Anda di halaman 1dari 6

Psikoborneo, Vol 1, No.

3, 2013: 126-131 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU


SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI MAN 1 SAMARINDA
Ayu Khairunnisa1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. Premarital sexual behavior among adolescents is increasing and many have a negative impact
on the psychological development of adolescents. This study aims to determine the relationship between
religiosity and self-control with adolescent sexual behavior. The study consisted of one dependent variable that
premarital sexual behavior and two independent variables namely religiosity and self-control. The data was
collected using questionnaires. Subjects in this study were students MAN 1 Samarinda, amounting to 95
students. The data analysis technique used is multiple regression analysis. The results showed there is a
negative and significant relationship between religiosity and premarital sexual behavior with a value of beta =
-0235, t = -2170 and p = 0.033, and there is also a negative and significant relationship between self-control
with premarital sexual behavior with a beta value = 0.221, t = 2,042, and p = 0.044. The results also indicate
that there is a significant relationship between religiosity and self-control with premarital sexual behavior with
a value of F = 3,251, R2 = 0.066, and p = 0.043.

Keywords: religiosity, self-control, sexual behavior

ABSTRAK. Perilaku seksual pranikah di kalangan remaja meningkat dan banyak yang berdampak negatif pada
perkembangan psikologis remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dan
kontrol diri dengan perilaku seksual remaja. Penelitian terdiri dari satu variabel dependen yaitu perilaku seksual
pranikah dan dua variabel bebas yaitu religiusitas dan kontrol diri. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa MAN 1 Samarinda, yang berjumlah 95 siswa. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
negatif dan signifikan antara religiusitas dan perilaku seksual pranikah dengan nilai beta = -0235, t = -2170 dan
p = 0,033, dan ada juga hubungan negatif dan signifikan antara kontrol diri dengan seksual pranikah. Perilaku
dengan nilai beta = 0,221, t = 2,042, dan p = 0,044. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah dengan nilai F = 3,251, R2
= 0,066, dan p = 0,043.

Kata kunci: religiusitas, kontrol diri, perilaku seksual

PENDAHULUAN institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993-


2002.
Masalah seksual pranikah menurut beberapa
Dorongan hasrat seksual selalu muncul jauh
hasil analisis penelitian, merupakan salah satu
lebih awal daripada kesempatan untuk melakukannya
masalah yang menimpa sebagian besar remaja di
secara bebas. Akan tetapi, agama di Indonesia tidak
Indonesia secara luas. Data Dapertemen Kesehatan
mengizinkan hubungan seksual di luar jalur
Republik Indonesia 2006, sekitar satu juta remaja pria
pernikahan. Pernikahan di Indonesia biasanya
(5 persen) dan 200 ribu remaja wanita (1 persen)
menuntut persyaratan yang berat dan baru dapat
secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah
dilakukan beberapa tahun setelah masa remaja. Oleh
melakukan hubungan seksual. Pendapat ini
karena itu, remaja harus menunggu bertahun-tahun
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh berbagai
sampai tiba waktunya untuk boleh melakukan
hubungan seksual secara sah. Namun karena begitu

1
Email: ayukhrnss@gmail.com
126
Psikoborneo, Vol 1, No.3, 2013: 126-131 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

besarnya dorongan seks pada masa remaja, banyak TINJAUAN PUSTAKA


para remaja yang tidak bisa mengendalikan dirinya Perilaku Seksual Pranikah
sehingga terjerumus ke dalam perilaku seksual Perilaku seksual pranikah menurut Chaplin
pranikah. (2006) adalah tingkah laku, perasaan atau emosi yang
Perilaku seksual pranikah pada remaja dapat berasosiasi dengan perangsangan alat kelamin.
memberikan beberapa dampak negatif. Dampak Sedangkan seksualitas memiliki arti yang lebih luas
negatif secara psikologis dapat berupa perasaan karena meliputi bagaimana seseorang merasa tentang
marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, merasa diri mereka dan bagaimana mereka
bersalah dan berdosa. Dampak secara sosial antara mengkomunikasikan perasaan tersebut terhadap
lain dikucilkan oleh masyarakat, putus sekolah pada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya
remaja perempuan yang hamil dan perubahan peran seperti sentuhan, ciuman, pelukan, senggama.
menjadi ibu serta tekanan dari masyarakat yang Sarwono (2011) berpendapat bahwa perilaku seksual
mencela dan menolak keadaan tersebut. Secara adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
fisiologis dapat menimbulkan kehamilan yang tidak seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan
diinginkan sehingga melakukan tindakan aborsi. sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini dapat
Selain itu, dampak negatif dapat pula dilihat dari segi bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik
fisik yaitu berkembangnya penyakit menular seksual sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan
(PMS), HIV atau AIDS (Sarwono, 2011). bersenggama. Objek seksualnya dapat berupa orang
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi lain, orang dalam khayalan maupun diri sendiri.
mengapa remaja melakukan perilaku seksual Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan
pranikah. Faktor-faktor ini salah satunya adalah perasaan yang didasari atau didorong oleh hasrat
faktor religiusitas, yaitu pengetahuan dan seksual antar lawan jenis yang disertai kontak fisik.
pemahaman remaja terhadap konsep-konsep Objek dari perilaku tersebut dapat berupa khayalan,
religiusitas. Religiusitas memberikan kerangka diri sendiri maupun orang lain.
moral, sehingga membuat seseorang mampu Duvall dan Miller (1985) mengatakan bahwa
membandingkan tingkah lakunya (Desmita, 2005). bentuk perilaku seksual pranikah mengalami
Religiusitas dapat menstabilkan tingkah laku, peningkatan secara bertahap. Adapun bentuk-bentuk
memberikan perlindungan rasa aman terutama bagi perilaku seksual tersebut adalah touching, kissing,
remaja yang tengah mencari eksistensinya. petting dan sexual intercourse.
Religiusitas adalah sikap batin pribadi setiap manusia Menurut Sarwono (2011) mengemukakan ada
dihadapan Tuhan yang sedikit banyak merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
misteri bagi orang lain, yang mencakup totalitas pada remaja, yaitu: (a) religiusitas, (b) pola asuh, (c)
kedalam pribadi manusia. lingkungan, (d) adanya kecenderungan yang semakin
Seseorang yang melakukan praktek agama bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, (e)
dengan baik, yang tujuannya adalah semata-mata perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan
hanya untuk menyembah Allah, yang mana hal itu hasrat seksual remaja dan (f) perbedaan jenis
bisa menjadikan hubungan dengan Tuhannya baik kelamin.
dan kokoh, serta dapat meluruskan tingkah lakunya,
maka dengan hal ini seseorang dapat mengontrol Religiusitas
perilakunya atau dengan kata lain meningkatkan Gazalba (dalam Ghufran, 2010) mengemukakan
kontrol dirinya. Acocella dan Calhoun (1983), bahwa religiusitas berasal dari kata religi dalam
mendefinisikan kontrol diri sebagai pengaturan bahasa latin “religio” yang akar katanya adalah
proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku religure yang berarti mengikat. Dengan demikian
seseorang, dengan kata lain kontrol diri merupakan mengandung makna bahwa religi atau agama
serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-
Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufran, 2010) kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat
kemampuan menyusun, membimbing, mengatur dan seseorang atau sekelompok orang yang dalam
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa hubungannya dengan tuhan, sesama manusia dan
individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri alam sekitarnya.
juga menggambarkan keputusan individu yang Religiusitas adalah sikap batin (personal) setiap
melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan manusia dihadapan tuhan yang sedikit banyak
perilaku yang telah disusun dan meningkatkan hasil merupakan misteri bagi orang lain, yang mencakup
serta tujuan tertentu seperti yang diinginkan. totalitas dalam pribadi manusia (Dister, 1988).
Sebagai sikap batin, religiusitas tidak dapat dilihat
secara langsung namun bisa tampak dari
implementasi perilaku religiusitas itu sendiri.
127
Psikoborneo, Vol 1, No.3, 2013: 126-131 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Keberagamaan sebagai keterdekatan yang lebih untuk bertingkah laku negatif, (d) membantu individu
tinggi dari manusia kepada yang maha kuasa yang untuk memenuhi kebutuhan individu secara
memberikan perasaan aman (Monks dalam Ghufran, seimbang.
2010).
Menurut Jalaludin (2016) agama memiliki
beberapa fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu: (a) Remaja
edukatif, (b) penyelamat, (c) perdamaian, (d) Remaja adalah usia peralihan dari masa kanak-
pengawasan sosial, (e) pemupuk rasa solidaritas, (f) kanak ke masa dewasa dengan diikuti oleh perubahan
kreatif, (g) transformatif dan (h) sublimatif. fisik dan psikologis dan berusaha menemukan jalan
Menurut Glock dan Stark (dalam Nashori & hidupnya serta mulai mencari nilai-nilai seperti
Ancok, 2002) terdapat lima dimensi religiusitas yaitu: kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan dan keindahan.
(a) dimensi keyakinan, (b) dimensi praktek agama, (c) Monks (2002) membagi remaja menjadi tiga
dimensi pengalaman, (d) dimensi pengetahun agama kelompok usia, yaitu: (a) remaja awal, berada pada
dan (e) dimensi konsekuansi.
rentang usia 12 sampai 15 tahun; (b) remaja
pertengahan, dengan rentang usia 15 sampai 18
Kontrol Diri
Hurlock (1999) mengatakan kontrol diri tahun; (c) remaja akhir, berkisar pada usia 18 sampai
berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan 21 tahun. Penelitian ini berfokus pada remaja yang
emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya. berusia 16 sampai 18 tahun yang masuk dalam
Kazdin dan Mazurin (1994) menambahkan bahwa kategori remaja tengah dengan berkembangnya
