Anda di halaman 1dari 10

Analisa Sex Bebas dengan 5 W + 1 H

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Psikologi
yang dibina oleh Ibu Wahyuningsri, S.Pd , M.Kes

Oleh Kelompok 7 :
Lailiyatul Mufidah (P17211183040)
Maulana Faiq Effendi (P17211183041)
Ravida Shalshabila Budiono (P17211183042)
Milna Fitria Mahmuda (P17211183045)
Yeni Dwi Setyoningrum (P17211183046)
Charisma Aprillia Damayanti (P17211183047)

KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV + PROFESI KEPERAWATAN
Maret 2019
Kasus

Kisah Pilu Remaja yang Hamil di Luar Nikah dan Harus Menjadi Ibu di Usia
16 Tahun.
BANGKAPOS.COM—Masa – masa remaja yang seharusnya dilalui dengan
indah rupanya tidak dialami oleh B. Dibesarkan di keluarga broken home
membuatnya mencari pelarian lain. Ia menggantungkan dirinya pada laki-laki
yang kala itu memberikan perhatian yang tidak pernah ia dapatkan dari
keluarganya. Namun, B melakukan kesalahan hingga akhirnya hamil di usia 16
tahun dan terpaksa putus sekolah.
“Aku hamil di usiaku yang masih 16 tahun. Bukan, bukan karena diperkosa. Tapi,
karena aku salah langkah.”
“ Tahun 2010 merupakan tahun yang tidak akan pernah bisa aku lupakan seumur
hidupku. Di tahun itu orang tuaku bercerai. Setelah beribu pertengkaran yang
tidak pernah ada solusinya, mereka memutuskan untuk berpisah. Aku hancur.
Bukan berarti aku memiliki hidup yang indah sebelumnya, tapi perceraian papa
dan mama merupakan pukulan besar dalam hidupku.”
Pendahuluan
Remaja adalah individu yang labil emosinya rentan tidak terkontrol oleh
pengendalian diri yang benar karena dalam masa peralihan dari kanak-kanak ke
dewasa. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan
teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi
muda Indonesia dalam kemajuan bangsa .
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang
berusia antara 16 tahun sampai dengan 24 tahun.Seorang remaja sudah tidak lagi
dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk
dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai
baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui
banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran
serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Individu heteroseksual berinteraksi yang didasari rasa cinta, kasih dan
sayang untuk menjalin suatu hubungan yaitu berpacaran. Ketika berpacaran
remaja melakukan seks pranikah, yaitu suatu penyimpangan sosial. Penyimpangan
sosial yang dimaksud adalah suatu penyimpangan atau penyelewengan atas nilai
dan norma yang telah disepakati oleh masyarakat baik secara tertulis maupun
tidak tertulis. Dalam masyarakat hubungan seks dilakukan oleh orang-orang yang
cukup umur dan setelah melakukan pernikahan baik negara maupun agama.
Namun, ketika berpacaran terdapat remaja yang sudah melakukan seks pranikah,
inilah yang bias dikatakan sebagai penyimpangan sosial.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat
berbeda dengan pengertian pacaran di masa dulu. Akibatnya, di jaman ini banyak
remaja yang putus sekolah karena hamil.
Menurut Dr.Soares: Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup
dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam
kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina
melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Bahkan Soares juga
menyatakan pendapatnya tentang pergaulan bahwa itu merupakan HAM setiap
individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi
dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskrriminasi, sebab hal itu
melanggar HAM.
Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma
hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermsayarakat. Jadi, kalau
secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan
norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses
seperti saat ini.
Analisa 5W IH

Mengapa free sex dapat terjadi ?


Faktor Munculnya Free Sex :
1. Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga
terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak
sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang
lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan penganiayaan
emosi seperti pembentukan kepribadian yang tidak sewajarnya
dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak
acuh, menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan
mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi
anak, yang nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan
hidup yang mereka biasa jalani sehingga pelarian dari hal tersebut adalah
hal berdampak negatif, contohnya dengan adanya pergaulan bebas.
2. Pelampiasan rasa kecewa yaitu ketika seorang remaja mengalami tekanan
dikarenakan kekecewaannya terhadap orang tua yang bersifat otoriter
ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekanan terus
menerus(baik dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal maupun
dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat), alasan sibuk karena jarang
di rumah suka pergi lebih senang menitipkan anaknya di baby sitter.
3. Maraknya tabloid dan majalah yang memajang gambar sekitar wilayah
dada, dan buka paha tinggi-tinggi, serta gambar yang tidak layak dilihat
lainya.Konyolnya, pendidikan agama di sekolah-sekolah ternyata tidak
menggugah kesadaran remaja untuk kritis dan inovatif. Lingkungan
masyarakat yang memberikan masalah dalam sosialisasi, sehingga
menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan mudah
terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan
bebas dikarenakan rasa tidak nyaman dalam lingkungan hidupnya.
4. Kegagalan remaja menyerap norma Hal ini disebabkan karena norma-
norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang sebenarnya adalah
westernisasi.

