PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa antara anak-anak dan orang dewasa. Kata
remaja (adolescence) berasal dari perkataan latin yaitu adolescere yang
bermakna sedang tumbuh menuju kematangan (to grow into maturity).
Tidak diketahui pasti kapan perkataan ini mulai digunakan (Zastrow &
Kirst-Ashman, 2012). Remaja (adolescence) tidak sama dengan pubertas
(puberty). Sebagaimana aspek perkembangan psikososial yang lain,
seksualitas bukanlah isu yang baru. Sejak kanak-kanak, rasa ingin tahu
terhadap organ seksual dan dorongan untuk memperoleh kepuasan sudah
ada sebagaimana ditunjukkan oleh hasil penelitian Alfred Kinsey.
Terlebih lagi, aktivitas seksual dan perkembangan seksual berterlanjut
setelah remaja.
Remaja sedang dalam proses ‘individuation’. Individuasi dapat
diartikan sebagai ‘proses intrapsikik’ dimana seseorang dapat melihat
dirinya sendiri sebagai entity yang terpisah dan berjarak dalam hubungan
dengan orang lain (Anderson & Sabatelli, 1990). Teori ‘object-relations’
mengemukakan bahwa individuasi, sejak kanak-kanak awal dan sehingga
remaja adalah berdasarkan kepada pengalaman perapatan (attachment)
seorang individu sejak kanak-kanak (Kernberg, 1984). Pencapaian tahap
pelepasan yang adequate dari keluarga meningkatkan pencarian
identitasnya dan memberikan individu peluang untuk mengembangkan
ketrampilan interpersonal dan menjadikannya komited terhadap peranan
dan tanggungjawab orang dewasa (Allison & Sabatelli, 1988; Anderson &
Sabatelli, 1990). Bagaimanapun, ‘diri’ (self) diterima sebagai sesuatu
yang tak terpisahkan dalam konteks relasi dengan orang lain (Josselson,
1988).
Sejak kebelakangan ini, para peneliti telah menambah hipotesis
bahwa remaja yang terlibat dengan perilaku seksual adalah disebabkan
1
oleh perpecahan dalam proses individuasi (Santrock, 2002; Steinberg,
1993). Sebagai contoh, kehamilan di luar nikah lebih mudah terjadi
manakala orang tua dan remaja tidak mempunyai negosiasi yang
seimbang yang menyebabkan adanya perasaan terpisah dan keterikatan
satu sama lain dalam keluarga. Kehamilan remaja merupakan
manifestasi dari derajat ketidakberfungsian keluarga. Oleh itu kebebasan
seks yang dilakukan remaja bertujuan untuk membuat mereka berilusi
tentang kebebasan. Ini merupakan ‘paradoxial resolution’ untuk
mengatasi dilema dalam keluarga mereka.
Individu yang telah memiliki individuasi yang memadai telah
terinternalisasi tergantung kepada pilihan dan kehidupan mereka sendiri.
Dengan kata lain, proses individuasi remaja sejalan dengan perubahan
dalam cara pandang orang tua remaja. Dengan introjection orang tua
memungkinkan mereka mencapai tahap ketidaktergantungan dan de-
idealization (Steinberg, 1993) yang menjadikan remaja semakin matang,
mandiri dan memiliki identitas diri yang jelas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Remaja, Seksualitas, dan perilaku seksual pada
remaja ?
2. Apa saja dimensi seksualitas ?
3. Bagaimana perkembangan seks pada remaja ?
4. Bagaimana aspek psikososial dari kematangan seksualitas ?
5. Bagaimana sikap dan perilaku seksual ?
6. Apakah dampak dari perilaku seks pada remaja ?
7. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan seksualitas remaja ?
8. Bagaimana kehamilan pada remaja ?
9. Apa saja tugas perkembangan dalam kehamilan ?
10. Bagaimana pengaruh budaya ?
11. Bagaimana reaksi keluarga terhadap kehamilan remaja ?
12. Bagaimana ayah yang masih usia remaja atau belia ?
13. Apa saja masalah hukum yang berkaitan dengan kehamilan remaja ?
2
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari Remaja, Seksualitas, dan perilaku seksual
pada remaja.
