjadi tanggung jawab keluarga dan
untuk berubah di kehidupan yang akan datang. masyarakat.Pelaku seks bebas seharusnya
TS dan GT sudah mencoba untuk mengurangi menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika.
intensitas dalam melakukan hubungan Kerja sama guru, keluarga, orang tua dan tokoh
intim.Harapan dari seorang hiperseksual masyarakat juga berkontribusi dalam upaya
berkaitan dengan konsep diri yang di miliki penyelesaian problem seks bebas yang terjadi di
karena konsep diri merupakan suatu penentu kalangan remaja.
pengharapan individu. Harapan yang di miliki 2. Peran Orang Tua
individu merupakan suatu bentuk proses Peran orang tua sangat mempengaruhi
pembentukan konsep diri, hal tersebut sesuai kepribadian remaja karena orang tua merupakan
dengan teori Pujijogjanti (dalam M. Nur Ghufron panutan, pelindung serta pembentuk kepribadian
& Rini Risnawita, 2004: 18-19). anak. Orang tua juga harus memperhatikan anak-
anaknya dengan mengarahkan ke hal-hal yang
SIMPULAN DAN SARAN
positif dengan cara mendukung bakat yang
Simpulan
dimiliki oleh anak sehingga anak tidak terjerumus
Berdasarkan data yang telah didapat dari dalam pergaulan bebas.
hasil penelitian dan pembahasan maka dapat 3. Peneliti Selanjutnya
ditarik kesimpulan bahwa subjek merasa bangga Peneliti selanjutnya mampu menemukan
dan tidak merasa rendah diri sebagai pelaku seks cara-cara atau jalan keluar yang efektif untuk
bebas, namun jika di tinjau secara moral subjek mengantisipasi serta memperbaiki remaja yang
memiliki perasaan bersalah karena ia menjadi telah menjalani seks bebas.Selain itu, peneliti
Konsep Diri Pelaku ….(Septi Nur Khasanah) 9

selanjutnya juga diharapkan untuk lebih Forensic Psychiatry & Psychology.Vol.


25, No. 2, 176–194.
mengembangkan penelitian dan kajian seputar
remaja yang telah menjadi pelaku seks bebas
secara lebih mendalam serta mampu menemukan
ciri-ciri yang spesifik yang mampu
mengidentifkasikan bahwa remaja tersebut adalah
pelaku seks bebas.

DAFTAR PUSTAKA

Burns, R. B. (1993).Konsep Diri. Jakarta: Arcan.

Hurlock, Elizabeth B. (1999). Psikologi


Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hendriati Agustiani. (2006). Psikologi


Perkembangan.Bandung: Refika
Aditama.

Kaplan, Meg S. And Krueger Richard B.


(2010).Diagnosis, Assessment, and
Treatment of
Hypersexuality.Jounal Of Sex Research.
vol 47(2–3). 181–198.

M. Nur Ghufron & Rini Risnawita.(2004). Teori-


teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Sarlito Wirawan Sarwono. (1989). Psikologi


Remaja. Jakarta: RajaGrafindo Pers.

Santrock, John W. (2003). Adolescence


Perkembangan Remaja. Jakarta:
Erlangga.

Sutarto A. Wiramiharja. (2005). Psikologi


Abnomal. Bandung: Refika Aditama.

Syamsu Yusuf LN&Juntika Nurihsan.(2007).


Teori Kepribadian. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Winder, Belinda. (2014). Preliminary


evaluationof the use of
pharmacologicaltreatment with
convicted sexual offenders experiencing
highlevels of sexual preoccupation,
hypersexuality and/or
sexualcompulsivity.The Journal of

Anda mungkin juga menyukai