Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota

badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim,

yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks

pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses

pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan

masing-masing individu.

Perubahan yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh berfungsinya

hormon-hormon seksual (testoteron untuk laki-laki dan progesteron serta estrogen

untuk perempuan), hormon-hormon inilah yang berpengaruh terhadap dorongan

seksual pada manusia. Sedangkan perilaku seksual didasari oleh dorongan seksual

atau kegiatan mendapat kesenangan organ seksual melalui perilaku, contohnya

berfantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium pipi, dan berpelukan. (http://

www. kompas.com/kompas_cetak?0401/09/muda/789320.htm)

Masalah perilaku seksualitas yang umum dihadapi adalah dorongan seksual

yang meningkat padahal belum menikah. Usia kematangan seksualitas (biologis)

ternyata belum diimbangi oleh perilaku seksualnya, kemampuan mengelola

dorongan dan kemampuan mengambil keputusan secara matang. Akibatnya rasa

ingin tahu yang kuat, keinginan bereksplorasi dan memenuhi dorongan seksual

mengalahkan pemahaman tentang norma, kontrol diri, dan pemikiran rasional

sehingga tampil dalam bentuk perilaku coba-coba berhubungan seks.


Ada beberapa hal-hal yang menjadi motif hubungan seksual antara lain:

Pertama, dorongan seksual yang menggebu-gebu dan sulit dikendalikan ; Kedua,

dorongan afeksi, yaitu menyatakan atau menerima ungkapan kasih sayang melalui

aktifitas seksual ; Ketiga, dorongan agresif, yaitu keinginan untuk menyakiti diri

atau orang lain ; Keempat, terpaksa, misalnya : diperkosa, dipaksa pacar karena

tidak bisa menolak ajakan melakukan hubungan seks, takut kehilangan pacar, dan

sebagainya ; Kelima, dorongan untuk mendapatkan fasilitas atau materi melalui

aktifitas seksual ; Keenam, dorongan atau keinginan untuk diakui kelompoknya ;

dan Ketujuh, dorongan atau keinginan untuk mencoba atau membuktikan fungsi

atau kemampuan dari organ seksual. (http://www.kompas.com/ kompas_cetak

/0401/09/muda/789320.htm)

Monks dkk (dalam Candra A, 2008 : 11) Masa remaja adalah masa dimana

terjadi gejolak yang meningkat biasanya dialami oleh setiap orang. Masa ini juga

dikenal sebagai masa transisi dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat

menonjol yang dialami oleh remaja. Kematangan secara seksual memiliki

hubungan yang sejalan dengan perkembangan fisik termasuk didalamnya aspek-

aspek anatomi dan psikologi.

Perubahan hormon pada saat remaja ditandai adanya perkembangan seksualitas

(genital), aspek yang menonjol pada perkembangan seksualitas adalah

perkembangan fisik yang menyangkut pertumbuhan badan dan memaksimalkan

fungsi-fungsi seksual.

Hurlock (1980:212) mengemukakan bahwa tanda kelamin sekunder pada

remaja putra adalah tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot

bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain-lain. Sedangkan remaja putri,
pinggul lebar, payudara tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid

dan lain-lain.

Pada masa remaja rasa keingintahuan terhadap masalah seksual sangat tinggi

dalam membentuk hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis.

Sedangkan diketahui pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah

seharusnya diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau

sumber yang tidak jelas.

Sebuah perusahaan riset internasional synovate atas nama DKT Indonesia

melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja. Penelitian ini dilakukan

terhadap 450 remaja di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Hasil penelitian

tersebut mengungkapkan 64% remaja mengakui secara sadar bahwa melakukan

hubungan seks sebelum menikah melanggar nilai dan moral agama tetapi

kesadaran itu ternyata mempengaruhi perubahan dan perilaku seksual mereka

(Udha, Februari 2006:9)

Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa perilaku seksual pada remaja ini

mempunyai korelasi dengan sikap remaja terhadap seksualitas. Penelitian Sahabat

Remaja tentang perilaku seksual di empat Kota menunjukkan bahwa 3,6 %

remaja di Kota Medan; 8,5 % remaja di Kota Yogyakarta dan 3,4 % remaja di

Kota Surabaya serta 31,1 % remaja di Kota Kupang telah terlibat hubungan seks

secara aktif. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian

Kependudukan UGM menemukan bahwa 33,5 responden laki-laki di Kota Bali

pernah berhubungan seks, sedangkan di Desa Bali sebanyak 23,6 % laki-laki. Di

Yogyakarta Kota sebanyak 15,5 % sedangkan di Desa sebanyak 0,5 %.


Di samping itu, perkembangan zaman juga akan mempengaruhi perilaku

seksual dalam berpacaran para remaja. Hal ini misalnya dapat dilihat bahwa hal-

hal yang ditabukan remaja pada beberapa tahun yang lalu seperti berciuman dan

bercumbu sekarang dibenarkan oleh remaja saat ini. Bahkan ada sebagian kecil

dari mereka setuju dengan free sex. Perubahan terhadap nilai ini misalnya terjadi

dengan pandangan remaja terhadap hubungan seks sebelum menikah. Dua puluh

tahun yang lalu hanya 1,2 - 9,6 % setuju dengan hubungan seks sebelum menikah.

Sepuluh tahun kemudian angka tersebut naik menjadi di atas 10 %. Lima tahun

kemudian angka ini naik menjadi 17 % yang setuju. Bahkan ada remaja sebanyak

12,2 % yang setuju dengan free sex.

Sementara itu kasus-kasus kehamilan yang tidak dikehendaki sebagai akibat

dari perilaku seksual di kalangan remaja juga semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Walaupun sulit untuk diketahui secara pasti di Indonesia angka kehamilan

sebelum menikah, tetapi dari berbagai penelitian tentang perilaku seksual remaja

menyatakan tentang besarnya angka kehamilan remaja. Catatan konseling saja

menunjukkan bahwa kasus kehamilan tidak dikehendaki yang tercatat pada tahun

1998/1999 tercatat sebesar 113 kasus. Beberapa hal menarik berkaitan dengan

catatan tersebut misalnya, hubungan seks pertama kali biasanya dilakukan dengan

pacar (71 %), teman biasa (3,5%), suami (3,5%); inisiatif hubungan seks dengan

pasangan (39,8%), klien (9,7%), keduanya (11,5%); keputusan melakukan

hubungan seks: tidak direncanakan (45%), direncanakan (20,4%) dan tempat

yang biasa digunakan untuk melakukan hubungan seks adalah rumah (25,7%)

hotel (13,3%).
Upaya pendampingan dari orang tua dan lembaga yang peduli kepada remaja

adalah sebuah hal yang mesti dilakukan, dan tentu saja pendampingan yang

bersahabat, berpihak dan tahu akan kebutuhan remaja. Dan ujungnya adalah

pentingnya pendidikan seksual bagi kita semua para remaja, agar kita mengerti

benar diri dan tubuh kita, resiko perilaku seksual kita, serta bagaimana memilih

perilaku yang sehat dan bertanggung jawab. (Tito, Pusat Studi Seksualitas-PKBI

Yogyakarta, dari berbagai sumber dan news letter “Embrio” PKBI DIY)

Dari Bulan Agustus 2002 hingga Agustus 2003 BKKBN_Basuki Gresik

melakukan sebuah survei mengenai sikap dan perilaku pacaran dan aktivitas

seksual pada siswa SMP kelas 3 hingga SMA kelas 1 (di bawah 17 tahun) di

sekolah di daerah Denpasar, Badung,Tabanan dan Gianyar. Tercatat bahwa yang

pernah pacaran adalah sejumlah 517 atau 20,70% dari total 2110 responden. Tidak

satupun (0%) yang menyatakan bahwa hubungan seksual sebelum menikah itu

boleh. Hal yang sama ditemukan pada pertanyaan apakah aktivitas petting, anal

seks, oral seks diperbolehkan selama belum menikah. Yang diperbolehkan

menurut responden adalah masturbasi, disebutkan oleh 33,15% responden, ciuman

bibir (15,58%), cium kening/pipi (45,75). Tetapi ketika ditanyakan dengan

aktivitas mana yang sudah mereka lakukan (dihitung dari yang sudah pernah

pacaran), ditemukan data bahwa 2,15% sudah melakukan hubungan seksual, dan

0,45% sudah melakukan salah satu dari petting, anal seks, atau oral seks. Ciuman

bibir sudah dilakukan oleh 10,12% responden yang sudah pernah pacaran, ciuman

kening/pipi (25,24%), masturbasi dilakukan oleh 48,63% laki-laki, pada

perempuan 2,45%. (http://library.BKKBN@yahoo.co.id)


Salah satu faktor penting dalam perkembangan kepribadian remaja adalah

harga diri. Baron-Byme (1994), mengatakan harga diri adalah bagaimana cara kita

mengevaluasi diri kita. Seseorang yang memiliki harga diri tinggi merasa dirinya

berharga dan berkemampuan sedangkan seseorang yang memiliki harga diri

rendah memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna, tidak kemampuan

dan tidak berharga. (http://library.usu.ac.id/download/fk/06009 832. pdf).

Untuk menghindari perilaku seks remaja yang beresiko, peran orang tua dalam

masa perkembangan remaja sangat penting, antara lain bahwa orang tua harus bisa

menjadi sahabat bagi remaja. Agar hubungan orang tua dengan remaja terjalin

dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah remaja dengan baik dan tuntas,

diperlukan komunikasi yang baik dan efektif antara orang tua dan remaja.

B. Identifikasi masalah

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yaitu

1. Pengalaman seksual

2. Faktor kepribadian, seperti harga diri, kontrol diri, tanggung jawab,

kemampuan membuat keputusan, dan nilai-nilai yang dimiliki.

3. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan

4. Berfungsinya keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol

5. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. (http://www.kompas.com/

kompas_cetak /0401/muda/789320.htm)

Semua faktor-faktor di atas yang di anggap penting adalah faktor kepribadian.

Salah satu faktor penting dalam perkembangan kepribadian remaja adalah harga

diri. Baron-Byme (1994), mengatakan harga diri adalah cara kita mengevaluasi
diri kita. Seseorang yang memiliki harga diri tinggi merasa dirinya berharga dan

berkemampuan sedangkan seseorang yang memiliki harga diri rendah

memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna, tidak kemampuan dan

tidak berharga.