2. Menyebutkan dan mejelaskan dimensi seksualitas.
3. Menjelaskan perkembangan seks pada remaja
4. Menjelaskan aspek psikososial dari kematangan seksualitas.
5. Menjelaskan sikap dan perilaku seksual.
6. Menyebutkan dan menjelaskan dampak dari perilaku seks pada remaja.
7. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan
dengan seksualitas remaja.
8. Menjelaskan kehamilan pada remaja.
9. Menyebutkan dan menjelaskan tugas perkembangan dalam kehamilan.
10. Menjelaskan pengaruh budaya.
11. Menjelaskan reaksi keluarga terhadap kehamilan remaja.
12. Menjelaskan ayah yang masih usia remaja atau belia.
13. Menyebutkan dan menjelaskan masalah hukum yang berkaitan dengan
kehamilan remaja.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 SEKSUALITAS PADA REMAJA
A. Definisi Remaja, Seksualitas, dan Perilaku Seksual Remaja
Remaja
Remaja adalah suatu masa yang dimulai dengan pubertas,
proses yang mengarah kepada kematangan seksual atau fertilitas
atau kemampuan bereproduksi, yang dimulai pada usia 11 atau 12
tahun sampai akhir masa remaja akhir atau usia dua puluhan, dan
masa tersebut membawa perubahan dalam semua ranah
perkembangan (Papalia, 2008).
Seksualitas
Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas
diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari
jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman,
pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan
dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan
bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada
lawan jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan,
ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui perilaku yang
lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan
perbendaharaan kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid, 1994;
Perry & Potter, 2005).
Perilaku Seksual Remaja
Perilaku seks pada remaja, adalah segala bentuk perilaku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
sejenis. Bentuk-bentuk seksual bermacam-macam, mulai dari
tertarik sampai pada tingkah laku berfantasi, berkencan, bercumbu
dan bersenggama (Basri, 2000).
4
B. Dimensi Seksualitas
a. Dimensi Sosiokultural
5
hubungan seks yang hanya dalam perkawinan sampai sikap yang
memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi
dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas kode etik individu
dapat mengakibatkan konflik internal.
c. Dimensi Psikologis
6
C. Perkembangan Seks Pada Remaja
Pada proses kematangan seks, sama halnya seperti aspek
perkembanagn lainnya akan terlihat juga adanya perbedaan-perbedaan
individu dalam hal saat permulaan mulainya perubahan dan lamanya
proses. Walaupun ada pengaruh-pengaruh individu itu, akan tetapi
prosesnya sama saja seperti perkembangan fisik dan tinggi badan, dimana
pada remaja putri akan dimulai rata-rata 2 tahun lebih dahulu daripada
teman remaja prianya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
remaja itu, sebenarnya merupakan akibat dari berfungsinya kelenjar-
kelenjar seks dalam dalam tubuh yang disertai dengan kematangan alat-
alat seks atau yang lazim dikenal dengan sebutan organ reproduksi.
Remaja pria seperti remaja putri juga tidak akan mencapai kematangan
seks secara bersamaan. Menurut Gunarsa (2007), Surtiretna (2001), Perry
& Potter (2005) dan Kozier (2004) perkembangan seks pada remaja adalah
sebagai berikut:
a. Remaja putri
Pada anak perempuan sekitar umur 9 sampai 11 tahun
sudah mulai timbul tanda-tanda pertama kematangan seks yakni
pembesaran payudara dan pinggul. Sesudah itu baru mulai
pertumbuhan rambut di daerah kemaluan bagian luar dan ketiak.
Suaranya berubah merdu, kulit bertambah bagus dan halus.
Kadar estrogen yang meningkat mempengaruhi genital. Uterus
mulai membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal.
Menarche atau kedatangan haid untuk pertama kalinya, pada
umumnya akan timbul setelah memuncaknya percepatan
pertumbuhan. Umur tercapainya menarche tidak sama bagi
semua remaja putri. Menarche dapat terjadi pada usia 8 tahun
dan tidak sampai usia 16 tahun atau lebih. Dengan timbulnya
haid pertama belum berarti bahwa perlengkapan alat
berkembangbiak sudah sempurna.