Apa dampak adanya free sex pada remaja?


Dampak adanya Free Sex :
Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks
bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas
dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan
semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan
keagamaannya tidak begitu kuat.
1. Pembuangan bayi. Hal ini menyebabkan remaja perempuan mengandung
sebelum mempunyai suami sah ( melalui perbikahan yang sakral ) . Dalam
situasi tersebut, remaja yang hilang pegangan agama akan menjadi tidak
berperikemanusiaan lalu meninggalkan anak yang baru dilahirkan di
tempat-tempat seperti tandas awam, tong sampah, tepi longkang dan
sebagainya.
2. Perceraian dan keruntuhan rumah tangga Kebanyakan pemudi-pemuda
yang menikah cepat akibat daripada mengandung. Pembinaan
rumahtangga tidak stabil kerana mereka masih belum matang. Sekiranya
sebelum proses, perkawinan pun sudah ada berbagai halangan dan cabaran
akibat pergaulan bebas, maka selepas menikah pun ia tidak akan kekal
lama. Institusi keluarga akan mudah hancur, walaupun hanya disebabkan
oleh perkara kecil.
3. Tersebarnya penyakit-penyakit yang membawa maut, terdapat berbagai
penyakit yang lahir disebabkan oleh hubungan bebas di antara lelaki dan
wanita, tidak pandang mental ataupun fisik. Antara penyakit tersebut ialah
AIDS. Penyakit ini bisa mengakibatkan maut dan obatnya masih sukar
ditemui.

Dimana peran anggota keluarga ?


Diperlukan pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih
teman-teman karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman
dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri.
Pendidikan seks seharusnya menjadi bentuk kepedulian orang tua terhadap
masa depan anak dalam menjaga apa yang telah menjadi kehormatannya, terlebih
bagi seorang perempuan. Pendidikan seks menjadi penting mengingat banyaknya
kasus-kasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dan
remaja. Tetapi yang terjadi di lapangan justru orang tua bersikap apatis dan tidak
berperan aktif untuk memberikan pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya.
Mereka beranggapan bahwa pendidikan seks akan diperoleh anak seiring
berjalannya usia ketika ia sudah dewasa nanti. Mereka seolah menyerahkan
pendidikan seks kepada pihak sekolah sebagai sumber ilmu bagi anaknya. Padahal
pendidikan seks sendiri belum diterapkan secara khusus dalam kurikulum sekolah.
Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kebutuhan anaknya sendiri dalam
mengahadapi tuntutan zaman yang semakin berkiblat ke arah barat menjadi faktor
utama belum tersampaikannya pendidikan seks sejak usia dini di lingkup
keluarga.

Kapan diperlukan pendidikan seks pada remaja?


Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal
pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan
seks secara vulgar. Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan
hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat
pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan dampaknya. Dengan
demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks
bebas.
Siapa yang berperan dalam memberikan edukasi pada remaja?
Yang berperan dalam memberikan edukasi pada remaja mengenai free sex adalah
orang tua sebagai lingkup keluarga yang sangat memberikan dampak besar bagi
pertumbuhan dan pergaulan anak. Disekolah guru juga berperan dalam
memberikan edukasi mengenai free sex melalui pelajaran – pelajaran yang sesuai
dengan kurikulum. Tenaga kesehatan juga memiliki peran dalam memberikan
edukasi kepada masyarakat agar remaja maupun masyarakat mempunyai
pengetahuan tentang free sex. Masyarakat atau lingkungan sekitar juga berperan
dalam dalam memberikan edukasi mengenai free sex agar meminimalisir
terjadinya free sex.

Bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam menangani free sex pada
remaja?
Solusi Untuk Mencegah Free Sex :
1. Memperbaiki Cara
Dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam “kenyataan”,
maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-
angan yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja
mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan
positif.
2. Menjaga Keseimbangan Pola Hidup
yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola waktu, emosi,
energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya mengatur
waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan
kegiatan positif.
3. Jujur Pada Diri Sendiri
yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik untuk
diri masing-masing jadi dengan ini remaja tidak menganiaya emosi dan
diri mereka sendiri.
4. Memperbaiki Cara Berkomunikasi
Dengan orang lain sehingga terbina hubungan baik dengan masyarakat,
untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif
dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang di
sekeliling kita.
5. Perlunya Remaja Berpikir Untuk Masa Depan kemudian hal itu diiringi
dengan tindakan-tindakan positif untuk kemajuan diri para remaja. Dengan
itu maka remaja-remaja akan berpikir panjang untuk melakukan hal-hal
menyimpang dan akan berkurangnya jumlah remaja yang terkena HIV &
AIDS nantinya.
6. Menanamkan Nilai Ketimuran
Kalangan remaja kita kebanyakan sudah tak mengindahkan lagi akan
pentingnya nilai-nilai ketimuran. Tentu saja nilai ketimuran ini selalu
berkaitan dengan nilai Keislaman yang juga membentuk akar budaya
ketimura yaitu pada ajaran meningkatkan spiritualitas derajat agama
keimanan dan ini perlu moralitas pemeluknya. Dengan dipegangnya nilai-
nilai ini, harapannya mereka khususnya kalangan muda akan berpikir
seribu kali untuk terjun ke pergaulan bebas.
7. Banyak Beraktivitas Secara Positif
Cara ini menurut berbagai penelitian sangat efektif dijalankan. Dengan
demikian, waktu mudanya akan tercurahkan untuk hal-hal positif dan
sedikit waktu untuk memikirkan hal-hal negatif seperti pergaulan bebas
tersebut.
8. Diperlukan pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih
teman-teman karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada
teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri.
9. Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal
pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan
pendidikan seks secara vulgar. Pendidikan Kesehatan Reproduksi di
kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ
reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular
seksual dan dampaknya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa
terhindar dari percobaan melakukan seks bebas.
10. Pendidikan seks seharusnya menjadi bentuk kepedulian orang tua terhadap
masa depan anak dalam menjaga apa yang telah menjadi kehormatannya,
terlebih bagi seorang perempuan. Pendidikan seks menjadi penting
mengingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan
seksual terhadap anak dan remaja. Tetapi yang terjadi di lapangan justru
orang tua bersikap apatis dan tidak berperan aktif untuk memberikan
pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya. Mereka beranggapan
bahwa pendidikan seks akan diperoleh anak seiring berjalannya usia ketika
ia sudah dewasa nanti. Mereka seolah menyerahkan pendidikan seks
kepada pihak sekolah sebagai sumber ilmu bagi anaknya. Padahal
pendidikan seks sendiri belum diterapkan secara khusus dalam kurikulum
sekolah. Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kebutuhan anaknya
sendiri dalam mengahadapi tuntutan zaman yang semakin berkiblat ke
arah barat menjadi faktor utama belum tersampaikannya pendidikan seks
sejak usia dini di lingkup keluarga.
11. Sosialisasi Bahaya Pergaulan Bebas
Informasi-informasi mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat pergaulan
bebas ini perlu terus disebarkan di kalangan muda. Harapannya, mereka
juga punya informasi sebagai bahan pertimbangan akal sehatnya. Jika
informasi tersebut belum didapatkan ada kemungkinan mereka akan terus
melakukan pergaulan bebas semau mereka.
12. Menegakkan Aturan Hukum
Tak ada hal lain yang bisa menghentikan selain adanya perangkat hukum
dan aturan hukum yang bisa menjeratnya. Setidaknya sebagai efek jera.
Yang demikian harus dirumuskan dan dilaksanakan melalui hokum yang
berlaku di negara kita. Langkah ini sebagai benteng terakhir untuk
menyelamatkan anak-anak muda dari amoralitas karena perilaku
pergaulannbebas yang lambat laun otomatis akan merusak bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, A.K (2004). Hubungan Cinta Remaja : Mengungkap Pola dan Perilaku
Cinta Remaja. Cet. I Yogyakarta : Saujana.
Doyle P Johnson.1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta:
Gramedia
Fajar . 2006. Kesehatan. Koran Fajar: Makassar
Http://edwincool07.blogspot.com/2012/02/pergaulan-bebas.html.
Diakses pada tanggal 25 Februari 2012 Muhammad, Maulana
Zakariya.2005.Himpunan Amal.Ash-Shaff : Jogjakarta Qardhawi, Yusuf
Abdullah.1990.Bahaya Pergaulan Bebas.Jakarta : Media Dakwah
Kartono, Kartini, 1981. Patologi Sosial. Bandung : CV Rajawali
Siahaan, Jokie M.S, 2002. Sosiologi Perilaku Menyimpang. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Soekanto, Soerjono, 1976. Remaja dan Masalah-Masalahnya. Jakarta : BPK
Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai