Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai bentuk-bentuk penyimpangan
seksual, penyebab penyimpangan perilaku seksual. serta faktor risiko dan faktor protektif dari
penyimpangan perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja dengan conduct disorder. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif jenis studi kasus. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
subjek melakukan perilaku penyimpangan seksual yang melibatkan orang lain, maupun bentuk
perilaku menyimpang seksual tanpa melibatkan orang lain. Penyebab penyimpangan seksual yang
dilakukan oleh RND yaitu karena lingkungan yang kurang baik serta kurangnya kemampuan RND
untuk mengontrol libido. Faktor risiko yang dapat memperburuk perilaku RND yaitu lingkungan yang
kurang baik dan paparan pornografi. Faktor protektif yang dapat mengurangi atau menghilangkan
perilaku menyimpang seksual yang dilakukan oleh RND yaitu 1) adanya motivasi RND untuk
mengurangi menonton video porno dan pemberian ilmu agama oleh guru; 2) pemberian pendidikan
kesehatan reproduksi; 3) bimbingan dan pengawasan terhadap perilaku RND; 4) perlindungan dari
pengaruh buruk internet; 5) pelaksanaan pendidikan bina diri dan sosial. Namun, seluruh faktor
protektif tersebut dalam pelaksanaannya masih perlu ditingkatkan dan lebih dilaksanakan secara
terstruktur.
Abstract:
This study aimed to obtain information about the forms and causes of sexual behaviour
deviation and to identify the risk and protective factors by adolescent with conduct disorder. This
study used qualitative with case study research. The result showed that the subject (RND) did sexual
deviation by involving or without involving others. The causes of sexual deviation committed by RND
were due to poor social environment and lack to control the libido. Risk factors that can aggravate
RND’s sexual deviation were poor social environment and pornography exposured. The protective
factors that can reduce the sexual devation by RND were: 1) motivation to reduce watching porn and
religious knowledge from teachers; 2) reproductive health education; 3) guidance and supervision on
RND’s behaviour; 4) protection from bad influence of the internet; 5) implementation of self and
social-care education. However, these protective factors still need to be improved and implemented in
structured way.
Keywords: emotional and behavior disorder, sexual behavior deviation, conduct disorder
796 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 8 Tahun 2017
memadukan alat seksual dengan mulut (Oral RND juga sering tidak terima jika tetangganya
seks); 9) menggoda dan melekat-lekatkan mengatakan ibunya perempuan tidak baik
tubuhnya ke orang yang dekat dengannya; 10) karena sering pulang pagi. Hal tersebut sesuai
membujuk, merayu, atau melakukan tipuan ke dengan teori yang dikemukakan oleh
seseorang yang lebih dewasa atau lebih muda Magdalena (2010:33) yang mengatakan
usianya atau dalam hal tingkat penyebab perilaku menyimpang seksual yang
perkembangannya; 11) meraba-raba diri dialami oleh remaja dan anak-anak yaitu:
sendiri di tempat umum; 12) meraba-raba pertama, lingkungan yang kurang baik, anak
orang lain. yang dibesarkan dilingkungan di mana teman-
Perilaku menyimpang seksual yang temannya menganggap berciuman antar lelaki
dilakukan RND tersebut sesuai dengan teori dan perempuan adalah hal biasa, termasuk
yang diungkapkan oleh Sarwono dalam berpegangan tangan, pelukan, atau bahkan
Yatimin (2003:54-55) dan Omar, et al yang lebih jauh lagi adalah hal lumrah, akan
(2012:17). Namun demikian, pembagian menganggap semua aktivitas yang mengarah
penyimpangan seksual berdasarkan teori yang ke perilaku seks itu biasa saja, dan merasa
sudah ada sebelumnya kurang sesuai untuk wajar melakukannya juga.
diterapkan pada hasil penelitian ini, sehingga
peneliti membagi lagi bentuk-bentuk Kedua yaitu, libido yang tak terkontrol.
penyimpangan seksual ke dalam dua kategori RND mengakui pernah dengan tiba-tiba
baru, yaitu: bentuk penyimpangan perilaku memegang payudara perempuan setelah
seksual tanpa melibatkan orang lain. mengamati perempuan tersebut sekilas.
