PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota
badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim,
yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks
pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan
masing-masing individu.
seksual pada manusia. Sedangkan perilaku seksual didasari oleh dorongan seksual
www. kompas.com/kompas_cetak?0401/09/muda/789320.htm)
ingin tahu yang kuat, keinginan bereksplorasi dan memenuhi dorongan seksual
dorongan afeksi, yaitu menyatakan atau menerima ungkapan kasih sayang melalui
aktifitas seksual ; Ketiga, dorongan agresif, yaitu keinginan untuk menyakiti diri
atau orang lain ; Keempat, terpaksa, misalnya : diperkosa, dipaksa pacar karena
tidak bisa menolak ajakan melakukan hubungan seks, takut kehilangan pacar, dan
dan Ketujuh, dorongan atau keinginan untuk mencoba atau membuktikan fungsi
/0401/09/muda/789320.htm)
Monks dkk (dalam Candra A, 2008 : 11) Masa remaja adalah masa dimana
terjadi gejolak yang meningkat biasanya dialami oleh setiap orang. Masa ini juga
fungsi-fungsi seksual.
remaja putra adalah tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot
bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain-lain. Sedangkan remaja putri,
pinggul lebar, payudara tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid
dan lain-lain.
Pada masa remaja rasa keingintahuan terhadap masalah seksual sangat tinggi
dalam membentuk hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis.
Sedangkan diketahui pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah
seharusnya diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau
terhadap 450 remaja di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Hasil penelitian
hubungan seks sebelum menikah melanggar nilai dan moral agama tetapi
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa perilaku seksual pada remaja ini
remaja di Kota Medan; 8,5 % remaja di Kota Yogyakarta dan 3,4 % remaja di
Kota Surabaya serta 31,1 % remaja di Kota Kupang telah terlibat hubungan seks
seksual dalam berpacaran para remaja. Hal ini misalnya dapat dilihat bahwa hal-
hal yang ditabukan remaja pada beberapa tahun yang lalu seperti berciuman dan
bercumbu sekarang dibenarkan oleh remaja saat ini. Bahkan ada sebagian kecil
dari mereka setuju dengan free sex. Perubahan terhadap nilai ini misalnya terjadi
dengan pandangan remaja terhadap hubungan seks sebelum menikah. Dua puluh
tahun yang lalu hanya 1,2 - 9,6 % setuju dengan hubungan seks sebelum menikah.
Sepuluh tahun kemudian angka tersebut naik menjadi di atas 10 %. Lima tahun
kemudian angka ini naik menjadi 17 % yang setuju. Bahkan ada remaja sebanyak
dari perilaku seksual di kalangan remaja juga semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Walaupun sulit untuk diketahui secara pasti di Indonesia angka kehamilan
sebelum menikah, tetapi dari berbagai penelitian tentang perilaku seksual remaja
menunjukkan bahwa kasus kehamilan tidak dikehendaki yang tercatat pada tahun
1998/1999 tercatat sebesar 113 kasus. Beberapa hal menarik berkaitan dengan
catatan tersebut misalnya, hubungan seks pertama kali biasanya dilakukan dengan
pacar (71 %), teman biasa (3,5%), suami (3,5%); inisiatif hubungan seks dengan
yang biasa digunakan untuk melakukan hubungan seks adalah rumah (25,7%)
hotel (13,3%).
Upaya pendampingan dari orang tua dan lembaga yang peduli kepada remaja
adalah sebuah hal yang mesti dilakukan, dan tentu saja pendampingan yang
bersahabat, berpihak dan tahu akan kebutuhan remaja. Dan ujungnya adalah
pentingnya pendidikan seksual bagi kita semua para remaja, agar kita mengerti
benar diri dan tubuh kita, resiko perilaku seksual kita, serta bagaimana memilih
perilaku yang sehat dan bertanggung jawab. (Tito, Pusat Studi Seksualitas-PKBI
Yogyakarta, dari berbagai sumber dan news letter “Embrio” PKBI DIY)
melakukan sebuah survei mengenai sikap dan perilaku pacaran dan aktivitas
seksual pada siswa SMP kelas 3 hingga SMA kelas 1 (di bawah 17 tahun) di
pernah pacaran adalah sejumlah 517 atau 20,70% dari total 2110 responden. Tidak
satupun (0%) yang menyatakan bahwa hubungan seksual sebelum menikah itu
boleh. Hal yang sama ditemukan pada pertanyaan apakah aktivitas petting, anal
aktivitas mana yang sudah mereka lakukan (dihitung dari yang sudah pernah
pacaran), ditemukan data bahwa 2,15% sudah melakukan hubungan seksual, dan
0,45% sudah melakukan salah satu dari petting, anal seks, atau oral seks. Ciuman
bibir sudah dilakukan oleh 10,12% responden yang sudah pernah pacaran, ciuman
harga diri. Baron-Byme (1994), mengatakan harga diri adalah bagaimana cara kita
mengevaluasi diri kita. Seseorang yang memiliki harga diri tinggi merasa dirinya
rendah memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna, tidak kemampuan
Untuk menghindari perilaku seks remaja yang beresiko, peran orang tua dalam
masa perkembangan remaja sangat penting, antara lain bahwa orang tua harus bisa
menjadi sahabat bagi remaja. Agar hubungan orang tua dengan remaja terjalin
dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah remaja dengan baik dan tuntas,
diperlukan komunikasi yang baik dan efektif antara orang tua dan remaja.
