Anda di halaman 1dari 20

PENYIMPANGAN SOSIAL DALAM PRILAKU SEKS BEBAS

DIKALANGAN REMAJA

Dr. Syahrul Akmal Latif, M.Si


Muhammad Zulherawan, S.Sos.,
M.Sc.Soc

ABSTRACT

Social deviations in free sex behavior among adolescents is quite alarming because they are
seen as bad behavior and contrary to the norms in society. The purpose of this study is to seek
solutions to the problem of social deviations of free sex among adolescents by looking at the
factors and things that underlie free sex behavior that occurs by departing from theological and
sociological analysis and also using the Differential Association theory by Sutherland which
explains the process of occurrence deviant behavior. In this study the authors use the method of
literature study of various thoughts and previous studies that have been conducted. As for the
discussion of this study, the writer took three discussions which became an outline for the
author, namely: 1. Knowledge of adolescents about free sex, 2. Free sex behavior among
adolescents, and 3. Factors causing free sex among adolescents. So based on this research it is
expected to be a solution for the political elite, government, academics and society especially
parents to be more together to protect teenagers from the influence of the phenomenon of free
sex among adolescents.

Keywords: Social Irregularities, Free Sex, Teenagers

seorang individu mengalami peralihan dari


satu tahapke tahap berikutnya dan
PENDAHULUAN mengalami perubahan baik emosi, tubuh,
minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan
Di zaman yang semakin berkembang
masalah-masalah (Hurlock, 2011). Seks
semakin beragam pula tingkah laku serta
bebas merupakan hubungan yang dilakukan
masalah sosial yang terjadi di masyarakat
oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya
terutama masalah remaja. Perkembangan
ikatan perkawinan. (Desmita, 2005).
teknologi sekarang ini telah banyak memberi
pengaruh buruk bagi remaja sehingga Masa remaja merupakan periode
menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
Masa remaja merupakan masa dimana baik secara fisik, psikologis maupun
1
intelektual. Sifat khas remaja yang memiliki dan kecenderungan terhadap seks di
rasa keingintahuan yang besar, menyukai kalangan remaja terjadi dalam bentuk
petualangan dan tantangan serta cenderung menonton film porno 97%, ciuman, petting,
berani menanggung resiko tanpa seks oral 93,7%, remaja SMP dan SMU
pertimbangan yang matang. Salah satu tidak perawan/perjaka lagi 62,7%, remaja
permasalahan yang terjadi pada masa remaja SMP dan SMU pernah Aborsi 21,2%
adalah perilaku seks bebas. Perilaku seks (KPAI, 2016).
bebas merupakan salah satu akibat dari
pergaulan bebas. Permasalahan ini Berdasarkan Jurnal yang ditulis
cenderung dilakukan oleh kelompok remaja Andayani (2005), yang telah dilakukan
tengah dan remaja akhir. Remaja tengah (15- bahwa ketika mulai beranjak dewasa (usia
18 tahun) merupakan masa-masa ingin 18), survei menunjukkan bahwa lebih dari
mencari identitas diri, tertarik dengan lawan 60% individu pernah melakukan hubungan
jenis, timbul perasaan cinta dan mulai seks. Belakangan ini memang hubungan
berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan seks bebas menjadi fenomena yang melanda
dengan seksual. Remaja akhir (19-21 tahun) kaum remaja. Seks bebas sendiri mencapai
merupakan remaja yang mengungkapkan 18,3%. Pada tahun 2010, hamil di luar nikah
kebebasan diri dan mewujudkan perasaan karena diperkosa sebanyak 3,2%; karena
cinta yang dirasakannya (Kemenkes RI, sama-sama mau sebanyak 12,9% dan tidak
2015). terduga sebanyak 45%. Seks bebas sendiri
mencapai 22,6%. Selain itu, menurut data
Kematangan fungsi seksual remaja yang diperoleh dari Media Indonesia, rata-
akan menimbulkan dorongan seksual yaitu rata terdapat 17% kehamilan yang terjadi per
keinginan untuk mendapatkan kepuasan tahun, merupakan kehamilan yang tidak
secara seksual melalui perilaku seksual. diinginkan.
Perilaku seks bebas yang dilakukan oleh
remaja tidak terlepas dari kurangnya Prevalensi kasus seks pra nikah remaja
pengetahuan remaja tentang perilaku menurut BPS, BKKBN, KEMENTERIAN
seksual, paparan pornografi dan pengaruh KESEHATAN RI, ICF INTERNATIONAL
teman sebaya terbukti menjadi faktor yang (2013), sebanyak 14,6% terjadi pada remaja
paling dominan dalam mempengaruhi perempuan usia 15-19 tahun. Alasan
perilaku seksual pada remaja (Lubis, 2017). hubungan seks bebas tersebut sebagian besar
karena penasaran/rasa ingin tahu (57,5%),
Kasus tentang kenakalan di Indonesia terjadi begitu saja pada perempuan (38%),
pada umumnya identik dengan remaja yang dan dipaksa oleh pasangan (12,6%) pada
berada di kisaran usia 15 tahun dan salah perempuan. Data kasus pengaduan anak
satu bentuk kenalan remaja adalah seks pada klaster pornografi dan cyber crime
bebas. Hal ini didukung dengan pada tahun 2016 sebanyak 414 anak, yaitu
ditemukannya 39% remaja perempuan dan anak korban kejahatan seksual online
57% remaja laki-laki melakukan petting sebesar 94 orang, anak pelaku kejahatan
(Andayani, 2005). Fenomena Seks Bebas seksual online sebesar 72 orang, anak