kontrol diri diperlukan guna membantu individu kemampuan berfikir dan mampu mengarahkan diri
dalam mengatasi kemampuannya yang terbatas dan sendiri.
membantu mengatasi berbagai hal merugikan yang
dimungkinkan berasal dari luar. Menurut Berk (dalam METODE PENELITIAN
Gunarsa, 2009) kontrol diri adalah kemampuan Metode penelitian yang digunakan dalam
individu utuk menahan keinginan atau dorongan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu
sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai
tidak sesuai dengan norma sosial. dari mengumpulkan data penafsiran terhadap data
Sebagaimana faktor psikologis lainnya kontrol serta penampilan dari hasilnya. Populasi dalam
diri dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah penelitian ini berjumlah 478 orang siswa di MAN 1
(a) faktor internal, faktor internal yang Samarinda. Sampel diambil dengan menggunakan
mempengaruhi kontrol diri seseorang adalah faktor tekhnik random sampling, yaitu pengambilan sampel
usia dan kematangan dan (b) Faktor eksternal, faktor
secara random atau tanpa pandang bulu, dengan
eksternal meliputi keluarga (Hurlock, 1999) dalam
lingkungan keluarga terutama orangtua akan jumlah 95 orang sampel.
menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri Teknik pengumpulan data yaitu metode skala.
seseorang. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi
Block dan Block (dalam Lazarus, 1976) untuk mengetahui seberapa besar hubungan dan
membagi tiga jenis kontrol diri, yaitu: (a) over kemampuan prediksi kedua varibel bebas (religiusitas
control, yaitu kontrol yang berlebihan dan dan kontrol diri) terhadap variabel terikat (perilaku
menyebabkan seseorang banyak mengontrol dan seksual pranikah). Sebelum dilakukan analisis data,
menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu stimulus; terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi
(b) under Control, yaitu kecenderungan untuk normalitas sebaran linearitas hubungan variabel
melepaskan impuls yang bebas tanpa perhitungan bebas dengan variabel terikat. Keseluruhan tekhnik
yang masak dan (c) appropriate control, yaitu kontrol analisis data menggunakan spss versi 13.0.
yang memungkinkan individu mengendalikan
impulsnya secara tepat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Averill (dalam Ghufran, 2010) berpendapat Analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat tiga aspek kontrol diri, yaitu: pertama kontrol terdapat hubungan antara religiusitas dan kontrol diri
perilaku (behavioral control), mengontrol kognisi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di
(cognitive control), dan mengontrol keputusan MAN 1 Samarinda (F = 3.251, R2 = 0.066, dan p =
(decisional control). Mesina dan Messina (dalam 0.043). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis
Gunarsa, 2009) menyatakan bahwa pengendalian diri penelitian ini diterima. Kemudian dari hasil analisis
memiliki beberapa fungsi yaitu: (a) membatasi regresi bertahap didapatkan hasil bahwa terdapat
perhatian individu terrhadap orang lain, (b) hubungan antara religiusitas dan perilaku seksual
membatasi keinginan individu untuk mengendalikan pranikah dengan beta = - 0.235, t = -2.170, dan p =
orang lain di lingkungannya, (c) membatasi individu 0.033. Kemudian pada kontrol diri dengan perilaku
128
Psikoborneo, Vol 1, No.3, 2013: 126-131 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