B. Identifikasi masalah
1. Pengalaman seksual
kompas_cetak /0401/muda/789320.htm)
Salah satu faktor penting dalam perkembangan kepribadian remaja adalah harga
diri. Baron-Byme (1994), mengatakan harga diri adalah cara kita mengevaluasi
diri kita. Seseorang yang memiliki harga diri tinggi merasa dirinya berharga dan
memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna, tidak kemampuan dan
tidak berharga.
kuat terhadap diri dan orang lain, mampu mempertimbangkan resiko perilaku
dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab. Studi atau penelitian-
penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli memperlihatkan bahwa tinggi
rendahnya harga diri seseorang banyak menentukan sikap, perilaku, dan berbagai
aspek lainnya pada diri seorang individu. Harga diri yang tinggi seorang individu
akan percaya diri dalam hidupnya dibandingkan dengan seorang individu yang
memiliki harga diri rendah. Harga diri yang tinggi dapat juga menyebabkan
seseorang lebih menyukai dirinya, melihat dan menilai dirinya sebagai individu
dengan harga diri rendah akan menganggap dirinya tidak mampu menghadapi
didasari oleh beberapa alasan realistik. Perasaan dan penghagaan itu berupa sikap
1. Populasi yang akan di teliti adalah remaja yang berusia 15 sampai 18 tahun,
masih duduk pada sekolah menengah atas kelas 1 dan 3 di Mojopuro Wetan.
2. Perilaku seksual ialah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
masing-masing.
3. Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
4. Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dan pada
D. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat harga diri dengan tingkat perilaku
Penelitian ini untuk mencari jawaban ada tidaknya hubungan antara tingkat
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau informasi bagi
2. Manfaat praktis
masyarakat terutama orang tua dari remaja yang bersangkutan agar lebih
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi para remaja
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teori
didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama
dari perilaku dan penampilan remaja putri, sedangkan remaja putri mencari cara
untuk menarik perhatian para lawan jenisnya. Study dari Kuhlen dan Houlihan
perilaku yang sering dilakukan oleh para remaja. Kencan yang dimulai diusia 13
atau 14 tahun pada remaja putri dengan diusia 15 atau 16 tahun pada remaja putra
(Indirasi, 1996:23)
Furman dan Wehner (1993:440), pengalaman romantis dalam berkencan
ciri dari remaja untuk mencoba hal-hal yang baru yang belum diketahuinya dan
Seks merupakan hal yang menarik bagi remaja, karena seks adalah sesuatu
yang belum pernah mereka ketahui dan menjadi kebiasaan orang dewasa. Maka
itu.
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis
yang dilakukan yang dilakukan para remaja terdiri dari beberapa tingkatan.
Tingkatan yang lebih rendah mendahului sebelum perilaku mereka naik ke tingkat
yang lebih tinggi berikutnya dan berakhir pada perilaku seksual. Tingkatan-
rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan
2. Autosexuality
hubungan seks.
5. Heterosexuality : copulation
masing-masing.
1) Pengalaman seksual
seksual, serta makin banyak stimulasi yang dapat mendorong perilaku seksual.
Misalnya media masa (film, internet, gambar, dan majalah), pembicaraan dari
teman atau pacar tentang pengalaman seks, melihat orang-orang yang tengah
Orang yang punya harga diri positif mampu mengelola dorongan dan
kebutuhan secara memadai, memiliki penghargaan yang kuat terhadap diri dan
keputusan, mampu mengikatkan diri pada teman sebaya secara sehat dan
yang selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari
dan nilai yang berlaku serta menyalurkan energi psikis secara produktif.
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,
1991).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau
harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri
rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.
Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga
diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam
kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait
dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri
rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( evaluasi diri negatif
yang telah berlangsung lama ), dan dapat di ekspresikan secara langsung atau
/pengertian+harga+diri.html)
Coopersmith (dikutip dalam Burn, 1998) mengatakan bahwa : “Harga diri
harga diri adalah “Personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti
Harga diri merupakan dari konsep diri seperti yang diutarakan oleh Beane &
Lipka (1986) bahwa harga diri adalah penilaian yang individu berikan kepada
diri sebagai suatu penilaian yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya sendiri.
berhasil dan berharga. Kesadaran tentang diri dan perasaan terhadap diri sendiri
itu akan menimbulkan suatu penilaian terhadap diri sendiri baik itu positif
maupun negatif.
baik pada dirinya. Individu yang dapat menghargai dirinya adalah individu yang
memiliki harga diri positif. Individu yang memiliki harga diri positif akan
harga diri yang rendah atau negatif biasanya merasa kurang puas, kurang mampu,
kurang berharga, kurang berdaya dan rendah diri serta merasa bersalah malu dan
depresi.
Hurlock (1999) harga diri merupakan evaluasi diri yang dibuat dan
dipertahankan oleh seseorang yang berasal dari interaksi sosial dalam keluarga
usu.ac.id /download/fk/06009832.pdf)
merupakan penilaian individu yang diberikan kepada dirinya sendiri yang meliputi
penilaian positif atau negatif yang di nyatakan dengan sikap menghargai atau
dari suatu kelompok dan bahwa ia diterima serta dihargai oleh anggota
Begitu juga sebaliknya, individu akan merasa memiliki nilai yang negatif
suatu hasil yang diharapkan. Bila individu merasa telah mencapai tujuan
secara efisien, maka individu tersebut akan memberikan penilaian yang positif
pada dirinya.
perasaan berharga akan menilai dirinya positif dari pada yang tidak berharga.