2
korban pornografi dari media sosial sebesar adalah penelitian yang dilakukan hanya
168 orang, anak pelaku kepemilikan media berdasarkan atas karya tertulis, termasuk
pornografi (HP/Video) sebesar 80 orang. hasil penelitian baik yang telah maupun
Data kasus anak korban tayangan dan yang belum dipublikasikan (Widodo, 2004).
pergaulan seks bebas di Indonesia sebesar
157 orang dan anak korban pernikahan di Dalam Narbuko. Achmadi, (2005)
bawah umur sebesar 10 orang (KPAI, 2016). meskipun merupakan sebuah penelitian,
penelitian dengan studi literatur tidak harus
Menurut Survei Demografi dan turun ke lapangan dan bertemu dengan
Kesehatan Indonesia BPS, BKKBN, responden. Data-data yang dibutuhkan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI, ICF dalam penelitian dapat diperoleh dari
INTERNATIONAL (2013), salah satu sumber pustaka atau dokumen. Menurut
faktor yang diperkirakan menjadi penyebab (Zed, 2014), pada riset pustaka (library
utama meningkatnya perilaku seksual pada research), penelusuran pustaka tidak hanya
anak usia sekolah adalah perilaku pacaran. untuk langkah awal menyiapkan kerangka
Sebagian remaja jaman sekarang penelitian (research design) akan tetapi
menganggap bahwa hubungan seksual pada sekaligus memanfaatkan sumber-sumber
masa pacaran adalah hal yang sudah biasa perpustakaan untuk memperoleh data
dan wajar. Potensi terjadinya perilaku seks penelitian.
bebas dikalangan remaja lebih besar, karena
belum mengetahui dampak perilaku seks Berangkat fenomena yang ada, maka
diluar nikah dan melakukan perilaku seks tulisan dalam penelitian ini menggunakan
yang tidak aman. Perilaku tersebut jika tidak metode studi pustaka. Penulis melakukan
segera ditangani akan berdampak negatif pengembangngan kajian teoritis dengan
bagi kesehatan reproduksi remaja, seperti: memperbanyak informasi, mencari
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), hubungan ke berbagai sumber,
aborsi, tertular penyakit menular seksual dan membandingkan, dan menemukan hasil atas
HIV/AIDS, hingga terjadi kematian dasar data sebenarnya (tidak dalam bentuk
(Setiyaningrum, 2015). angka). Dalam tulisan ini, penulis
selanjutnya melakukan kajian teologis-
sosiologis terhadap pergaulan seks bebas
METODE PENELITIAN
remaja. Sumber-sumber pustaka yang
Metode yang digunakan dalam kajian digunakan dalam kajian ini adalah meliputi
ini yaitu penelitian kepustakaan dan studi pemikiran-pemikiran dalam berbagai sumber
pustaka/riset pustaka meski bisa dikatakan buku, dan kajian-kajian yang telah dilakukan
mirip akan tetapi berbeda. Studi pustaka dan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
adalah istilah lain dari kajian pustaka,
Berkaitan dengan perilaku
tinjauan pustaka, kajian teoritis, landasan
menyimpang, teori-teori sosiologi baik yang
teori, telaah pustaka (literature review), dan
termasuk dalam kategori klasik maupun
tinjauan teoritis (Baswori. Kasinu, 2007).
modern telah memberikan penjelasan yang
Yang dimaksud penelitian kepustakaan
3
cukup memadai untuk dijadikan pijakan sejak kecil cenderung mengulangi perbuatan
dalam memahami sebab-sebab terjadinya menyimpang tersebut terhadap orang lain.
perilaku menyimpang. Perilaku Dari interaksi dengan orang-orang tersebut,
menyimpang identik dengan remaja dengan individu mungkin saja memperoleh
segala bentuk jenisnya. Dalam kajian ini pembelajaran tentang suatu sub budaya yang
fokusnya berkaitan serta terkait dengan menyimpang. perilaku meyimpang yang
perilaku menyimpang dalam bentuk seks terjadi pada masyarakat kita akhir-akhir ini
bebas. terjadi karena adanya proses pembelajaran
secara sengaja atau tidak disengaja atas
Pada tulisan ini, Penulis menggunakan
suatu perilaku menyimpang diakibatkan
teori asosiasi diferensial yang dikemukan
kemajuan teknologi informasi. Menurut
oleh Edward H.Sutherland. Dimana menurut
Narwoko, (2004), apabila dirinci, asosiasi
Sutherland menjelaskan bahwa perilaku
diferensial memiliki sembilan proposisi,
menyimpang adalah perilaku yang
antara lain adalah sebagai berikut:
dihasilkan oleh hasil belajar dari lingkungan.
Dalam hal ini kenapa peneulis memakai 1. Perilaku menyimpang merupakan
teori asosiasi diferensial dikarenakan, remaja hasil dari proses belajar atau yang
banyak melakukan perilaku menyimpang, dipelajari. Hal ini berarti bahwa
khususnya terkait seks bebas. Berikut akan penyimpangan bukan diwariskan
dijelaskan terkait hal-hal yang mencakup atau diturunkan dan bukan hasil dari
dalam kajian ini dan teori yang digunakan. intelegensi yang rendah atau karena
kerusakan otak.
2. Perilaku menyimpang dipelajari oleh
TEORI DIFFERENTIAL
seseorang dalam interaksinya dengan
ASSOSIATION EDWARD H.
orang lain antar individu dan
SUTHERLAND
melibatkan proses komunikasi yang
Dalam penjelasannya Edward intens.
H.Sutherland memandang bahwa perilaku 3. Perilaku menyimpang terjadi di
menyimpang bersumber pada pergaulan dalam kelompok personal yang intim
yang berbeda (differential assosiation). dan akrab.
Artinya seorang individu mempelajari 4. Ada hal-hal yang dipelajari dalam
sebuah perilaku menyimpang dari proses terbentuknya perilaku
interaksinya dengan seorang individu yang menyimpang, yaitu berupa teknis-
berbeda latarbelakang asal, kelompok, atau teknis dan petunjuk-petunjuk khusus
budaya. Dikatakan bahwa penyimpangan itu tentang motif, dorongan, dan sikap-
dipelajari melalui proses alih budaya. sikap dalam perilaku menyimpang.
Melalui proses belajar ini, seseorang 5. Petunjuk-petunjuk khusus tentang
mempelajari suatu perilaku menyimpang motif dan dorongan untuk
atau sub kebudayaan menyimpang. melakukan perilaku yang
Misalnya, seorang anak yang sering disiksa menyimpang dipelajari dari definisi
tentang norma yang baik atau buruk.
4
6. Seseorang melakukan penyimpangan sanksi. Jumlah dan macam penyimpangan
karena dianggpa lebih dalam masyarakat adalah relatif tergantung
menguntungkan daripada tidak dari besarnya perbedaan Penyimpangan
melanggar. adalah relatif terhadap norma suatu
7. Terbentuknya asosiasi deferensiasi kelompok atau masyarakat. Karena norma
sangat bervariasi tergantung dari berubah maka penyimpangan berubah.
frekuensi, durasi, prioritas, dan
intensitas. Proses sosialisasi terjadi dalam
8. Proses mempelajari perilaku kehidupan sehari-hari melalui interaksi
menyimpang melibatkan kelompok sosial dengan menggunakan media atau
yang memiliki pola-pola lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu,
menyimpang. kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan
9. Meskipun perilaku menyimpang sangat mewarnai dan mempengaruhi input
merupakan ekspresi dari kebutuhan dan pengetahuan yang diserap oleh setiap
dan nilai masyarakat umum, tetapi remaja. Karena itulah dalam membahas
perilaku menyimpang itu tidak dapat perilaku penyimpangan remaja, penulis
dijelaskan melalui kebutuhan dan menitikberatkan pada pendekatan sistem,
nilai umum tersebut yaitu perilaku individu sebagai masalah
sosial yang bersumber dari sistem sosial
terutama dalam pandangan disorganisasi
PENYIMPNGAN SOSIAL REMAJA
sosial sebagai sumber masalah. Hal ini dapat
Dalam perspektif sosiologi perilaku dijelaskan bahwa pada umumnya para
menyimpang remaja terjadi karena terdapat remaja yang mengalami gejala disorganisasi
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan- sosial dalam keluarga misalnya, maka norma
aturan sosial ataupun dari nilai dan norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan
sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang mengikat. Dengan demikian control sosial
dapat dianggap sebagai sumber masalah menjadi lemah, sehingga memungkinkan
karena dapat membahayakan tegaknya terjadinya berbagai bentuk penyimpangan
sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku perilakunya.
menyimpang secara tersirat mengandung
Menurut Kartono, (2009), kenakalan
makna bahwa ada jalur baku yang harus
remaja atau Juvenile delinguency
ditempuh. Perilaku remaja yang tidak
merupakan gejala patologis sosial pada
melalui jalur tersebut berarti telah
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
menyimpang atau telah terjadi kenakalan
pengabaian sosial. Akibatnya mereka
remaja.
mengembangkan bentuk perilaku yang
Penyimpangan secara normatif menyimpang, sementara Santrock (2009)
didefinisikan sebagai penyimpangan mengatakan kenakalan remaja merupakan
terhadap norma, di mana penyimpangan itu kumpulan dari berbagai perilaku remaja
adalah terlarang bila diketahui dan mendapat yang tidak dapat diterima secara sosial
hingga terjadi tindakan kriminal. Kenakalan
5
remaja adalah kelainan tingkah dapat diterima sehingga akan terseret
laku/tindakan remaja yang bersifat anti pada prilaku “nakal”.
sosial, melanggar norma sosial, agama serta
ketentuan hukum yang berlaku dalam Begitupun bagi mereka yang telah
masyarakat (Mubarak, 2009). mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan
Mubarak (2009) selanjutnya kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
mengatakan kenakalan remaja biasanya dengan pengetahuannya. Adapun yang
dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal termasuk faktor eksternal terjadinya
dalam menjalani proses-proses kenakalan remaja yaitu sebagai berikut :
perkembangannya, baik pada saat remaja
maupun pada saat kanak-kanak. secara a. Keluarga, meliputi perceraian orang
psikologis kenakalan remaja merupakan tua, tidak adanya komunikasi antar
wujud dari konflik-konflik yang tidak anggota keluarga, atau perselisihan
terselesaikan dengan baik pada masa kanak- antar anggota keluarga bisa memicu
kanak maupun pada masa remaja, perlakuan prilaku negatif pada remaja.
kasar dan tidak menyenangkan dari Pendidikan yang salah dalam
lingkungannya, seperti kondisi ekonomi keluarga, seperti terlalu memanjakan
yang membuatnya merasa rendah diri dan anak, tidak memberikan pendidikan
sebagainya. Masalah sosial yang agama atau penolakan terhadap
dikategorikan perilaku menyimpang yaitu eksistensi anak bisa menjadi
kenakalan remaja. Perilaku kenakalan penyebab kenakalan remaja.
remaja dapat disebabkan oleh faktor dari
remaja itu sendiri (internal) maupun faktor b. Teman sebaya yang kurang baik
dari luar (ekternal), faktor internal c. Masyarakat/lingkungan tempat
diantaranya ialah : tinggal yang kurang baik.

1. Krisis identitas, yaitu perubahan Penggolongan dan Bentuk-bentuk


biologis dan sosiologis pada remaja Kenakalan Remaja menurut Gumarso (1988)
memungkinkan terjadinya dua membagi dari segi hukum dalam dua
bentuk integrasi. Pertama kelompok yang berkaitan dengan norma-
terbentuknya perasaan akan norma hukum, yaitu kenakalan yang bersifat
konsistensi dalam kehidupannya. amoral dan sosial. Pelanggaran kenakalan
Kedua, tercapainya identitas peran. tidak diatur dalam undang-undang sehingga
Kenakalan remaja terjadi karena tidak dapat atau sulit digolongkan dalam
remaja gagal mencapai masa pelanggaran hukum. Kenakalan yang
integrasi kedua. bersifat melanggar hukum dengan
2. Kontrol diri yang lemah, dimana penyelesaian sesuai dengan undang-undang
remaja tidak dapat mempelajari dan dan hukum yang berlaku, sama dengan
membedakan tingkah laku yang perbuatan melanggar hukum bila dilakukan
dapat diterima dengan yang tidak oleh orang dewasa (Mubarak, 2009).

6
Menurut bentuknya, Sunarwiyati menyalurkan nafsu biologisnya kepada istri
(1985) membagi kenakalan remaja ke dalam atau suami sahnya saja. tujuan seks adalah
tiga tingkatan yaitu kenakalan biasa, seperti sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan
suka berkelahi, suka keluyuran, membolos dan relaksasi dalam kehidupan (bagi
sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit; manusia). Hubungan seks yang dilakukan
kenakalan remaja yang menjurus pada diluar pernikahan disebut seks bebas (free
pelanggaran dan kejahatan, seperti sex).
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil
barang orang tua tanpa izin; kenakalan Seks menurut Kartono (2009)
khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, merupakan energi psikis yang ikut
hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan, mendorong individu manusia untuk
menggugurkan kandungan (aborsi), berjudi, bertingkah laku. Tidak Cuma bertingkah
membunuh dan lain-lain. Perilaku laku di dalam seks saja yaitu menjalin
menyimpang atau kejahatan dianggap hubungan seksual atau bersenggama, akan
sebagai fakta sosial yang normal jika dalam tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan
batas-batas tertentu. Sebaliknya dari perilaku abnormal. Sedangkan Desmita (2005) seks
yang dianggap normal merupakan perilaku bebas adalah segala cara mengepresikan dan
nakal/jahat, yaitu perilaku yang sengaja melepaskan dorongan seksual yang berasal
meninggalkan keresahan pada masyarakat dari kematangan organ seksual, seperti
(Mubarak, 2009). berkencan intim, bercumbu, sampai
melakukan kontak seksual, tetapi perilaku
Berbagai macam bentuk kenakalan tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma
remaja saat ini menurut Tanjung (2007) karena remaja belum memiliki pengalaman
mengacu pada perilaku seks bebas/freesex. tentang seksual. Dengan demikian,
Perilaku seks bebas memiliki beberapa pengertian seks bebas adalah segala
macam bentuk yaitu hubungan seks bebas, perbuatan tingkah laku yang didorong oleh
kumpul kebo, pelacuran, gigolo, keinginan seksual terhadap lawan jenis
homoseksual dan perkosaan. Bentuk maupun sesama jenis (homoseksual) yang
perilaku seks bebas yang banyak dilakukan dilakukan di luar pernikahan dan
oleh remaja saat ini yaitu hubungan seks bertentangan dengan norma-norma tingkah
bebas. laku seksual dalam masyarakat yang tidak
bisa diterima secara umum.
SEKS BEBAS
Hubungan seks bebas pada umumnya
Seks bebas merupakan kebiasaan berawal dari masa pacaran. Pada masa
melakukan seksual secara bebas dilakukan pacaran ini hubungan intim mulai dilakukan
oleh mereka yang menentang atau merasa kalangan remaja. Baik pelajar, mahasiswa,
enggan jika diri mereka terikat dalam suatu pemuda-pemudi tidak sekolah, remaja yang
pernikahan yang suci. Orang yang telah tinggal di kota atau di desa. Waktu pacaran
mempertaruhkan hawa nafsunya sendiri, tergiur cumbu rayu, peluk cium dan bila
akan merasa sangat tidak puas jika gejolak nafsu tidak terkendali berlanjut ke
7
hubungan badan. Tempatnya bisa di PEMBAHASAN
Bioskop yang gelap, di tempat Rekreasi,
Kost, di Rumah saat rumah sepi, dan bahkan A. Pengetahuan Remaja Tentang Seks
sengaja menginap di Hotel. Remaja putri Bebas
makin sulit mengelak, bila bentuk rayuan
Pendidikan seks merupakan salah satu
gombal sang pacar minta bukti ketulusan
cara untuk mengurangi atau mencegah
cintanya dengan berhubungan seks. Inilah
penyalahgunaan seks, khususnya untuk
yang sering kali disalahartikan kalangan
mencegah dampak-dampak negatif yang
remaja.
tidak diharapkan seperti kehamilan yang
Hubungan seksual yang dilakukan tidak direncanakan, penyakit menular,
oleh sebagian besar remaja pada umumnya depresi, dan perasaan berdosa. Selain itu
akan menyebabkan remaja hamil bebas. dengan adanya pengaruh dalam pemberian
Kehamilan yang dialami beberapa remaja pendidikan seks bisa di manfaatkan oleh
akibat telah melakukan hubungan seks pendidik di masing-masing sekolah untuk
sebelum menikah (Premarital Sex) disikapi memberikan informasi mengenai kesehatan
dengan berbagai tindakan seperti reproduksi remaja agar remaja memiliki
mengugurkan kandungan/aborsi dan atau bekal pengetahuan yang baik dan sikap
menikah dengan pasangan seksnya. Masih positif dalam menanggapi permasalahan
merupakan fakta yang menyedihkan bahwa seks bebas dikalangan remaja (Sarwono,
hampir seperempat kehamilan di negara ini 2010).
diakhiri dengan aborsi elektif. Aborsi elektif
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
atau sukarela adalah penghentian kehamilan
Mubarak (2009) menyatakan bahwa tidak
sebelum viabilitas atas permintaan wanita
dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
yang berangkutan tetapi bukan karena alasan
pendidikan seseorang semakin mudah pula
gangguan kesehatan pada ibu atau penyakit
mereka menerima informasi, dan pada
pada janin. Menurut American College of
akhirnya makin banyak pula pengetahuan
Obstetricans and Gynecologits (2007) “cara
yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang
yang paling efektif untuk menurunkan angka
tingkat pendidikannya rendah, akan
aborsi adalah mencegah kehamilan yang tak
menghambat perkembangan sikap seseorang
diinginkan dan tak diharapkan”. Suatu hal
terhadap penerimaan informasi nilai nilai
yang penting bahwa sikap, kepercayaan dan
yang baru diterimanya.
politik yang bersifat negatif mengenai
pelayanan keluarga berencana dan Menurut Sumiati (2009) menyatakan
pendidikan seks telah berperan dalam pendidikan seks dapat memberikan
memperbesar angka aborsi menjadi sekitar 1 pengetahuan tentang kesalahan dan
juta setiap satu tahunnya di Amerika Serikat penyimpangan seksual agar individu dapat
(Chunigham, 2014). menjaga diri dan melawan eksploitasi yang
dapat mengganggu kesehatan fisik dan
mentalnya dan dapat membentuk sikap serta
memberikan pengertian terhadap seks dalam
8
semua manifestasi yang bervariasi. Teori Sikap memiliki empat fungsi
tersebut diperkuat dengan penelitian diantaranya fungsi pertahanan ego yaitu
Boediono (2010) bahwa setelah di berikan sikap yang diambil untuk melindungi
pendidikan kesehatan seks berpengaruh dirinya dari kecemasan atau ancaman
terhadap tingkat pengetahuan dan sikap hargadirinya serta fungsi pengetahuan
remaja tentang perilaku seks bebas di individu mempunyai dorongan untuk ingin
tunjukan dengan nilai signifikansi atau P mengerti dengan pengalaman-
value = 0,000 < 0,05 begitu pula dengan pengalamannya yang di wujudkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Surya dan kehidupan sehari-hari maka seseorang yang
Indrawati (2011) menyatakan bahwa adanya memiliki sikap positif akan mendapatkan
perbedaan yang bermakna pada pengetahuan kedua fungsi tersebut. Sikap positif
remaja tentang kesehatan reproduksi mengenai pencegahan seks bebas dapat
sebelum dan sesudah penyuluhan (p-value melindungi remaja dari perilaku sek bebas
0,000). Melalui pendidikan seks kita dapat sehingga dapat terhindar dari dampak seks
memberitahu remaja bahwa seks adalah bebas (Wawan dan Dewi, 2010). Diperkuat
sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada dengan penelitian Suwarni (2009) yang
setiap orang, selain itu remaja juga dapat menyatakan bahwa ada hubungan antara
diberitahu mengenai berbagai perilaku sikap tentanng perilaku seksual dengan niat
seksual berisiko sehingga mereka dapat berperilaku seks dengan keeratan hubungan
menghindarinya (Wdyastuti, 2009) cukup yang artinya semakin permisif sikap
remaja tentang perilaku seks bebas maka
Penelitian tersebut berbeda dengan
niat remaja berperilaku seksual akan
hasil penelitian penelitian Suwarni (2009)
semakin beresiko terhadap kehamilan tidak
yang menyatakan pengaruh terbesar
dikehendaki (KTD), penyakit menular
bersumber dari perilaku teman sebaya yang
seksual, HIV dan AIDS.
bisa mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
perilaku seksual remaja baik secara langsung Menurut Azwar (2011) pembentukan
sebesar (20,2%) maupun tidak langsung atau faktor yang mempengaruhi sikap adalah
melaui niat berperilaku seksual (14,24%). pengalaman pribadi, pengaruh orang lain
Beberapa pihak masih tidak setuju dengan yang dianggap penting, pengaruh
pendidikan seks, karena dikhawatirkan kebudayaan, media massa, lembaga
dengan pendidikan seks, anak-anak yang pendidikan, agama dan factor emosional.
belum saatnya tahu tentang seks jadi Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah
mengetahuinya dan karena dorongan pengaruh oranglain yang dianggap penting,
keingintahuan yang besar yang ada pada orang lain yang dimaksud salah satunya
remaja, mereka jadi ingin mencobanya hal adalah orang tua. Hal ini diperkuat dengan
ini dikarenakan masyarakat masih penelitian Suwarni (2009) secara statistik
menganggap tabu jika membicarakan ada hubungan ada pengaruh monitoring
tentang seks (BKKBN, 2010). parental terhadap perilaku seksual remaja
baik secara langsung (sebesar 10,6%)
maupun tidak langsung melalui variabel
9
sikap tentang perilaku seks bebas (sebesar juga menjelaskan bahwa seks adalah
9,28%), pada responden dengan monitoring mekanisme bagi manusia untuk melanjutkan
parental tinggi maka sikap dan perilaku keturunan. Seks bukan hanya perkembangan
remaja termasuk dalam kategori tidak dan fungsi primer saja, tetapi juga termasuk
beresiko. gaya dan cara berperilaku kaum pria dan
wanita dalam hubungan interpersonal atau
B. Prilaku Seks Bebas Dikalangan
sosial (Amrillah, 2006).
Remaja
Perkembangan fisik termasuk organ
Perilaku seks bebasdapat
seksual yaitu terjadinya kematangan serta
dikelompokkan menjadi empat kategori,
peningkatan kadar hormon reproduksi atau
yaitu berciuman, berpelukan, bercumbu
hormon seks baik pada laki-laki maupun
(petting), dan berhubungan badan. Sebagian
pada perempuan yang akan menyebabkan
besar Perilaku seks bebast ersebut dilakukan
perubahan Perilaku seks bebas remaja secara
di rumah, rumah kos, lingkungan kampus,
keseluruhan. Pada kehidupan psikologis
dan tempat-tempat lainnya seperti hotel,
remaja, perkembangan organ seksual
losmen dan tempat penginapan lainnya.
mempunyai pengaruh kuat dalam minat
Bahkan ada juga yang melakukannya di
remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya
dalam mobil pada waktu jalan-jalan.
peningkatan perhatian remaja terhadap
Perilaku hubungan seks bebas di kalangan
lawan jenis sangat dipengaruhi oleh faktor
remaja paling banyak dilakukan sepulang
perubahan-perubahan fisik selama periode
dari tempat hiburan malam, biasanya cewek-
puberitas (Santrock, 2009).
cewek yang sudah mabok akan sangat
gampang untuk ditiduri oleh teman-teman Remaja perempuan lebih
lelakinya. memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik
bagi remaja laki-laki, demikian pula remaja
Perilaku seks bebas dapat
pria tubuhnya menjadi lebih kekar yang
didefinisikan sebagai bentuk perilaku yang
menarik bagi remaja perempuan (Rumini
didorong oleh hasrat seksual baik dengan
dan Sundari, 2004). Pada masa remaja rasa
lawan jenis maupun sejenis. Menurut
ingin tahu terhadap masalah seksual sangat
Simkin, Perilaku seks bebas adalah segala
penting dalam pembentukan hubungan yang
tingkah laku yang didorong oleh hasrat
lebih matang dengan lawan jenis.
seksual baik dengan lawan jenis maupun
Matangnya fungsi-fungsi seksual maka
dengan sesama jenis. Bentuk tingkah laku
timbul pula dorongan-dorongan dan
ini beraneka ragam mulai dari perasaan
keinginan-keinginan untuk pemuasan
tertarik hingga tingkah laku berkencan,
seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya
bercumbu dan bersenggama (Amrillah,
sudah mengembangkan perilaku seksualnya
2006).
dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran
Tujuan seksual disamping untuk atau percintaan. Bila ada kesempatan para
kesenangan atau kepuasan seksual atau juga remaja melakukan sentuhan fisik,
pengendoran ketegangan seksual. Kartono mengadakan pertemuan untuk bercumbu
10
bahkan kadang-kadang remaja tersebut atau Perilaku seks bebas beresiko yang
mencari kesempatan untuk melakukan terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu
hubungan seksual. Meskipun fungsi seksual dimulai dari berpegangan tangan, cium
remaja perempuan lebih cepat matang dari kering, cium basah, berpelukan, memegang
pada remaja laki-laki, tetapi pada atau meraba bagian sensitif, petting, oral
perkembangannya remaja laki-laki lebih sex, dan bersenggama (sexual intercourse).
aktif secara seksual dari pada remaja Perilaku seks bebas pada remaja ini pada
perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini akhirnya dapat mengakibatkan berbagai
dikarenakan adanya perbedaan sosialisasi dampak yang merugikan remaja itu sendiri
seksual antara remaja perempuan dan remaja
laki-laki. Bahkan hubungan seks sebelum C. Faktor Penyebab Seks Bebas
menikah dianggap ”benar” apabila orang- Dikalangan Remaja
orang yang terlibat saling mencintai ataupun
Menurut Ghifari (2003) perilaku
saling terikat. Mereka sering
negatif remaja terutama hubungannya
merasionalisasikan tingkah laku seksual
dengan penyimpangan seksualitas, pada
mereka dengan mengatakan pada diri
dasarnya bukan murni tindakan diri mereka
mereka sendiri bahwa mereka terhanyut
sendiri, melainkan ada faktor pendukung
cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa
atau yang mempengaruhi dari luar. Faktor-
remaja perempuan, lebih daripada remaja
faktor yang menjadi sumber penyimpangan
laki-laki, mengatakan bahwa alasan utama
tersebut adalah:
mereka aktif secara seksual adalah karena
jatuh cinta (Santrock, 2009). 1. Kualitas diri remaja itu sendiri
seperti, perkembanggan emosional
Menurut Sarwono (2010), Perilaku
yang tidak sehat, mengalami
seks bebas adalah segala tingkah laku yang
hambatan dalam pergaulan sehat,
didorong oleh hasrat seksual baik yang
kurang mendalami norma agama,
dilakukan sendiri, dengan lawan jenis
ketidak mampuan menggunakan
maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan
waktu luang.
pernikahan menurut agama. Menurut Stuart
2. Kualitas keluarga yang tidak
dan Sundeen (1999), Perilaku seks
mendukung anak untuk berlaku baik,
bebasyang sehat dan adaptif dilakukan
bahkan tidak mendapatkan kasih
ditempat pribadi dalam ikatan yang sah
sayang dari orang tua dan pergeseran
menurut hukum. Sedangkan Perilaku seks
norma keluarga dalam
bebas merupakan perilaku seksual yang
mengembangkan norma positif.
dilakukan tanpa melalui proses pernikahan
Disamping itu keluarga tidak
yang resmi menurut hukum maupun
memberikan arahan seks yang baik.
menurut agama dan kepercayaan masing-
3. Kualitas lingkungan yang kurang
masing (Masland, 2004).
sehat, seperti lingkungan masyarakat
Perilaku seks bebas di kalangan yang mengalami kesenjangan
remaja dilakukan dengan berbagai tindakan komunikasi antar tetangga.

11
4. Minimnya kualitas informasi yang situasi kondisi apapun. Dalam
masuk pada remaja sebagai akibat keadaan apa saja, orang yang taat
globalisasi, akibatnya anak remaja beragama, selalu dapat menempatkan
sangat kesulitan atau jarang diri dan mengendalika diri agar tidak
mendapatkan informasi sehat dalam berbuat hal-hal yang bertentanggan
seksualitas. dengan ajaran agama. Dalam hatinya,
selalu ingat terhadap Tuhan, sebab
Menurut sebuah penelitian yang
mata Tuhan selalu mengawasi setiap
dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser
perbuatan manusia. Oleh karena itu,
(Kaiser Family Foundation) dalam (Dariyo,
ia tak akan melakukan hubungan
2004), hal-hal yang mendorong remaja
seksual dengan pacarnya, sebelum
melakukan hubungan seks di luar
menikah secara resmi. Ia akan
pernikahan adalah:
menjaga kehormatan pacarnya, agar
a. Hubungan seks: bentuk penyaluran terhindar dari tindakan nafsu seksual
kasih sayang yang salah dalam masa sesaat. Bagi individu yang taat
pacaran. beragama, akan melakukan hal itu
Seringkali remaja mempunyai sebaik-baiknya. Sebaliknya, bagi
pandangan yang salah bahwa masa individu yang rapuh imannya,
pacaran merupakan masa di mana cenderung mudah melakukan
seseorang boleh mencintai maupun pelanggaran terhadap ajaran-ajaran
dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal agamanya. Agama hanya dijadikan
ini, bentuk ungkapan rasa cinta sebagai kedok atau topeng untuk
(kasih sayang) dapat dinyatakan mengelabui orang lain (pacar),
dengan berbagai cara, misalnya, sehingga tak heran, kemungkinan
pemberian hadiah bunga, berpelukan, besar orang tersebut dapat
berciuman, dan bahkan melakukan melakukan hubungan seks bebas.
hubungan seksual. Dengan anggapan c. Faktor kematangan biologis.
yang salah ini, maka juga akan Dapat diketahui bahwa masa remaja
menyebabkan tindakan yang salah. ditandai dengan adanya kematangan
Karena itu, sebelum pacaran, biologis. Dengan kematangan
sebaiknya orang tua wajib memberi biologis, seorang remaja sudah dapat
pengertian yang benar kepada anak melakukan fungsi reproduksi sebagai
remajanya agar mereka tidak mana layaknya orang dewasa
terjerumus pada tindakan yang salah. lainnya, sebab fungsi organ
b. Kehidupan iman yang rapuh. seksualnya telah bekerja secara
Kehidupan beragama yang baik dan normal. Hal ini membawa
benar ditandai dengan pengertian, konsekuensi bahwa seorang remaja
pemahaman dan ketaatan dalam akan mudah terpengaruh oleh
menjalankan ajaran-ajaran agama stimulasi yang merangsang gairah
dengan baik tanpa dipengaruhi oleh seksualnya, misalnya, dengan

12
melihat film porno dan cerita cabul. terjadilah apa yang dinamakan seks
Kematangan biologis yang tidak bebas. Pelaksanaan seks bebas
disertai dengan kemampuan banyak dipengaruhi oleh penyebab
mengendalikan diri, cenderung dari perubahan sosial, seperti :
berakibat negatif, yaitu terjadi urbanisasi, mekanisasi, alat
hubungan seks bebas di masa kontrasepsi, pendidikan,
pacaran remaja. Sebaliknya, demokratisasi fungsi wanita dalam
kematangan biologis, disertai dengan masyarakat dan modernisasi.
kemampuan pengendalian diri akan
membawa kebahagiaan remaja Menurut beberapa artikel yang telah di
dimasa depannya, sebab ia tidak baca di menjadi rujukan faktor yang menjadi
akan melakukan hubungan seks subtansi paling utama dibagi menjadi dua
bebas. faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal, sebagaimana dijelaskan dan
Kartono, (2009) mengungkapkan dirangkum menjadi sebuah pembahsan yang
bahwa perilaku seks bebas dipengaruhi oleh boleh menjadi landasan kesimpulan dalam
faktor-faktor : pembahasan faktor penyebab seks bebas
dikalangan remaja. Adapaun faktor internal
a. Belum adanya regulasi atau
dan faktor eksternal tersebut sebagai berikut:
pengaturan terhadap
penyelenggaraan hubungan seks 1. Faktor Internal
dengan peraturan tertentu.
Dorongan seks begitu dasyat dan Faktor internal merupakan faktor yang
besar pengaruhnya terhadap muncul karena adanya dorongan dan
manusia. Seks bisa membangun kemauan dari individu itu sendiri. Pribadi
kepribadian, tetapi juga bisa manusia dapat dipengaruhi oleh sesuatu,
menghancurkan sifat-sifat karena itu ada usaha untuk membentuk
kemanusiaan. pribadi, membentuk watak atau mendidik
b. Perubahan sosial watak seseorang. Sejak dahulu diketahui
Perkembangan teknologi, ilmu bahwa pribadi tiap individu tumbuh atas dua
pengetahuan, dan komunikasi kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam, yang
menyebabkan perubahan sosial yang sudah dibawanya sejak lahir atau bisa
demikian cepat pada hampir semua disebut juga dengan kemampuan dasar dan
kebudayaan manusia. Perubahan kemampuan dari luar, yang diterima dan
sosial ini mempengaruhi kebiasaan dipelajari individu dari keadaan sekitarnya
hidup manusia, termasuk dia berada. Pada penelitian ini ada dua hal
mempengaruhi pola-pola seks yang yang secara internal ditemukan dalam
konvensional menjadi keluar dari mempengaruhi perilaku seks bebas
jalur-jalur konvensional kebudayaan, dikalangan remaja, diantaranya:
sehingga bertentangan dengan sistem
a. Aspek Perkembangan Alat Seksual
regulasi seks yang konvensional, dan
(Biologis)
13
Perkembangan alat seksual (biologis) pernah dialami pada masa
merupakan salah satu bentuk ciri-ciri sebelumnya. Peralihan keadaan
perubahan pada remaja yang nampak inilah yang dapat memicu timbulnya
dari luar, sehingga secara langsung dorongan untuk mencoba hal-hal
perubahan yang terjadi dapat dilihat baru yang selama ini belum pernah
oleh orang lain. Dari hal tersebut mereka coba, tentunya tanpa
tentunya akan memiliki dampak pemikiran yang matang tentang
apabila remaja yang mengalami akibat-akibat yang bisa ditimbulkan
perubahan pada fisiknya atau alat karena keterbatasan pemikiran pada
seksualnya (biologis) yang tidak usia dewasa. Menurut Sarwono
terkontrol dengan baik. Hal ini dapat dalam Darmasih, (2009) yang
memancing pemikiran negatif menjelaskan bahwa motivasi adalah
seseorang terhadap remaja yang dorongan bertindak untuk
menyalahgunakan perubahan pada memuaskan suatu kebutuhan,
alat seksualnya (biologis). Dalam dorongan dalam motivasi
Rahmawati, (2012) yang diwujudkan dalam bentuk tindakan.
menjelaskan bahwa penyebab remaja Darmasih, (2009) yang menjelaskan
berperilaku menyimpang yaitu salah bahwa apabila orang-orang yang
satu dikarenakan adanya kualitas dari terlibat saling mencintai ataupun
pribadi remaja itu sendiri, seperti saling terikat menganggap bahwa
perkembangan emosional yang hubungan seks sebelum menikah
kurang, adanya hambatan dalam dianggap “benar”.
perkembangan hati nurani dan
ketidakmampuan dalam 2. Faktor Eksternal
mempergunakan waktu luang
Faktor eksternal merupakan faktor
sehingga lebih memilih kegiatan
yang datang dari luar individu, yang dapat
alternatif yang keliru dan hal tersebut
mendorong remaja untuk melakukan seks
dijadikan dalam kehidupan sehari-
bebas. Dalam hal ini penulis menemukan
hari.
beberapa faktor eksternal yang
b. Aspek Motivasi mempengaruhi fenomena yang terjadi.
Terdapat beberapa faktor eksternal,
Masa remaja merupakan masa diantaranya:
dimana seorang anak mulai
dihadapkan pada relaita kehidupan. a. Aspek Keluarga
Pada saat inilah jiwa seoarang remaja
Di dalam keluarga jelas dibutuhkan
mengalami peralihan dari jiwa
adanya komunikasi terutama orang
kekanak-kanakan kearah
tua dengan anak-anaknya, karena hal
pendewasaan. Dalam masa peralihan
tersebut dapat memberikan
ini tentunya anak banyak mengalami
kehangatan dan hubungan yang baik
peristiwa baru yang selama ini belum
antara orang tua dan anak. Dengan
14
adanya komunikasi, orang tua dapat dengan orang yang lebih dewasa atau
memahami kemauan dan harapan sebagai tindakan nyata dalam
anak, demikian pula sebaliknya. interaksi sosial. Maka didalam
Sehingga akan tercipta adanya saling lingkungan pergaulan remaja selalu
pengertian dan akan sangat kita temukan adanya kelompok
membantu di dalam memecahkan teman sebaya. Pergaulan dengan
atau mencari jalan keluar dari teman sebaya dapat membawa
persoalan yang dihadapi anaknya. seseorang kearah positif dan negatif.
Komunikasi merupakan hal yang Aspek positifnya adalah tersedianya
penting dalam keluarga, karena saluran aspirasi, kreasi, pematangan
dengan komunikasi dalam suatu kemampuan, potensi dan kebutuhan
keluarga terlihat adanya interaksi, lain sebagai output pendidikan orang
hubungan yang akrab antar tua dan potensinya. Akan tetapi jika
keluarga.Berbeda halnya ketika yang dimasukinya adalah lingkungan
seorang anak berada pada keluarga yang buruk maka akan mendorong
yang kurang adanya komunikasi mereka kepada hal negatif. Pergaulan
antara orang tua dengan anak. Hal ini dengan teman sebaya yang di
dapat mengakibatkan anak akan dalamnya terdapat keakraban dan
merasa kesepian di dalam keluarga. adanya intensitas pertemuan yang
Kartono (2009) yang menjelaskan tinggi dapat memberikan pengaruh
bahwa keluarga memiliki pengaruh terhadap individu lain di dalam
yang luar biasa besarnya dalam kelompok tersebut. A.Islami, (2012)
pembentukan watak dan kepribadian menjelaksan bahwa dengan adanya
anak. sesuai dengan pendapat Taris ikatan secara emosional dalam
dan Senim dalam (Puspitasari, 2012) kehidupan peer group akan
yang berpendapat bahwa remaja mendapatkan berbagai manfaat dan
yang tidak memiliki hubungan erat pengaruh yang besar bagi individu
dan pengawasan dengan orang tua yang berada dalam kelompok
cenderung terlibat dalam hubungan tersebut. Misalnya timbul rasa
seksual pranikah. penasaran dan keinginan untuk
mencoba kebiasaan yang dilakukan
b. Aspek Pergaulan
oleh salah satu individu dalam
Bagi remaja seorang teman kelompok tersebut. Hal tersebut akan
merupakan suatu kebutuhan, berdampak positif ketika individu di
sehingga terkadang teman dianggap dalam kelompok pergaulan meniru
sebagai “orang tua kedua” bagi kebiasaan yang dilakukan oleh salah
remaja. Dorongan untuk memiliki satu teman kelompoknya yang
teman dan membentuk suatu melakukan perbuatan positif.
kelompok juga dapat dipandang Berbeda halnya ketika individu
sebagai usaha agar tidak tergantung tersebut meniru perbuatan yang

15
negatif dari salah satu teman di yang romantis. Dari anggapan
dalam kelompoknya, maka tersebutlah sehingga sesuai dengan
kemungkinan besar individu tersebut pendapat Jones dalam Singarimbun
akan meniru perbuatan negatif dari (1997) yang menjelaskan bahwa
temannya. Hal ini sesuai dengan media massa seperti film, musik,
pendapat Adamassasmita dalam bacaan dan televisi telah
A.Islami, (2012) yang menjelaskan mengajarkan kepada mereka bahwa
bahwa remaja yang terlibat dengan seks itu romantis, merangsang dan
tingkah laku delinquent akan menggairahkan.
mengarah kepada tingkah laku
delinquent yang dibawa oleh teman- Berdasarkan pembahasan diatas dapat
teman sebayanya. Keadaan ini diterjemahkan bahwa dalam aspek motivasi
disebabkan karena tingkat keakraban hendaknya kaum remaja harusnya memiliki
yang dekat dan intensitas pertemuan motivasi yang positif, guna meningkatkan
yang tinggi. kualitas dan kuantitas bagi dirinya. Selain itu
juga dalam aspek pergaulan, hendaknya
c. Aspek Media Massa remaja lebih memperhatikan mengenai
pergaulannya, sehingga remaja mampu
Dampak yang ditimbulkan oleh
untuk memilah dan memilih pergaulan yang
media massa bisa beraneka ragam
membawa dampak positif dan negatif bagi
diantaranya, misalnya terjadinya
dirinya. Dalam aspek media massa pula juga
perilaku yang menyimpang dari
hendaknya remaja menggunakan sarana
norma-norma sosial atau nilai-nilai
media massa ke arah yang lebih positif
budaya yang ada. Pengaruh media
sehingga tujuan dari adanya media massa
massa baik televisi, majalah,
lebih tepat sasaran.
handphone dan internet sering kali di
salah gunakan oleh kaum remaja
dalam berperilaku sehari-hari, KESIMPULAN
misalnya saja remaja yang sering
melihat tontonan kebudayaan barat, Masa remaja merupakan masa dimana
mereka melihat perilaku seks itu seorang individu mengalami peralihan dari
menyenangkan dan dapat diterima satu tahap ke tahap berikutnya dan
dilingkungannya. Kemudian dari hal mengalami perubahan baik emosi, tubuh,
tersebutlah kaum remaja mulai minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan
mengimitasikan pada pola kehidupan masalah-masalah dan seks bebas merupakan
mereka sehari-hari. Kedua informan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan
pokok perempuan memiliki perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan.
kebiasaan menonton film barat yang Berdasarkan penelitian dan sumber-sumber
di dalamnya di isi oleh adegan- yang penulis angkat yang mana fenomena
adegan seks yang menurut mereka prilaku seks bebas dikalangan remaja ini
hal tersebut merupakan suatu hal saat ii mencapai puncak yang sangat tinggi
hingga fenomena prilaku seks bebas perlu
16
menjadi kajian lebih lanjut bagi para 2. Prilaku seks bebas diklangan remaja
akademisi serta untuk membantu bagi dilakukan dengan berbagai tindakan
pemerintah memberikan solusi yang lebih atau prilaku seks bebas beresiko
baik dan juga memberikan masukkan kepada yang terdiri atas tahapan-tahapan
para orang tua untuk lebih waspada dan tertentu antara lain, dimulai dengan
memperhatikan anak remaja mereka yang pegang tangan, cium kening, cium
dalam masa pertumbuhan di zaman basah atua cium bibir, berpelukan,
teknologi dan informasi yang lebih mudah di memegang atau meraba bagian
dapat. sensitif, petting, oral seks, dan
bersenggama.
Berdasarkan pembahasan yang penulis
3. Faktor penyebab seks bebas
kemukan dalam penyimpangan prilaku
dikalangan remaja, banyak faktor
sosial seks bebas di kalangan remaja yang
ditemukan oleh para ahli dalam
mana penulis mengambil tiga pembahasan
memberikan pemahaman dan
yang menjadi garis beras untuk menjawab
masukkan guna untuk mencegah
sejauh mana fenomena penyimpangan sosial
prilaku seks bebas dikalngan remaja
dalam prilaku seks bebas dikalangan remaja
ini semakin tinggi diantaranya.
dikalangan remaja, yaitu : 1. Pengetahuan
Menurut Grifari (2003), ada empat
remaja tentang seks bebas. 2. Prilaku seks
faktor menjadi sumber
bebas dikalangan remaja. 3. Faktor
penyimpangan tersebut, yaitu : a.
penyebab seks bebas dikalagan remaja.
Kualitas diri remaja itu sendiri, b.
Sehingga penulis menemukan dan Kualitas keluarga yang tidak
dianalisis berdasarkan teori Differential mendukung anak berlaku baik, c.
Assosiation Edwar H.Sutherland Kualitas lingkungan yang kurang
mendapatkan beberapa hal yang dalam sehat, d. Kurangnya kualitas
fenomena penympangan sosial dalam informasi yang masuk pada remaja.
prilaku seks bebas dikalangan remaja antara Sedangkan menurut penelitian oleh
lain, yaitu: Kaiser Famly Foundation dalam
Dariyo, (2004), hal-hal yang
1. Pendidikan seks sangat berpengaruh mendorong remaja melakukan seks
terhadap prilaku seks bebas bebas adalah: a. Hubungan seks
dilakangan remaja untuk sebelum ( bentuk penyaluran kasih sayang
dan sesudah pencegahan seks bebas yang salah dalam masa pacaran), b.
meskipun penulis juga menemukan Kehidupan iman yang rapuh, c.
faktor-faktor lain seperti pengalaman Faktor kematangan biologis. Selain
pribadi remaja dan pengaruh orang itu Kartono, (2005), mengungkapkan
lain yang dianggap penting dalam bahwa prilaku seks bebas
pencegahan penyimpangan sosial dipengaruhi oleh: a. Belum adanya
seks bebas dikalangan remaja. regulasi atau peraturan terhadap
penyelanggaraaan hubungan seks, b.