seksual pranikah terdapat hubungan dengan beta = Tingkah laku negatif yang tidak sesuai dengan norma
0.221, t = 2.042, dan p = 0.044. Sementara nilai sosial tersebut meliputi ketergantungan pada obat
signifikasi yang < 0.05 menjelaskan bahwa hubungan atau zat kimia, rokok, alkohol, termasuk di dalamnya
yang ada antara religiusitas dan kontrol diri dengan yaitu perilaku seksual pranikah. Perilaku seksual
perilaku seksual pranikah adalah signifikan. pranikah pada remaja akan berdampak negatif yaitu
Religiusitas ditunjukkan melalui ibadah secara psikologis seperti rasa malu, secara fisiologis
keagamaan, seperti menjalankan nilai-nilai agama seperti kehamilan di luar nikah, secara sosial seperti
dan menghindari perilaku-perilaku yang dilarang penolakan oleh masyarakat sekitar dan secara fisik
oleh ajaran agamanya. Perilaku yang diatur oleh yaitu terjangkit HIV AIDS (Sarwono, 2011).
tuntutan agama akan mengarahkan seseorang dalam Acocella dan Calhoun (1983) mengungkapkan
mengendalikan dirinya. Religiusitas memiliki bahwa kontrol diri adalah sebagai pengaturan proses-
peranan yang sangat kuat terhadap kehidupan proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang.
seseorang, sebab di dalamnya telah terkandung Dengan kata lain serangkaian proses yang
berbagai dimensi kehidupan manusia. Dimensi ini membentuk dirinya sendiri. Individu dengan kontrol
diantaranya yaitu dimensi pengamalan yang memuat diri tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat
berbagai hal tentang konsekuensi akibat keyakinan, untuk berperilaku sesuai dengan permintaan situasi
praktek ritual, pengalaman dan pengetahuannya sosial yang kemudian dapat mengatur kesan yang
tentang agama yang dianut seperti kontrol diri. dibuat. Perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk
Dari hasil analisis data pada tabel 15 diketahui situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk
beta = - 0.235, t = -2.170, dan p = 0.033 bahwa memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat, dan
religiusitas terbukti memiliki hubungan yang terbuka.
signifikan terhadap perilaku seksual pranikah dengan Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan
p<0.05. Hal ini berarti semakin tinggi religiusitas peneliti bahwa faktor lingkungan dan keimanan
yang dimiliki seorang remaja maka semakin rendah terhadap keyakinan seseorang yang termuat dalam
perilaku seksual pranikah remaja yang muncul. religiusitas dan kontrol diri pada remaja dapat
Sebaliknya, semakin rendah religiusitas yang dimiliki dipengaruhi oleh beberapa faktor kepribadian seperti
seorang remaja maka semakin tinggi perilaku seksual konsep diri, konformitas dan keleluasaan untuk
pranikah yang muncul. mengakses informasi disosial media, dan pola asuh
Berdasarkan hasil penelitian oleh Yayasan yang mana dapat menjebak rasa ingin tahu yang akan
Keluarga Kaiser (2003) tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan tindakan-tindakan di luar norma-
mempengaruhi perilaku seksual pranikah norma agama.
mengungkapkan bahwa remaja yang memiliki Pada seorang remaja, perilaku seksual pranikah
keyakinan yang kuat terhadap ajaran agamanya akan tersebut dapat dimotivasi oleh rasa cinta dengan
memiliki tolak ukur tentang apa yang boleh atau tidak dominasi perasaan kedekatan yang tinggi terhadap
boleh dilakukan. Ia cenderung akan menghindari hal- pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas atau
hal atau situasi yang dapat memunculkan dorongan karena pengaruh kelompok. Dimana remaja tersebut
seksual yang kuat. Ia akan mudah untuk berkata tidak ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan
atau menolak untuk melakukan perilaku-perilaku mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang telah dianut
yang dilarang oleh agamanya. oleh kelompoknya. Dalam hal ini kelompoknya telah
Kemudian dari hasil analisis data pada tabel 15 melakukan perilaku seksual pranikah. Faktor
juga dapat diketahui nilai beta = 0.221, t = 2.042, dan lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman
p = 0.044, hal ini menunjukkan bahwa terdapat sebaya, pengaruh media massa, bahkan faktor orang
hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan tua sendiri (Sarwono, 2011). Pada masa remaja
perilaku seksual pranikah. Hal ini berarti semakin kedekatanya dengan teman sebaya sangat tinggi
tinggi kontrol diri yang dimiliki seorang remaja maka karena selain ikatan teman sebaya menggantikan
semakin rendah perilaku seksual pranikah remaja ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber
yang muncul. Sebaliknya, semakin rendah kontrol afeksi, simpati, pengertian, saling berbagi
diri yang dimiliki seorang remaja maka semakin pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk
tinggi perilaku seksual pranikah yang muncul. mencapai otonom.
Menurut Mesina dan Messina (dalam Gunarsa, Akibat globalisasi pandangan remaja terhadap
2009) kontrol diri berfungsi membatasi individu perilaku seksual pranikah mengalami pergeseran.
untuk bertingkah laku negatif. Individu yang Globalisasi peradaban telah mengakibatkan
memiliki pengendalian diri akan terhindar dari terbentuknya kultur dan gaya hidup, terutama pada
berbagai tingkah laku negatif. Pengendalian diri kaum muda suatu kelompok usia yang sangat rawan
memiliki arti sebagai kemampuan individu menahan terhadap berbagai perubahan dan pengaruh yang
dorongan atau keinginan untuk bertingkah laku datang dari luar. Homogenitas kultur dan gaya hidup
negatif yang tidak sesuai dengan norma sosial. meliputi cara hidup, selera dan persepsi tentang diri
129
Psikoborneo, Vol 1, No.3, 2013: 126-131 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

dan pergaulan sosial, termasuk juga didalamnya Hal ini dikarenakan waktu siswa untuk berada dalam
persepsi tentang hubungan seksual. Dimana ketika pengawasan sekolah dimana guru-guru memberikan
hubungan seksual dibelahan dunia lain mengalami pendidikan agama dan penerapan tata tertib sekolah
penurunan nilai sakral dan penurunan nilai moral, harus dipatuhi oleh siswa hanya sebatas jam-jam
maka persepsi tersebut membentuk persepsi serupa wajib belajar siswa. Sedangkan waktu siswa diluar
dibelahan dunia lainnya. Karena itu, hubungan jam sekolah membuat siswa berperilaku tanpa
seksual pranikah saat ini menjadi gejala umum yang pengawasan langsung dari sekolah, seperti waktu
terasa kian sulit dibentengi dengan penyadaran moral dirumah yang lebih dipengaruhi faktor pola asuh
dan agama. Dan salah satu hal yang menentukan orang tua, dan waktu bermain lebih dipengaruhi
perilaku seksual pranikah adalah konsep diri lingkungan sosialnya. Hal inilah yang dapat
(Mayasari, 2008). menyebabkan perilaku seksual pranikah tetap terjadi
Faktor lain yang memengaruhi perilaku seksual pada remaja sekalipun remaja tersebut memiliki latar
pranikah pada remaja adalah pengaruh media massa belakang sekolah dengan pendidikan agama yang
yang sering kali diimitasi oleh remaja dalam lebih banyak disbanding sekolah lain.
perilakunya sehari-hari (Sarwono, 2011). Misalnya Sehubungan dengan maraknya perilaku seksual
saja remaja yang menonton film berkebudayaan pranikah yang melanda dunia remaja saat ini, dapat
barat, mereka melihat perilaku seks itu disimpulkan bahwa religiusitas dan kontrol diri akan
menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal dapat membantu remaja untuk tidak terlibat dalam
ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa perilaku seksual pranikah. Religiusitas dan kontrol
memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, diri yang baik akan dapat membuat remaja terhindar
serta norma-norma dalam lingkungan masyarakat dari tingkah laku negatif yang tidak sesuai dengan
yang berbeda. norma sosial, yaitu perilaku seksual pranikah.
Terkait dengan hal tersebut diatas, orang tua
dapat menjalankan pola asuh dengan berbagai sikap, Kesimpulan dan Saran
ada yang bersikap authoritarian, authoritative atau
Kesimpulan
permisif (Baumrind dalam Liza & Elvi, 2005). Pola
Berdasarkan hasil analisa data dalam penelitian
asuh authoritarian adalah pola asuh yang menuntut
anak melaksanakan apa yang diperintahkan orang tua ini, dapat disimpulkan bahwa:
tanpa penjelasan, dan jika salah mendapatkan 1. Terdapat hubungan negatif antara religiusitas dan
hukuman. Pola asuh authoritative adalah pola asuh kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah
yang memberikan kebebasan untuk melakukan pada remaja di MAN 1 Samarinda.
sesuatu dengan kontrol dari orang tua. Sedangkan 2. Terdapat hubungan negatif antara religiusitas
pola asuh permisif adalah pola asuh yang dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di
memberikan kebebasan pada anak tanpa hambatan MAN 1 Samarinda.
aturan dan norma. 3. Terdapat hubungan negatif antara kontrol diri
Penelitian yang dilakukan oleh Karma (2002) dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di
menunjukkan adanya hubungan negatif yang MAN 1 Samarinda.
signifikan antara pola pengasuhan orang tua permisif
dan otonomi remaja. Makin permisif pola pengasuhan Saran
orang tua maka makin rendah otonomi remaja. Pola 1. Diharapkan kepada pihak sekolah dapat lebih
pengasuhan orangtua permisif cenderung banyak memberikan pelatihan-pelatihan dengan
menghambat perkembangan otonomi remaja. tujuan pembentukan konsep diri remaja yang
Dampak dari pengasuhan permisif membuat anak baik dalam menanggapi fenomena-fenomena
sering kurang memiliki tujuan dan kurang memiliki negatif keremajaan, seperti pendalaman
prinsip dalam bertutur kata, serta kurang
pengetahuan tentang bagaimana menjadi remaja
otonom. Pola asuh orang tua permisif menjadikan
anak lemah dalam mengontrol diri, kurangnya muslim yang baik, pendidikan tentang pacaran
komunikasi antar orang tua dan anak, kurangnya dimata islam atau pendidikan tentang bagaimana
kasih sayang. Sehingga remaja sangat mudah mengambil keputusan yang baik dalam
terpengaruh lingkungan sekitar, termasuk menghadapi berbagai macam masalah
didalamnya menyebabkan remaja berani untuk keremajaan.
melakukan perilaku seksual pranikah. 2. Orang tua tidak mentabukan pembicaraan
Ditinjau berdasarkan segi waktu yang dihabiskan mengenai seksualitas dengan anak remajanya,
oleh remaja di sekolah, pendidikan di MAN 1 sehingga remaja dapat memperoleh informasi
Samarinda yang lebih menekankan pendidikan yang benar tentang seksualitas dari orang tua.
agama pada siswa, tidaklah cukup untuk meniadakan 3. Remaja hendaknya dapat lebih menekan perilaku
kemungkinan perilaku seksual pranikah pada remaja. seksual pranikah dan menjauhi media-media
130
Psikoborneo, Vol 1, No.3, 2013: 126-131 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

pornografi, karena dengan menjauhi media Prinsip Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
pornografi akan dapat mengendalikan dorongan Persada.
negatif dan merubahnya kearah yang positif Kaiser Family Foundation. (2003). National survey of
sehingga tidak akan terjerumus kedalam perilaku adolescents and young adults: Sexual health
seksual pranikah. knowledge, attitudes and experiences. Menlo
4. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji Park, CA: Henry J. Kaiser Foundation
masalah ini dengan jangkauan yang lebih luas Karma, I. N. (2002). Hubungan antara Pola
dengan menambah variabel lain yang Pengasuhan Orang Tua dan Otonomi Remaja.
memungkinkan memiliki hubungan perilaku Jurnal Universitas Padjajaran, 9 (1).
seksual pranikah, seperti pola asuh, konformitas, Kazdin, A. E., & Mazurick, J. L. (1994). Dropping
kepribadian dan kontrol diri. out of child psychotherapy: Distinguishing
early and late dropouts over the course of
DAFTAR PUSTAKA treatment. Journal of consulting and clinical
Acocella, J. R., & Calhoun, J. (1983). Psychology of psychology, 62 (5), 1069.
Adjustment & Human Relationships. New Lazarus, R. S. (1976). Patterns of adjustment and
York: McGraw Hill. human effectiveness. Tokyo: McGraw-Hill
Chaplin, J. P. (2006). Kamus lengkap psikologi Kogakusha, Ltd.
(terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: PT Raja Liza, M., & Elvi, A. (2005). Perbedaan asertvitas
Grafindo Persada. remaja ditinjau dari pola asuh orang tua. Jurnal
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Psikologi. 1, 46-53
Rosdakarya Mayasari, B. I. (2008). Hubungan antara Konsep Diri
Dister, N. S. (1988). Pengalaman Beragama dan dengan Sikap Perilaku Seksual Pranikah
Motivasi Beragama. Yogyakarta: Kanisius (Skripsi tidak diterbitkan). Universitas Negeri
Duvall, E. R. M., & Miller, B. C. (1985). Marriage Malang, Malang.
and family development (6th Ed). New York: Mönks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditono, S. R.
Harper & Row Publisher. (2006). Psikologi perkembangan: pengantar
Ghufron, M. N., & Risnawita, R. (2010). Teori-teori dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: UGM
psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Press.
Gunarsa, S. D. (2009). Dari anak sampai usia lanjut: Nashori, F., & Ancok, D. (2002). Psikologi Islami
Bunga rampai psikologi perkembangan. Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi.
Jakarta: BPK Gunung Mulia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hurlock, E. B. (1999). Adolescent Development (4th Sarwono, W. S. (2011). Psikologi Remaja (Edisi
ed). Tokyo. McGraw-Hill Kogakusha Ltd Revisi Cetakan 14). Jakarta: PT. Rajawali
Jalaluddin, H. (2016). Psikologi Agama, Memahami Grafindo Persada
Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-

131

Anda mungkin juga menyukai