7
b. Remaja putra
Proses kematangan seks pada remaja putra mulai antara 11
dan 15 tahun, dengan umur rata-rata 13 dan 14 tahun. Proses
ini dimulai dengan pertumbuhan buah pelir dan zakar.
Tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin luar lebih lambat.
Percepatan pertumbuhan buah pelir terjadi kira-kira bersamaan
dengan percepatan penambahan tinggi badan. Baru setahun
kemudian mulai penambahan panjang alat kelamin bagian luar
atau penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis yang
dipengaruhi oleh peningkatan kadar testosterone dalam tubuh.
Remaja putra mulai mempunyai kumis dan jenggot, bulu-bulu
mulai tumbuh di ketiak dan daerah kelamin. Dengan
membesarnya tulang di leher bagian depan (jakun), suara
mereka berubah menjadi pecah dan parau, karena tali-tali suara
di kerongkongan mereka sedang mengalami penyesuaian
menjadi suara orang dewasa, demikian juga bidang bahunya
menjadi lebih besar ketimbang pinggangnya. Di samping
perubahan suara ada pula remaja pria yang mengalami
penumbuhan atau penebalan rambut di dada.
D. Aspek Psikososial dari Kematangan Seksual
8
Kematangan seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat
mempengaruhi kehidupan psikososialnya, yaitu status mereka di dalam
kelompok sebayanya (Rice, 2011; Rice, 2012). Anak perempuan yang
lebih dahulu mengalami kematangan seksual akan merasa bahwa dirinya
terlalu besar bila berada dikelompok teman sekelasnya, sementara teman-
teman perempuan lainnya masih dapat merasakan kebersamaan dengan
kelompok baik laki-laki ataupun perempuan, karena umumnya laki-laki
lebih lambat mengalami kematangan seksual. Bagi anak laki-laki yang
mengalami keterlambatan dalam kematangan seksualnya, bentuk
tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan teman sekelasnya dan hal ini
sangat tidak menguntungkan baginya, terutama dalam olah raga.
9
kulitnya, yaitu tumbuhnya jerawat maupun adanya bintik-bintik hitam.
10
adalah, pada banyak kasus, dipengaruhi oleh norma-norma budaya dan
adat istiadat, orientasi seksual mereka, dan isu-isu kontrol sosial, seperti
hukum umur dewasa.
Pada manusia, hasrat seksual dewasa biasanya mulai muncul dengan
masa pubertas. Ekspresi seksual dapat mengambil bentuk masturbasi atau
seks dengan pasangan. Minat seksual di kalangan remaja, seperti orang
dewasa, dapat sangat bervariasi. Aktivitas seksual secara umum dikaitkan
dengan sejumlah risiko, termasuk penyakit menular seksual (termasuk
HIV/AIDS) dan kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini dianggap sangat
benar untuk remaja muda, karena otak remaja tidak memiliki saraf yang
matang (daerah beberapa otak lobes frontal cortex dan di hypothalamus)
penting untuk kontrol diri, penundaan kepuasan, dan analisis resiko dan
penghargaan yang tidak sepenuhnya matang sampai usia 25-30). Karena
sebagian hal ini, kebanyakan remaja dianggap secara emosional kurang
matang dan tidak mandiri secara finansial.
Perkembangan fisik, kognitif, sosio- emosional remaja pastinya
berkaitan dengan sikap da perilaku seksual remaja. Rasa ingin tahu dan
fantasi seksual menyebabkan remaja ingin mempraktekan apa yang orang
dewasa lakukan. Belum lagi tingkah bermasalah, toleransi terhadap
devian, alienasi, konflik keluarga merupakan masalah umum yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku seksual (Jessor & Jessor, 1977).
Teman sebaya (peer group) juga memainkan peranan yang sangat kuat
terhadap sikap dan perilaku seksual remaja. Zastrow dan Kirt-Ashman
(2012) berpendapat bahwa secara psikologis pada fase remaja ada dua
aspek penting yang dipersiapkan, antara lain:
a. Orientasi seksual
11
heteroseksualitas. Namun, tidak dipungkiri ada remaja yang
memilih orientasi seksualitas homoseksualitas. Orientasi ini
dipengaruhi oleh penghayatan terhadap jenis kelamin. Faktor
individu (fisik atau psikologis), keluarga dan lingkungan ikut
mendorong dan berperan dalam menguatkan identitas ini.
b. Peran seks.