Sedangkan remaja yang mempunyai harga diri positif mampu mengelola

dorongan dan kebutuhannya secara memadai, memiliki penghargaan yang sangat

kuat terhadap diri dan orang lain, mampu mempertimbangkan resiko perilaku

sebelum mengambil keputusan, mampu mengingatkan diri pada teman sebaya

secara sehat dan proporsional, cenderung dapat mencari penyaluran dengan

dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab. Studi atau penelitian-

penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli memperlihatkan bahwa tinggi

rendahnya harga diri seseorang banyak menentukan sikap, perilaku, dan berbagai

aspek lainnya pada diri seorang individu. Harga diri yang tinggi seorang individu

akan percaya diri dalam hidupnya dibandingkan dengan seorang individu yang

memiliki harga diri rendah. Harga diri yang tinggi dapat juga menyebabkan

seseorang lebih menyukai dirinya, melihat dan menilai dirinya sebagai individu

yang cukup mampu menghadapi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya individu yang

dengan harga diri rendah akan menganggap dirinya tidak mampu menghadapi

lingkungannya secara efektif. Pengertian umum harga diri adalah suatu

kecenderungan perasaan dan penghargaan seseorang terhadap diri sendiri yang

didasari oleh beberapa alasan realistik. Perasaan dan penghagaan itu berupa sikap

yang terbentuk akibat dari perilaku tertentu (Isjafrin P, 2005:38)


C. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah adalah upaya untuk menetapkan batas-batas

permasalahan dengan jelas untuk menghindari pembatasan masalah yang

menyimpang dari sasaran tujuan permasalahan yang sebenarnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan diatas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkup sebagai berikut:

1. Populasi yang akan di teliti adalah remaja yang berusia 15 sampai 18 tahun,

masih duduk pada sekolah menengah atas kelas 1 dan 3 di Mojopuro Wetan.

2. Perilaku seksual ialah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

dengan lawan jenis, dengan tingkatan heterosexuality : copulation yaitu

perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual

masing-masing.

3. Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.

4. Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dan pada

masa ini sering kali menghadapi individu kepada situasi yang

membingungkan, disatu pihak lain remaja dituntut untuk bertingkah laku

seperti orang dewasa.

D. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat harga diri dengan tingkat perilaku

seksual pada remaja di Desa Mojopuro Wetan ?


E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini untuk mencari jawaban ada tidaknya hubungan antara tingkat

harga diri dengan tingkat perilaku seksual pada remaja.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau informasi bagi

perkembangan teori-teori di bidang psikologi perkembangan.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberi masukan terhadap

masyarakat terutama orang tua dari remaja yang bersangkutan agar lebih

mengarahkan putra-putrinya agar tidak terjebak dalam pergaulan bebas.

b. Manfaat bagi remaja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi para remaja

agar tidak terjebak dalam perilaku seksual dan pergaulan bebas.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teori

A.1. Perilaku Seksual

A.1.1. Pengertian Perilaku Seksual

Hurlock (1990:229) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama

jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku yang dilakukan bisa bermacam-macam, mulai

dengan perasaan tertarik, berpandangan, berpegangan tangan sampai perilaku

berkencan, bercumbu dan bersenggama atau berhubungan seksual. Obyek

seksualnya bisa berupa orang lain, khayalan ataupun diri sendiri.

Kebutuhan, keinginan dan aktifitas remaja berubah dengan adanya

kematangan seksual. Remaja putra menjadi tertarik dengan aspek-aspek seksual

dari perilaku dan penampilan remaja putri, sedangkan remaja putri mencari cara

untuk menarik perhatian para lawan jenisnya. Study dari Kuhlen dan Houlihan

(Indirasi,1996:43) menunjukkan bahwa intensitas ketertarikan dengan lawan jenis

dalam masa remaja mengalami kenaikan para generasi-generasi sekarang maupun

yang akan datang dibanding dengan generasi sebelumnya. Berkencan adalah

perilaku yang sering dilakukan oleh para remaja. Kencan yang dimulai diusia 13

atau 14 tahun pada remaja putri dengan diusia 15 atau 16 tahun pada remaja putra

memainkan peranan penting dalam perkembangan identitas dan keintiman

(Indirasi, 1996:23)
Furman dan Wehner (1993:440), pengalaman romantis dalam berkencan

merupakan aspek penting dalam perkembangan karena menolong remaja

membentuk suatu hubungan tetap dengan lawan jenisnya, akan tetapi

meningkatkan masalah kehamilan remaja, perkosaan dalam berkencan, dan

penyakit menular seksual. Kencan dapat mengarahkan kepada munculnya situasi

yang menguntungkan terjadinya eksperimen eksploitasi seksual karena merupakan

ciri dari remaja untuk mencoba hal-hal yang baru yang belum diketahuinya dan

belum pernah dilakukan terhadap dirinya maupun terhadap teman dekatnya.

Seks merupakan hal yang menarik bagi remaja, karena seks adalah sesuatu

yang belum pernah mereka ketahui dan menjadi kebiasaan orang dewasa. Maka

besar kemungkinan mereka akan melakukan percobaan selama masa berkencan

itu.

Definisi perilaku seksual yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis

maupun dengan sesama jenis, dengan batasan usia 15 sampai 18 tahun.

A.1.2 Tingkatan dalam perilaku seksual

London (dalam Candra A, 2008:33) menyebutkan bahwa perilaku seksual

yang dilakukan yang dilakukan para remaja terdiri dari beberapa tingkatan.

Tingkatan yang lebih rendah mendahului sebelum perilaku mereka naik ke tingkat

yang lebih tinggi berikutnya dan berakhir pada perilaku seksual. Tingkatan-

tingkatan tersebut adalah:


1. Awakening or exploration

Merupakan perilaku yang berkaitan dengan keinginan untuk menimbulkan

rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan

membaca buku-buku porno.

2. Autosexuality

Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan masturbasi untuk

mendapatkan kepuasan seksual.

3. Heterosexuality : kissing and necking

Saling merangsang dengan pasangan tetapi tidak mengarah ke daerah sensitif

pasangannya hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya.

4. Heterosexuality : heavy petting

Perilaku saling merangsang dengan pasangannya sampai ke daerah sensitif

pasangannya untuk mencapai kepuasan. Tahap ini adalah awal terjadinya

hubungan seks.

5. Heterosexuality : copulation

Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual

masing-masing.

A.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yaitu:

1) Pengalaman seksual

Makin banyak pengalaman mendenganr, melihat, dan mengalami hubungan

seksual, serta makin banyak stimulasi yang dapat mendorong perilaku seksual.

Misalnya media masa (film, internet, gambar, dan majalah), pembicaraan dari
teman atau pacar tentang pengalaman seks, melihat orang-orang yang tengah

berpacaran dan melakukan hubungan seks

2) Faktor kepribadian, seperti harga diri, kontrol diri, tanggung jawab,

kemampuan membuat keputusan dan nilai-nilai yang dimiliki.

Orang yang punya harga diri positif mampu mengelola dorongan dan

kebutuhan secara memadai, memiliki penghargaan yang kuat terhadap diri dan

orang lain, mampu mempertimbangkan resiko perilaku sebelum mengambil

keputusan, mampu mengikatkan diri pada teman sebaya secara sehat dan

proporsional, cenderung dapat mencari penyaluran dorongan seksual secara

sehat dan bertanggung jawab.

3) Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan

Orang yang memiliki penghayatan yang kuat tentang nilai-nilai keagamaan,

integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan perilaku seksual

yang selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari

perilaku yang produktif.

4) Berfungsinya keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol, penanaman nilai

moral, dan keterbukaan komunikasi

Keluarga yang mampu berfungsi secara optimal membantu remaja untuk

menyalurkan dorongan seksualnya dengan cara yang selaras dengan norma

dan nilai yang berlaku serta menyalurkan energi psikis secara produktif.

5) Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang

kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif


cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan secara sehat dan

bertanggung jawab (Bachtiar:2004).

A.2. Harga Diri

A.2.1 Pengertian Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,

1991).

Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau

harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri

rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah

dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).

Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.

Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga

diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam

kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait

dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan

skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif

terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri

rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( evaluasi diri negatif

yang telah berlangsung lama ), dan dapat di ekspresikan secara langsung atau

tidak langsung (nyata atau tidak nyata). (http://library.usu.ac.id/Dmodload

/pengertian+harga+diri.html)
Coopersmith (dikutip dalam Burn, 1998) mengatakan bahwa : “Harga diri

merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya,

terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu

terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan”. Secara singkat,

harga diri adalah “Personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti

yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.”

Harga diri merupakan dari konsep diri seperti yang diutarakan oleh Beane &

Lipka (1986) bahwa harga diri adalah penilaian yang individu berikan kepada

konsep dirinya. Coopersmith (dalam Asmaradewi,2002:46) mendefinisikan harga

diri sebagai suatu penilaian yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya sendiri.

Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan dan

menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting,

berhasil dan berharga. Kesadaran tentang diri dan perasaan terhadap diri sendiri

itu akan menimbulkan suatu penilaian terhadap diri sendiri baik itu positif

maupun negatif.

Individu yang mampu menilai dirinya sebagaimana adanya menunjukkan yang

baik pada dirinya. Individu yang dapat menghargai dirinya adalah individu yang

memiliki harga diri positif. Individu yang memiliki harga diri positif akan

menghargai dirinya merasa dirinya berharga sebagai orang yang memiliki

keterbatasan serta berusaha untuk mengembangkan dirinya.

Coopersmith (dalam Asmaradewi,2002:48) sedangkan individu yang memiliki

harga diri yang rendah atau negatif biasanya merasa kurang puas, kurang mampu,

kurang berharga, kurang berdaya dan rendah diri serta merasa bersalah malu dan

depresi.
Hurlock (1999) harga diri merupakan evaluasi diri yang dibuat dan

dipertahankan oleh seseorang yang berasal dari interaksi sosial dalam keluarga

serta penghargaan, perlakuan, dan penerimaannya dari orang lain. (http://library.

usu.ac.id /download/fk/06009832.pdf)

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga diri

merupakan penilaian individu yang diberikan kepada dirinya sendiri yang meliputi

penilaian positif atau negatif yang di nyatakan dengan sikap menghargai atau

tidak menghargai diri sendiri maupun orang lain.

A.2.2 Komponen-komponen Harga Diri

Felker (dalam Asmaradewi, 2002:32 ) ada tiga komponen dalam pembentukan

harga diri, yaitu:

1. Feeling of belonging, perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian

dari suatu kelompok dan bahwa ia diterima serta dihargai oleh anggota

kelompoknya. Individu akan memiliki nilai positif akan dirinya bila

mengalami perasaan diterima atau menilai dirinya bagian dari kelompoknya.

Begitu juga sebaliknya, individu akan merasa memiliki nilai yang negatif

apabila mengalami perasaan tidak diterima.

2. Feeling of competence, yaitu perasan individu bahwa ia mampu mencapai

suatu hasil yang diharapkan. Bila individu merasa telah mencapai tujuan

secara efisien, maka individu tersebut akan memberikan penilaian yang positif

pada dirinya.

3. Feeling of worth, perasaan individu bahwa dirinya berharga, perasaan ini

seringkali muncul dalam bentuk pernyataan yang sifatnya pribadi seperti


pandai, cantik, menawan, langsing, dan lain-lain. Individu yang mempunyai

perasaan berharga akan menilai dirinya positif dari pada yang tidak berharga.

Sementara Harter (dalam Papalia & Olds,1998) harga diri itu bersumber dari

dua hal yaitu :

1. Cara individu melihat kemampuan dirinya akan berbagai aspek kehidupan

2. Besarnya dukungan sosial yang didapat dari orang lain

Kemampuan diri terbagi atas lima domain yaitu : (1) Kemampuan di sekolah,

(2) Penampilan fisik, (3) Penerimaan sosial, (4) Perilaku, (5) Atletis.

