Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa antara anak-anak dan orang dewasa. Kata
remaja (adolescence) berasal dari perkataan latin yaitu adolescere yang
bermakna sedang tumbuh menuju kematangan (to grow into maturity).
Tidak diketahui pasti kapan perkataan ini mulai digunakan (Zastrow &
Kirst-Ashman, 2012). Remaja (adolescence) tidak sama dengan pubertas
(puberty). Sebagaimana aspek perkembangan psikososial yang lain,
seksualitas bukanlah isu yang baru. Sejak kanak-kanak, rasa ingin tahu
terhadap organ seksual dan dorongan untuk memperoleh kepuasan sudah
ada sebagaimana ditunjukkan oleh hasil penelitian Alfred Kinsey.
Terlebih lagi, aktivitas seksual dan perkembangan seksual berterlanjut
setelah remaja.
Remaja sedang dalam proses ‘individuation’. Individuasi dapat
diartikan sebagai ‘proses intrapsikik’ dimana seseorang dapat melihat
dirinya sendiri sebagai entity yang terpisah dan berjarak dalam hubungan
dengan orang lain (Anderson & Sabatelli, 1990). Teori ‘object-relations’
mengemukakan bahwa individuasi, sejak kanak-kanak awal dan sehingga
remaja adalah berdasarkan kepada pengalaman perapatan (attachment)
seorang individu sejak kanak-kanak (Kernberg, 1984). Pencapaian tahap
pelepasan yang adequate dari keluarga meningkatkan pencarian
identitasnya dan memberikan individu peluang untuk mengembangkan
ketrampilan interpersonal dan menjadikannya komited terhadap peranan
dan tanggungjawab orang dewasa (Allison & Sabatelli, 1988; Anderson &
Sabatelli, 1990). Bagaimanapun, ‘diri’ (self) diterima sebagai sesuatu
yang tak terpisahkan dalam konteks relasi dengan orang lain (Josselson,
1988).
Sejak kebelakangan ini, para peneliti telah menambah hipotesis
bahwa remaja yang terlibat dengan perilaku seksual adalah disebabkan

1
oleh perpecahan dalam proses individuasi (Santrock, 2002; Steinberg,
1993). Sebagai contoh, kehamilan di luar nikah lebih mudah terjadi
manakala orang tua dan remaja tidak mempunyai negosiasi yang
seimbang yang menyebabkan adanya perasaan terpisah dan keterikatan
satu sama lain dalam keluarga. Kehamilan remaja merupakan
manifestasi dari derajat ketidakberfungsian keluarga. Oleh itu kebebasan
seks yang dilakukan remaja bertujuan untuk membuat mereka berilusi
tentang kebebasan. Ini merupakan ‘paradoxial resolution’ untuk
mengatasi dilema dalam keluarga mereka.
Individu yang telah memiliki individuasi yang memadai telah
terinternalisasi tergantung kepada pilihan dan kehidupan mereka sendiri.
Dengan kata lain, proses individuasi remaja sejalan dengan perubahan
dalam cara pandang orang tua remaja. Dengan introjection orang tua
memungkinkan mereka mencapai tahap ketidaktergantungan dan de-
idealization (Steinberg, 1993) yang menjadikan remaja semakin matang,
mandiri dan memiliki identitas diri yang jelas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Remaja, Seksualitas, dan perilaku seksual pada
remaja ?
2. Apa saja dimensi seksualitas ?
3. Bagaimana perkembangan seks pada remaja ?
4. Bagaimana aspek psikososial dari kematangan seksualitas ?
5. Bagaimana sikap dan perilaku seksual ?
6. Apakah dampak dari perilaku seks pada remaja ?
7. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan seksualitas remaja ?
8. Bagaimana kehamilan pada remaja ?
9. Apa saja tugas perkembangan dalam kehamilan ?
10. Bagaimana pengaruh budaya ?
11. Bagaimana reaksi keluarga terhadap kehamilan remaja ?
12. Bagaimana ayah yang masih usia remaja atau belia ?
13. Apa saja masalah hukum yang berkaitan dengan kehamilan remaja ?

2
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari Remaja, Seksualitas, dan perilaku seksual
pada remaja.
2. Menyebutkan dan mejelaskan dimensi seksualitas.
3. Menjelaskan perkembangan seks pada remaja
4. Menjelaskan aspek psikososial dari kematangan seksualitas.
5. Menjelaskan sikap dan perilaku seksual.
6. Menyebutkan dan menjelaskan dampak dari perilaku seks pada remaja.
7. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan
dengan seksualitas remaja.
8. Menjelaskan kehamilan pada remaja.
9. Menyebutkan dan menjelaskan tugas perkembangan dalam kehamilan.
10. Menjelaskan pengaruh budaya.
11. Menjelaskan reaksi keluarga terhadap kehamilan remaja.
12. Menjelaskan ayah yang masih usia remaja atau belia.
13. Menyebutkan dan menjelaskan masalah hukum yang berkaitan dengan
kehamilan remaja.

3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 SEKSUALITAS PADA REMAJA
A. Definisi Remaja, Seksualitas, dan Perilaku Seksual Remaja
 Remaja
Remaja adalah suatu masa yang dimulai dengan pubertas,
proses yang mengarah kepada kematangan seksual atau fertilitas
atau kemampuan bereproduksi, yang dimulai pada usia 11 atau 12
tahun sampai akhir masa remaja akhir atau usia dua puluhan, dan
masa tersebut membawa perubahan dalam semua ranah
perkembangan (Papalia, 2008).
 Seksualitas
Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas
diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari
jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman,
pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan
dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan
bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada
lawan jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan,
ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui perilaku yang
lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan
perbendaharaan kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid, 1994;
Perry & Potter, 2005).
 Perilaku Seksual Remaja
Perilaku seks pada remaja, adalah segala bentuk perilaku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
sejenis. Bentuk-bentuk seksual bermacam-macam, mulai dari
tertarik sampai pada tingkah laku berfantasi, berkencan, bercumbu
dan bersenggama (Basri, 2000).

4
B. Dimensi Seksualitas

Seksualitas memiliki dimensi dimensi sosiokultural, dimensi agama


dan etik, dimensi psikologis dan dimensi biologis (Perry & Potter, 2005).
Masing-masing dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Dimensi Sosiokultural

Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural


yang menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur.
Keragaman kultural secara global menciptakan variabilitas yang
sangat luas dalam norma seksual dan menghadapi spektrum
tentang keyakinan dan nilai yang luas. Misalnya termasuk cara dan
perilaku yang diperbolehkan selama berpacaran, apa yang
dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan
larangan dalam perilaku seksual, dengan siapa seseorang menikah
dan siapa yang diizinkan untuk menikah. Setiap masyarakat
memainkan peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai dan
sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat
perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya. Setiap kelompok
sosial mempunyai aturan dan norma sendiri yang memandu
perilaku anggotanya. Peraturan ini menjadi bagian integral dari
cara berpikir individu dan menggarisbawahi perilaku seksual,
termasuk, misalnya saja, bagaimana seseorang menemukan
pasangan hidupnya, seberapa sering mereka melakukan hubungan
seks, dan apa yang mereka lakukan ketika mereka melakukan
hubungan seks.

b. Dimensi Agama dan etik

Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama


dan etik. Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang
berhubungan dengan seksualitas membentuk dasar untuk
pembuatan keputusan seksual. Spektrum sikap yang ditunjukan
pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional tentang

5
hubungan seks yang hanya dalam perkawinan sampai sikap yang
memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi
dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas kode etik individu
dapat mengakibatkan konflik internal.

c. Dimensi Psikologis

Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang


dipelajari. Apa yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini
dalam kehidupan dengan mengamati perilaku orangtua. Orangtua
biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-
anaknya.

Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui


komunikasi yang halus dan nonverbal. Seseorang memandang diri
mereka sebagai makhluk seksual berhubungan dengan apa yang
telah orangtua mereka tunjukan kepada mereka tentang tubuh dan
tindakan mereka. Orangtua memperlakukan anak laki-laki da
perempuan secara berbeda berdasarkan jender.
d. Dimensi Biologis

Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-


laki dan perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi. Material
genetic dalam telur yang telah dibuahi terorganisir dalam
kromosom yang menjadikan perbedaan seksual. Ketika hormon
seks mulai mempengaruhi jaringan janin, genitalia membentuk
karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon mempengaruhi
individu kembali saat pubertas, dimana anak perempuan
mengalami menstruasi dan perkembangan karakteristik seks
sekunder, dan anak laki-laki mengalami pembentukan
spermatozoa (sperma) yang relatif konstan dan perkembangan
karakteristik seks.

6
C. Perkembangan Seks Pada Remaja
Pada proses kematangan seks, sama halnya seperti aspek
perkembanagn lainnya akan terlihat juga adanya perbedaan-perbedaan
individu dalam hal saat permulaan mulainya perubahan dan lamanya
proses. Walaupun ada pengaruh-pengaruh individu itu, akan tetapi
prosesnya sama saja seperti perkembangan fisik dan tinggi badan, dimana
pada remaja putri akan dimulai rata-rata 2 tahun lebih dahulu daripada
teman remaja prianya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
remaja itu, sebenarnya merupakan akibat dari berfungsinya kelenjar-
kelenjar seks dalam dalam tubuh yang disertai dengan kematangan alat-
alat seks atau yang lazim dikenal dengan sebutan organ reproduksi.
Remaja pria seperti remaja putri juga tidak akan mencapai kematangan
seks secara bersamaan. Menurut Gunarsa (2007), Surtiretna (2001), Perry
& Potter (2005) dan Kozier (2004) perkembangan seks pada remaja adalah
sebagai berikut:
a. Remaja putri
Pada anak perempuan sekitar umur 9 sampai 11 tahun
sudah mulai timbul tanda-tanda pertama kematangan seks yakni
pembesaran payudara dan pinggul. Sesudah itu baru mulai
pertumbuhan rambut di daerah kemaluan bagian luar dan ketiak.
Suaranya berubah merdu, kulit bertambah bagus dan halus.
Kadar estrogen yang meningkat mempengaruhi genital. Uterus
mulai membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal.
Menarche atau kedatangan haid untuk pertama kalinya, pada
umumnya akan timbul setelah memuncaknya percepatan
pertumbuhan. Umur tercapainya menarche tidak sama bagi
semua remaja putri. Menarche dapat terjadi pada usia 8 tahun
dan tidak sampai usia 16 tahun atau lebih. Dengan timbulnya
haid pertama belum berarti bahwa perlengkapan alat
berkembangbiak sudah sempurna.

7
b. Remaja putra
Proses kematangan seks pada remaja putra mulai antara 11
dan 15 tahun, dengan umur rata-rata 13 dan 14 tahun. Proses
ini dimulai dengan pertumbuhan buah pelir dan zakar.
Tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin luar lebih lambat.
Percepatan pertumbuhan buah pelir terjadi kira-kira bersamaan
dengan percepatan penambahan tinggi badan. Baru setahun
kemudian mulai penambahan panjang alat kelamin bagian luar
atau penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis yang
dipengaruhi oleh peningkatan kadar testosterone dalam tubuh.
Remaja putra mulai mempunyai kumis dan jenggot, bulu-bulu
mulai tumbuh di ketiak dan daerah kelamin. Dengan
membesarnya tulang di leher bagian depan (jakun), suara
mereka berubah menjadi pecah dan parau, karena tali-tali suara
di kerongkongan mereka sedang mengalami penyesuaian
menjadi suara orang dewasa, demikian juga bidang bahunya
menjadi lebih besar ketimbang pinggangnya. Di samping
perubahan suara ada pula remaja pria yang mengalami
penumbuhan atau penebalan rambut di dada.
D. Aspek Psikososial dari Kematangan Seksual

Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan


seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan
penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi
(Steinberg, 1993: Santrock, 2002). Kematangan seksual dan terjadinya
perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan
remaja. Datangnya menarche dapat menimbulkan reaksi yang positif
maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah
dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi
maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif
lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi maka akan
merasakan pengalaman yang negatif.

8
Kematangan seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat
mempengaruhi kehidupan psikososialnya, yaitu status mereka di dalam
kelompok sebayanya (Rice, 2011; Rice, 2012). Anak perempuan yang
lebih dahulu mengalami kematangan seksual akan merasa bahwa dirinya
terlalu besar bila berada dikelompok teman sekelasnya, sementara teman-
teman perempuan lainnya masih dapat merasakan kebersamaan dengan
kelompok baik laki-laki ataupun perempuan, karena umumnya laki-laki
lebih lambat mengalami kematangan seksual. Bagi anak laki-laki yang
mengalami keterlambatan dalam kematangan seksualnya, bentuk
tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan teman sekelasnya dan hal ini
sangat tidak menguntungkan baginya, terutama dalam olah raga.

Di dalam pergaulan sosialpun mereka mengalami kerugian karena


umumnya orang dewasa dan teman-temannya akan memperlakukannya
sebagai anak yang lebih kecil dan dianggap kurang cakap. Dalam
keadaan seperti ini kadang-kadang mereka akan bereaksi dengan
menunjukkan sikap dan perilaku yang kekanak-kanakkan maupun dengan
bermacam-macam kompensasi sehingga menjadi sangat agresif. Akibat
terjadinya kematangan seksual, akan tejadi percepatan pertumbuhan
badan dimana pertumbuhan anggota badan lebih cepat daripada badannya
sehingga untuk sementara waktu proporsi tubuh tidak seimbang. Tangan
dan kakinya lebih panjang dalam perbandingan dengan badannya.
Sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya,
oleh karena itu mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang
proposional tersebut. Pada pertengahan masa remaja, mereka mulai
memperhatikan apakah tubuhnya terlalu gemuk atau kurus dan
bagaimana menjaga bentuk tubuh yang ideal, oleh karena itu sebagian
remaja ada yang berusaha melakukan diet dan sebagian lagi senam dan
olahraga secara teratur. Pada umumnya remaja perempuan
mengkhawatirkan bila dirinya terlalu gemuk ataupun terlalu tinggi,
sedangkan remaja laki-laki bila terlalu kurus ataupun pendek. Disamping
itu mereka, baik laki-laki maupun perempuan mengawatirkan tentang

9
kulitnya, yaitu tumbuhnya jerawat maupun adanya bintik-bintik hitam.

Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai


tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, mulai muncul kecemasan-
kecemasan dan pertanyaan- pertanyaan seputar menstruasi, mimpi basah,
masturbasi, ukuran buah dada, penis dan lain sebagainya (Haditono,
Monks & Knoers, 1994). Pada saat itu mereka mulai memperhatikan
tubuhnya dan penampilan dirinya dan sering membandingkan dirinya
dengan orang lain. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul
perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis, walaupun
masih disembunyikan, karena mereka menyadari masih terlalu kecil
untuk berpacaran.

Pada remaja menengah, remaja banyak mengunakan waktunya


untuk memuat dirinya lebih menarik, sehingga mulai memperhatikan
dandanannya, misalnya pakaian, model rambut, dan alat-alat kecantikan.
Pertumbuhan badan remaja yang telah mencapai bentuk yang sempurna
seperti orang dewasa yang menimbulkan tanggapan masyarakat yang
berbeda. Remaja diharapkan dapat memenuhi tanggung jawab orang
dewasa, tetapi berhubung antara pertumbuhan fisik dan pematangan
psikisnya masih ada jarak yang cukup lebar, maka remaja seringkali
mengalami kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial tersebut. Keadaan
ini dapat menyebabkan frustasi dan konflik-konflik batin pada remaja
terutama bila tidak ada pengertian dari orang dewasa. Hal ini merupakan
salah satu sebab mengapa para remaja lebih dekat dengan teman sebaya
daripada dengan orang dewasa.

E. Sikap dan Perilaku Seksual


Seksualitas remaja merujuk kepada perasaan seksual, perilaku dan
perkembangan pada remaja dan merupakan tahap seksualitas manusia
(Zastrow dan Kirst-Ashman, 2012). Seksualitas sering merupakan aspek
yang sangat penting dari kehidupan remaja. Perilaku seksual remaja

10
adalah, pada banyak kasus, dipengaruhi oleh norma-norma budaya dan
adat istiadat, orientasi seksual mereka, dan isu-isu kontrol sosial, seperti
hukum umur dewasa.
Pada manusia, hasrat seksual dewasa biasanya mulai muncul dengan
masa pubertas. Ekspresi seksual dapat mengambil bentuk masturbasi atau
seks dengan pasangan. Minat seksual di kalangan remaja, seperti orang
dewasa, dapat sangat bervariasi. Aktivitas seksual secara umum dikaitkan
dengan sejumlah risiko, termasuk penyakit menular seksual (termasuk
HIV/AIDS) dan kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini dianggap sangat
benar untuk remaja muda, karena otak remaja tidak memiliki saraf yang
matang (daerah beberapa otak lobes frontal cortex dan di hypothalamus)
penting untuk kontrol diri, penundaan kepuasan, dan analisis resiko dan
penghargaan yang tidak sepenuhnya matang sampai usia 25-30). Karena
sebagian hal ini, kebanyakan remaja dianggap secara emosional kurang
matang dan tidak mandiri secara finansial.
Perkembangan fisik, kognitif, sosio- emosional remaja pastinya
berkaitan dengan sikap da perilaku seksual remaja. Rasa ingin tahu dan
fantasi seksual menyebabkan remaja ingin mempraktekan apa yang orang
dewasa lakukan. Belum lagi tingkah bermasalah, toleransi terhadap
devian, alienasi, konflik keluarga merupakan masalah umum yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku seksual (Jessor & Jessor, 1977).
Teman sebaya (peer group) juga memainkan peranan yang sangat kuat
terhadap sikap dan perilaku seksual remaja. Zastrow dan Kirt-Ashman
(2012) berpendapat bahwa secara psikologis pada fase remaja ada dua
aspek penting yang dipersiapkan, antara lain:

a. Orientasi seksual

Pada masa ini remaja diharapkan sudah menemukan orientasi


seksualitasnya atau arah ketertarikan seksualnya (heteroseksualitas
atau homoseksualitas). Norma umum yang berlaku lebih menyukai
jika seseorang menyukai orientasi seksualitas ke arah

11
heteroseksualitas. Namun, tidak dipungkiri ada remaja yang
memilih orientasi seksualitas homoseksualitas. Orientasi ini
dipengaruhi oleh penghayatan terhadap jenis kelamin. Faktor
individu (fisik atau psikologis), keluarga dan lingkungan ikut
mendorong dan berperan dalam menguatkan identitas ini.

b. Peran seks.

Peran seks adalah menerima dan mengembangkan peran serta


kemampuan tertentu selaras dengan jenis kelaminnya. Laki-laki
akan dekat dengan sifat-sifat sebagaimana laki-laki, demikian pula
perempuan akan dekat dengan sifat-sifat sebagaimana perempuan.
Peran seks ini sangat penting pada tahap pembentukan identitas
diri, apakah seseorang itu berhasil mengidentifikasi dirinya atau
justru melakukan transfer pada identitas yang lain (transsexual).

Sikap terhadap seks dan juga seks pra nikah diyakini oleh para ahli
mengalami perubahan dari waktu ke waktu (Taufik dan Nisa Rachmah,
2009). Saat ini diyakini sikap terhadap seks dan juga seks pra nikah lebih
liberal jika dibandingkan dengan dekade sebelumnya. Remaja kini lebih
toleran dengan hubungan seks pra nikah, dan ketika menjadi orang
dewasa mereka juga lebih permisif terhadap seks pra nikah (Steinberg,
1993). Perubahan sikap remaja ini diduga juga terjadi pada masyarakat
pada umumnya. Masyarakat cenderung permisif dengan hubungan seks
pra nikah. Kontrol sosial dan kepedulian masyarakat terhadap perilaku
seks remaja tidak seperti sebelumnya.

Perilaku seks remaja secara umum bermula dari perilaku otoerotik


(autoerotic behavior), dimana perilaku ini dimulai dari rasa ingin tahu
dan menikmati pengalaman seks sendirian (Rice, 2012). Perilaku ini juga
selalu berkaitan dengan fantasi erotis. Banyak hasil penelitian
menunjukkan remaja baik lelaki maupun perempuan melakuan
masturbasi. Namun demikian setelah remaja beranjak dewasa terutama
ketika berada di sekolah menengah mereka mengalami pergeseran dari

12
otoerotik kepada perilaku sosioseksual (sociosexual behavior). Perilaku
sosioseksual remaja ini telah melibatkan orang lain yang umumnya
adalah teman-teman sebaya mereka. Remaja lebih intim dengan lawan
jenisnya bahkan dengan sesama jenisnya (homosexsuality). Perilaku
necking dan petting merupakan aktivitas umum disamping kontak genital
atau intercourse. Remaja juga lebih sering melakukan oral seks karena
dirasa lebih aman dan menghindari kehamilan di luar nikah (Zastrow &
Kirst-Ashman, 2012).

F. Dampak Perilaku Seks Pada Remaja

Menurut Perry & Potter (2005), Wong (2008), Jusuf (2006)


beberapa dampak yang timbul dari remaja yang aktif secara seksual
adalah sebagai berikut:

1) Dampak Fisik

 AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome.


Penyakit ini adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Salah satu
cara penularannya adalah melalui hubungan seksual. Selain
itu HIV dapat menular melalui pemakaian jarum suntik
bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerim tranfusi
darah yang tercemar HIV atau dari ibu hamil yang terinfeksi
virus HIV kepada bayi yang dikandungannya. Di Indonesia
penularan HIV/AIDS paling banyak melalui hubungan
seksual yang tidak aman serta jarum suntik (bagi pecandu
narkoba).