Sikap terhadap seks dan juga seks pra nikah diyakini oleh para ahli
mengalami perubahan dari waktu ke waktu (Taufik dan Nisa Rachmah,
2009). Saat ini diyakini sikap terhadap seks dan juga seks pra nikah lebih
liberal jika dibandingkan dengan dekade sebelumnya. Remaja kini lebih
toleran dengan hubungan seks pra nikah, dan ketika menjadi orang
dewasa mereka juga lebih permisif terhadap seks pra nikah (Steinberg,
1993). Perubahan sikap remaja ini diduga juga terjadi pada masyarakat
pada umumnya. Masyarakat cenderung permisif dengan hubungan seks
pra nikah. Kontrol sosial dan kepedulian masyarakat terhadap perilaku
seks remaja tidak seperti sebelumnya.
12
otoerotik kepada perilaku sosioseksual (sociosexual behavior). Perilaku
sosioseksual remaja ini telah melibatkan orang lain yang umumnya
adalah teman-teman sebaya mereka. Remaja lebih intim dengan lawan
jenisnya bahkan dengan sesama jenisnya (homosexsuality). Perilaku
necking dan petting merupakan aktivitas umum disamping kontak genital
atau intercourse. Remaja juga lebih sering melakukan oral seks karena
dirasa lebih aman dan menghindari kehamilan di luar nikah (Zastrow &
Kirst-Ashman, 2012).
1) Dampak Fisik
13
terdiri atas sel-sel epithelial kolumnar yang jauh lebih rentan
tertular PMS.
14
digunakan dalam aktivitas seksual. Lebih jauh lagi, setiap
kontak dengan cairan tubuh orang lain sekitar kepala atau
suatu lesi terbuka pada kulit, anus, atau genitalia dapat
menularkan PMS.
15
untuk melampiaskan nafsu seksualnya, bila tidak mendapat
teman untuk sex bebas, ia akan pergi ke tempat pelacuran
(prostitusi) dan menjadi pemerkosa. Lebih ironis lagi bila ia tak
menemukan orang dewasa sebagai korbannya, ia tak segan-
segan memerkosa anak-anak dibawah umur bahkan nenek yang
sudah uzur.
2) Nilai Agama
16
beberapa agama melihat bentuk ekspresi seksual hubungan laki-
laki dan perempuan sebagai keperawanan yang alami dan tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Banyak nilai-
nilai agama bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di
masyarakat yang telah berkembang selama beberapa dekade
terakhir, seperti penerimaan seks pra nikah, ibu tidak menikah,
homoseksualitas, dan aborsi. Konflik-konflik ini menyebabkan
kecemasan dan penyimpangan seksual yang terjadi pada
beberapa remaja
3) Etika
17
teman bermain adalah pada masa remaja.
Remaja biasanya berpikir sosial, suka berteman, suka
bergaul, dan suka berkelompok. Pergaulan merupakan cara
untuk mengenal atau mencari teman baru, informasi, dan
menambah wawasan. Dengan demikian kelompok teman sebaya
memiliki pengaruh yang kuat pada evaluasi diri dan perilaku
remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja
berusaha menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal
seperti model pakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata
bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan tuntutan
diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman
sebayanya. Rasa memilki merupakan hal yang paling penting.
Oleh karena itu remaja akan berperilaku dengan cara
memperkuat keberadaan mereka di dalam kelompok. Remaja
sangat rentan terhadap persetujuan, penerimaan, dan tuntutan
sosial. Diabaikan dan dikritik oleh teman sebaya menimbulkan
perasaan inferioritas, tidak adekuat dan tidak kompeten.
Lingkungan pergaulan yang telah dimasuki seorang remaja
dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum
mengetahui tentang seksualitas atau yang belum melakukan
hubungan seks. Bagi remaja tersebut, tekanan dari teman-
temannya itu lebih kuat daripada tekanan yang didapat dari
pacarnya sendiri. Keinginan untuk dapat diterima oleh
lingkungan pergaulannya begitu besar, sehingga dapat
mengalahkan semua nilai yang didapat, baik dari orang tua
maupun dari sekolahnya. Pada umumnya, remaja tersebut
melakukannya hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya
sama dengan teman- temannya, sehingga dapat diterima menjadi
bagian dari kelompoknya seperti yang dinginkannya.