Dari hal diatas yang memberikan kontribusi yang besar adalah seberapa besar

individu menerima penghargaan atau dukungan dari orang tertentu dan berarti

dalam hidupnya. Orang yang berpengaruh dalam memberikan dukungan ataupun

penghargaan adalah orang tua, teman sekelas, dan guru. (Papalia & Olds,1998

dalam http://library.usu.ac.id/download/fk/06009832.pdf)

A.2.3 Karakteristik-karakteristik Harga Diri

Coopersmith (dalam Rahmawati, 2006) harga diri mempunyai beberapa

karakteristik, yaitu : (1) harga diri sebagai sesuatu yang bersifat umum; (2) harga

diri bervariasi dalam berbagai pengalaman; dan (3) evaluasi diri. Individu yang

memiliki harga diri tinggi menunjukkan perilaku menerima dirinya apa adanya,

percaya diri, puas dengan karakter dan kemampuan diri dan individu yang

memiliki harga diri rendah, akan menunjukkan penghargaan yang buruk terhadap

dirinya sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial

(Stuart dan Sundeen, 1991 dan Keliat, 1995)


Coopersmith (dalam Rahmawati, 2006:30) membedakan tiga jenis harga diri

menurut karakteristik individu, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Karakteristik-

karakteristik tersebut adalah :

1. Individu dengan harga diri tinggi

1) Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik

2) Berhasil dalam bidang akademik, terlebih dalam mengadakan hubungan

sosial

3) Dapat menerima kritik dengan baik

4) Percaya terhadap persepsi dan dirinya sendiri

5) Tidak terpaku pada dirinya sendiri atau tidak hanya memikirkan

kesulitannya sendiri

6) Keyakinan akan dirinya tidak berdasar pada fantasinya, karena memang

mempunyai kemampuan, kecakapan sosial dan kualitas diri yang tinggi

7) Tidak terpengaruh terhadap penilaian dari orang lain tentang sifat atau

kepribadiannya, baik positif maupun negatif

8) Akan menyesuaikan diri dengan mudah terhadap lingkungan yang belum

jelas

9) Akan lebih banyak menghasilkan suasana yang berhubungan dengan

kesukaan sehingga tercipta tingkat kecemasan dan perasaan tidak aman

yang rendah serta memiliki daya pertahanan yang seimbang.

2. Individu dengan harga diri sedang

Karakteristik individu dengan harga diri sedang hampir sama dengan yang

dimiliki harga diri tinggi, terutama dalam kualitas, perilaku dan sikap. Pernyataan

diri mereka memang positif, namun cenderung kurang moderat. (Coopersmith


dalam Asmaradewi, 2002:30), individu dengan harga diri sedang cenderung

memandang dirinya lebih baik dari kebanyakan orang.

3. Individu dengan harga diri rendah

1) Memiliki perasaan yang inferior

2) Takut dan mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial

3) Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi

4) Merasa diasingkan dan tidak diperhatikan

5) Kurang dapat mengekspresikan diri

6) Sangat tergantung pada lingkungan

7) Tidak konsisten

8) Secara pasif akan selalu mengikuti yang ada di lingkungannya

9) Menggunakan banyak taktik pertahanan diri

10) Mudah mengakui kesalahan

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik harga diri

ada tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Karakteristik-karakteristik atau indikator-indikator dari harga diri yang ada

dalam teori Coopersmith adalah sebagai berikut :

1. Aktif dalam lingkungan

Mereka bertanggung jawab sepenuhnya atas pencapaian cita-cita. Mereka

bertanggung jawab sepenuhnya atas eksistensi mereka sendiri, orang-

orang yang bertanggungjawab atas eksistensi mereka sendiri cenderung

membangkitkan harga diri yang sehat.

2. Dapat mengkspresikan diri

Ekspresi diri dalam tindakan yang berarti mempunyai ketegasan diri


3. Berhasil dalam bidang akademik

Sukses memenuhi tuntutan prestasi ditandai oleh keberhasilan individu

dalam mengerjakan bermacam-macam tugas pekerjaan dengan baik dan

benar

4. Mengadakan hubungan sosial

Akan menyesuaikan diri dengan mudah terhadap lingkungan yang belum jelas

5. Dapat menerima kritik

6. Mempunyai kepercayaan diri

Kepercayaan diri dan keyakinan diri yang tinggi disebabkan karena

mereka mempunyai kompetensi-kompetensi dalam mengatasi

permasalahan.

7. Tidak hanya memikirkan kesulitan sendiri

8. Keyakinan akan dirinya tidak berdasarkan pada fantasinya

Karena memang mempunyai kemampuan, kecakapan sosial, dan kualitas

diri yang tinggi

9. Tidak terpengaruh terhadap penilaian orang lain

Penilaian orang lain tentang sifat atau kepribadian, baik positif maupun

negatif

10. Konsisten dalam lingkungan

Di dalam lingkungan konsisten dan juga dalam komunikasi pun konsisten

dengan ucapannya.
A.2.4 Aspek- aspek Harga Diri

Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam empat aspek :

1) Kekuasaan (power)

Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain.

Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima

individu dari orang lain.

2) Keberatian (significance)

Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari orang

lain.

3) Kebajikan (virtue)

Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk

menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.

4) Kemampuan (competence)

Sukses memenuhi tuntutan prestasi.

Dari penjelasan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa ada beberapa aspek

dalam harga diri yang bernilai kekuasaan, keberartian, kebijakan dan kemampuan.

Apabila keempat aspek itu terpenuhi maka akan menjadi diri yang positif dan

mempunyai harga diri yang tinggi.

A.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Diri

Faktor-faktor yang melatarbelakangi harga diri yaitu : (1) pengalaman; (2)

pola asuh; (3) lingkungan; dan (4) sosial ekonomi (Coopersmith, dalam Sriati.

2007). Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan

kejadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan


meninggalkan kesan dalam hidup individu. (Yusuf, 2000). Pola asuh merupakan

sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya yang meliputi cara orang

tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua

menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatiannya serta

tanggapan terhadap anaknya (Shochih, 1998). Lingkungan memberikan dampak

besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orang tua,

teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa aman dan

nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya (Yusuf, 2000). Sosial

ekonomi merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang untuk memenuhi

dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial yang berpengaruh pada

kebutuhan hidup sehari-hari (Ali dan Asrori, 2004).

A.2.6 Hambatan dalam Perkembangan Harga Diri

Dariuszky (dalam Sriati, 2008:31) yang menghambat perkembangan harga diri

adalah :

1. Perasaan takut, yaitu kekhawatiran atau ketakutan (fear). Dalam kehidupan

sehari-hari individu harus menempatkan diri di tengah-tengah realita. Ada

yang menghadapi fakta-fakta kehidupan dengan penuh kebenaran, akan tetapi

ada juga yang menghadapinya dengan perasaan tidak berdaya. Ini adalah

tanggapan negatif terhadap diri, sehingga sekitarnya pun merupakan sesuatu

yang negatif bagi dirinya. Tanggapan ini menjadikan individu selalu hidup

dalam ketakutan yang akan mempengaruhi seluruh alam perasaannya sehingga

terjadi keguncangan dalam keseimbangan kepribadian, yaitu suatu keadaan

emosi yang labil. Maka dalam keadaan tersebut individu tidak berpikir secara
wajar, jalan pikirannya palsu, dan segala sesuatu yang diluar diri yang

dipersepsikan secara salah. Dengan demikian tindakan-tindakannya menjadi

tidak adekuat sebab diarahkan untuk kekurangan dirinya. Keadaan ini lama

kelamaan tidak dapat dipertahankan lagi, yang akhirnya akan menimbulkan

kecemasan, sehingga jelaslah bahwa keadaan ini akan berpengaruh pada

perkembangan harga dirinya.

2. Perasaan salah yang pertama dimiliki oleh individu yang mempunyai

pegangan hidup berdasarkan kesadaran dan keyakinan diri, atau dengan kata

lain individu sendiri telah menentukan kriteria mengenai mana yang baik dan

buruk bagi dirinya Perasaan salah yang kedua adalah merasa salah terhadap

ketakutan, seperti umpamanya orang tua. Keadaan ini kemudian terlihat dalam

bentuk kecemasan yang merupakan unsur penghambat bagi perkembangan

kepercayaan akan diri sendiri.

A.3. Remaja

A.3.1 Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dan

pada masa ini sering kali menghadapi individu kepada situasi yang

membingungkan, disatu pihak lain remaja dituntut untuk bertingkah laku seperti

orang dewasa.

Monks (1991:217) masa remaja adalah masa transisi atau peralihan karena

remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status
kanak-kanak, dan dipandang dari segi sosial, remaja mempunyai suatu posisi

marginal.

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow

atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang

memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990)

mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian

remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian

masa remaja (adolescence).

Papalia dan Olds (2001:43), masa remaja adalah masa transisi perkembangan

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada

usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua

puluhan tahun.

Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11

hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa

remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17

tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock

karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan

yang lebih mendekati masa dewasa.

Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa

antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)

berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi

perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan

juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka,
dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa

depan.

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan

masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa

sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain

proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah.

Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ

tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan

mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).

Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai masa peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja adalah 15 sampai 18

tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong

dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi

remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan

ke dalam kelompok remaja. Akan tetapi remaja dalam penelitian ini remaja

tengah usianya 15 sampai 18 tahun.

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak. Pada masa ini suasana hati

berubah sangat cepat. Pada masa ini remaja mencari jati diri sehingga seringkali

membutuhkan sosok model yang akan dijadikannya panutan. Dengan model itu,

maka remaja akan lebih percaya diri dan seringkali mengikuti style atau apapun

yang dilakukan sang model (Desmita,2002:91).


A.3.2 Ciri-ciri Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi

perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa

perubahan yang terjadi selama masa remaja.

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang

dikenal dengan sebagai masa storm and stress. Peningkatan emosional ini

merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa

remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda

bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya.

Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja,

misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak,

mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan

tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan

nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.

Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan

kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik

perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi

maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi

tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang

lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa

dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih
matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar

pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan

ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi

dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya

dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis,

dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-

kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang

terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka

takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta

meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab

tersebut. (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php?option=com.html)

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada masa remaja

terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis.

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja tersebut antara lain:

1. Masa remaja sebagai periode penting, karena terjadi perkembangan fisik dan

mental yang cepat.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan, terjadi perubahan emosi tubuh, minat

dan peran, perubahan nilai-nilai dan tanggung jawab.


4. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena kebanyakan remaja tidak

berpengalaman dalam mengatasi masalah dan karena remaja merasa sudah

mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri. Identitas diri yang dicari

remaja berupa usaha untuk mencari siapa diri, apa perannya dalam

masyarakat, apakah ia seorang anak atau dewasa.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, anggapan stereotipe

budaya yang bersifat negatif terhadap remaja, mengakibatkan orang dewasa

tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, remaja melihat dirinya dan

orang lain sebagaimana yang mereka inginkan.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, remaja berperilaku yang

dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok, minum-minuman keras,

obat-obatan dan terlibat seks, agar mereka memperoleh citra yang mereka

inginkan (Hurlock, 1996)

A.3.3 Aspek Perkembangan Pada Masa Remaja

3.3.1 Perkembangan fisik

Wirawan (1991:51) masa remaja adalah peralihan dari anak-anak ke dewasa,

bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-

perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik

tersebut. Perubahan-perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada

perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan (badan menjadi makin panjang

dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pertama
pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder

pada tubuh.