Diantaranya adalah: 1) mengeluarkan kata-kata Perilaku ini menunjukkan kurang mampunya
kotor dan humor seksual; 2) senang dan RND dalam mengontrol libido. Hal ini
terangsang melihat hewan berhubungan didukung teori dari Magdalena (2010: 33)
seksual; 3) melihat gambar telanjang, yang menjelaskan, massa pra-puber adalah
membaca bacaan porno, film porno; 4) masa di mana seorang anak menyadari bahwa
meraba-raba diri sendiri di tempat umum; 5) organ intimnya berbeda dengan lawan jenis,
memuaskan diri dengan tangan. Kedua, bentuk membuat mereka mengalami lonjakan libido
penyimpangan perilaku seksual yang dibandingkan dengan masa anak-anak. Sedikit
melibatkan orang lain. Diantaranya yaitu: 1) saja melihat gambar atau tulisan berbau
kecenderungan berulang melihat atau mengenai seks dan tidak di bentengi dengan
mengintip orang yang sedang berganti pakaian moral, anak remaja dengan libido tinggi bisa
atau berhubungan intim; 2) meraba-raba orang melakukan aktivitas seksual.
lain; 3) menggoda atau melekat-lekatkan Terdapat dua faktor yang berperan dalam
tubuhnya ke orang yang dekat dengannya; 4) penyimpangan seksual yang dilakukan oleh
membujuk/ merayu orang lain untuk RND. yaitu faktor risiko dan faktor protektif.
melakukan hubungan seksual; 5) oral sex; 6) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
persetubuhan secara seksual. terdapat beberapa faktor risiko yang dapat
Semua perilaku tentu ada sebabnya meningkatkan perilaku menyimpang seksual
termasuk penyimpangan perilaku seksual yang RND. Faktor risiko tersebut yaitu:
dilakukan oleh RND. Penyebab perilaku
menyimpang seksual yang dilakukan RND Pertama yaitu, RND terkena paparan
yaitu lingkungan yang kurang baik dan libido pornografi. Mengenai paparan pornografi,
yang tidak terkontrol. Pertama yaitu, RND pernah beberapa kali melihat video porno
lingkungan yang kurang baik, hasil dari dan gambar porno dengan menggunakan media
observasi dan wawancara menunjukkan bahwa handphone, video tersebut didapat dari
teman-teman RND memang menganggap temannya di luar sekolah. subjek melihat video
berciuman dengan lawan jenis, berpegangan porno di kolam renang dan guru mendapati
tangan, dan berpelukan sebagai hal yang biasa beberapa kali di pojokan sekolah dengan
dan wajar untuk dilakukan. Hal ini juga teman-teman lain. Hal ini sesuai dengan
diperparah dengan kondisi keluarga RND yang pendapat Yatimin (2003: 67) yaitu, bacaan
buruk. Dimana ayah RND semasa hidup kerap porno atau tulisan porno ialah suatu tulisan
mengkonsumsi alkohol dan diketahui oleh atau gambar yang melanggar perasaan
RND, serta pernah dipenjara karena kesopanan dan dapat membangkitkan nafsu
mengedarkan narkoba. Selain itu, tetangga birahi. Sehingga, menurut norma-norma
Studi Kasus Penyimpangan... (Siti Aisyah) 803
(agama) dapat menimbulkan pikiran yang risiko dikarenakan tidak adanya treatment yang
dapat menjurus pada pelanggaran susila. Saat dilakukan kepada RND.
ini, konten-konten porno dengan mudah
diakses oleh remaja bahkan anak-anak dengan Setelah dilakukan penelitian didapati
menyalahgunakan internet. bahwa RND juga memiliki sejumlah faktor
protektif diantaranya yaitu faktor protektif dari
Kedua yaitu lingkungan yang kurang baik. dalam diri sendiri dan dari luar, dimana faktor
Hasil studi mengenai pengaruh teman sebaya tersebut dapat menekan perilaku menyimpang
oleh Busse et al. Dalam Rahyani (2014:9) seksual RND. Sesuai dengan pengertian faktor
memperoleh kejadian inisiasi hubungan seks protektif menurut Alaska Division of
pranikah di antara remaja berusia antara 14 Behavioral Health (2: 2011) yang berarti faktor
sampai 16 tahunn di Philadelphia, cenderung yang dapat melindungi atau faktor yang dapat
meningkat pada remaja yang berkomunikasi mengurangi, mengendalikan, bahkan
tentang seks dengan teman sebaya. Selanjutnya menghilangkan perilaku negatif seseorang.
menurut Magdalena (2010:29) remaja yang RND sendiri terkait dengan perilaku
mendapatkan video porno itu juga berpotensi menyimpang seksualnya memiliki beberapa
ingin berbagi pada sesama temannya. Ada keadaan yang merupakan faktor protektif
semacam rasa bangga atau euforia yang perilaku menyimpang seksual yang
membuat mereka tak tahan untuk tidak dimilikinya. Pertama yaitu, nilai-nilai yang
membagikan informasi mengenai video atau diyakini, persepsi, motivasi untuk menghindari
cerita porno ini ke orang lain. Sehingga perlu perilaku seks berisiko, niat, serta ketrampilan
untuk menempatkan remaja di lingkungan yang memadai untuk menolak hubungan seks
yang baik. Malangnya, faktor risiko berupa pranikah (Jessor dalam Rahyani, 2014: 8).
pergaulan yang kurang baik dimiliki oleh RND menyadari bahwa dirinya memiliki
RND, terbukti dengan hasil wawancara dan perilaku yang tidak baik, ia juga memiliki
observasi sebagai berikut: 1) RND pernah motivasi untuk tidak lagi menonton video
beberapa kali diajak mencuri oleh temannya; porno, terbukti dengan pengakuannya bahwa
2) RND pernah ditawari untuk berhubungan sudah jarang menonton video porno. Namun,
intim oleh teman perempuannya; 3) RND dan mayoritas guru mengatakan bahwa keinginan
temannya disekolah juga membicarakan subjek RND untuk berubah menjadi lebih baik
tentang alat vital perempuan. belum terlihat. Tidak diketahuinya motivasi
RND untuk menghindar dari video porno oleh
Faktor risiko tersebut sesuai dengan guru, sebenarnya kurang menguntungkan bagi
penjelasan Alaska Division of Behavioral guru sendiri dalam mencapai tujuan
Health (2: 2011) mengenai faktor risiko yang pendidikan bagi anak tunalaras untuk merubah
diartikan sebagai karakteristik dalam individu perilaku ke arah yang lebih baik. Motivasi
atau kondisi di keluarga, sekolah atau untuk menghindari dari menonton video porno
masyarakat yang meningkatkan kemungkinan ini sebaiknya diperkuat oleh guru dengan
hasil yang merugikan. reward atau dukungan.
Karena RND tidak dipindahkan ke Kedua, pemberian pendidikan seks.
lingkungan yang lebih baik, sehingga pengaruh Kendall (1986: 6) memiliki pendapat bahwa
lingkungan yang awalnya menjadi penyebab sesungguhnya pendidikan seks yang mantap
RND melakukan penyimpangan seksual kini tidak akan menimbulkan goncangan apapun,
berubah menjadi faktor risiko yang dan tidak akan membawa pikiran yang
memperburuk perilaku menyimpang seksual berhubungan dengan segi-segi seks. Di SLB E
yang dilakukan oleh RND. Dalam Prayuwana sendiri pendidikan seksual belum
pengertiannya menurut Alaska Division of menjadi pembelajaran tersendiri atau menjadi
Behavioral Health (2: 2011) menjelaskan, ekstrakurikuler diluar jam pelajaran.
faktor risiko diartikan sebagai karakteristik Pendidikan seks atau kesehatan reproduksi
dalam individu atau kondisi di keluarga, yang dilakukan belum memiliki tujuan utama,
sekolah atau masyarakat yang meningkatkan materi pembelajaran ataupun evaluasi.
kemungkinan hasil yang merugikan. Sehingga Pemberian pendidikan seksual atau kesehatan
pengaruh dari lingkungan ini yang awalanya reproduksi di SLB E Prayuwana selama ini
menjadi penyebab berubah menjadi faktor masih include dengan mata pelajaran lain
sehingga kurang maksimal, padahal menurut
804 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 8 Tahun 2017
penuturan kepala sekolah sudah ada guru yang maksimal untuk mencapai tujuan yang sudah
dikirim untuk pelatihan pendidikan reproduksi ditetapkan.
bagi siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Ketiga yaitu, adanya bimbingan dan
pengawasan dari lingkungan sekitar, bila Simpulan
terdapat bimbingan dan pengawasan dari Sesuai dengan rumusan masalah maka dapat
pihak-pihak yang berada di sekitar lingkungan disimpulkan bahwa:
RND dengan baik maka dapat dimungkinkan 1. Bentuk-bentuk penyimpangan seksual
perilaku menyimpang seksual yang dilakukan yang dilakukan oleh RND dibedakan
oleh RND akan terus berkurang karena menjadi dua. pertama yaitu, bentuk
semakin kecil kesempatan untuk ia melakukan perilaku menyimpang seksual tanpa
hal tersebut. Namun perlu disayangkan bahwa melibatkan orang lain seperti: 1)
pemberian bimbingan dan pengawasan pada mengeluarkan kata-kata kotor dan humor
RND oleh guru masih disamakan seperti seksual; 2) melihat gambar telanjang dan
teman-temannya yang lain sehingga kurang melihat film porno; 3) meraba-raba diri
spesifik dalam masalah perilaku menyimpang sendiri di tempat umum. Kedua yaitu, 1)
seksualnya. Sekolah sendiri sebenarnya sudah kecenderungan berulang untuk melihat
baik memiliki kepedulian melibatkan orangtua atau mengintip orang yang sedang
RND dalam bimbingan dan pengawasan untuk berganti pakaian atau berhubungan intim;
subjek, namun hal ini terkendala sulitnya 2) meraba-raba orang lain; 3) menggoda
orangtua untuk ditemui ataupun dihubungi. atau melekat-lekatkan tubuhnya ke orang
yang dekat dengannya; 4) membujuk atau
Keempat, mendapatkan perlindungan dari merayu orang lain untuk melakukan
pengaruh buruk internet. Dengan kemampuan hubungan seksual;5) melakukan oral seks.
akses internet yang dimiliki RND guru sudah 2. Penyebab penyimpangan seksual yang
baik dalam memberikan perlindungan dari dilakukan oleh RND yaitu karena
pengaruh buruk internet dengan memberikan lingkungan yang kurang baik serta
pemahaman-pemahaman untuk menggunakan kurangnya kemampuan RND untuk
internet secara positif. mengontrol libido.
3. Faktor risiko yang dapat memperburuk
Kelima yaitu, pelaksanaan bina diri dan perilaku RND yaitu paparan pornografi
sosial. Bina diri dan Sosial menurut Mahabati dan lingkungan yang kurang baik
(2012: 8) yaitu usaha-usaha untuk menangani 4. Faktor protektif yang dapat mengurangi
masalah pribadi dan sosial anak tunalaras, atau menghilangkan perilaku
dengan teknik-teknik yang bertujuan untuk menyimpang seksual yang dilakukan oleh
membentuk perilaku adaptif yang dapat RND yaitu 1) adanya motivasi RND
mengurangi dan menghilangkan masalah untuk mengurangi menonton video porno
pribadi. Contoh beberapa macam terapi yang dan pemberian ilmu agama oleh guru; 2)
bisa di berikan yaitu : terapi insight, terapi pemberian pendidikan kesehatan
bermain, psikoterapi grup,terapi tingkah laku, reproduksi; 3) bimbingan dan pengawasan
terapi keluarga, terapi medis-biologis, dan terhadap perilaku RND; 4) perlindungan
terapi agama. Pelaksanaan pembelajaran bina dari pengaruh buruk internet; 5)
diri dan sosial yang diberikan kepada RND pelaksanaan pendidikan bina diri dan
selama ini lebih sering berupa guru sosial. Namun, seluruh faktor protektif
mendengarkan cerita subjek lalu memberikan tersebut dalam pelaksanaannya masih
tanggapan. Selain itu pembelajaran perlu ditingkatkan dan lebih dilaksanakan
dilaksanakan dengan menggunakan media secara terstruktur.
belajar video untuk memberikan pemahan
kepada RND tentang perilaku yang baik dan
tidak. Pembelajarannya sendiri belum
menggunakan teknik-teknik terapi yang
terstruktur dan disesuaikan dengan kebutuhan
RND, sehingga dapat dikatakan bahwa
pembelajaran bina diri dan sosial belum
Studi Kasus Penyimpangan... (Siti Aisyah) 805
Saran ACAP/docs/facts_for_families/33_con
Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada duct_disorder.pdf . Diakses pada
urgensi penelitian, maka dapat diuraikan tanggal 28 Desember 2016
beberapa implikasi untuk pihak yang terkat
sebagai berikut: American Psychiatric Association.(2013).
1. Sekolah DSM-5. London: American Psychiatric
a. Perlu adanya pemberian treatment Publisihing
yang tepat disesuaikan dengan
kebutuhan siswa Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan
b. Pada pembelajaran bina diri dan Remaja. Bogor Selatan: Penerbit
sosial perlu dilakukan teknik-teknik Ghalia Indonesia
terapi yang disesuaikan dengan
kondisi RND serta menggunakan Izzaty, R. (2013). Perkembangan Peserta
terapi yang telah dikembangkan oleh Didik. Yogyakarta: UNY PRESS
ahli, sehingga jelas terlihat perubahan
perilaku subjek karena terdapat alat Kendall , L. (1986). Anak dan Masalah Seks.
ukur yang tepat untuk melihatnya. Jakarta: Bulan Bintang
2. Guru KPAI, 2016 Rincian Data Kasus Berdasarkan
a. Guru perlu memberikan treatment Klaster Perlindungan Anak 2011-2016,
pada RND berupa terapi-terapi untuk
http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-
mengurangi perilaku menyimpang data/data-kasus-per-tahun/rincian-data-
seksualnya. Terapi tersebut dapat kasus-berdasarkan-klaster-
berupa mengalihkan perhatian RND perlindungan-anak-2011-2016, diakses
kepada kegiatan yang lebih pada tanggal 11 Juli 2017
bermanfaat.
b. Guru diharapkan dapat menekan Magdalena, M. (2010). Melindungi anak dari
faktor risiko dan mengembangkan seks bebas. Jakarta: PT Grasindo
faktor protektif yang ada pada RND
berdasarkan pada penelitian ini. Mahabbati, A (2012). Materi mata kuliah bina
c. Guru diharapkan terus mengarahkan diri dan sosial. UNY.
RND serta menegakkan peraturan http://staffnew.uny.ac.id/upload/13231
dengan ketat dan baik. 8126/pendidikan/6.siap+pdf+binsos.pd
3. Peneliti f. Diakses pada tanggal 29 Mei2017
Peneliti selanjutnya dapat menjadikan Muryati, A. (2007). Penanganan
penelitian ini sebagai dasar untuk Penyimpangan Perilaku Seksual pada
mengembangkan program rehabilitasi atau Remaja Autis di SLA Frodofios.
terapi bagi subjek. (Skripsi). Yogyakarta: PLB, UNY.