5) Tekanan pacar
Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan
18
mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Pacar diartikan
sebagai orang yang spesial dalam hati selain orangtua, keluarga,
dan sahabat. Makna pacaran seringkali disalahgunakan sebagai
ajang pelampiasan nafsu, ajang pertunjukan gengsi, dan ajang
meraup keuntungan pribadi. Pacaran merupakan salah satu
upaya untuk saling mengenal satu sama lain, saling mengerti
dan dimengerti, saling cinta dan saling setia (KBBI, 2002).
Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai,
seorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya,
seperti mengajak bercumbu saat berkencan sampai ingin
melakukan hubungan seks pra nikah, tanpa memikirkan risiko
yang nanti dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja
nafsu mereka, melainkan juga karena sikap memberontak
terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu
bentuk hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri sebagai
layaknya manusia dewasa. Jika di dalam lingkungan keluarga
tidak dapat membicarakan masalah yang dihadapinya, remaja
tersebut akan mencari solusinya di luar rumah. Adanya
perhatian yang cukup dari orang tuanya dan anggota keluarga
terdekatnya memudahkan remaja tersebut memasuki masa
pubertas.
6) Rasa penasaran
19
perkembangan seksual. Adanya perkembangan seksual tersebut
meningkatkan keingintahuan remaja tentang seks. Apalagi jika
teman- temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat,
ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas
masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong
mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam
percobaan sesuai dengan yang diharapkannya (Dianawati,
2003).
20
Perkembangan media informasi juga memudahkan remaja untuk
mengakses materi pornografi.
Dorongan seksual pada remaja semakin meningkat jika
faktor dari luar ikut pula menunjang. Seperti diketahui, VCD-
VCD atau bacaan- bacaan porno kini telah dijual bebas dan
seorang akan dengan sangat mudah mendapatkannya. Selain itu,
maraknya warung-warung internet semakin memudahkan untuk
mengakses gambar-gambar porno. Hal- hal inilah yang semakin
memicu timbulnya ke dalam hubungan seksual.
21
yang meliputi televisi, radio, handpone, internet, vcd, film dan
media cetak seperti koran, majalah, buku cerita, komik, serta
dari orang lain pun juga bisa menjadi media informasi misalnya
dari teman, keluarga, guru, dan pacar.
22
Remaja yang beresiko paling tinggi untuk hamil adalah mereka yang
berumur dibawah 16 tahun (McAnarney, Hendee, 1989).
23
kecil untuk menutupi masalah dan abstraksi. Jumlah dan jenis
dukungan yang tersedia bagi remaja dapat mempengaruhi
penyelesaian tugas-tugas ini secara signifikan.
C. Pengaruh Budaya
Angka rata-rata kehamilan untuk remaja minoritas miskin dan
berpenghasilan rendah adalah tinggi. Kemiskinan dan rasisme memiliki
dampak yang berbahaya bagi keluarga dan masyarakat. Remaja minoritas
menjadi aktif secara seksual pada usia dini dan memiliki akses yang
kurang terhadap informasi tentang KB dibandingkan remaja kulit putih.
Kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat, pengasuhan dan
supervisi remaja (seperti yang ada pada keluarga tunggal), pasangan yang
punya kesempatan kecil untuk menyelesaikan tujuan pendidikan dan
social, semua ini menempatkan individu-individu tersebut beresiko tinggi
hamil. Remaja memiliki perbedaan kultural dalam pengetahuan
seksualitasnya (Scott, 1988) dan mereka yakin dengan kehamilan dan
pencegahannya (Horn, 1983) didasarkan pada budayanya. Misalnya
orang Amerika asli percaya bahwa IUD tidak diinginkan karena IUD
dapat menandai bayi jika kehamilan terjadi. Remaja negro menganggap
pil KB, juga IUD tidak dapat diterima, sedangakan keyakinan dan
kesukaan remaja kulit putih beragam sesuai dengan ajaran
agamanya.wanita Meksiko dan Amerika Selatan lebih menyukai
menggunakan metode KB efektif dibandingkan wanita Puorto Rico,
Kuba, dan orang turunan Spanyol lainnya (Durant, 1990).
Perawat harus memperhatikan perbedaan dalam keyakinan budaya
jika melakukan komunikasi terbuka. Ketika keyakinan ini dinilai dan
dimasukkan ka dalam suatu rencana perawatan, program yang lebih
efektif bagi pencegahan kehamilan bisa menghasilkan dan menyediakan
perawatan yang lebih tepat.
24
D. Reaksi Keluarga Terhadap Kehamilan Remaja
Salah satu masalah yang paling sulit bagi remaja hamil adalah
menjelaskan kepada orang tuanya bahwa dia sedang hamil. Remaja
mungkin tidak mengatakan tentang kehamilannya sampai hal ini menjadi
jelas. Ibunya biasanya adalah orang yang pertama kali mengetahui dan
mungkin menyembunyikan dari ayahnya tentang kehamilan anaknya.
Reaksi yang muncul dari calon kakek nenek tersebut biasanya
kaget, marah, malu, merasa bersalah dan sedih. Perawat harus menilai
ketidakharmonisan tersebut yang mucul dalam keluarga dan membantu
anggota keluarga dalam menghadapi kehamilan tersebut (atau pilihan
lain). Stereotip keluarga miskin yang menerima kehamilan anaknya dan
bayi yang baru tanpa ragu-ragu tidak terbukti. Ibu-ibu dari remaja negro
yang hamil seringkali marah dan kecewa karena mereka menginginkan
putrinya memiliki kehidupan yang lebih baik daripada yang telah mereka
alami.
25
bagi pasangannya (seperti uang, hadiah, transportasi) (Sander, Rosen,
1989). Mereka juga ingin terlibat dalam proses pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan pilihan ibu dalam mempertimbangkan kehamilan
(Robinson, 1988). Namun keluarga pasangan remaja tersebut sering kali
melarang ayah belia tadi ikut dalam proses pembuatan keputusan karena
mereka marah dengan kehamilan tersebut atau mereka yakin kalau si ayah
belia tidak mampu mengambil keputusan. Namun seringkali ayah belia
tadi merasa bahwa pasangannya tidak begitu membutuhkannya oleh
karena itu mereka tidak yakin pasangannya mengabaikannya.
Selama ini, hubungan berkurang secara signifikan bagi pasangan
yang tidak menikah dan kalaupun menikah kepuasan cenderung rendah.
Hal ini terbukti bagi pasangan remaja bermacam etnis. Perawat harus
menilai hubungan pasangan tersebut dalam perencanaan perawatan bagi
remaja hamil (dan ayah belia tadi).
26
Kontrasepsi dan Aborsi
Kebanyakan di Negara bagian, penyediaan alat kontrasepsi
kepada orang yang belum dewasa diperbolehkan. Peranan perawat
sangat menetukan bagi orang yang belum dewasa memahami resiko
yang berhubungan dengan kontrasepsi, sekaligus kesempatan
kehamilan yang dikaitkan dengan kontrasepsi yang direomendasikan.
Hukum yang berkenaan dengan satu persetujuan bagi orang
yang belum dewasa untuk aborsi adalah komplek dan beragam di tiap
Negara bagian. Beberapa undang-undang Negara bagian memerlukan
izin dari orang tua sedangkan Negara bagian yang lain perlu
memberitahu orang tua sebelum orang yang belum dewasa yang tidak
bebas melakukan aborsi. Hukum mengenai sterilisasi juga beragam
diantara Negara bagian. Beberapa Negara bagian melarang sterilisasi
dipilih bagi individu yang berumur dibawah 18 tahun. Biasanya
permintaan dan izin harus secara tertulis. Hukum federal mengizinkan
pemerintah federal untuk melarang tindakan sterilisasi bagi individu
yang melarang tindakan sterilisasi bagi individu yang berumur
dibawah 21 tahun (Hukum Federal no. 42, 1989). Merupakan tanggung
jawab setiap perawat untuk peduli terhadap hukum-hukum tersebut dan
merujuk klien-klien kepada penasehat hukum, bila perlu menjamin
hak-hak klien dilindungi.
Mempertahankan Pemeliharaan Anak
Bayi yang dilahirkan dari ibu remaja yang tidak menikah
dikategorikan sebagai anak haram. Anak haram memiliki hak hukum
dan social yang sama dari kedua orang tuanya seperti anak-anak yang
dilahirkan dari pernikahan. Ibunya dapat menyetujui atau menolak
perawatan kesehatan bagi bayinya.
Adopsi
Hukum Negara bagian mengatur prosedur adopsi. Pilihan
adopsi yang tersedia bagi ibu tersebut meliputi : agensi atau adopsi
pribadi, dan perjanjian seperti adopsi tertutup (tidak ada kesempatan
27
memperoleh informasi diantara peserta dan tidak ada kemungkinan
bertemu dikemudian hari) dengan adopsi terbuka (dimana ibu yang
melahirkan boleh mengunjungi anaknya dan keluarga pengadopsi
secara teratur), atau sekaligus gabungan dari kedua usulan tersebut.
Perawat harus menilai pemahaman ibu terhadap usulan adopsinya.
28
1) Pemberian pendidikan (informasi)
Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan
membentuk mental si anak terletak pada peranan orang tuanya,
sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi
pekerti orang tuanya.
Sesungguhnya sejak lahir anak dalam keadaan suci dan telah
membawa fitrah beragama, maka orang tuanyalah yang merupakan
sumber untuk mengembang fitrah beragama bagi kehidupan anak
dimasa depan. Sebab cara pergaulan, aqidah dan tabiat adalah
warisan orang tua yang kuat untuk menentukan subur tidaknya
arah pendidikan terhadap anak.
Orang tua diharapkan dapat menjadi media komunikasi untuk
memberikan informasi dan pelatihan moral bagi pemahaman dan
pengembangan seksual remaja.Pendidikan seksualitas informal
dalam keluarga biasanya terjalin dalam bentuk komunikasi yang
hangat antara anak dan anggota keluarga lainnya (Purwandari,
2002: 56).
Orang tua (khususnya ibu) adalah tokoh yang mendidik anak-
anaknya, yang memelihara perkembangan anak-anaknya dan juga
mempengaruhi aktivitas-aktivitas anak diluar rumahnya. Ibu
merupakan tokoh yang dapat melakukan apa saja untuk anaknya,
yang dapat mengurus serta memenuhi kebutuhan fisiknya dengan
penuh pengertian.
Ibu merupakan sumber informasi yang paling penting tentang
masalah haid. Ibu dapat memberikan keterangan spesifik yang
sederhana, misalnya seberapa sering haid terjadi, berapa lama
berlangsungnya atau seberapa banyak darah yang keluar dan
bagaimana cara menggunakan pembalut (Syarief, 2003 : 35)
Orang tua mempunyai peranan yang besar dalam memberikan
informasi tentang perkembangan pada remaja, oleh karena itu,
orang tua terutama ibu diharapkan dapat memberikan dukungan
29
emosi sehingga remaja merasa nyaman dan tidak takut untuk
mengalami perkembangan terutama pada remaja putri yaitu
mengalami menstruasi pertama (menarche). Pengetahuan yang
dapat diberikan kepada remaja tentang menstruasi pertama berupa
pengetahuan tentang proses terjadinya menstruasi secara biologis,
dukungan emosional, dan dukungan psikologis (Aboyeji, 2005:
63).
Peran orang tua sangat diperlukan untuk memberikan
informasi kepada anak perempuannya tentang menstruasi, sehingga
anak bisa melewati masa menarchea pada usia dini dan terjaga
kesehatan reproduksinya. Selain itu orang tua merupakan orang
terdekat bagi anak untuk melakukan komunikasi dan orang tua
juga merupakan pendidik utama, pendidik yang pertama dan yang
terakhir bagi anaknya. Agar anak tidak mendapatkan informasi
yang keliru mengenai kesehatan reproduksi maka peran orang tua
sangat diharapkan (Masysaroh, 2004: 67).