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada

tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001).

Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi

reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya

adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah

kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna

meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

3.3.2 Perkembangan Seksual

Masa remaja adalah waktu untuk penjelajahan dan eksperimen, fantasi

seksual, dan kenyataan seksual, untuk menjadikan seksualitas sebagai bagian dari

identitas seseorang. Remaja sering kali dibanjiri dengan pesan-pesan seksual.

Remaja mempunyai keingintahuan yang tinggi dan tidak pernah terpuaskan

mengenai seksualitas. Mereka berfikir apakah menarik secara seksual, dan apakah

hubungan seksual adalah normal.

Perkembangan seksualitas pada masa remaja ditandai dengan matangnya

organ reproduksi. Kejadian penting dalam masa pubertas antara lain : menstruasi,

yaitu proses rahim yang melakukan penebalan dinding luar, dikomando oleh

hormom progesteron, gunanya agar apabila terjadi pembuahan, dinding luar siap

menerima zigote (sel telur yang sudah dibuahi), tetapi apabila tidak ada

pembuahan maka dinding rahim akan meluruh menjadi darah menstruasi seiring
dengan terjadinya perubahan hormon, dan hal ini akan berlangsung secara

periodik. Kejadian penting lainnya adalah mimpi basah. Hal ini terjadi karena

remaja laki-laki memproduksi sperma setiap harinya. Jika sperma tidak disalurkan

keluar, misal melalui senggama maka air mani dapat keluar melalui mimpi basah

yaitu keluarnya air mani dengan sendirinya pada waktu tidur. Pada saat mimpi

basah terjadi suatu ejakulasi (Sutiretna, 2006: 46).

Setelah wanita mengalami menstruasi yang pertama dan mimpi basah pada

laki-laki, maka sejak itu fungsi reproduksinya bekerja dengan segala

konsekwensinya. Dalam memasuki masa-masa ini, idealnya remaja membutuhkan

pendampingan. Kebingungan atas apa yang sedang terjadi pada tubuhnya sering

dianggap tabu untuk ditanyakan. Sejak pada masa remaja, pada diri seorang anak

terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk tubuh yang disertai dengan

perubahan struktur dan fungsi. Pematangan kelenjar pituitary berpengaruh pada

proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai

perempuan dewasa atau laki-laki dewasa.

Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-

perubahan fisik (meliputi penampilan fisik sepeti bentuk dan proporsi tubuh) dan

fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan tubuh ini disertai

dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan sekunder.

Karakteristik seksual primer mencangkup perkembangan organ-organ reproduksi,

sedang karakteristik seksual sekunder mencangkup perubahan dalam bentuk tubuh

sesuai jenis kelamin, misalnya perkembangan payudara dan panggul pada remaja

putri, perubahan suara, tumbuhnya kumis, munculnya bulu di dada, di kaki pada

remaja laki-laki.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12

hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan menjadi tiga,

yaitu masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18,

dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Sarwono, 2006:190). Kematangan

seksual pada remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan

remaja tentang seksual. Kurangnya pemahaman remaja tentang seksualitas akan

memunculkan perilaku seksual remaja yang tidak sehat dan tidak bertanggung

jawab (Imran, 2002:10). Akan tetapi yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah remaja tengah dengan usia 15-18 tahun (Sarwono, 2006:190). (http://

mitrariset.blogspot.com/2009/04/perilaku-seksual-remaja.html)

3.3.3 Perkembangan Sosial

Monks (1991:231-235) percepatan perkembangan dalam masa remaja yang

berhubungan dengan pemasakan seksualitas, juga mengakibatkan suatu perubahan

dalam perkembangan sosial remaja. Dalam perkembangan sosial remaja dapat

dilihat adanya dua macam gerak yaitu yang pertama gerak memisahkan diri dari

orang tua dan kedua adalah gerak menuju kearah teman-teman sebaya. Dua

macam gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda. Dan

keadaan sudah dewasa secara jasmani dan seksual, remaja masih terbatas dalam

kemungkinan-kemungkinan perkembangannya, mereka masih tinggal bersama

orang tuanya.

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman

sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding

pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah
seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger,

1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran

kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui

cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang

memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja

dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya

(Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan

keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993;

Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan

Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan

sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan

dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi

misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa

yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).

3.3.4 Perkembangan Psikologis dan Emosi

Wirawan (1991:77) mengatakan, bahwa remaja mengalami perkembangan

dalam integensinya yang mana integensi adalah keseluruan kemampuan individu

untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai

lingkungan secara efektif.


Wirawan (1991:83-84) emosi yang tak terkendali itu antara lain disebabkan

oleh konflik peran yang sedang dialami oleh remaja. Ia ingin bebas tapi masih

tergantung pada orang tua.

Pada umumnya, remaja ingin memperoleh kebebasan emosional. Mereka

ingin bebas melakukan apa saja yang mereka sukai. Tak heran, sebab dalam masa

peralihan dari anak-anak menuju dewasa, seorang remaja memang senantiasa

berusaha agar pendapat atau pikiran-pikirannya diakui dan disejajarkan dengan

orang dewasa, dalam kedudukannya yang bukan lagi sekedar objek.

Dengan demikian jika terjadi perbedaan pendapat antara anak dengan orang

tua, maka pendekatan yang bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih

bijaksana. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan membangun rasa saling

pengertian, dimana masing-masing pihak berusaha memahami sudut pandang

pihak lain.

Saling pengertian juga dapat dibangkitkan dengan bertukar pengalaman atau

dengan melakukan beberapa aktivitas tertentu bersama-sama, di mana orang tua

dapat menempatkan dirinya dalam situasi remaja, dan sebaliknya. Menurut

Gordon, inti dari metode pemecahan konflik yang aman antara orang tua dan anak

adalah dengan menjadi pendenganr aktif.

Bentuk atau jenis emosi pada manusia itu ternyata banyak, misalnya; takut,

khawatir, cemas, marah, sebal, frustrasi, cemburu, iri hati, ingin tahu, sayang,

cinta, benci, duka cita, bahagia, dan masih banyak lagi.

Ciri-ciri perkembangan psikis remaja sebagai berikut:

1. Lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan dengan meledak-ledak.


2. Kondisi emosional yang muncul tadi berlangsung lama, sampai akhirnya

kembali dalam keadaan semula.

3. Emosi yang muncul sudah bervariasi, bahkan kadang bercampur-baur antara

dua emosi yang (sebenarnya) bertentangan. Misalnya, benci dan sayang dalam

satu waktu.

4. Mulai muncul ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi

(sayang, cemburu, dan sebagainya).

5. Mudah tersinggung dan merasa malu, karena umumnya sangat peka terhadap

cara orang lain memandang kita. Tapi ini juga sangat tergantung dari

perkembangan konsep diri kita. (http://chairunnisa-uin-bind-2b.blogspot.com

/2008/03/tugas-psikologi-perkembangan-remaja.html)

3.3.5 Perkembangan Moral

Pada perkembangan moral ini Hurlock (1990:225) menyatakan bahwa remaja

diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan

merumuskannya kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman

perilakunya.

William James, seorang psikolog yang mendalami psikologi agama

mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama

cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan

dengan sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan

vitalitas.

Sebaliknya, orang yang memandang agama sebagai suatu kebiasaan yang

membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban, akan memiliki jiwa
yang sakit (sick soul). Dia akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa bersalah,

murung serta tertekan.

Bagi keluarga Muslim, nampaknya harus mulai ditanamkan pemahaman

bahwa di usianya si remaja sudah termasuk baligh. Artinya dia sudah aktif, atau

bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban agama serta menanggung sendiri

dosa-dosanya apabila melanggar kewajiban-kewajiban tersebut. Dengan

pemahaman yang kuat terhadap nilai-nilai moral dan agama, maka lingkungan

yang buruk tidak akan membuatnya menjadi buruk. Bahkan boleh jadi, si remaja

sanggup proaktif mempengaruhi lingkungannya dengan frame religius. (http://

chairunnisa-uin-bind-2b.blogspot.com/2008/03/tugas-psikologi-perkembangan-

remaja.html)

A.3.5 Harga Diri Remaja

Flemming & Courtney (dalam Frey, 1994:34) mengemukakan bahwa harga

diri pada remaja dibagi menjadi lima aspek, yaitu :

1. Perasaan ingin dihormati

Perasaan ingin diterima oleh orang lain, perasaan ingin dihargai, didukung,

diperhatikan, dan merasa diri berguna.

2. Percaya diri dalam bersosialisasi

Merasa percaya diri, mudah bergaul dengan orang lain, baik baru dikenal

maupun baru dikenal.

3. Kemampuan akademik

Sukses memenuhi tuntutan prestasi ditandai oleh keberhasilan individu dalam

mengerjakan bermacam-macam tugas pekerjaan dengan baik dan benar.


4. Penampilan fisik

Kemampuan merasa diri punya kelebihan, merasa diri menarik, dan merasa

percaya diri.

5. Kemampuan fisik

Mampu melakukan sesuatu dalam bentuk aktivitas, dapat berprestasi dalam

hal kemampuan fisik.

Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan harga diri pada remaja, seperti

yang dikemukakan oleh Dariuszky (2004:35), yaitu : (1) memberikan perhatian

secara pribadi disaat mereka membutuhkan; (2) memperlihatkan kasih sayang

dalam bentuk ucapan maupun tindakan; (3) memberikan pujian secara spesifik;

(4) menjelaskan apa yang baik dan tidak baik; (5) melakukan sesuatu yang khusus

supaya dapat memuaskan kebutuhan atau memintanya dalam hal tertentu; (6)

menjelaskan dan tegaskan bakat istimewa yang dimilikinya; (7) menghargai

prestasi baiknya mulai dari yang sederhana dengan senyum dan pujian.

Selain hal-hal di atas, harga diri remaja yang mengalami deviasi seksual dapat

ditingkatkan melalui training pengembangan diri.

B. Hubungan Antar Variabel

Hubungan antara harga diri dengan perilaku seksual dilihat dari aspek

kepribadiannya karena harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang

mempunyai peran penting dan pengaruh besar terhadap sikap dan perilaku

individu. Harga diri menggambarkan sejauh mana individu menilai dirinya

sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten

(Copersmith, dalam Burn, 1998 dan Stuart & Sundeen, 1991). Individu yang
punya harga diri tinggi mampu mengelola dorongan dan kebutuhan secara

memadai, memiliki penghargaan yang kuat terhadap diri dan orang lain, mampu

mempertimbangkan resiko perilaku sebelum mengambil keputusan, mampu

mengikatkan diri pada teman sebaya secara sehat dan proporsional, cenderung

dapat mencari penyaluran dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab.

(Copersmith, 1998:45)

Tingkat harga diri dengan perilaku seksual pada remaja itu saling

berhubungan. Apabila tingkat harga diri remaja tinggi maka remaja akan

meminimalisir perilaku seksualnya.