17
Perubhan sosial. Serta berdasarkan motivasi yang positif, guna meningkatkan
beberapa artikel yang juga penulis kualitas dan kuantitas bagi dirinya. Selain itu
kutip yang mana dalam memmbagi juga dalam aspek pergaulan, hendaknya
faktor penyebab seks bebas remaja lebih memperhatikan mengenai
dikalangan remaja terbagi menjadi pergaulannya, sehingga remaja mampu
dua faktor, yaitu: a. Faktor Internal untuk memilah dan memilih pergaulan yang
( aspek perkembangan alat seksual membawa dampak positif dan negatif bagi
dan aspek motivasi), b. Faktor dirinya. Dalam aspek media massa pula juga
Eksternal (Aspek keluarga, aspek hendaknya remaja menggunakan sarana
pergaulan dan aspek media masa). media massa ke arah yang lebih positif
sehingga tujuan dari adanya media massa
Perbedan tingkat pengetahuan dan
lebih tepat sasaran.
sikap remaja dalam pencegahan seks bebas
sebelum dan sesudah di berikan pendidikan
seks. Pendidikan seks dalam penelitian ini DAFTAR PUSTAKA
untuk meningkatkan tingkat pengetahuan
dan menurunkan sikap terhadap seks bebas Amrillah. 2006. Perilaku Seksual dan
pada remaja, lebih dikarenakan faktor-faktor Seksualitas. Surakarta: UMS Press.
lain yang terdapat pada penelitian ini, Baswori & Kasinu A. 2007. Metodologi
diantaranya pengalaman pribadi remaja dan Penelitian Sosial. Kediri: CV
pengaruh orang lain yang dianggap penting. Jenggala Pustaka Utama.
Dengan demikian dapat diharapkan bahwa
BKKBN. 2010. Penyimpangan Kehidupan
untuk pemberian pendidikan seks dapat Berkeluarga Bagi Remaja. Jakarta:
lebih efektif dalam meningkatkan BKKBN
pengetahuan dan sikap remaja dalam
pencegahan seks bebas. Perilaku seks bebas Boediono. 2010. Perbedaan Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Remaja
di kalangan remaja dilakukan dengan
Tentang Seksual Pranikah Sebelum
berbagai tindakan atau Perilaku seks bebas Dan Setelah Diberi Pendidikan
beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan Seks Di SMA N 2 Maranggen
tertentu yaitu dimulai dari berpegangan Demak. Skripsi. Program Studi S1-
tangan, cium kering, cium basah, Keperawatan Fakultas Ilmu
berpelukan, memegang atau meraba bagian Keperawatan dan Kesehatan
sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama Universitas Muhammadiyah
Semarang
(sexual intercourse). Perilaku seks bebas
pada remaja ini pada akhirnya dapat BPS, BKKBN, Kementerian Kesehatan RI,
mengakibatkan berbagai dampak yang ICF International. 2013. Survei
merugikan remaja itu sendiri. Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2012 : Kesehatan
Serta berdasarkan pembahasan dapat Reproduksi Remaja. Jakarta: BPS,
diterjemahkan bahwa dalam aspek motivasi BKKBN, Kemenkes, ICF
International.
hendaknya kaum remaja harusnya memiliki

18
Budi, Andayani. 2005. Kepuasan Pernikahan
Ditinjau dari Berpacaran dan Tidak Lubis, D.P.U., 2017. Peran Teman Sebaya
Berpacaran. Jurnal Psikologi. dan Paparan Media Pornografi
Volume 32, No. 2, 101-111. Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Cunigham, F. Gary. 2012. Obstetri
Yogyakarta. Jurnal Kesehatan "
Williams. Jakarta: EGC.
Samodra Ilmu, 8(1), pp.47–54.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi
Masland, P.R. 2004. Apa yang ingin
Perkembangan Dewasa Muda.
diketahui remaja tentang seks.
Jakarta: Grasindo
Jakarta : Bumi Aksara
Darmasih, Ririn. 2009. Faktor Yang
Mubarak,Wahid Iqbal.2009. Sosiologi untuk
Mempengaruhi Perilaku Seks
Keperawatan.Jakarta:
Pranikah Pada Remaja SMA Di
SalembaMedika.
Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta Narbuko, C. & Achmadi. 2005. Metodologi
Peneltian. Jakarta: PT Bumi
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan.
Aksara.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto.
Ghifari, A A. 2003. Gelombang Kejahatan
2004. Sosiologi Teks Pengantar dan
Seks Remaja Modern. Bandung:
Terapan. Jakarta: Prenada Media
Mujahid Press.
Group.
Gunarsa, Singgih D, 1988, Psikologi Pelajar,
Jakarta, BPK Gunung Mulya. Puspitasari, Cyntia, T. 2012. Sikap Remaja
Terhadap Hubungan Seksual
Hurlock, Elizabeth, B. 2011. Psikologi Pranikah Ditinjau Dari Keterbukaan
Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Dengan Orang Tua. Semarang:
Universitas Katolik Soegijapranata.
Islami, Alam, Mahbub, M. 2012. Faktor-
Faktor Eksternal Yang Rahmawati, Dian. 2012. Kontrol Sosial
Menyebabkan Siswa Sma Bermain MasyarakatTerhadap Perilaku Seks
Game Online Beserta Dampak- Pranikah Mahasiswa Di Rumah
Dampaknya. Jember: Universitas Kost. Jember: Universitas Jember
Jember.
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004.
Kartono, Kartini. 2009 Psikologi Abnormal Perkembangan Anak dan Remaja.
dan Abnormalitas Seksual, Jakarta: PT Rineka Cipta
Yogyakarta: Jalan Sutra.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence
Kemenkes RI, 2015. Info data Situasi (Perkembangan Remaja)
Kesehatan Reproduksi Remaja, Terjemahan Edisi 11. Jakarta:
Jakarta Selatan: Kemekes RI. Erlangga
KPAI, 2016. Data Kasus Pengaduan Anak Sarwono, S. W. 2010. Psikologi Remaja.
Berdasarkan Klaster Perlindungan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Anak. (46).
Setiyaningrum, E., 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
19
Reproduksi, Jakarta: Trans Info Zed, M. 2014. Metode Penelitian
Media. Kepustakaan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Stuart G.W. and Sundeen S.J. 1999.
Principles and Practice of
Psychiatric Nursing. New York :
Mosby Year Book, Inc.
Sumiati, Dinarti, Nurhaeni, Dan Aryani.
2009. Kesehatan Jiwa Remaja Dan
Konseling. Jakarta: Trans Indo
Media.
Sunarwiyati,S. 1985. Pengukuran Sikap
Masyarakat terhadap Kenakalan
Remaja di DKI Jakarta.
Surya & Indrawati. 2011. Perbedaan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang
Kesehatan Reproduksi Sebelum
Dan Sesudah Penyuluhan Di SMA
Negeri 2 Ungaran Kabupaten
Semarang Tahun 2011. Jurnal
Kebidanan, Vol.4 No. 02 Desember
2012
Suwarni. 2009. Monitoring Parenataldan dan
Perilaku Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Seksual Remaja SMA di
Kota Pontianak. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2
Agustus 2009
Tanjung, Armaidi. 2007. Free Sex No!
Nikah Yes. Jakarta: Amzah.
Wawan & Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta
:Nuha Medika.
Widodo. 2004. Cerdik Menyusun Proposal
Penelitian. Jakarta: Yayasan
Kelopak.
Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta : Fitramaya

20

Anda mungkin juga menyukai