Anda di halaman 1dari 2

Penyebab Perilaku Sex Pra Nikah Dikalangan Remaja di

Indonesia

Belakangan ini ditelevisi, media sosial, maupun dimedia lainnya kita


sering kali mendapati kasus-kasus perilaku seks pra nikah. Perilaku seks pra nikah
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh

dua orang, pria dan wanita diluar perkawinan yang sah (Sarwono, 2005). Dalam

hal tersebut, sebagian besar dilakukan oleh kalangan remaja yang berada pada
tahapan pubertas. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk
kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Pada Masa Remaja
terjadi perubahan fisik sangat cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan
kejiwaan (mental emosional). Perubahan fisik pada remaja ditandai dengan
munculnya tanda-tanda seks primer yaitu berhubungan langsung dengan organ
seks. Perubahan fisik itu menandai masa pubertas remaja. Pada masa ini remaja
sedang mencari jati diri dan arti hidup. Mereka juga memiliki rasa ingin tahu yang
begitu besar, sehingga jika semakin dilarang, semakin penasaran dan akhirnya
mereka berani untuk mencoba hal itu tanpa mengetahui resiko yang didapat saat
mereka melakukan tindakan itu. Secara khusus saat mereka mengetahui dan
melakukan perilaku seks pra nikah dimasa remaja.

Menurut pandangan agama perilaku seks pra nikah sangat bertentangan


dengan nilai-nilai keagamaan terutama jika hal tersebut terjadi pada remaja,
karena seks hanya boleh dilakukan dalam koridor pernikahan dan menjadi hak
pasangan jika pasangan tersebut sudah sah secara agama. Sedangkan menurut data
yang diperoleh dari kompasiana, sebanyak 62,7% remaja di Indonesia melakukan
seks pra nikah. Tentunya hal itu bertentangan dengan pandangan agama dan
penyebabnya, antara lain:

1. Tidak ada atau kurangnya sex education, penanaman nilai agama, etika dan
moral sejak dini. Remaja memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar
menyebabkan mereka ingin mencoba berbagai hal yang baru. Remaja yang
minim pengetahuan tentang seks, serta rendahnya nilai-nilai agama, moral,
dan etika yang diajarkan menyebabkan dirinya mudah terjerumus kedalam
perilaku seks pra nikah, karena tidak ada pengingat saat remaja melakukan
hal tersebut.
2. Pola asuh orangtua. Pola asuh dalam keluarga yang terlalu keras atau
permisif, kurangnya interaksi dan komunikasi dalam keluarga, kurang kasih
sayang dan teladan dari orangtua dapat berdampak buruk terhadap
pekembangan remaja. Remaja yang dilahirkan dan besar dari keluarga yang
demikian sangat rentan jatuh dalam pergaulan bebas. Ketika mereka tidak
mendapatkan hak-haknya akan pengakuan, perhatian, kasih sayang, dan nilai-
nilai yang benar, mereka akan tergoda untuk mencarinya di luar dan jika
mereka salah dalam melakukan hal tersebut mereka dapat terjerumus kedalam
perilaku seks pranikah.
3. Lingkungan yang berkaitan dengan pergaulan. Pada masa remaja, mereka
cenderung lebih mengikuti kata teman-teman dan mencontoh perilaku
mereka, karena termakan gengsi. Kebanyakan remaja jatuh kedalam
pergaulan buruk karena tuntutan dari kelompok dan jika mereka tidak
melakukan hal-hal yang sama mereka akan disingkirkan. Selain itu, remaja
jaman now berperilaku dewasa sebelum umurnya, menyebabkan mereka
sudah mengenal hubungan pacaran. Hal tersebut sangat mengkawatirkan,
karena pada saat berpacaran kebanyakan remaja yang masih labil ingin
melakukan perilaku seks pra nikah tanpa tahu atau memikirkan sebab akibat
yang ditimbulkan.

Dari penjelasan diatas, kita menyadari pentingnya pengawasan orang tua,


pergaulan yang sehat, pembekalan agama dan sex education sejak dini bagi para
remaja, sehingga remaja bisa terhindar dari keinginan untuk melakukan perilaku
seks pra nikah sebelum waktunya.

Nama : Bunga Elsharon (802017167)

Anda mungkin juga menyukai