2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat adalah sekumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara,
kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat memiliki cita-cita, peraturan dan sistem
kekuasaan tertentu. 1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu perencanaan social ?
2. Bagaimana Perencanaan Sosial Dalam Perencanaan Pembangunan ?
3. Bagaimana Pendekatan Berorientasi Kebutuhan Masyarakat ?
4. Apa itu Perencanaan Pendidikan Dan Pentingnya Perencanaan Pendidikan?
5. Bagaimana Perencanaan Pendidikan Dengan Aspek Sosial ?
1
Zakiyah daratjat, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, yayasan kita menulis. Hal.125
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Sosial
Definisi Perencanaan Menurut Para Ahli
1. George R. Terry (1975)
Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta
menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan
untuk mencapai suatu hasil tertentu.
2. Henry Fayol
Perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan
penentuan strategi kebijaksanaan proyek, program, prosedur, metode, sistem anggaran
dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan pemikiran dalam melakukan
pemilihan atau suatu penentuan terhadap suatu kegiatan tertentu yang didalamnya
terdapat sistematika dan rancangan kegiatan-kegiatan masa mendatang atau skenario
planning, yang sudah terorganisasikan dengan matang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.Sedangka Sosial dapat diartikan sebagai keseluruhan proses yang dicapai melalui
interaksi dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat kolektif baik dilingkungan keluarga,
masyarakat maupun scub yang lebih luas. Sosial juga merupakan hakikat dasar yang
dimiliki setiap manusia.
Selama ini perencanaan sosial dipandang sebagai dua jenis gambaran masyarakat
barat, yang pertama perncanaan sosial menggambarkan adanya peran yang cukup penting
bagi negara dalm pengadaan pelayanan masyarakat walaupun dalam setiap negara
berbeda-beda bentuk pelayanannya.Tetapi pada umumnya timbul anggapan bahwa peran
pemerintahlah yang nampaknya menentukan.2
2
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Bina ilmu. Hal 82
4
Di Inggris misalnya corak serta jenis bantuan pelayanan sosial sangat tergantung pada
kebijaksaan partai yang berkuasa dalam kabinet. Kedua, kenyataan bahwa negara-negara
maju seperti Eropa barat dan Amerika serikat tidak menjalankan perencanaan
pembangunan secara normal, dalm artian perencanaan sosial tersebut sebagaimana apa
adanya dalam penjelasaan terdahulu.
Dengan kata lain , negara maju tersebut ikut terlibat dalam suatu usaha yang luas dan
kontinu guna menghasilkan perubahan-perubahan yang telah diperhitungkan dengan
masak dalam lingkungan sosial ekonomi mereka. Perbedaan penting lainya antara negara
dunia ketiga dengan negara-negara Amerika Utara dan Eropa Barat terletak pada peran
perencanaan pembanguna itu sendiri.3
Disebagian besar negara dunia ketiga, pembangunan perencanaan telah menjadi suatu
pusat kegiatan terhitung sejak perang dunia II, khususnya sejak sejumlah negara banyak
yang sudah banyak memperoleh kemerdekaan politik.
3
Yusuf Miarso, Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan. Jakarta: pranada Media. Hal. 681-682
5
Sedikit berbeda tentang interpretasi mengenai aspek sosial pada perencanaan
pembangunan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sosial (Provision of social
nedds) termasuk pelayanan sosial dasar seperti pendidikan ,kesehatan, perumahan dan
kebutuhan dasar lainya yang tidak mudah untuk ditentukan seperti kebudayaan
tradisional. Pada zaman dahulu progran-program pembangunan hanya diarahkan pada
pencapaian ekonomi dan kurang mengindahkan kebutuhan sosial yang ada.
c) Keadilan social
Tujuan dari memperhitungkan faktor-faktor sosial adalah untuk mengetahui
kemungkinan dampak yang timbul dari adanya ketimpangan-ketimpangan antara individu
atau kelompok seperti program ekstensifikasi pertanian akan membawa keuntungan pada
semua petani atau hanya pada petania kaya saja. Dengan kata lain perencanaan
pembangunan harus dihubungkan dengan pertanyaan tentang persamaan keadilan sosial.
4
Arthur Lewis, diterjemak Karta sapoetra. Komaruddin, Perencanaan Pembngunan Dasar-Dasar
Kebijaksanaan Ekonomi Jakarta : aksara Baru. Hal. 114
6
a) Pendekatan permintaan atau kebutuhan masyarakat ( social demand
approach ).
b) Pendekatan ketenagakerjaan ( man power aproach ).
c) Pendekatan efisiensi investasi ( infeement eficiency aproach) yang sering
disebut pendekatan imbalan (rate of retun aproach ).