Sementara Harter (dalam Papalia & Olds,1998) harga diri itu bersumber dari
Kemampuan diri terbagi atas lima domain yaitu : (1) Kemampuan di sekolah,
(2) Penampilan fisik, (3) Penerimaan sosial, (4) Perilaku, (5) Atletis.
Dari hal diatas yang memberikan kontribusi yang besar adalah seberapa besar
individu menerima penghargaan atau dukungan dari orang tertentu dan berarti
penghargaan adalah orang tua, teman sekelas, dan guru. (Papalia & Olds,1998
dalam http://library.usu.ac.id/download/fk/06009832.pdf)
karakteristik, yaitu : (1) harga diri sebagai sesuatu yang bersifat umum; (2) harga
diri bervariasi dalam berbagai pengalaman; dan (3) evaluasi diri. Individu yang
memiliki harga diri tinggi menunjukkan perilaku menerima dirinya apa adanya,
percaya diri, puas dengan karakter dan kemampuan diri dan individu yang
memiliki harga diri rendah, akan menunjukkan penghargaan yang buruk terhadap
sosial
kesulitannya sendiri
7) Tidak terpengaruh terhadap penilaian dari orang lain tentang sifat atau
jelas
Karakteristik individu dengan harga diri sedang hampir sama dengan yang
dimiliki harga diri tinggi, terutama dalam kualitas, perilaku dan sikap. Pernyataan
7) Tidak konsisten
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik harga diri
benar
Akan menyesuaikan diri dengan mudah terhadap lingkungan yang belum jelas
permasalahan.
Penilaian orang lain tentang sifat atau kepribadian, baik positif maupun
negatif
dengan ucapannya.
A.2.4 Aspek- aspek Harga Diri
1) Kekuasaan (power)
Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima
2) Keberatian (significance)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari orang
lain.
3) Kebajikan (virtue)
Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk
4) Kemampuan (competence)
Dari penjelasan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa ada beberapa aspek
dalam harga diri yang bernilai kekuasaan, keberartian, kebijakan dan kemampuan.
Apabila keempat aspek itu terpenuhi maka akan menjadi diri yang positif dan
pola asuh; (3) lingkungan; dan (4) sosial ekonomi (Coopersmith, dalam Sriati.
sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya yang meliputi cara orang
besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orang tua,
teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa aman dan
nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya (Yusuf, 2000). Sosial
adalah :
ada juga yang menghadapinya dengan perasaan tidak berdaya. Ini adalah
yang negatif bagi dirinya. Tanggapan ini menjadikan individu selalu hidup
emosi yang labil. Maka dalam keadaan tersebut individu tidak berpikir secara
wajar, jalan pikirannya palsu, dan segala sesuatu yang diluar diri yang
tidak adekuat sebab diarahkan untuk kekurangan dirinya. Keadaan ini lama
pegangan hidup berdasarkan kesadaran dan keyakinan diri, atau dengan kata
lain individu sendiri telah menentukan kriteria mengenai mana yang baik dan
buruk bagi dirinya Perasaan salah yang kedua adalah merasa salah terhadap
ketakutan, seperti umpamanya orang tua. Keadaan ini kemudian terlihat dalam
A.3. Remaja
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dan
pada masa ini sering kali menghadapi individu kepada situasi yang
membingungkan, disatu pihak lain remaja dituntut untuk bertingkah laku seperti
orang dewasa.
Monks (1991:217) masa remaja adalah masa transisi atau peralihan karena
remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status
kanak-kanak, dan dipandang dari segi sosial, remaja mempunyai suatu posisi
marginal.
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow
atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang
dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian
Papalia dan Olds (2001:43), masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada
usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua
puluhan tahun.
Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11
hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa
remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17
tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock
karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa
antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)
juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka,
dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa
depan.
sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain
Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ
tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan
mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai masa peralihan dari
tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong
dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi
remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan
ke dalam kelompok remaja. Akan tetapi remaja dalam penelitian ini remaja
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak. Pada masa ini suasana hati
berubah sangat cepat. Pada masa ini remaja mencari jati diri sehingga seringkali
membutuhkan sosok model yang akan dijadikannya panutan. Dengan model itu,
maka remaja akan lebih percaya diri dan seringkali mengikuti style atau apapun
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm and stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda
bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya.
Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja,
tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan
nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang
lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa
dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih
matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar
ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi
dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya
dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis,
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka
tersebut. (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php?option=com.html)
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada masa remaja
1. Masa remaja sebagai periode penting, karena terjadi perkembangan fisik dan
2. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, terjadi perubahan emosi tubuh, minat
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri. Identitas diri yang dicari
remaja berupa usaha untuk mencari siapa diri, apa perannya dalam
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, remaja melihat dirinya dan
obat-obatan dan terlibat seks, agar mereka memperoleh citra yang mereka
bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-
perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik
dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pertama
pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder
pada tubuh.
tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001).
Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya
seksual, dan kenyataan seksual, untuk menjadikan seksualitas sebagai bagian dari
mengenai seksualitas. Mereka berfikir apakah menarik secara seksual, dan apakah
organ reproduksi. Kejadian penting dalam masa pubertas antara lain : menstruasi,
yaitu proses rahim yang melakukan penebalan dinding luar, dikomando oleh
hormom progesteron, gunanya agar apabila terjadi pembuahan, dinding luar siap
menerima zigote (sel telur yang sudah dibuahi), tetapi apabila tidak ada
pembuahan maka dinding rahim akan meluruh menjadi darah menstruasi seiring
dengan terjadinya perubahan hormon, dan hal ini akan berlangsung secara
periodik. Kejadian penting lainnya adalah mimpi basah. Hal ini terjadi karena
remaja laki-laki memproduksi sperma setiap harinya. Jika sperma tidak disalurkan
keluar, misal melalui senggama maka air mani dapat keluar melalui mimpi basah
yaitu keluarnya air mani dengan sendirinya pada waktu tidur. Pada saat mimpi
Setelah wanita mengalami menstruasi yang pertama dan mimpi basah pada
pendampingan. Kebingungan atas apa yang sedang terjadi pada tubuhnya sering
dianggap tabu untuk ditanyakan. Sejak pada masa remaja, pada diri seorang anak
Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-
perubahan fisik (meliputi penampilan fisik sepeti bentuk dan proporsi tubuh) dan
sesuai jenis kelamin, misalnya perkembangan payudara dan panggul pada remaja
putri, perubahan suara, tumbuhnya kumis, munculnya bulu di dada, di kaki pada
remaja laki-laki.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan menjadi tiga,
yaitu masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18,
dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Sarwono, 2006:190). Kematangan
memunculkan perilaku seksual remaja yang tidak sehat dan tidak bertanggung
jawab (Imran, 2002:10). Akan tetapi yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah remaja tengah dengan usia 15-18 tahun (Sarwono, 2006:190). (http://
mitrariset.blogspot.com/2009/04/perilaku-seksual-remaja.html)
dilihat adanya dua macam gerak yaitu yang pertama gerak memisahkan diri dari
orang tua dan kedua adalah gerak menuju kearah teman-teman sebaya. Dua
macam gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda. Dan
keadaan sudah dewasa secara jasmani dan seksual, remaja masih terbatas dalam
orang tuanya.
sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding
pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah
seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger,
1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran
cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang
dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya
(Conger, 1991).
Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan
Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan
sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan
misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa
untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai
oleh konflik peran yang sedang dialami oleh remaja. Ia ingin bebas tapi masih
ingin bebas melakukan apa saja yang mereka sukai. Tak heran, sebab dalam masa
Dengan demikian jika terjadi perbedaan pendapat antara anak dengan orang
tua, maka pendekatan yang bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih
bijaksana. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan membangun rasa saling
pihak lain.
Gordon, inti dari metode pemecahan konflik yang aman antara orang tua dan anak
Bentuk atau jenis emosi pada manusia itu ternyata banyak, misalnya; takut,
khawatir, cemas, marah, sebal, frustrasi, cemburu, iri hati, ingin tahu, sayang,
dua emosi yang (sebenarnya) bertentangan. Misalnya, benci dan sayang dalam
satu waktu.
5. Mudah tersinggung dan merasa malu, karena umumnya sangat peka terhadap
cara orang lain memandang kita. Tapi ini juga sangat tergantung dari
/2008/03/tugas-psikologi-perkembangan-remaja.html)
perilakunya.
dengan sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan
vitalitas.
membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban, akan memiliki jiwa
yang sakit (sick soul). Dia akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa bersalah,
bahwa di usianya si remaja sudah termasuk baligh. Artinya dia sudah aktif, atau
pemahaman yang kuat terhadap nilai-nilai moral dan agama, maka lingkungan
yang buruk tidak akan membuatnya menjadi buruk. Bahkan boleh jadi, si remaja
chairunnisa-uin-bind-2b.blogspot.com/2008/03/tugas-psikologi-perkembangan-
remaja.html)
Perasaan ingin diterima oleh orang lain, perasaan ingin dihargai, didukung,
Merasa percaya diri, mudah bergaul dengan orang lain, baik baru dikenal
3. Kemampuan akademik
Kemampuan merasa diri punya kelebihan, merasa diri menarik, dan merasa
percaya diri.
5. Kemampuan fisik
Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan harga diri pada remaja, seperti
dalam bentuk ucapan maupun tindakan; (3) memberikan pujian secara spesifik;
(4) menjelaskan apa yang baik dan tidak baik; (5) melakukan sesuatu yang khusus
supaya dapat memuaskan kebutuhan atau memintanya dalam hal tertentu; (6)
prestasi baiknya mulai dari yang sederhana dengan senyum dan pujian.
Selain hal-hal di atas, harga diri remaja yang mengalami deviasi seksual dapat
Hubungan antara harga diri dengan perilaku seksual dilihat dari aspek
kepribadiannya karena harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang
mempunyai peran penting dan pengaruh besar terhadap sikap dan perilaku
(Copersmith, dalam Burn, 1998 dan Stuart & Sundeen, 1991). Individu yang
punya harga diri tinggi mampu mengelola dorongan dan kebutuhan secara
memadai, memiliki penghargaan yang kuat terhadap diri dan orang lain, mampu
mengikatkan diri pada teman sebaya secara sehat dan proporsional, cenderung
dapat mencari penyaluran dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab.