 Penyakit kelamin (Penyakit Menular Seksual/ PMS)

Remaja yang aktif secara seksual memiliki risiko tinggi


tertular PMS. Secara fisiologis, serviks remaja putri
memiliki ektropion (eversi kanalis serviks uteri) yang besar,

13
terdiri atas sel-sel epithelial kolumnar yang jauh lebih rentan
tertular PMS.

PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari


seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual dan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik
melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan
benar penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan
reproduksi yaitu kemandulan dan kebutaan pada bayi yang
baru lahir bahkan kematian.

Penyakit menular seksual (PMS) dialami sekitar 10 juta


orang per tahun di bawah usia 25 tahun. Tingkat inseden
tertinggi mengharuskan adolesens yang aktif-seksual
dilakukan skrining terhadap PMS, meskipun mereka tidak
menunjukan gejala. Pemeriksaan fisik pada adolesens yang
aktif secara seksual setiap tahun harus meliputi pemeriksaan
seksama genetalia sehingga kondilomata akuminata (kutil
genital), herpes, dan PMS yang lain tidak terlewat. Uji yang
direkomendasikan bagi wanita meliputi pap smear, kultur
serviks untuk jenis gonore dan uji sifilis. Jika pria
melakukan aktivitas homoseksual, kultur rektal dan faring
juga perlu dilakukan untuk memeriksa adanya gonore.
Penyakit kelamin yang dapat terjadi antara lain kencing
nanah (Gonorrhoe), raja singa (Sifilis), herpes genitalis,
limfogranuloma venereum (LGV), kandidiasis, trikomonas
vaginalis, kutil kelamin.

Karena perilaku seksual dapat mencakup seluruh tubuh


dan tidak hanya genital, banyak bagian tubuh adalah tempat
potensial untuk PMS. Telinga, mulut, tenggorok, lidah,
hidung dan kelopak mata dapat digunakan untuk
kesenangan seksual. Perineum, anus, dan rektum juga sering

14
digunakan dalam aktivitas seksual. Lebih jauh lagi, setiap
kontak dengan cairan tubuh orang lain sekitar kepala atau
suatu lesi terbuka pada kulit, anus, atau genitalia dapat
menularkan PMS.

Tanda-tanda penyakit kelamin (Pria), berupa: bintil-


bintil berisi cairan, lecet atau borok pada penis/alat kelamin,
luka tidak sakit; keras dan berwarna merah pada alat
kelamin, adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger
ayam, rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin, rasa
sakit yang hebat pada saat kencing, kencing nanah atau
darah yang berbau busuk, bengkak panas dan nyeri pada
pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.

Tanda-tanda penyakit kelamin (Wanita), berupa: rasa


sakit/nyeri saat kencing/hubungan seksual, rasa nyeri pada
perut bagian bawah, pengeluaran lendir pada vagina/alat
kelamin, keputihan berwarna putih susu, bergumpal , rasa
gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya ,
keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
2) Dampak perilaku dan kejiwaan

Dampak yang timbul akibat remaja yang aktif secara


seksual yaitu dampak perilaku dan kejiwaan antara lain:
terjadinya penyakit kelainan seksual, keinginan untuk selalu
melakukan hubungan seks. Selalu menyibukkan waktunya untuk
berbagai khayalan- khayalan seksual, jima, ciuman, rangkulan,
pelukan, dan bayangan- bayangan bentuk tubuh wanita luar dan
dalam, pemalas, sulit berkonsentrasi, sering lupa, bengong,
ngelamun, badan jadi kurus dan kejiwaan menjadi tidak stabil.
Yang ada dipikirannya hanyalah seks dan seks serta keinginan

15
untuk melampiaskan nafsu seksualnya, bila tidak mendapat
teman untuk sex bebas, ia akan pergi ke tempat pelacuran
(prostitusi) dan menjadi pemerkosa. Lebih ironis lagi bila ia tak
menemukan orang dewasa sebagai korbannya, ia tak segan-
segan memerkosa anak-anak dibawah umur bahkan nenek yang
sudah uzur.

G. Faktor yang Berhubungan dengan Seksualitas Remaja


Beberapa faktor seorang remaja terlibat dalam seksualitas menurut
Kozier (2004), Dianawati (2003), Strasburger & Donnerstein (1999) dalam
Santrock (2007), Wong (2008), Hurlock (1999), dan Hawari (2006) yaitu
sebagai berikut:
1) Kultur atau budaya

Seksualitas diatur oleh budaya. Misalnya, budaya


mempengaruhi sifat seksual, aturan tentang pernikahan, harapan
peran perilaku, dan tanggung jawab sosial, dan praktik seks
tertentu. Sikap masyarakat sangat bervariasi. Sikap tentang masa
anak-anak dan remaja bermain seksual dengan diri sendiri atau
dari jenis kelamin yang sama atau lawan jenisnya mungkin akan
dibatasi. Koitus atau hubungan alat kelamin sebelum dan
dilakukan di luar nikah serta menyukai sesama jenis
(homoseksual) mungkin tidak dapat diterima atau ditoleransi
dalam masyarakat.

2) Nilai Agama

Agama mempengaruhi remaja dalam mengekspresikan


seksual. Hal ini dapat memberikan pedoman bagi remaja untuk
mengontrol perilaku seksual dan perilaku tersebut dapat
diterima, serta perilaku seksual yang dilarang dan menerima
akibat dari melanggar aturan seksual. Aturan tentang perilaku
seksual dibuat secara rinci, tegas dan meluas. Sebagai contoh,

16
beberapa agama melihat bentuk ekspresi seksual hubungan laki-
laki dan perempuan sebagai keperawanan yang alami dan tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Banyak nilai-
nilai agama bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di
masyarakat yang telah berkembang selama beberapa dekade
terakhir, seperti penerimaan seks pra nikah, ibu tidak menikah,
homoseksualitas, dan aborsi. Konflik-konflik ini menyebabkan
kecemasan dan penyimpangan seksual yang terjadi pada
beberapa remaja

3) Etika

Meskipun etika merupakan bagian tak terpisahkan dari


agama, pemikiran etis dan pendekatan etis tetapi seksualitas
dapat dilihat secara terpisah dari agama. Banyak individu dan
kelompok telah mengembangkan kode etik baik tertulis maupun
tidak tertulis berdasarkan berdasarkan prinsip-prinsip etika.
Masyarakat berpandangan bahwa masturbasi, hubungan oral
atau anal, hubungan seks di luar nikah sebagai suatu yang aneh,
menyimpang atau salah. Masyarakat menerima ungkapan
seksual adalah bentuk hubungan yang dilakukan orang dewasa
yang dilakukan secara pribadi dan tidak berbahaya bagi
pasangan tersebut. Pasangan perlu mencari dan berkomunikasi
tentang berbagai cara mengekspresikan seksual untuk mencegah
pengambilan keputusan seksual dari salah satu pasangan. Hal ini
untuk menghindari adanya pemaksaan dari pasangan dalam
mengekspresikan seksual.

4) Tekanan teman pergaulan


Teman pergaulan atau sering juga disebut teman bermain.
Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok
yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh
dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh

17
teman bermain adalah pada masa remaja.
Remaja biasanya berpikir sosial, suka berteman, suka
bergaul, dan suka berkelompok. Pergaulan merupakan cara
untuk mengenal atau mencari teman baru, informasi, dan
menambah wawasan. Dengan demikian kelompok teman sebaya
memiliki pengaruh yang kuat pada evaluasi diri dan perilaku
remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja
berusaha menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal
seperti model pakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata
bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan tuntutan
diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman
sebayanya. Rasa memilki merupakan hal yang paling penting.
Oleh karena itu remaja akan berperilaku dengan cara
memperkuat keberadaan mereka di dalam kelompok. Remaja
sangat rentan terhadap persetujuan, penerimaan, dan tuntutan
sosial. Diabaikan dan dikritik oleh teman sebaya menimbulkan
perasaan inferioritas, tidak adekuat dan tidak kompeten.
Lingkungan pergaulan yang telah dimasuki seorang remaja
dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum
mengetahui tentang seksualitas atau yang belum melakukan
hubungan seks. Bagi remaja tersebut, tekanan dari teman-
temannya itu lebih kuat daripada tekanan yang didapat dari
pacarnya sendiri. Keinginan untuk dapat diterima oleh
lingkungan pergaulannya begitu besar, sehingga dapat
mengalahkan semua nilai yang didapat, baik dari orang tua
maupun dari sekolahnya. Pada umumnya, remaja tersebut
melakukannya hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya
sama dengan teman- temannya, sehingga dapat diterima menjadi
bagian dari kelompoknya seperti yang dinginkannya.
5) Tekanan pacar
Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan

18
mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Pacar diartikan
sebagai orang yang spesial dalam hati selain orangtua, keluarga,
dan sahabat. Makna pacaran seringkali disalahgunakan sebagai
ajang pelampiasan nafsu, ajang pertunjukan gengsi, dan ajang
meraup keuntungan pribadi. Pacaran merupakan salah satu
upaya untuk saling mengenal satu sama lain, saling mengerti
dan dimengerti, saling cinta dan saling setia (KBBI, 2002).
Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai,
seorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya,
seperti mengajak bercumbu saat berkencan sampai ingin
melakukan hubungan seks pra nikah, tanpa memikirkan risiko
yang nanti dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja
nafsu mereka, melainkan juga karena sikap memberontak
terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu
bentuk hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri sebagai
layaknya manusia dewasa. Jika di dalam lingkungan keluarga
tidak dapat membicarakan masalah yang dihadapinya, remaja
tersebut akan mencari solusinya di luar rumah. Adanya
perhatian yang cukup dari orang tuanya dan anggota keluarga
terdekatnya memudahkan remaja tersebut memasuki masa
pubertas.

6) Rasa penasaran

Rasa penasaran atau rasa ingin tahu merupakan salah satu


ciri dari manusia. Manusia mempunyai kemampuan untuk
berpikir dan dengan akal pikiran tersebut maka dapat
memuaskan rasa ingin tahunya. Rasa ingin tahu di dorong
dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Adanya rasa ingin tahu
yang besar maka manusia akan berpikir dan memulai mencari
jawaban yang sebanyak-banyaknya (Yuanita, 2011).

Masa remaja terjadi beberapa perkembangan, salah satunya

19
perkembangan seksual. Adanya perkembangan seksual tersebut
meningkatkan keingintahuan remaja tentang seks. Apalagi jika
teman- temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat,
ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas
masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong
mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam
percobaan sesuai dengan yang diharapkannya (Dianawati,
2003).

Hal yang terkait dengan rasa penasaran remaja tentang


seksual antara lain tertarik terhadap seksualitas, menonton video
porno, mencari informasi tentang seks, ingin mencoba hubungan
seks, mengunjungi tempat prostitusi. Rasa penasaran yang kuat
dari diri remaja harus diimbangi dengan informasi yang benar
dan dapat dipertanggungjawabkan agar remaja tidak terjerumus
ke hal-hal yang dapat merusak moral para remaja.
7) Lingkungan keluarga
Bagi seorang remaja, mungkin aturan yang diterapkan oleh
kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua
pihak (orang tua dan anak). Akibatnya, remaja tersebut merasa
tertekan, sehingga ingin membebaskan diri dengan
menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya
dalam masalah seksual. Remaja akan mulai tertarik dengan
seksualitas.
8) Media informasi
Media informasi adalah suatu instrument perantara
informasi. Jaman sekarang media informasi sangat berkembang.
Berkembangnya media informasi dikarenakan adanya pengaruh
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
Media informasi kini dengan mudah dapat diakses oleh remaja
di seluruh dunia seperti televisi, radio, internet, bahkan telepon
genggam pun telah masuk ke dalam bagian media informasi.

20
Perkembangan media informasi juga memudahkan remaja untuk
mengakses materi pornografi.
Dorongan seksual pada remaja semakin meningkat jika
faktor dari luar ikut pula menunjang. Seperti diketahui, VCD-
VCD atau bacaan- bacaan porno kini telah dijual bebas dan
seorang akan dengan sangat mudah mendapatkannya. Selain itu,
maraknya warung-warung internet semakin memudahkan untuk
mengakses gambar-gambar porno. Hal- hal inilah yang semakin
memicu timbulnya ke dalam hubungan seksual.

Dewasa ini sudah menjadi rahasia umum terdapat industri


untuk pornografi dan pornoaksi dalam bentuk VCD, DVD,
tabloid, majalah, layanan telepon dan lain sebagainya. Salah satu
faktor provokasi pergaulan bebas (hubungan seks di luar nikah)
adalah pornografi. Dan mengutip Ensiklopedia Hukum Islam
(1997) pornografi berarti bahan baik tulisan maupun gambaran
yang dirancang dengan sengaja dan semata-mata untuk tujuan
membangkitkan nafsu birahi (syahwat) dan seks. Dari segi
psikologi atau kejiwaan pornografi dan pornoaksi dapat
berakibat pada melemahnya fungsi pengendalian diri (self
control) terutama tehadap naluri agresivitas seksual.
Banyak remaja senang menonton acara televisi dengan
muatan seksual. Menonton potret seksual di televisi dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku seksual remaja. Walaupun
demikian, seperti agresi yang ditampilkan di televisi, apakah
seks di televisi benar-benar mempengaruhi perilaku remaja
bergantung pada sejumlah faktor, meliputi kebutuhan remaja,
minat, kepedulian, dan kematangan.
Media informasi yang berkaitan dengan seksual sekarang
sangat mudah didapatkan oleh semua kalangan umur terutama
remaja. Media informasi tersebut antara lain media elektronik

21
yang meliputi televisi, radio, handpone, internet, vcd, film dan
media cetak seperti koran, majalah, buku cerita, komik, serta
dari orang lain pun juga bisa menjadi media informasi misalnya
dari teman, keluarga, guru, dan pacar.

2.2 KEHAMILAN PADA REMAJA


A. Kehamilan Pada Remaja
Kehamilan pada masa remaja mengganggu kerja pembentukan
identitas dan tugas perkembangan. Dalam usahanya untuk menyelesaikan
tugas perkembangan kehamilan dan tugas perkembangan remaja normal
secara stimulant menjadi besar sekali. Beban psikologis bisa menyebabkan
suatu identitas bagi remaja.
Pencegahan secara primer, sekunder atau tersier diperlukan dalam
pencegahan kehamilan remaja. Termasuk intervensi primer, tapi tidak
terbatas pada pendidikan seksualitas bagi anak-anak muda. Selain itu,
masyarakat dalam kesempatan ini harus mengarahkan ketidakadilan bagi
kaum wanita dan kelompok minoritas yang berada pada resiko tinggi
menjadi korban dari masalah social. Pelayanan kesehatan yang
komprehensif bagi remaja harus tersedia. Pencegahan sekunder harus
meliputi pelayanan kontrasepsi yang terjangkau oleh para remaja yang
aktif dalam seksual. Terakhir, pencegahan tersier harus meliputi perawatan
prenatal yang mudah dijangkau, keluarga berencana dan tindak lanjut
dalam perawatan bagi bayi dan anak-anak (McAnarney, Hendee, 1989).

Banyak factor resiko dikaitkan dengan kehamilan remaja. Factor


ini meliputi status social ekonomi, status minoritas, dibesarkan dalam
lingkungan ornag tua tungal, dibesarkan dalam lingkungan yang ditandai
dengan banyaknya kejadian dari factor-faktor ini, dan memiliki pendidikan
dengan aspirasi pekerjaan yang rendah. Remaja yang hamil rata-rata
terjadi 2 tahun sebelum mereka menyelesaikan SMU. Sehingga factor
penyebab kegagalan sekolah (drop out) disebabkan oleh kehamilan remaja.

22
Remaja yang beresiko paling tinggi untuk hamil adalah mereka yang
berumur dibawah 16 tahun (McAnarney, Hendee, 1989).

B. Tugas Perkembangan dalam Kehamilan


Remaja menghadapi tugas perkembangan dalam kehamilan yang meliputi :
1. Menerima kenyataan hamil secara biologis. Umumnya remaja
tidak mengharapkan mereka hamil. Mereka mungkin menolaknya
sampai tanda-tanda kehamilan sudah jelas, sehingga mereka tidak
lagi mengingkarinya pada anggota keluarga lainnya. Hal umum
bagi remaja yang hamil adalah melakukan diet dan menggunakan
pakaian longgar untuk menutupi kondisinya dan berhasil
menyembunyikan kehamilannya sampai agak besar, kadang-
kadang sampai saatnya melahirkan. Tingkat penolakan dikalangan
remaja dan keluarganya dapat dikatakan cukup tinggi. Young dkk
(1989) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa
menyembunyikan kehamilan merupakan alasan utama untuk
remaja yang lebih muda yang gagal dalam mencari perawatan
prenatal sebelum trimester ketiga sedangkan motivasi yang rendah
seringkali menjadi alasan yang diberikan oleh remaja yang lebih
tua (usia 18-19 tahun).
2. Menerima kenyataan bahwa anak tidak akan lahir. Remaja
mungkin menerima fantasi semata memiliki anak yang lucu,
bahagia, sehat yang diperlakukan seperti boneka. Ide
perkembangan dan pertumbuhan bayi menjadi anak bukanlah suatu
realitas bagi remaja.
3. Menerima kenyataan menjadi orang tua. Menjadi orang tua
mengandung arti mencintai, memperhatikandan mampu
menyediakan perawatan yang dibutuhkan seorang bayi. Meskipun
biasanya terdapat hasrat menjadi ibu yang baik, remaja belia
(bapak dan ibu) memiliki pengalaman hidup, kehidupan diri untuk
berkembang dan tumubuh yang terbatas, serta kemampuan yang

23
kecil untuk menutupi masalah dan abstraksi. Jumlah dan jenis
dukungan yang tersedia bagi remaja dapat mempengaruhi
penyelesaian tugas-tugas ini secara signifikan.
C. Pengaruh Budaya
Angka rata-rata kehamilan untuk remaja minoritas miskin dan
berpenghasilan rendah adalah tinggi. Kemiskinan dan rasisme memiliki
dampak yang berbahaya bagi keluarga dan masyarakat. Remaja minoritas
menjadi aktif secara seksual pada usia dini dan memiliki akses yang
kurang terhadap informasi tentang KB dibandingkan remaja kulit putih.
Kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat, pengasuhan dan
supervisi remaja (seperti yang ada pada keluarga tunggal), pasangan yang
punya kesempatan kecil untuk menyelesaikan tujuan pendidikan dan
social, semua ini menempatkan individu-individu tersebut beresiko tinggi
hamil. Remaja memiliki perbedaan kultural dalam pengetahuan
seksualitasnya (Scott, 1988) dan mereka yakin dengan kehamilan dan
pencegahannya (Horn, 1983) didasarkan pada budayanya. Misalnya
orang Amerika asli percaya bahwa IUD tidak diinginkan karena IUD
dapat menandai bayi jika kehamilan terjadi. Remaja negro menganggap
pil KB, juga IUD tidak dapat diterima, sedangakan keyakinan dan
kesukaan remaja kulit putih beragam sesuai dengan ajaran
agamanya.wanita Meksiko dan Amerika Selatan lebih menyukai
menggunakan metode KB efektif dibandingkan wanita Puorto Rico,
Kuba, dan orang turunan Spanyol lainnya (Durant, 1990).
Perawat harus memperhatikan perbedaan dalam keyakinan budaya
jika melakukan komunikasi terbuka. Ketika keyakinan ini dinilai dan
dimasukkan ka dalam suatu rencana perawatan, program yang lebih
efektif bagi pencegahan kehamilan bisa menghasilkan dan menyediakan
perawatan yang lebih tepat.

24
D. Reaksi Keluarga Terhadap Kehamilan Remaja
Salah satu masalah yang paling sulit bagi remaja hamil adalah
menjelaskan kepada orang tuanya bahwa dia sedang hamil. Remaja
mungkin tidak mengatakan tentang kehamilannya sampai hal ini menjadi
jelas. Ibunya biasanya adalah orang yang pertama kali mengetahui dan
mungkin menyembunyikan dari ayahnya tentang kehamilan anaknya.
Reaksi yang muncul dari calon kakek nenek tersebut biasanya
kaget, marah, malu, merasa bersalah dan sedih. Perawat harus menilai
ketidakharmonisan tersebut yang mucul dalam keluarga dan membantu
anggota keluarga dalam menghadapi kehamilan tersebut (atau pilihan
lain). Stereotip keluarga miskin yang menerima kehamilan anaknya dan
bayi yang baru tanpa ragu-ragu tidak terbukti. Ibu-ibu dari remaja negro
yang hamil seringkali marah dan kecewa karena mereka menginginkan
putrinya memiliki kehidupan yang lebih baik daripada yang telah mereka
alami.