C. Kerangka Konseptual

Bagan atau gambar yang menunjukkan hubungan tingkat harga diri terhadap

perilaku seksual.
Remaja

Perkembangan
Seksual

Harga Diri : Perilaku Seksual:


1) Aktif dalam lingkungan 1. Awakenig or exploration
2) Dapat mengekspresikan diri - Melakukan fantasi
3) Berhasil dalam bidang akademik - Menonton film porno
4) Mengadakan hubungan sosial - Membaca buku-buku porno
5) Dapat menerima kritik 2. Autosexuality
6) Percaya terhadap persepsi dan dirinya - Melakukan masturbasi
sendiri - Melakukan onani
7) Tidak hanya memikirkan kesulitan 3. Heterosexuality : kissing and necking
sendiri - Melakukan ciuman bibir (wet kissing)
8) Keyakinan akan dirinya tidak - Melakukan ciuman di daerah sekitar leher
berdasarkan pada fantasinya (necking)
9) Tidak terpengaruh terhadap penilaian 4. Heterosexuality : heavy petting
dari orang lain - Bercumbu dengan lawan jenis
10) Konsisten dalam komunikasi 5. Heterosexuality : copulation
- Hubungan dengan lawan jenis

Gambar 2.1
Kerangka konseptual

B. Hipotesis

Ho : Ada tidaknya hubungan antara tingkat harga diri dengan tingkat perilaku

seksual pada remaja


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah kuantitatif, penelitian pada umumnya dinyatakan

dalam bentuk jumlah atau angka yang dapat dihitung secara matematika dan

dalam penelitiannya dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus statistik”

(Haryono dan Ilkodar, 2005 : 47).

Penelitian ini juga digolongkan ke dalam penelitian korelasi yaitu penelitian

yang pada umumnya bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan, dan seberapa

besar derajat hubungannya antara berbagai variabel. Walaupun tidak dapat

diketahui apakah hubungan tersebut bersifat sebab akibat atau bukan (Zainuddin,

2000 : 29)

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiono, 2004:39)

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat :

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah konsekuensi atau akibat yang timbul dari variabel

bebas (Nasir, 1988:150). Adapun variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu

Y = Tingkat Perilaku Seksual.


Perilaku seksual Harga diri
(variabel X) (Variabel Y)

Gambar 1 : Skema Hubungan Antara Variable X dan Y

2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah anteseden yang mempengaruhi terjadinya variabel

terikat (Nasir, 1988:150). Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu X =

Tingkat Harga Diri.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel yaitu dengan

memberikan dan melakukan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu

dilakukan untuk mengukur variabel tersebut. Suatu definisi operasional

merupakan semacam petunjuk pelaksanaan mengukur suatu variabel (Normala,

1999:65). Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Tingkat Perilaku Seksual

London (dalam Candra A, 2008) perilaku seksual adalah segala tingkah

laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis.

Indikator-indikator yang digunakan untuk memudahkan memberikan

penilaian

1. awakenig or exploration

1) Melakukan fantasi

2) Menonton film porno

3) Membaca buku-buku porno


2. Autosexuality

1) Melakukan masturbasi

2) Melakukan onani

3. Heterosexuality : kissing and necking

1) Melakukan ciuman bibir (wet kissing)

2) Melakukan ciuman di daerah sekitar leher (necking)

4. Heterosexuality : heavy petting

1) Bercumbu dengan lawan jenis

5. Heterosexuality : copulation

1) Hubungan dengan lawan jenis

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.

Interpretasinya adalah semakin tinggi skor maka semakin sering perilaku

seksual yang dilakukan, sebaliknya semakin rendah skor maka semakin jarang

tingkat perilaku seksual yang dilakukan.

2. Tingkat Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,

1991).

Indikator – indikator yang digunakan untuk memudahkan memberikan

penilaian pada variabel harga diri adalah sebagai berikut :

1) Aktif dalam lingkungan

2) Dapat mengekspresikan diri

3) Berhasil dalam bidang akademik

4) Mengadakan hubungan sosial


5) Dapat menerima kritik

6) Percaya terhadap persepsi dan dirinya sendiri

7) Tidak hanya memikirkan kesulitan sendiri

8) Keyakinan akan dirinya tidak berdasarkan pada fantasinya

9) Tidak terpengaruh terhadap penilaian dari orang lain

10) Konsisten dalam komunikasi

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.

Interpretasinya adalah semakin tinggi skor maka semakin tinggi tingkat harga

dirinya, sebaliknya semakin rendah skor maka semakin rendah tingkat harga

dirinya.

D. Populasi dan Teknik Sampling

Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan

diduga. Populasi dibatasi sebagai jumlah pendapat yang paling sedikit mempunyai

sifat yang sama.

Populasi yang digunakan penelitian ini adalah remaja tengah yang di Desa

Mojopuro Wetan Bungah Gresik dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan

2. Berusia antara lima belas sampai delapan belas tahun, karena pada usia lima

belas tahun sampai delapan belas tahun itu menurut teori perkembangan

tergolong pada masa remaja tengah.


3. Siswa dan siswi kelas satu sampai dengan kelas tiga sekolah menengah atas

yang mempunyai teman dekat (pacar) di Desa Mojopuro Wetan sebanyak 35

remaja.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91).

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel

(Sugiyono, 2003:92). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik sampling yang mana semua sampel dari penelitian ini adalah remaja awal

yang duduk di kelas 1-3 sebanyak 35 remaja yang ada di Desa Mojopuro Wetan

tersebut.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Sogiono, 2004 :96).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan masalah yang penting dalam penelitian

karena akan mempengaruhi baik dan buruk hasil penelitian. Teknik pengumpulan

data yang baik memungkinkan suatu gejala atau obyek dapat diidentifikasikan

dengan baik. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian

ini, maka pengumpulan data dilakukan dengan metode angket. Metode ini

berfokus pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya

pada pengetahuan dan keyakinan pribadi (hadi, 1989)

Pengumpulan angket berdasarkan pertimbangan :


1. Waktu untuk mendapatkan data relatif singkat, dan waktu singkat dapat

diperoleh banyak data.

2. Dapat dilakukan sekaligus pada subyek besar.

3. Biaya relatif murah (Suryabrata, 1990 : 17-18).

Angket yang disajikan pada subyek penelitian meliputi 2 macam yaitu :

1. Angket perilaku seksual

Angket ini dibuat untuk mengetahui tingkat perilaku seksual yang akan

dijaring melalui item-item yang mengidentifikasi lima tingkatan dalam

perilaku seksual sebagai indikator yaitu awakening or exploration,

autosexuality, heterosexuality : kissing and necking, heterosexuality : heavy

petting, dan heterosexuality : copulation.

Ada beberapa pertanyaan yang harus disikapi oleh responden dengan cara

memilih salah satu dari lima alternative jawaban yang telah disediakan yaitu :

sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Penyusunan

angket ini mengacu pada prinsip likert, sehingga pertanyaan-pertanyaan dalam

angket tersebut disusun dalam dua pengelompokan yaitu pertanyaan yang

mendukung (favorabel) dan pertanyaan tidak mendukung (unfavorabel).

Tabel 1. Skoring Skala Likert

Dengan ketentuan skor tiap item pertanyaan sebagai berikut :

ITEM POSITIF (FAVORABEL) ITEM NEGATIF (UNFAVORABEL)


Sangat setuju :5 Sangat setuju :1
Setuju :4 Setuju :2
Kadang-kadang :3 Kadang-kadang :3
Tidak setuju :2 Tidak setuju :4
Sangat tidak setuju :1 Sangat tidak setuju : 5
Tabel 2. Blueprint Perilaku Seksual

N Komponen Perilaku Nomer Aitem Jumlah Bobot


o seksual favorabel unfavorabel item (%)
1 Awakening or exploration
a. Melakukan fantasi 4, 8, 14 18, 22, 26 24 34,28
b. Menonton film porno 6, 10, 12, 2, 16, 20, 28 %
24
c. Membaca buku-buku 30, 32, 34, 21, 41, 43, 45,
porno 36,39 47
2 Autosexuality
a. Melakukan masturbasi
atau onani 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 46, 12 17,14
15, 37 17, 19 %
3 Heterosexuality : Necking
and petting
a. Melakukan ciuman
bibir (wet kissing) 23, 25, 27 29, 31, 33 12 17,14
b. Melakukan ciuman %
leher (necking)
35, 38, 48 40, 42, 44
4 Heterosexuality : heavy
petting
Bercumbu dengan lawan 49, 51, 53, 55, 57, 50, 61, 10 14,28
jenis 59, 63 65 %
5 Heterosexuality :
copulation
Hubungan seksual 52, 60, 64, 54, 56, 58, 62, 14 19,44
67, 69, 70, 66, 68, 72 %
71
TOTAL 72 100%

2. Harga diri

Angket ini dibuat untuk mengetahui tingkat harga diri yang akan dijaring melalui

item-item yang mengidentifikasi sepuluh macam karakteristik harga diri yaitu

Aktif dalam lingkungan, dapat mengekspresikan diri dengan baik, berhasil dalam

bidang akademik, mengadakan hubungan sosial, dapat menerima kritik dengan

baik, percaya terhadap persepsi dan dirinya sendiri, tidak hanya memikirkan
kesulitan sendiri, keyakinan akan dirinya tidak berdasar pada fantasinya, tidak

terpengaruh terhadap penilaian dari orang lain, konsisten dalam berkomunikasi.

Ada beberapa pertanyaan yang harus disikapi oleh responden dengan cara

memilih salah satu dari lima alternative jawaban yang telah disediakan yaitu :

sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Penyusunan

angket ini mengacu pada prinsip likert, sehingga pertanyaan-pertanyaan dalam

angket tersebut disusun dalam dua pengelompokan yaitu pertanyaan yang

mendukung (favorabel) dan pertanyaan tidak mendukung (unfavorabel).

Tabel 3. Skoring Skala Likert

Dengan ketentuan skor tiap item pertanyaan sebagai berikut :

ITEM POSITIF (FAVORABEL) ITEM NEGATIF (UNFAVORABEL)


Sangat setuju :5 Sangat setuju :1
Setuju :4 Setuju :2
Kadang-kadang :3 Kadang-kadang :3
Tidak setuju :2 Tidak setuju :4
Sangat tidak setuju :1 Sangat tidak setuju : 5
Tabel 4. Blueprint Harga Diri

No Komponen Nomer Aitem Jumlah Bobot


Harga Diri Favorabel Unfavorabel item (%)
1. Aktif dalam lingkungan 3, 5 1, 8 4 9,52%
2. Dapat mengekspresikan diri 10, 13 15, 19 4 9,52%
dengan baik
3. Berhasil dalam bidang 6, 16 18, 23 4 9,52%
akademik
4. mengadakan hubungan sosial 2, 4 7, 11 4 9,52%
5. Dapat menerima kritik dengan 12, 26 9, 14 4 9,52%
baik
6. Percaya terhadap persepsi dan 21, 30 22, 27 4 9,52%
dirinya sendiri
7. Tidak hanya memikirkan 17, 32 29,40 4 9,52%
kesulitan sendiri
8. Keyakinan akan dirinya tidak 20, 24, 31 25, 28, 35 6 14,28
berdasar pada fantasinya %
9. Tidak terpengaruh terhadap 38, 41 33, 36 4 9,52%
penilaian dari orang lain
10. Konsisten dalam 34, 37 39,42 4 9,52%
berkomunikasi
Total 42 100%

Pengumpulan data dengan menggunakan angket skala likert dengan

pertimbangan sebagai berikut :

1. Skor-skor yang diperoleh dari pengukuran digunakan untuk perbandingan

antar kelompok

2. Skala likert hanya akan memperoleh gambaran kasar posisi subyek pada skala

perilaku yang diukur. Datanya adalah data ordinal, oleh karena itu

interpretasinya adalah lebih tinggi atau lebih rendah, lebih setuju atau lebih

tidak setuju, dan sebagainya.

3. Ingin membandingkan skor subyek dengan kelompok normatif. Interpretasi

skala likert tidak dapat dilakukan secara langsung. Skor subyek baru dapat
diinterpretasikan bila dibandingkan dengan skor-skor lain dalam kelompok

normatifnya.

4. Menginginkan menyusun pengukuran perilaku yang lebih sederhana dan lebih

mudah dilihat. Skala likert jauh lebih sederhana dalam pembuatan

dibandingkan dengan skala lain (Zainuddin,2001:1-2).

Selain itu penggunaan angket dengan skala likert mempunyai kelebihan sebagai

berikut :

1. Dalam menyusun skala, item-item yang tidak jelas menunjukkan hubungan

dengan perilaku yang masi diteliti dapat dimasukkan dalam skala.

2. Skala likert lebih mudah membuatnya.

3. Skala likert mempunyai reliabilitas lebih tinggi dibanding dengan skala lain.

4. Skala likert dapat memperlihatkan item yang dinyatakan dalam beberapa

respon sangat setuju, setuju, bimbang, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Tentang senang terhadap suatu item.

5. Karena angka respon yang lebih besar membuat skala likert dapat memberikan

keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang pendapat atau perilaku

responden tentang variabel yang dipertanyakan.

Skala likert juga mempunyai kelemahan sebagai berikut :

1. Karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal, skala likert hanya dapat

mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan

beberapa kali satu individu lebih baik dari individu lain.

2. kadangkala total skor dari individu tidak memperlihatkan arti yang jelas,

karena banyak pola respon terhadap beberapa item akan memperlihatkan skor

yang sama.
F. Validitas Alat Ukur

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument dikatakan valid apabila dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Jenis validitas yang digunakan adalah validitas logik. Validitas logik adalah

Konsep validitas logik bertitik tolak dari konstruksi teoritik tentang faktor-faktor

yang hendak diukur oleh suatu alat pengukur. Dari konstruksi teoritik ini

dilahirkan definisi-definisi yang digunakan oleh pembuat alat pengukur sebagai

pangkal kerja dan sebagai ukuran valid atau tidaknya suatu alat pengukur yang

dibuatnya. Jika secara sistematik alat pengukur yang bermacam-macam

menunjukkan hasil yang bertentangan dengan teori yang dikonstruksi secara

logik, maka teori itu mulai diragukan kebenarannya. Kriteriumnya lebih

ditekankan pada definisi teoritik.

Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian terhadap validitas

kuesioner adalah korelasi produk momen (moment product correlation), antara

skor setiap butir pertanyaan dengan skor total, sehingga sering disebut sebagai

inter item-total correlation. Formula yang digunakan untuk itu adalah:

Dengan rumus sebagai berikut :

N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X }{ }
rxy = (1)
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2 2
Dimana

r = koefesien validitas

N = jumlah responden

X = skor masing-masing item

Y = skor total

Kriteria pemilihan item menurut Azwar (2004:65) berdasarkan korelasi

product moment biasanya digunakan batasan rix > 0,30 semua item yang

mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap

memuaskan. Item yang memiliki harga rix kurang dari 0,30 dapat diintepretasikan

sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah.

G. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas tes adalah proporsi variabilitas skor tes yang disebabkan oleh

perbedaan yang sebenarnya diantara individu, sedangkan ketidakreliabelan adalah

proporsi variabilitas skor tes yang disebabkan oleh error pengukuran. Azwar

(1999:33)

Untuk mencari perhitungan reliabilitas menggunakan teknik pengujian alfa

cronbach. Dalam hal ini, penelitian menggunakan program perhitungan lewat

komputer yaitu SPSS 12.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

⎡ k ⎤ ⎡ ∑ σ b2 ⎤
r11 = ⎢
( − 1) ⎥ ⎢1 − σ 2 ⎥ (2)
⎣ k ⎦⎣ t ⎦
Dimana

K = jumlah item valid

ΣSD²x = varians butir

SD²y = varians total

H. Metode Analisis Data

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka dalam menganalisis data

ini penulis menggunakan Teknik Analisis Statistik. Tipe statistik yang dipakai

adalah korelasi product moment dari pearson, yang bertujuan untuk mengukur

kekuatan asosiasi (hubungan) antara dua variabel, karena bentuk hipotesis

penelitian ini adalah hubungan antara dua variabel yang saling mempengaruhi.

Dengan kata lain, tidak membedakan antara variabel terikat dengan variabel

bebas. (Ghozali, 2002:42)

Nilai yang dapat diperoleh dari korelasi adalah positif, negatif atau tidak

berkorelasi. Dikatakan berkorelasi positif, jika data tersebut cenderung berubah

secara berpasangan dalam arah yang sama, yaitu dalam arah menaik berubah

dalam arah yang berlawanan, yaitu bila suatu variabel menaik maka variabel yang

lain menurun atau sebaliknya bila variabel yang satu menurun maka variabel yang

lain menaik.

Pelaksanaan analisa yang digunakan (product Moment) ini menggunakan

program SPSS 12.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dibahas mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian,

serta saran-saran yang sekiranya bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

A. Simpulan

Hasil perhitungan juga menunjukkan r = -0,589, p = 0.00, p <0,05. Taraf

signifikan p lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis kerja diterima. Berdasarkan data

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara

tingkat harga diri dengan tingkat perilaku seksual remaja. Hal tersebut berarti

semakin tinggi tingkat harga diri maka akan semakin rendah kecenderungan

tingkat perilaku seksual remaja.

B. Saran-saran

Baberapa saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian ini

meliputi saran-saran yang bersifat ilmiah dan saran-saran yang bersifat praktis

baik bagi remaja, orangtua maupun peneliti selanjutnya yang mengangkat tentang

variabel penelitian ini :

1. Secara teoritis

Bagi peneliti selanjutnya

a. Berkaitan dengan kepentingan metodologis maka jika ada peneliti

yang menggunakan variabel yang sama pada penelitian ini, sebaiknya

lebih memperhatikan dan menambah variabel atau aspek-aspek lain

yang kemungkinan ada hubungan dalam melakukan perilaku seksual.

Peneliti selanjutnya juga bisa menambah data-data dengan melakukan


observasi dan wawancara untuk mendukung data yang diperoleh

dengan alat ukur yang lain.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau informasi

bagi perkembangan teori-teori di bidang psikologi.

2. Secara praktis

a. Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberi masukan terhadap

masyarakat terutama orang tua dari remaja yang bersangkutan agar lebih

mengarahkan putra-putrinya agar tidak terjebak dalam pergaulan bebas.

b. Remaja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi para remaja

agar tidak terjebak dalam perilaku seksual dan pergaulan bebas.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (1998). Sikap Manusia : Teori dan pengukurannya. Yogyakarta :


Liberti.

Bachtiar, Aziz. (2004). Cinta Remaja mengungkap Pola dan Perilaku Cinta
Remaja. Indiebooks

Burn, R.B (1998). Konsep Diri : teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.
Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.

Candra, A. (2004). Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Antara


Remaja Awal Di Sekolah Umum dan Sekolah Islam. Skripsi. UMG.

Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins

Gunarso, S.D. (1981). Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Gunarso, S.D. (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT.
BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E.B. (1978). Adolesence Development. 4th edition. Tokyo : Mc. Graw
Hill Kogakhusa.

Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan Sebuah Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Istiwidiyanti & Soedjarwo (pen). Jakarta : Erlangga.

Indirasari (1996). Studi Korelasi Komunikasi Remaja dan Orang Tua dengan
Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seks Pra-Nikah pada Remaja Awal.
Skripsi, Tidak Diterbitkan Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya.

Isjafrin, P. (2005). Hubungan antara Harga Diri dengan Sikap Perfectionis Pada
Orang-orang Berusia Dewasa Madya yang Bergelar Sarjana S1 di
Perumahan Rewwin 1 Waru Sidoarjo. Skripsi, UNAIR Surabaya.

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (1998). Human development (8th
ed.). Boston: McGraw-Hill

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman. (2001). Human Development (8th ed.).
Boston: McGraw-Hill

Rahmawati, A (2006). Harga Diri pada Remaja Obesitas.Skripsi, USU. Medan.

Santosa, B.P. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Santrock, J.W. (2003). Adolesence : Perkembangan Remaja. Shinta & Sherly
(pen). Jakarta : Erlangga.

Sriati, A. S. Kp dkk (2007). Pengaruh Training Pengembangan Diri Terhadap


Harga Diri Remaja Putri Homoseksual di Desa Cibeureum Kecamatan
Cimalaka Kabupaten Sumedang. Laporan penelitian Univ. Padjadjaran.
Bandung

Sriati, A (2008). Harga Diri Remaja. Laporan Penelitian. Bandung : Univ.


Padjadjaran.

Sugiyono. (2003). Metod Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta.

Wirawan, S. (1991). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.

Zainuddin, M. (2000). Metodologi Penelitian, Surabaya: Fakultas Psikologi


Unair.

http://www.kompas.com/kompas_cetak?0401/09/muda/789320.htm. Akses 20
Maret 2008

http://library.usu.ac.id/download/fk/06009832.pdf. Akses 23 Mei 2009

http://library.usu.ac.id/Dmodload/pengertian+harga+diri.html. Akses 23 April


2009

http://library.usu.ac.id/download/fk/06009832.pdf. Akses 20 Mei 2008

http://rumahbelajarpsikologi.com/download/html. Akses 23 Mei 2009

http://mitrariset.blogspot.com/2009/04/perilaku-seksual-remaja.html Akses 27
Mei 2009

Chairunnisa (2009). Tugas Psikologi Perkembangan Remaja. (Online)


(http://chairunnisa-uin-bind-2b.blogspot.com/2008/03/tugas-psikologi-
perkembangan-remaja.html). 27 mei 2009

PIK KRR “AL AZHAR” (2009) Data Perilaku Seksual Remaja di Gresik.
(Online). (http://basukimenganti.blogspot.com) diakses pada 30 Mei 2009
Lampiran

Kepada Yth :
Saudara Responden Penelitian
Ditempat

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ummu Shofwana
Status : Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Gresik
No. Mahasiswa : 03711006
Alamat : Jln. Simpang bengawan solo 27 Randuagung Gresik

Saat ini saya sedang menyusun skripsi dengan judul Hubungan Antara Tingkat

Harga Diri dengan Tingkat Perilaku Seksual pada Remaja di Desa Mojopuro

Wetan Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan program S-1 Psikologi di Universitas

Muhammadiyah Gresik dan saya mengharapkan saudara bersedia mengeluarkan

waktu untuk mengisi kuesioner yang terlampir. Semua data dan jawaban saudara

akan dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya mohon saudara menjawab

dengan sejujurnya. Atas kerjasama dan kesediaannya mengisi kuesioner ini saya

mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Ummu Shofwana
DATA RESPONDEN
Nama: (boleh tidak diisi)
Umur: Tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan (coret yang tidak perlu)
Kelas:

Petunujuk Pengisian:
1. Isilah semua nomor dalam kuesioner ini dengan memberi tanda cek (√) dan
jangan ada yang terlewati.
2. pernyataan terdiri atas dua jenis yaitu jenis 1 dan jenis 2.
PERNYATAAN JENIS 1
Pilihan jawaban untuk pertanyaan jenis 1:
STS (Sangat Tidak Sesuai) : Jika pernyataan tidak sesuai dengan diri anda.
TS (Tidak Sesuai) : Jika pernyataan tidak menggambarkan dengan diri anda.
KK (Kadang-kadang) : Jika pernyataan sedikit menggambarkan dengan diri anda.
S (Sesuai) : Jika pernyataan menggambarkan dengan diri anda.
SS (Sangat Sesuai) : Jika pernyataan sangat menggambarkan dengan diri anda.