(Copersmith, 1998:45)
Tingkat harga diri dengan perilaku seksual pada remaja itu saling
berhubungan. Apabila tingkat harga diri remaja tinggi maka remaja akan
C. Kerangka Konseptual
Bagan atau gambar yang menunjukkan hubungan tingkat harga diri terhadap
perilaku seksual.
Remaja
Perkembangan
Seksual
Gambar 2.1
Kerangka konseptual
B. Hipotesis
Ho : Ada tidaknya hubungan antara tingkat harga diri dengan tingkat perilaku
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
dalam bentuk jumlah atau angka yang dapat dihitung secara matematika dan
yang pada umumnya bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan, dan seberapa
diketahui apakah hubungan tersebut bersifat sebab akibat atau bukan (Zainuddin,
2000 : 29)
Variabel penelitian ini adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu
1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah konsekuensi atau akibat yang timbul dari variabel
bebas (Nasir, 1988:150). Adapun variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu
2. Variabel Bebas
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel yaitu dengan
berikut :
penilaian
1. awakenig or exploration
1) Melakukan fantasi
1) Melakukan masturbasi
2) Melakukan onani
5. Heterosexuality : copulation
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.
seksual yang dilakukan, sebaliknya semakin rendah skor maka semakin jarang
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,
1991).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.
Interpretasinya adalah semakin tinggi skor maka semakin tinggi tingkat harga
dirinya, sebaliknya semakin rendah skor maka semakin rendah tingkat harga
dirinya.
Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan
diduga. Populasi dibatasi sebagai jumlah pendapat yang paling sedikit mempunyai
Populasi yang digunakan penelitian ini adalah remaja tengah yang di Desa
2. Berusia antara lima belas sampai delapan belas tahun, karena pada usia lima
belas tahun sampai delapan belas tahun itu menurut teori perkembangan
remaja.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
teknik sampling yang mana semua sampel dari penelitian ini adalah remaja awal
yang duduk di kelas 1-3 sebanyak 35 remaja yang ada di Desa Mojopuro Wetan
tersebut.
karena akan mempengaruhi baik dan buruk hasil penelitian. Teknik pengumpulan
data yang baik memungkinkan suatu gejala atau obyek dapat diidentifikasikan
dengan baik. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian
ini, maka pengumpulan data dilakukan dengan metode angket. Metode ini
berfokus pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya
Angket ini dibuat untuk mengetahui tingkat perilaku seksual yang akan
Ada beberapa pertanyaan yang harus disikapi oleh responden dengan cara
memilih salah satu dari lima alternative jawaban yang telah disediakan yaitu :
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Penyusunan
2. Harga diri
Angket ini dibuat untuk mengetahui tingkat harga diri yang akan dijaring melalui
Aktif dalam lingkungan, dapat mengekspresikan diri dengan baik, berhasil dalam
baik, percaya terhadap persepsi dan dirinya sendiri, tidak hanya memikirkan
kesulitan sendiri, keyakinan akan dirinya tidak berdasar pada fantasinya, tidak
Ada beberapa pertanyaan yang harus disikapi oleh responden dengan cara
memilih salah satu dari lima alternative jawaban yang telah disediakan yaitu :
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Penyusunan
antar kelompok
2. Skala likert hanya akan memperoleh gambaran kasar posisi subyek pada skala
perilaku yang diukur. Datanya adalah data ordinal, oleh karena itu
interpretasinya adalah lebih tinggi atau lebih rendah, lebih setuju atau lebih
skala likert tidak dapat dilakukan secara langsung. Skor subyek baru dapat
diinterpretasikan bila dibandingkan dengan skor-skor lain dalam kelompok
normatifnya.
Selain itu penggunaan angket dengan skala likert mempunyai kelebihan sebagai
berikut :
3. Skala likert mempunyai reliabilitas lebih tinggi dibanding dengan skala lain.
respon sangat setuju, setuju, bimbang, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
5. Karena angka respon yang lebih besar membuat skala likert dapat memberikan
keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang pendapat atau perilaku
1. Karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal, skala likert hanya dapat
2. kadangkala total skor dari individu tidak memperlihatkan arti yang jelas,
karena banyak pola respon terhadap beberapa item akan memperlihatkan skor
yang sama.
F. Validitas Alat Ukur
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
Jenis validitas yang digunakan adalah validitas logik. Validitas logik adalah
Konsep validitas logik bertitik tolak dari konstruksi teoritik tentang faktor-faktor
yang hendak diukur oleh suatu alat pengukur. Dari konstruksi teoritik ini
pangkal kerja dan sebagai ukuran valid atau tidaknya suatu alat pengukur yang
skor setiap butir pertanyaan dengan skor total, sehingga sering disebut sebagai
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X }{ }
rxy = (1)
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2 2
Dimana
r = koefesien validitas
N = jumlah responden
Y = skor total
product moment biasanya digunakan batasan rix > 0,30 semua item yang
memuaskan. Item yang memiliki harga rix kurang dari 0,30 dapat diintepretasikan
Reliabilitas tes adalah proporsi variabilitas skor tes yang disebabkan oleh
proporsi variabilitas skor tes yang disebabkan oleh error pengukuran. Azwar
(1999:33)
⎡ k ⎤ ⎡ ∑ σ b2 ⎤
r11 = ⎢
( − 1) ⎥ ⎢1 − σ 2 ⎥ (2)
⎣ k ⎦⎣ t ⎦
Dimana
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka dalam menganalisis data
ini penulis menggunakan Teknik Analisis Statistik. Tipe statistik yang dipakai
adalah korelasi product moment dari pearson, yang bertujuan untuk mengukur
penelitian ini adalah hubungan antara dua variabel yang saling mempengaruhi.
Dengan kata lain, tidak membedakan antara variabel terikat dengan variabel
Nilai yang dapat diperoleh dari korelasi adalah positif, negatif atau tidak
secara berpasangan dalam arah yang sama, yaitu dalam arah menaik berubah
dalam arah yang berlawanan, yaitu bila suatu variabel menaik maka variabel yang
lain menurun atau sebaliknya bila variabel yang satu menurun maka variabel yang
lain menaik.
Pada bab ini dibahas mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian,
A. Simpulan
signifikan p lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis kerja diterima. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara
tingkat harga diri dengan tingkat perilaku seksual remaja. Hal tersebut berarti
semakin tinggi tingkat harga diri maka akan semakin rendah kecenderungan
B. Saran-saran
meliputi saran-saran yang bersifat ilmiah dan saran-saran yang bersifat praktis
baik bagi remaja, orangtua maupun peneliti selanjutnya yang mengangkat tentang
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
a. Orang tua
masyarakat terutama orang tua dari remaja yang bersangkutan agar lebih
b. Remaja
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi para remaja
Bachtiar, Aziz. (2004). Cinta Remaja mengungkap Pola dan Perilaku Cinta
Remaja. Indiebooks
Burn, R.B (1998). Konsep Diri : teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.
Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.
Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins
Gunarso, S.D. (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT.
BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E.B. (1978). Adolesence Development. 4th edition. Tokyo : Mc. Graw
Hill Kogakhusa.
Indirasari (1996). Studi Korelasi Komunikasi Remaja dan Orang Tua dengan
Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seks Pra-Nikah pada Remaja Awal.
Skripsi, Tidak Diterbitkan Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya.
Isjafrin, P. (2005). Hubungan antara Harga Diri dengan Sikap Perfectionis Pada
Orang-orang Berusia Dewasa Madya yang Bergelar Sarjana S1 di
Perumahan Rewwin 1 Waru Sidoarjo. Skripsi, UNAIR Surabaya.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (1998). Human development (8th
ed.). Boston: McGraw-Hill
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman. (2001). Human Development (8th ed.).
Boston: McGraw-Hill
Santosa, B.P. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Santrock, J.W. (2003). Adolesence : Perkembangan Remaja. Shinta & Sherly
(pen). Jakarta : Erlangga.
http://www.kompas.com/kompas_cetak?0401/09/muda/789320.htm. Akses 20
Maret 2008
http://mitrariset.blogspot.com/2009/04/perilaku-seksual-remaja.html Akses 27
Mei 2009
PIK KRR “AL AZHAR” (2009) Data Perilaku Seksual Remaja di Gresik.
(Online). (http://basukimenganti.blogspot.com) diakses pada 30 Mei 2009
Lampiran
Kepada Yth :
Saudara Responden Penelitian
Ditempat
Dengan hormat,
Saat ini saya sedang menyusun skripsi dengan judul Hubungan Antara Tingkat
Harga Diri dengan Tingkat Perilaku Seksual pada Remaja di Desa Mojopuro
waktu untuk mengisi kuesioner yang terlampir. Semua data dan jawaban saudara
akan dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya mohon saudara menjawab
dengan sejujurnya. Atas kerjasama dan kesediaannya mengisi kuesioner ini saya
Hormat saya,
Ummu Shofwana
DATA RESPONDEN
Nama: (boleh tidak diisi)
Umur: Tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan (coret yang tidak perlu)
Kelas:
Petunujuk Pengisian:
1. Isilah semua nomor dalam kuesioner ini dengan memberi tanda cek (√) dan
jangan ada yang terlewati.
2. pernyataan terdiri atas dua jenis yaitu jenis 1 dan jenis 2.
PERNYATAAN JENIS 1
Pilihan jawaban untuk pertanyaan jenis 1:
STS (Sangat Tidak Sesuai) : Jika pernyataan tidak sesuai dengan diri anda.
TS (Tidak Sesuai) : Jika pernyataan tidak menggambarkan dengan diri anda.
KK (Kadang-kadang) : Jika pernyataan sedikit menggambarkan dengan diri anda.
S (Sesuai) : Jika pernyataan menggambarkan dengan diri anda.
SS (Sangat Sesuai) : Jika pernyataan sangat menggambarkan dengan diri anda.
PERTANYAAN JENIS 2
Pilihan jawaban untuk pertanyaan jenis 1:
STS (Sangat Tidak Sesuai) : Jika pernyataan tidak sesuai dengan diri anda.
TS (Tidak Sesuai) : Jika pernyataan tidak menggambarkan dengan diri anda.
KK (Kadang-kadang) : Jika pernyataan sedikit menggambarkan dengan diri anda.
S (Sesuai) : Jika pernyataan menggambarkan dengan diri anda.
SS (Sangat Sesuai) : Jika pernyataan sangat menggambarkan dengan diri anda.