E. Ayah yang Berusia Remaja (Ayah Belia)


Para ayah belia kebanyakan lebih sering seperti anak-anak daripada
seperti orang tua, seperti remaja sebayanya yang tidak menjadi ayah.
Akibatnya mereka mungkin tidak melihat kehamilan sebagai gangguan
bagi kehidupan remajanya. Pada masyarakat berpenghasilan rendah
kapasitas remaja yang bisa menghidupi keluarga dipandang sebagai suatu
kebanggaan dan dinilai sebagai tanda kedewasaan (Esman, 1990).
Ayah belia lebih kemungkinan menjadi lebih miskin dan kurang
terdidik daripada remaja pria yang tidak menjadi ayah pada usia dini.
Berlawanan dengan keyakinan umum bahwa kehamilan pasangan remaja
memiliki hubungan sementara, tapi banyak dari hubungan tersebut
cenderung langgeng. Menurut Elster dkk (1989) kurang dari 9% diketahui
pasangan baru saling mengenal kurang dari 6 bulan sebelum mengikat
janji, sedangakan yang sudah mengenal selama 2 tahun atau lebih
sebanyak 50%. Umumnya ayah belia mencoba menyediakan kebutuhan

25
bagi pasangannya (seperti uang, hadiah, transportasi) (Sander, Rosen,
1989). Mereka juga ingin terlibat dalam proses pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan pilihan ibu dalam mempertimbangkan kehamilan
(Robinson, 1988). Namun keluarga pasangan remaja tersebut sering kali
melarang ayah belia tadi ikut dalam proses pembuatan keputusan karena
mereka marah dengan kehamilan tersebut atau mereka yakin kalau si ayah
belia tidak mampu mengambil keputusan. Namun seringkali ayah belia
tadi merasa bahwa pasangannya tidak begitu membutuhkannya oleh
karena itu mereka tidak yakin pasangannya mengabaikannya.
Selama ini, hubungan berkurang secara signifikan bagi pasangan
yang tidak menikah dan kalaupun menikah kepuasan cenderung rendah.
Hal ini terbukti bagi pasangan remaja bermacam etnis. Perawat harus
menilai hubungan pasangan tersebut dalam perencanaan perawatan bagi
remaja hamil (dan ayah belia tadi).

F. Masalah Hukum yang Berkaitan dengan Kehamilan Remaja


 Orang Belum Dewasa yang Bebas
Orang yang belum dewasa tapi sudah menikah, menjadi tentara
atau hidup jauh dari rumah dan mandiri bisa dianggap bebas secara
hukum dari orang tuanya. Orang yang belum dewasa tadi dianggap
cukup matang mengurus dirinya sendiri dalam perawatan kesehatannya
dan orang tuanya tidak akan punya kewajiban secara hukum untuk
membayar rekening pelayanan kesehatan.
 Kerahasiaan Diri
Undang-undang melindungi hak pribadi remaja. Informasi
pelayanan kesehatan mengenai klien remaja dilindungi kerhasiaannya.
Namun orang tua yang setuju dan membayar perawatan kesehatan
anaknya berhak diberi tahu tentang perawatan tersebut. Mereka juga
berhak menerima dan meminta data medisnya. Perawat yang merawat
remaja harus mengenal hukum federal dan undang-undang Negara
bagian.

26
 Kontrasepsi dan Aborsi
Kebanyakan di Negara bagian, penyediaan alat kontrasepsi
kepada orang yang belum dewasa diperbolehkan. Peranan perawat
sangat menetukan bagi orang yang belum dewasa memahami resiko
yang berhubungan dengan kontrasepsi, sekaligus kesempatan
kehamilan yang dikaitkan dengan kontrasepsi yang direomendasikan.
Hukum yang berkenaan dengan satu persetujuan bagi orang
yang belum dewasa untuk aborsi adalah komplek dan beragam di tiap
Negara bagian. Beberapa undang-undang Negara bagian memerlukan
izin dari orang tua sedangkan Negara bagian yang lain perlu
memberitahu orang tua sebelum orang yang belum dewasa yang tidak
bebas melakukan aborsi. Hukum mengenai sterilisasi juga beragam
diantara Negara bagian. Beberapa Negara bagian melarang sterilisasi
dipilih bagi individu yang berumur dibawah 18 tahun. Biasanya
permintaan dan izin harus secara tertulis. Hukum federal mengizinkan
pemerintah federal untuk melarang tindakan sterilisasi bagi individu
yang melarang tindakan sterilisasi bagi individu yang berumur
dibawah 21 tahun (Hukum Federal no. 42, 1989). Merupakan tanggung
jawab setiap perawat untuk peduli terhadap hukum-hukum tersebut dan
merujuk klien-klien kepada penasehat hukum, bila perlu menjamin
hak-hak klien dilindungi.
 Mempertahankan Pemeliharaan Anak
Bayi yang dilahirkan dari ibu remaja yang tidak menikah
dikategorikan sebagai anak haram. Anak haram memiliki hak hukum
dan social yang sama dari kedua orang tuanya seperti anak-anak yang
dilahirkan dari pernikahan. Ibunya dapat menyetujui atau menolak
perawatan kesehatan bagi bayinya.
 Adopsi
Hukum Negara bagian mengatur prosedur adopsi. Pilihan
adopsi yang tersedia bagi ibu tersebut meliputi : agensi atau adopsi
pribadi, dan perjanjian seperti adopsi tertutup (tidak ada kesempatan

27
memperoleh informasi diantara peserta dan tidak ada kemungkinan
bertemu dikemudian hari) dengan adopsi terbuka (dimana ibu yang
melahirkan boleh mengunjungi anaknya dan keluarga pengadopsi
secara teratur), atau sekaligus gabungan dari kedua usulan tersebut.
Perawat harus menilai pemahaman ibu terhadap usulan adopsinya.

2.3 PERANAN ORANG TUA PADA REMAJA


A. Definisi Peran
Peran sebagai suatu tugas yang harus dilaksanakan oleh seseorang
yang berkaitan dengan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya di
suatu lingkungan tempat tinggal atau masyarakat tertentu (Andira, 2010:
1).
Peran orang tua sebagai titik awal proses identifikasi diri bagi
remaja yang dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan jiwa
remaja (Aryani, 2010 : 1).

B. Peranan Orang Tua


Orang tua adalah ayah kandung dan ibu kandung dari anak yang
membentuk keluarga inti (Nuclear family ) ( Rumbiak, 2007: 57). Secara
biologis orang tua dan ibu melahirkan anak-anak dan membesarkan,
sedangkan secara sosial ekonomi orang tua langsung bertanggung jawab
untuk memelihara, membesarkan dan memenuhi berbagai kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan psikologis anak-anak mereka harus dilindungi
agar mereka aman dan sejahtera.
Tanggung jawab orang tua pada anak adalah memelihara
(membesarkan dan mendewasakan) anak-anak sejak lahir, masa kanak-
kanak sampai masa remaja, atau selama mereka masih bergantung pada
orang tua, sampai saat mereka mulai mandiri bila seorang anak sudah
bekerja dan sudah berkeluarga maka berarti secara absolut sudah mandiri
dan dapat terlepas dari tanggung jawab orang tua.
Menurut Gunarsa (2007: 57) peranan orang tua dalam keluarga adalah:

28
1) Pemberian pendidikan (informasi)
Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan
membentuk mental si anak terletak pada peranan orang tuanya,
sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi
pekerti orang tuanya.
Sesungguhnya sejak lahir anak dalam keadaan suci dan telah
membawa fitrah beragama, maka orang tuanyalah yang merupakan
sumber untuk mengembang fitrah beragama bagi kehidupan anak
dimasa depan. Sebab cara pergaulan, aqidah dan tabiat adalah
warisan orang tua yang kuat untuk menentukan subur tidaknya
arah pendidikan terhadap anak.
Orang tua diharapkan dapat menjadi media komunikasi untuk
memberikan informasi dan pelatihan moral bagi pemahaman dan
pengembangan seksual remaja.Pendidikan seksualitas informal
dalam keluarga biasanya terjalin dalam bentuk komunikasi yang
hangat antara anak dan anggota keluarga lainnya (Purwandari,
2002: 56).
Orang tua (khususnya ibu) adalah tokoh yang mendidik anak-
anaknya, yang memelihara perkembangan anak-anaknya dan juga
mempengaruhi aktivitas-aktivitas anak diluar rumahnya. Ibu
merupakan tokoh yang dapat melakukan apa saja untuk anaknya,
yang dapat mengurus serta memenuhi kebutuhan fisiknya dengan
penuh pengertian.
Ibu merupakan sumber informasi yang paling penting tentang
masalah haid. Ibu dapat memberikan keterangan spesifik yang
sederhana, misalnya seberapa sering haid terjadi, berapa lama
berlangsungnya atau seberapa banyak darah yang keluar dan
bagaimana cara menggunakan pembalut (Syarief, 2003 : 35)
Orang tua mempunyai peranan yang besar dalam memberikan
informasi tentang perkembangan pada remaja, oleh karena itu,
orang tua terutama ibu diharapkan dapat memberikan dukungan

29
emosi sehingga remaja merasa nyaman dan tidak takut untuk
mengalami perkembangan terutama pada remaja putri yaitu
mengalami menstruasi pertama (menarche). Pengetahuan yang
dapat diberikan kepada remaja tentang menstruasi pertama berupa
pengetahuan tentang proses terjadinya menstruasi secara biologis,
dukungan emosional, dan dukungan psikologis (Aboyeji, 2005:
63).
Peran orang tua sangat diperlukan untuk memberikan
informasi kepada anak perempuannya tentang menstruasi, sehingga
anak bisa melewati masa menarchea pada usia dini dan terjaga
kesehatan reproduksinya. Selain itu orang tua merupakan orang
terdekat bagi anak untuk melakukan komunikasi dan orang tua
juga merupakan pendidik utama, pendidik yang pertama dan yang
terakhir bagi anaknya. Agar anak tidak mendapatkan informasi
yang keliru mengenai kesehatan reproduksi maka peran orang tua
sangat diharapkan (Masysaroh, 2004: 67).
2) Kasih sayang
Orang tua yang memberi kasih sayang dan kebebasan
bertindak sesuai dengan umur para remaja dapat diharapkan akan
mengalami perkembangan yang optimal.
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan.Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu
adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu
dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak
juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan
cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan
anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia mi dan menjawab
secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka
pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dan orang
tuanya.

30
Orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai
penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi
anak dan pemikirannya dikemudian ban terpengaruh oleh sikapnya
terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu.Jadi,
orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan
amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak.Sejak seorang anak
lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia
meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta
kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik
dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula
dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama untuk
dipercayainya.
3) Dukungan
Orang tua yang tidak mendukung anak dalam
memperkembangkan keinginan bertindak sendiri, atau mungkin
sama sekali menentang keinginan anak untuk bertindak sendiri,
maka perkembangan perubahan-perubahan peranan sosial tidak
dapat diharapkan mencapai hasil yang  baik.
Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian
dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan
balik dan penegasan dari anggota keluarga.Keluarga merupakan
tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan
emosi.
Remaja membutuhkan dukungan yang berbeda dari masa
sebelumnya, karena pada saat ini remaja sedang mencari dalam
mengeksplorasi diri sehingga dengan sendirinya keterikatan
dengan orang tua berkurang. Pengertian dan dukungan orang tua,
sangat bermanfaat bagi perkembangan remaja (Soetjiningsih,
2004 : 62).

31
4) Bimbingan dan bantuan
Orang tua membimbing anaknya karena kewajaran karena
kodratnya dan selain itu karena cinta.Tujuan orang tua
membimbing anaknya itu menjadi anak yang shaleh. Anak yang
shaleh dan berprestasi dalam belajar dapat mengangkat nama baik
orang tuanya yang telah membimbing anaknya dengan penuh kasih
sayang.
Bimbingan orang tua merupakan faktor penguat yang
memberikan peran untuk mempertahankan perilaku. Faktor
penguat yang mencakup peran sosial, peran teman orang tua, serta
saran dan umpan balik dari tenaga kesehatan mengenai proses
terjadinya perkembangan pada diri remaja. Penguatan mungkin
juga berasal dari individu maupun kelompok atau institusi di
lingkungan atau masyarakat (Puspitaningrum, 2010: 67).
Orang tua merupakan tokoh yang dapat ditiru sang anak.
Mereka adalah tokoh yang menaruh perhatian bila anak dalam
kesulitan atau nestapa.

C. Cara-Cara yang Dilakukan Oleh Orang Tua Pada Remaja


Promosi kesehatan reproduksi pada remaja sering dikonotasikan
sebagai pendidikan seks dimana sebagaian besar masyarakat Indonesia
masih mentabukan hal ini. Sementara itu, masa remaja adalah fase
pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun.
Dalam rentang waktu ini terjadi perubahan fisik yang cepat, termasuk
pertumbuhan serta kematangan fungsi organ reprodukai. Seiring dengan
pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan jiwa. Remaja
menjdai individu yang sensitif, mudah menangis, mudah cemas, frustasi,
tetapi juga mudah tertawa. Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai
individu agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai
mampu berfikir abstrak, senang mengkritik, dan ingin mengetahui hal baru
(Al-Mighwar, 2010: hal 45).

32
Cara-cara yang perlu diajarkan kepada orang tua/keluarga dalam
rangka memfasilitasi perkembangan remaja adalah sebagai berikut  (Al-
Mighwar, 2010; hal 73);
1) Jelaskan tentang ciri-ciri perkembangan remaja yang normal dan
menyimpang
2) Jelaskan cara yang dapat dilaksanakan orang tua/keluarga untuk
memfasilitasi perkembangan remaja yang normal dengan cara:
 Fasilitasi remaja berinteraksi dalam kelompok sebaya
 Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang
membuat remaja nyaman mencurahkan perasaa, perhatian dan
kekhawatirannyA.
 Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai
kegiatan positif
 Berperan sebagi teman berbagi cerita bagi remaja.
 Berperan sebagai contoh peran (role model) bagi remaja dalam
melakukan interaksi sosial yang baik.
 Berikan lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan
aktivitas bersama kelompoknya.
 Membimbing remaja dalam menentukan rencana masa
depannya. Perilaku remaja sangat rentan terhadap penngaruh
lingkungan. Di satu pihak, remaja mempunyai keinginan kuat
untuk mengadakan interaksi sosial dalm upaya memdapatkan
kepercayaan dari lingkungan, sedangkan di lain pihak ia mulai
memikirkan kehidupan secara mandiri serta terlepas dari
pengawasan orang tua dan sekolah. Keluarga merupakan
lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Usai
4-5 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri
menurut jenis kelamin, sehingga peran ibu dan ayah atau orang
tua pengganti (nenek, kakek, dan orang dewasa lain) sangat
besar. Apabila proses identifikasi ini tidak berjalan dengan

33
lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah (Al-
Mighwar,2010:74).

34
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

35
DAFTAR PUSTAKA

36
37

Anda mungkin juga menyukai