Angket Harga Diri


NO PERTANYAAN S SS KK TS STS
1 Saya pasif dalam berbicara di depan umum
2 Saya populer diantara teman-teman
sepergaulan
3 Saya aktif dalam kegiatan di lingkungan
rumah
4 Saya merasa teman-teman sepergaulan dapat
memahami saya
5 Saya merasa bahwa diri saya cukup berharga,
setidak-tidaknya sama dengan orang lain
6 Saya selalu mendapatkan nilai yang bagus
untuk seluru mata pelajaran
7 Saya membutuhkan waktu lama untuk
membiasakan diri dalam hal-hal baru
8 Saya orang yang gagal
9 Saya marah apabila orang lain mengkritik
saya
10 Saya dapat mengambil keputusan tanpa
banyak kesulitan
11 Saya merasa sulit untuk berbicara di depan
sekelompok orang
12 Saya gembira apabila teman dekat saya
mengkritik saya karena itu tandanya sayang
13 Saya dapat mengekspresikan diri saya dalam
kegiatan sekolah
14 Saya gampang tersinggung apabila ada yang
membicarakan tentang saya
15 Saya hanya mendenganrkan saja ketika
bersama teman-teman
16 Saya mempunyai keyakinan bahwa saya
mampu mengerjakan tugas sesuai dengan
target
17 Saya akan merasa sedih apabila teman saya
dapat masalah
18 Saya dalam mata pelajaran tertentu mendapat
nilai dibawa rata-rata
19 Saya tidak yakin akan berhasil terhadap apa
yang saya lakukan
20 Secara keseluruhan saya puas dengan diri
saya
21 Saya mampu mengerjakan sesuatu yang
menjadi tugas saya
22 Saya merasa teman-teman lebih disukai dari
pada saya
23 Saya merasa kesal dengan tugas yang saya
lakukan
24 Saya mempunyai keyakinan bahwa saya
mampu mengerjakan tugas sesuai dengan
target
25 Saya merasa tidak berguna
26 Saya termotivasi apabila mendapat kritik dari
orang lain
27 Kadang-kadang saya merasa diri saya tidak
baik
28 Saya rasa tidak banyak yang dapat saya
banggakan pada diri saya
29 Saya hanya memikirkan kesulitan diri sendiri
30 Saya rasa banyak hal-hal yang baik dalam diri
saya
31 Saya menerima keadaan diri saya apa adanya
32 Saya berusaha untuk membantu teman saya
apabila mendapat kesulitan
33 Saya membayangkan diri saya sebagai orang
lain
34 Orang-orang biasanya mengikuti gagasan
saya
35 Saya berharap saya dapat dihargai
36 Tidak menyenangkan menjadi orang seperti
saya
37 Saya langsung mengatakan, apabila saya
mempunyai sesuatu yang ingin saya katakan
38 Saya tetap seperti biasanya meskipun orang
lain menyalakan saya
39 Saya merasa banyak kekurangan pada diri
saya
40 Saya tidak peduli apabila teman saya
mendapatkan kesulitan
41 Saya tidak mudah terpengaruh terhadap
penilaian orang terhadap saya
42 Saya di dalam di lingkungan konsisten dalam
berbicara

PERTANYAAN JENIS 2
Pilihan jawaban untuk pertanyaan jenis 1:
STS (Sangat Tidak Sesuai) : Jika pernyataan tidak sesuai dengan diri anda.
TS (Tidak Sesuai) : Jika pernyataan tidak menggambarkan dengan diri anda.
KK (Kadang-kadang) : Jika pernyataan sedikit menggambarkan dengan diri anda.
S (Sesuai) : Jika pernyataan menggambarkan dengan diri anda.
SS (Sangat Sesuai) : Jika pernyataan sangat menggambarkan dengan diri anda.

Angket Perilaku Seksual

NO PERTANYAAN S SS KK TS STS
1 Saya melakukan masturbasi ketika melihat
film porno
2 Saya tidak mau menonton film porno
3 Saya melakukan masturbasi
4 Saya melakukan fantasi
5 Saya melakukan masturbasi atau onani
setelah membaca majalah porno
6 Saya mempunyai koleksi film porno
7 Saya melakukan masturbasi atau onani
sampai mengalami orgasme
8 Saya berfantasi apabila bertemu pacar
9 Saya tidak mau melakukan masturbasi atau
onani
10 Saya menonton film porno
11 Saya menghindari melakukan masturbasi atau
onani
12 Saya suka menonton film porno
13 Saya tidak melakukan masturbasi atau onani
ketika melihat film porno
14 Saya berfantasi di lingkungan rumah
15 Saya melakukan onani atau masturbasi di
tempat-tempat yang aman
16 Saya menghindari nonton film porno
17 Saya tidak melakukan masturbasi atau onani
setelah membaca majala porno
18 Saya menghindari melakukan fantasi
19 Saya tidak mau melakukan onani atau
masturbasi
20 Saya tidak mempunyai koleksi film porno
21 Saya tidak mau mengoleksi buku-buku porno
22 Saya tidak mau berfantasi
23 Saya berciuman bibir dengan pacar di depan
umum
24 Saya sama teman-teman apabila berkumpul
menonton film porno
25 Saya berciuman bibir dengan pacar ketika
bertemu
26 Saya menghindari berfantasi di lingkungan
rumah
27 Saya merasa puas apabila bertemu pacar
berciuman bibir
28 Saya menolak apabila diajak melihat film-
film porno
29 Saya tidak mau berciuman bibir saat bertemu
pacar
30 Saya membaca buku-buku porno
31 Saya menghindar apabila diajak berciuman
bibir dengan pacar
32 Saya membaca majalah porno
33 Saya tidak bersedia berciuman bibir dengan
pacar
34 Saya mempunyai koleksi buku-buku porno
35 Saya berciuman leher dengan pacar ketika
bertemu
36 Saya apabila ada waktu luang saya gunakan
untuk membaca buku-buku tentang
pornografi
37 Saya melakukan onani atau masturbasi jika
menghayalkan pacar saya
38 Saya merasa puas apabila bertemu pacar
berciuman leher
39 Saya membaca tentang pornografi di internet
40 Saya tidak mau ciuman leher saat bertemu
pacar
41 Saya tidak mau membaca majalah porno
42 Saya menghindari ciuman leher dengan pacar
43 Saya menghindari membaca buku-buku porno
44 Saya tidak bersedia ciuman leher dengan
pacar
45 Saya menolak apabila diajak membaca buku-
buku tentang pornografi
46 Saya enggan melakukan masturbasi atau
onani
47 Saya enggan membaca buku-buku tentang
pornografi
48 Saya melakukan ciuman leher di depan umum
49 Saya melakukan ciuman dengan pacar
50 Saya menghindari ciuman dengan pacar
51 Saya melakukan petting untuk meningkatkan
hubungan seksual
52 Saya melakukan hubungan seksual dengan
pacar
53 Saya melakukan ciuman hanya dengan pacar
54 Saya enggan melakukan hubungan seksual
55 Saya tidak bersedia ciuman dengan pacar
56 Saya menghindari melakukan hubungan
seksual
57 Saya enggan melakukan petting saat
berhubungan seksual
58 Saya tidak mau melakukan hubungan seksual
kecuali sudah menikah
59 Saya bercumbu di depan umum
60 Saya melakukan hubungan seksual di rumah
61 Saya tidak mau bercumbu kecuali sesudah
menikah
62 Saya tidak bersedia melakukan hubungan
seksual
63 Saya bercumbu di rumah
64 Saya bersedia melakukan hubungan seksual
dimana saja
65 Saya menghindari ciuman dengan pacar
66 Saya mau melakukan hubungan seksual
setelah menikah
67 Saya melakukan hubungan seksual di atas
kendaraan bermotor
68 Saya tidak mau melakukan hubungan seksual
karena bisa bikin hamil
69 Saya benci melakukan hubungan seksual
70 Saya melakukan hubungan seksual di depan
umum
71 Saya mencoba-coba melakukan hubungan
seksual
72 Saya tidak suka melakukan hubungan seksual

™ Masturbasi atau onani adalah perangsangan organ sendiri dengan cara


menggesek-geseknya melalui tangan atau benda lain hingga mengeluarkan
sperma dan mencapai orgasme.Sedangkan bahasa gaulnya adalah coli atau
main sabun yaitu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan seksualnya, dengan menggunakan tambahan alat bantu sabun atau
benda-benda lain, sehingga dengannya dia bisa mengeluarkan mani(ejakulasi).