NO PERTANYAAN S SS KK TS STS
1 Saya melakukan masturbasi ketika melihat
film porno
2 Saya tidak mau menonton film porno
3 Saya melakukan masturbasi
4 Saya melakukan fantasi
5 Saya melakukan masturbasi atau onani
setelah membaca majalah porno
6 Saya mempunyai koleksi film porno
7 Saya melakukan masturbasi atau onani
sampai mengalami orgasme
8 Saya berfantasi apabila bertemu pacar
9 Saya tidak mau melakukan masturbasi atau
onani
10 Saya menonton film porno
11 Saya menghindari melakukan masturbasi atau
onani
12 Saya suka menonton film porno
13 Saya tidak melakukan masturbasi atau onani
ketika melihat film porno
14 Saya berfantasi di lingkungan rumah
15 Saya melakukan onani atau masturbasi di
tempat-tempat yang aman
16 Saya menghindari nonton film porno
17 Saya tidak melakukan masturbasi atau onani
setelah membaca majala porno
18 Saya menghindari melakukan fantasi
19 Saya tidak mau melakukan onani atau
masturbasi
20 Saya tidak mempunyai koleksi film porno
21 Saya tidak mau mengoleksi buku-buku porno
22 Saya tidak mau berfantasi
23 Saya berciuman bibir dengan pacar di depan
umum
24 Saya sama teman-teman apabila berkumpul
menonton film porno
25 Saya berciuman bibir dengan pacar ketika
bertemu
26 Saya menghindari berfantasi di lingkungan
rumah
27 Saya merasa puas apabila bertemu pacar
berciuman bibir
28 Saya menolak apabila diajak melihat film-
film porno
29 Saya tidak mau berciuman bibir saat bertemu
pacar
30 Saya membaca buku-buku porno
31 Saya menghindar apabila diajak berciuman
bibir dengan pacar
32 Saya membaca majalah porno
33 Saya tidak bersedia berciuman bibir dengan
pacar
34 Saya mempunyai koleksi buku-buku porno
35 Saya berciuman leher dengan pacar ketika
bertemu
36 Saya apabila ada waktu luang saya gunakan
untuk membaca buku-buku tentang
pornografi
37 Saya melakukan onani atau masturbasi jika
menghayalkan pacar saya
38 Saya merasa puas apabila bertemu pacar
berciuman leher
39 Saya membaca tentang pornografi di internet
40 Saya tidak mau ciuman leher saat bertemu
pacar
41 Saya tidak mau membaca majalah porno
42 Saya menghindari ciuman leher dengan pacar
43 Saya menghindari membaca buku-buku porno
44 Saya tidak bersedia ciuman leher dengan
pacar
45 Saya menolak apabila diajak membaca buku-
buku tentang pornografi
46 Saya enggan melakukan masturbasi atau
onani
47 Saya enggan membaca buku-buku tentang
pornografi
48 Saya melakukan ciuman leher di depan umum
49 Saya melakukan ciuman dengan pacar
50 Saya menghindari ciuman dengan pacar
51 Saya melakukan petting untuk meningkatkan
hubungan seksual
52 Saya melakukan hubungan seksual dengan
pacar
53 Saya melakukan ciuman hanya dengan pacar
54 Saya enggan melakukan hubungan seksual
55 Saya tidak bersedia ciuman dengan pacar
56 Saya menghindari melakukan hubungan
seksual
57 Saya enggan melakukan petting saat
berhubungan seksual
58 Saya tidak mau melakukan hubungan seksual
kecuali sudah menikah
59 Saya bercumbu di depan umum
60 Saya melakukan hubungan seksual di rumah
61 Saya tidak mau bercumbu kecuali sesudah
menikah
62 Saya tidak bersedia melakukan hubungan
seksual
63 Saya bercumbu di rumah
64 Saya bersedia melakukan hubungan seksual
dimana saja
65 Saya menghindari ciuman dengan pacar
66 Saya mau melakukan hubungan seksual
setelah menikah
67 Saya melakukan hubungan seksual di atas
kendaraan bermotor
68 Saya tidak mau melakukan hubungan seksual
karena bisa bikin hamil
69 Saya benci melakukan hubungan seksual
70 Saya melakukan hubungan seksual di depan
umum
71 Saya mencoba-coba melakukan hubungan
seksual
72 Saya tidak suka melakukan hubungan seksual
Petting adalah melakukan kontak seksual sebatas dada atau lebih di kenal
dengan seks pas foto.
Validitas Perilaku Seksual
Item-Total Statistics
N %
Cases Valid 35 83.3
Excludeda 7 16.7
Total 42 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.931 72
Validitas Harga Diri
Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.664 .634 42
Korelasi antara tingkat harga diri dengan tingkat perilaku seksual
Descriptive Statistics
Correlations
perilaku
harga diri seksual
harga diri Pearson Correlation 1 -.589**
Sig. (2-tailed) . .000
N 35 35
perilaku seksual Pearson Correlation -.589** 1
Sig. (2-tailed) .000 .