2) Kasih sayang
Orang tua yang memberi kasih sayang dan kebebasan
bertindak sesuai dengan umur para remaja dapat diharapkan akan
mengalami perkembangan yang optimal.
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan.Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu
adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu
dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak
juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan
cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan
anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia mi dan menjawab
secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka
pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dan orang
tuanya.
30
Orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai
penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi
anak dan pemikirannya dikemudian ban terpengaruh oleh sikapnya
terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu.Jadi,
orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan
amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak.Sejak seorang anak
lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia
meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta
kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik
dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula
dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama untuk
dipercayainya.
3) Dukungan
Orang tua yang tidak mendukung anak dalam
memperkembangkan keinginan bertindak sendiri, atau mungkin
sama sekali menentang keinginan anak untuk bertindak sendiri,
maka perkembangan perubahan-perubahan peranan sosial tidak
dapat diharapkan mencapai hasil yang baik.
Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian
dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan
balik dan penegasan dari anggota keluarga.Keluarga merupakan
tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan
emosi.
Remaja membutuhkan dukungan yang berbeda dari masa
sebelumnya, karena pada saat ini remaja sedang mencari dalam
mengeksplorasi diri sehingga dengan sendirinya keterikatan
dengan orang tua berkurang. Pengertian dan dukungan orang tua,
sangat bermanfaat bagi perkembangan remaja (Soetjiningsih,
2004 : 62).
31
4) Bimbingan dan bantuan
Orang tua membimbing anaknya karena kewajaran karena
kodratnya dan selain itu karena cinta.Tujuan orang tua
membimbing anaknya itu menjadi anak yang shaleh. Anak yang
shaleh dan berprestasi dalam belajar dapat mengangkat nama baik
orang tuanya yang telah membimbing anaknya dengan penuh kasih
sayang.
Bimbingan orang tua merupakan faktor penguat yang
memberikan peran untuk mempertahankan perilaku. Faktor
penguat yang mencakup peran sosial, peran teman orang tua, serta
saran dan umpan balik dari tenaga kesehatan mengenai proses
terjadinya perkembangan pada diri remaja. Penguatan mungkin
juga berasal dari individu maupun kelompok atau institusi di
lingkungan atau masyarakat (Puspitaningrum, 2010: 67).
Orang tua merupakan tokoh yang dapat ditiru sang anak.
Mereka adalah tokoh yang menaruh perhatian bila anak dalam
kesulitan atau nestapa.
32
Cara-cara yang perlu diajarkan kepada orang tua/keluarga dalam
rangka memfasilitasi perkembangan remaja adalah sebagai berikut (Al-
Mighwar, 2010; hal 73);
1) Jelaskan tentang ciri-ciri perkembangan remaja yang normal dan
menyimpang
2) Jelaskan cara yang dapat dilaksanakan orang tua/keluarga untuk
memfasilitasi perkembangan remaja yang normal dengan cara:
Fasilitasi remaja berinteraksi dalam kelompok sebaya
Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang
membuat remaja nyaman mencurahkan perasaa, perhatian dan
kekhawatirannyA.
Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai
kegiatan positif
Berperan sebagi teman berbagi cerita bagi remaja.
Berperan sebagai contoh peran (role model) bagi remaja dalam
melakukan interaksi sosial yang baik.
Berikan lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan
aktivitas bersama kelompoknya.
Membimbing remaja dalam menentukan rencana masa
depannya. Perilaku remaja sangat rentan terhadap penngaruh
lingkungan. Di satu pihak, remaja mempunyai keinginan kuat
untuk mengadakan interaksi sosial dalm upaya memdapatkan
kepercayaan dari lingkungan, sedangkan di lain pihak ia mulai
memikirkan kehidupan secara mandiri serta terlepas dari
pengawasan orang tua dan sekolah. Keluarga merupakan
lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Usai
4-5 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri
menurut jenis kelamin, sehingga peran ibu dan ayah atau orang
tua pengganti (nenek, kakek, dan orang dewasa lain) sangat
besar. Apabila proses identifikasi ini tidak berjalan dengan
33
lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah (Al-
Mighwar,2010:74).
34
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
36
37