™ Petting adalah melakukan kontak seksual sebatas dada atau lebih di kenal
dengan seks pas foto.
Validitas Perilaku Seksual
Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Item 1 199.5143 1371.669 .282 .931
Item 2 198.6000 1352.306 .456 .930
Item 3 199.6000 1363.835 .363 .931
Item 4 199.0286 1379.382 .112 .932
Item 5 199.2286 1336.240 .514 .930
Item 6 199.2286 1332.240 .659 .929
Item 7 199.2857 1330.328 .653 .929
Item 8 199.4000 1361.953 .346 .931
Item 9 198.2857 1381.504 .082 .932
Item 10 198.6000 1352.659 .410 .930
Item 11 199.0857 1379.434 .092 .932
Item 12 199.0571 1341.703 .567 .929
Item 13 198.7429 1349.667 .363 .931
Item 14 199.3143 1410.810 -.232 .934
Item 15 199.3714 1397.476 -.100 .933
Item 16 198.5143 1341.316 .542 .930
Item 17 198.2286 1344.476 .482 .930
Item 18 198.4857 1348.610 .419 .930
Item 19 198.3429 1342.467 .506 .930
Item 20 198.7714 1342.711 .448 .930
Item 21 199.0000 1332.059 .609 .929
Item 22 198.6571 1350.761 .412 .930
Item 23 199.4857 1365.963 .245 .931
Item 24 199.2857 1393.034 -.051 .933
Item 25 199.4286 1369.017 .201 .931
Item 26 198.1429 1352.891 .354 .931
Item 27 199.4000 1380.365 .070 .932
Item 28 198.5429 1352.197 .370 .930
Item 29 198.5429 1342.961 .467 .930
Item 30 199.1429 1364.185 .240 .931
Item 31 198.7714 1342.299 .515 .930
Item 32 199.1714 1360.970 .337 .931
Item 33 198.2571 1338.726 .515 .930
Item 34 199.4857 1367.728 .285 .931
Item 35 199.4571 1345.373 .501 .930
Item 36 199.4000 1358.835 .366 .930
Item 37 198.9143 1336.257 .489 .930
Item 38 198.8571 1344.126 .455 .930
Item 39 199.2000 1359.635 .336 .931
Item 40 198.5143 1337.845 .509 .930
Item 41 198.4286 1327.487 .609 .929
Item 42 198.5143 1318.904 .718 .928
ltem 43 198.7429 1327.550 .616 .929
ltem 44 198.6286 1336.064 .540 .929
ltem 45 198.4571 1330.432 .581 .929
ltem 46 198.8286 1318.911 .631 .929
ltem 47 198.5429 1330.197 .601 .929
ltem 48 199.8286 1368.499 .258 .931
ltem 49 199.4000 1361.129 .307 .931
ltem 50 198.3714 1360.358 .295 .931
ltem 51 199.3714 1357.476 .308 .931
ltem 52 199.6857 1348.634 .481 .930
ltem 53 199.0286 1390.970 -.027 .933
ltem 54 198.4857 1320.257 .688 .929
ltem 55 198.5429 1329.432 .609 .929
ltem 56 198.7429 1339.255 .504 .930
ltem 57 198.7714 1339.358 .446 .930
ltem 58 198.8857 1332.104 .549 .929
ltem 59 199.7714 1359.005 .414 .930
ltem 60 198.2000 1390.518 -.022 .933
ltem 61 198.7429 1324.961 .666 .929
ltem 62 198.7429 1338.020 .508 .930
ltem 63 199.3429 1364.703 .292 .931
ltem 64 199.7429 1348.550 .493 .930
ltem 65 198.5714 1347.252 .480 .930
ltem 66 198.4286 1359.664 .293 .931
Item 67 199.1714 1338.911 .433 .930
Item 68 198.8000 1351.576 .495 .930
ltem 69 198.7714 1420.593 -.336 .934
ltem 70 199.5714 1364.958 .266 .931
ltem 71 199.6286 1342.123 .537 .930
ltem 72 198.6571 1371.055 .208 .931
Uji Reliabilitas perilaku seksual

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 35 83.3
Excludeda 7 16.7
Total 42 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.931 72
Validitas Harga Diri

Item-Total Statistics

Scale Corrected Squared Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
x1 131.1143 140.928 .537 . .634
x2 129.4000 159.718 -.213 . .676
x3 129.5429 163.903 -.340 . .687
x4 129.6857 154.987 .015 . .667
x5 129.7143 149.092 .229 . .655
x6 130.3714 158.887 -.141 . .677
x7 130.7714 145.240 .303 . .648
x8 129.4857 147.139 .302 . .650
x9 130.2857 151.269 .231 . .656
x10 130.2286 154.417 .050 . .665
x11 130.9143 145.316 .284 . .650
x12 129.4286 156.723 -.059 . .672
x13 129.8571 157.655 -.095 . .676
x14 130.8286 155.382 -.008 . .669
x15 130.7714 154.593 .015 . .668
x16 129.8571 154.008 .042 . .666
x17 129.8571 144.655 .328 . .647
x18 131.0000 146.647 .242 . .653
x19 130.6571 144.232 .277 . .650
x20 129.7429 159.373 -.150 . .681
x21 129.6857 147.634 .364 . .649
x22 130.8571 141.597 .381 . .641
x23 130.8857 145.281 .395 . .645
x24 129.8571 152.655 .085 . .664
x25 130.3714 139.182 .444 . .635
x26 129.5429 148.491 .243 . .654
x27 130.9429 151.350 .179 . .658
x28 130.5429 137.844 .525 . .629
x29 130.6000 141.424 .469 . .637
x30 129.6571 152.232 .135 . .661
x31 129.6571 143.408 .477 . .639
x32 129.6286 149.887 .311 . .653
x33 130.6571 147.879 .221 . .655
x34 129.7143 164.563 -.344 . .690
x35 131.3429 153.526 .060 . .665
x36 130.6571 136.585 .524 . .628
x37 130.0000 155.765 -.038 . .674
x38 130.0571 163.291 -.268 . .690
x39 130.6571 148.467 .213 . .655
x40 130.6000 138.835 .505 . .632
x41 130.5429 143.079 .361 . .643
x42 130.6000 157.953 -.106 . .675
Reliabilitas harga diri
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.664 .634 42
Korelasi antara tingkat harga diri dengan tingkat perilaku seksual

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


harga diri 133.1714 15.36896 35
perilaku seksual 208.2857 37.57860 35

Correlations

perilaku
harga diri seksual
harga diri Pearson Correlation 1 -.589**
Sig. (2-tailed) . .000
N 35 35
perilaku seksual Pearson Correlation -.589** 1
Sig. (2-tailed) .000 .
N 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji Normalitas

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

perilaku
harga diri seksual
N 35 35
Normal Parameters a,b Mean 133.1714 208.2857
Std. Deviation 15.36896 37.57860
Most Extreme Absolute .117 .175
Differences Positive .117 .108
Negative -.063 -.175
Kolmogorov-Smirnov Z .695 1.037
Asymp. Sig. (2-tailed) .720 .232
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil Uji Validitas Harga Diri
Butir Pertanyaan r Kritis r Hitung Keterangan
ITEM1 0,30 0,717 Sahih
ITEM2 0,30 -0.219 Gugur
ITEM3 0,30 -0.266 Gugur
ITEM4 0,30 0.318 Sahih
ITEM5 0,30 0.404 Sahih
ITEM6 0,30 -0.213 Gugur
ITEM7 0,30 0.449 Sahih
ITEM8 0,30 0.403 Sahih
ITEM9 0,30 0.362 Sahih
ITEM10 0,30 0.332 Sahih
ITEM11 0,30 0.394 Sahih
ITEM12 0,30 -0.016 Gugur
ITEM13 0,30 0.375 Sahih
ITEM14 0,30 0.165 Gugur
ITEM 15 0,30 0.315 Sahih
ITEM16 0,30 0.075 Gugur
ITEM17 0,30 0.3498 Sahih
ITEM18 0,30 0.272 Gugur
ITEM19 0,30 0.492 Sahih
ITEM20 0,30 -0.236 Gugur
ITEM21 0,30 0.409 Sahih
ITEM22 0,30 0.523 Sahih
ITEM23 0,30 0.464 Sahih
ITEM24 0,30 0.335 Sahih
ITEM25 0,30 0.504 Sahih
ITEM26 0,30 0.254 Gugur
ITEM27 0,30 0.273 Gugur
ITEM28 0,30 0.675 Sahih
ITEM29 0,30 0.539 Sahih
ITEM30 0,30 0.338 Sahih
ITEM31 0,30 0.548 Sahih
ITEM32 0,30 0.258 Gugur
ITEM33 0,30 0.434 Sahih
ITEM34 0,30 -0.149 Gugur
ITEM35 0,30 0.352 Sahih
ITEM36 0,30 0.591 Sahih
ITEM37 0,30 0.294 Gugur
ITEM38 0,30 0.023 Gugur
ITEM39 0,30 0.276 Gugur
ITEM40 0,30 0.578 Sahih
ITEM41 0,30 0.465 Sahih
ITEM42 0,30 -0.057 Gugur
Hasil Uji Validitas Perilaku Seksual
Butir Pertanyaan r Kritis r Hitung Keterangan
ITEM1 0,30 0.302 Sahih
ITEM2 0,30 0.389 Sahih
ITEM3 0,30 0.326 Sahih
ITEM4 0,30 0.076 Gugur
ITEM5 0,30 0.479 Sahih
ITEM6 0,30 0.669 Sahih
ITEM7 0,30 0.687 Sahih
ITEM8 0,30 0.339 Sahih
ITEM9 0,30 0.121 Gugur
ITEM10 0,30 0.392 Sahih
ITEM11 0,30 0.042 Gugur
ITEM12 0,30 0.627 Sahih
ITEM13 0,30 0.378 Sahih
ITEM14 0,30 -0.181 Gugur
ITEM 15 0,30 -0.106 Gugur
ITEM16 0,30 0.518 Sahih
ITEM17 0,30 0.462 Sahih
ITEM18 0,30 0.465 Sahih
ITEM19 0,30 0.454 Sahih
ITEM20 0,30 0.507 Sahih
ITEM21 0,30 0.641 Sahih
ITEM22 0,30 0.432 Sahih
ITEM23 0,30 0.349 Sahih
ITEM24 0,30 -0.071 Gugur
ITEM25 0,30 0.198 Gugur
ITEM26 0,30 0.379 Sahih
ITEM27 0,30 0.091 Gugur
ITEM28 0,30 0.447 Sahih
ITEM29 0,30 0.441 Sahih
ITEM30 0,30 0.305 Sahih
ITEM31 0,30 0.513 Sahih
ITEM32 0,30 0.302 Sahih
ITEM33 0,30 0.548 Sahih
ITEM34 0,30 0.331 Sahih
ITEM35 0,30 0.484 Sahih
ITEM36 0,30 0.325 Sahih
ITEM37 0,30 0.545 Sahih
ITEM38 0,30 0.477 Sahih
ITEM39 0,30 0.361 Sahih
ITEM40 0,30 0.467 Sahih
ITEM41 0,30 0.559 Sahih
ITEM42 0,30 0.645 Sahih
ITEM43 0,30 0.576 Sahih
ITEM44 0,30 0.555 Sahih
ITEM45 0,30 0.639 Sahih
ITEM46 0,30 0.683 Sahih
ITEM47 0,30 0.625 Sahih
ITEM48 0,30 0.195 Gugur
ITEM49 0,30 0.320 Sahih
ITEM50 0,30 0.333 Sahih
ITEM51 0,30 0.302 Sahih
ITEM52 0,30 0.439 Sahih
ITEM53 0,30 0.008 Gugur
ITEM54 0,30 0.635 Sahih
ITEM 55 0,30 0.563 Sahih
ITEM56 0,30 0.468 Sahih
ITEM57 0,30 0.480 Sahih
ITEM58 0,30 0.557 Sahih
ITEM59 0,30 0.362 Sahih
ITEM60 0,30 -0.090 Gugur
ITEM61 0,30 0.663 Sahih
ITEM62 0,30 0.447 Sahih
ITEM63 0,30 0.308 Sahih
ITEM64 0,30 0.478 Sahih
ITEM65 0,30 0.449 Sahih
ITEM66 0,30 0.300 Sahih
ITEM67 0,30 0.459 Sahih
ITEM68 0,30 0.427 Sahih
ITEM69 0,30 -0.274 Gugur
ITEM70 0,30 0.381 Sahih
ITEM71 0,30 0.539 Sahih
ITEM72 0,30 0.190 Gugur
NILAI-NILAI r PRODUCK MOMENT
N Tarif signifikan N Tarif Signifikan N Tarif Signifikan
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345
4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330
5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317

6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306


7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,396
8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286
9 0,666 0,748 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278
10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270

11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263


12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256
13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230
14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210
15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194

16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181


17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148
18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128
19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115
20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105

21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097


22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091
23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086
24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081
25 0,396 0,505 49 0,281 0,364
26 0,388 0,496 50 0,279 0,361

Anda mungkin juga menyukai