N 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji Normalitas
NPar Tests
perilaku
harga diri seksual
N 35 35
Normal Parameters a,b Mean 133.1714 208.2857
Std. Deviation 15.36896 37.57860
Most Extreme Absolute .117 .175
Differences Positive .117 .108
Negative -.063 -.175
Kolmogorov-Smirnov Z .695 1.037
Asymp. Sig. (2-tailed) .720 .232
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil Uji Validitas Harga Diri
Butir Pertanyaan r Kritis r Hitung Keterangan
ITEM1 0,30 0,717 Sahih
ITEM2 0,30 -0.219 Gugur
ITEM3 0,30 -0.266 Gugur
ITEM4 0,30 0.318 Sahih
ITEM5 0,30 0.404 Sahih
ITEM6 0,30 -0.213 Gugur
ITEM7 0,30 0.449 Sahih
ITEM8 0,30 0.403 Sahih
ITEM9 0,30 0.362 Sahih
ITEM10 0,30 0.332 Sahih
ITEM11 0,30 0.394 Sahih
ITEM12 0,30 -0.016 Gugur
ITEM13 0,30 0.375 Sahih
ITEM14 0,30 0.165 Gugur
ITEM 15 0,30 0.315 Sahih
ITEM16 0,30 0.075 Gugur
ITEM17 0,30 0.3498 Sahih
ITEM18 0,30 0.272 Gugur
ITEM19 0,30 0.492 Sahih
ITEM20 0,30 -0.236 Gugur
ITEM21 0,30 0.409 Sahih
ITEM22 0,30 0.523 Sahih
ITEM23 0,30 0.464 Sahih
ITEM24 0,30 0.335 Sahih
ITEM25 0,30 0.504 Sahih
ITEM26 0,30 0.254 Gugur
ITEM27 0,30 0.273 Gugur
ITEM28 0,30 0.675 Sahih
ITEM29 0,30 0.539 Sahih
ITEM30 0,30 0.338 Sahih
ITEM31 0,30 0.548 Sahih
ITEM32 0,30 0.258 Gugur
ITEM33 0,30 0.434 Sahih
ITEM34 0,30 -0.149 Gugur
ITEM35 0,30 0.352 Sahih
ITEM36 0,30 0.591 Sahih
ITEM37 0,30 0.294 Gugur
ITEM38 0,30 0.023 Gugur
ITEM39 0,30 0.276 Gugur
ITEM40 0,30 0.578 Sahih
ITEM41 0,30 0.465 Sahih
ITEM42 0,30 -0.057 Gugur
Hasil Uji Validitas Perilaku Seksual
Butir Pertanyaan r Kritis r Hitung Keterangan
ITEM1 0,30 0.302 Sahih
ITEM2 0,30 0.389 Sahih
ITEM3 0,30 0.326 Sahih
ITEM4 0,30 0.076 Gugur
ITEM5 0,30 0.479 Sahih
ITEM6 0,30 0.669 Sahih
ITEM7 0,30 0.687 Sahih
ITEM8 0,30 0.339 Sahih
ITEM9 0,30 0.121 Gugur
ITEM10 0,30 0.392 Sahih
ITEM11 0,30 0.042 Gugur
ITEM12 0,30 0.627 Sahih
ITEM13 0,30 0.378 Sahih
ITEM14 0,30 -0.181 Gugur
ITEM 15 0,30 -0.106 Gugur
ITEM16 0,30 0.518 Sahih
ITEM17 0,30 0.462 Sahih
ITEM18 0,30 0.465 Sahih
ITEM19 0,30 0.454 Sahih
ITEM20 0,30 0.507 Sahih
ITEM21 0,30 0.641 Sahih
ITEM22 0,30 0.432 Sahih
ITEM23 0,30 0.349 Sahih
ITEM24 0,30 -0.071 Gugur
ITEM25 0,30 0.198 Gugur
ITEM26 0,30 0.379 Sahih
ITEM27 0,30 0.091 Gugur
ITEM28 0,30 0.447 Sahih
ITEM29 0,30 0.441 Sahih
ITEM30 0,30 0.305 Sahih
ITEM31 0,30 0.513 Sahih
ITEM32 0,30 0.302 Sahih
ITEM33 0,30 0.548 Sahih
ITEM34 0,30 0.331 Sahih
ITEM35 0,30 0.484 Sahih
ITEM36 0,30 0.325 Sahih
ITEM37 0,30 0.545 Sahih
ITEM38 0,30 0.477 Sahih
ITEM39 0,30 0.361 Sahih
ITEM40 0,30 0.467 Sahih
ITEM41 0,30 0.559 Sahih
ITEM42 0,30 0.645 Sahih
ITEM43 0,30 0.576 Sahih
ITEM44 0,30 0.555 Sahih
ITEM45 0,30 0.639 Sahih
ITEM46 0,30 0.683 Sahih
ITEM47 0,30 0.625 Sahih
ITEM48 0,30 0.195 Gugur
ITEM49 0,30 0.320 Sahih
ITEM50 0,30 0.333 Sahih
ITEM51 0,30 0.302 Sahih
ITEM52 0,30 0.439 Sahih
ITEM53 0,30 0.008 Gugur
ITEM54 0,30 0.635 Sahih
ITEM 55 0,30 0.563 Sahih
ITEM56 0,30 0.468 Sahih
ITEM57 0,30 0.480 Sahih
ITEM58 0,30 0.557 Sahih
ITEM59 0,30 0.362 Sahih
ITEM60 0,30 -0.090 Gugur
ITEM61 0,30 0.663 Sahih
ITEM62 0,30 0.447 Sahih
ITEM63 0,30 0.308 Sahih
ITEM64 0,30 0.478 Sahih
ITEM65 0,30 0.449 Sahih
ITEM66 0,30 0.300 Sahih
ITEM67 0,30 0.459 Sahih
ITEM68 0,30 0.427 Sahih
ITEM69 0,30 -0.274 Gugur
ITEM70 0,30 0.381 Sahih
ITEM71 0,30 0.539 Sahih
ITEM72 0,30 0.190 Gugur
NILAI-NILAI r PRODUCK MOMENT
N Tarif signifikan N Tarif Signifikan N Tarif Signifikan
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345
4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330
5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317