Perbedaan masing-masing secara garis besarnya pendekatan permintaan atau
kebutuhan masyarakat merupakan hajat masyarakat terhadap diselenggarakannya jenis
pendidikan (wajib belajar) dengan konsekuensinya, sedangkan pendekatan
ketenagakerjaan, pemerintah yang berhasiat untuk memikirkan menganalisistentang
terpenuhinya kebutuhan akan tenaga kerja dalam berbagai sektor lapangan kerja menurut
jenis-jenis pendidikan.
Pendekatan sosial demand aproach, artinya walaupun kebijaksanaan dilakukan oleh
pemerintah, namun pengambilan keputusan kebijaksanaan didasarkan atas pemenuhan
kebutuhan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah membuat keputusan
menambah jumlah sekolah sekolah dasar, sebagai bukti mensukseskan program wajib
belajar yang diprogramkan oleh pemerintah, dan pemerintah bertugas untuk menyiapkan
seluruh sarana yang diperlukan termasuk pelaksanaan programnya.5
Perencanaan pendidikan berorientasi kebutuhan masyarakat (social demit aproach ),
merupakan jenis perencanaan pendidikan yang berciri tradisional, muncul secara alamiah,
sehingga pemerintah sebagai pemegang kebijakan, bisa merencanakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang mendesak pada situasi tempat dan waktu tertentu.
Ary H Gunawan, kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia. Jakarta : Bina aksara 1986. Hal. 87
7
akan direncanakan terlebih dahulu agar sesuai dengan tujuan.6 Dalam pendidikan juga
perlu memperhatikan perencanaan untuk mencapai keberhasilan pendidikan.
Beberapa definisi perencanaan pendidikan menurut para ahli yaitu,
1. Menurut Coombs (dalam Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmum,
2005), perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan rasional dari analisis
sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu
lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta
didik dan masyarakatnya.
2. Menurut Guruge (dalam Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmum,
2005) perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan dimasa
depan dalam bidang pembangunan pendidikan adalah tugas dari perencanaan
pendidikan.
3. Menurut C.E. Beeby (dalam Ervin, 2014), perencanaan pendidikan adalah suatu
usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan
biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada
dalam kegiatan ekonomi, sosial dan politik untuk pengembangan potensi sistem
pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani
oleh sistem tersebut.
4. Menurut Comb (dalam Ervin, 2014), perencanaan pendidikan merupakan aplikasi
analisi rasonal dan sistmatik dalam proses pengembangan pendidikan yang
bertujuan menigkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan dalam usahanya
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan (pendidikan) baik tujuan yang
berhubungan dengan anak didik maupun masyarakat.
Dari beberapa definisi tersebut, perencanaan pendidikan merupakan dasar
pelaksanaan kegiatan dalam pendidikan dengan melihat ke masa yang akan datang untuk
mengembangkan pendidikan agar dapat lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan
masyarakat untuk pencapaian sasaran pembangunan pendidikan. Sehingga tujuan dari
pendidikan juga dapat terwujud sesuai harapan.
Perencanaan pendidikan di indonesia merupakan suatu proses penyusunan alternatif
kebijaksaan mengatasi masalah yang akan dilksanakan dalam rangka mencapain tujuan
6
Matin. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan 2013. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal: 50
8
pembangunan pendidikan nasioanal dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan
yang ada dibidang sosial ekonomi,sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara
menyeluruh terhadap penddidika nasional. (Dalam Kambaton, 2012)
Perencanaan pendidikan sendiri berfungsi sebagai pola dasar, petunjuk dan pedoman
dalam mengambil keputusan, dalam melaksanakan dan mengendalikan kegiatan
pendidikan, dalam mengembangkan kualitas pendidikan, memenuhi akuntabilitas
lembaga pendidikan serta untuk mempersiapkan alternative kebijaksanaan untuk kegiatan
masa depan dalam pembangunan pendidikan. Perencanaan pendidikan itu memberikan
kejelasan arah dalam usaha proses penyelenggaraan pendidikan. Dengan kejelasan arah
ini manajemen usaha pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan leboh efektif dan
efisien.
Maka, seorang perencana pendidikan pada semua tataran (struktur, institusional dan
operasional) dituntut untuk memiliki kemampuan dan wawasan yang luas menyusun
sebuah rancangan yang dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan proses pendidikan
selanjutnya. untuk mencapai tuntutan tersebut, maka salah satu bagian yang harus
dipahamii oleh para perencana pendidikan adalah tentang bidang telaahan masalah
perencanaan pendidikan.
Perencanaan dapat menolong pencapaian suatu target atau sasaran secara lebih
ekonomis,tepat waktu dan memeberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan
dimonitoring dalam pelaksanaannya.Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah
pertama dalam fungsi pengelolaan pada umumnya menempati posisi yang amat penting
dan amat menentukan.7
Melalui perencanaan akan lebih terjamin adanya penghematan waktu,biaya dan
pemakaian sumber daya secara lebih bermanfaat. Pentingnya perencanaan pendidikan di
indonesia ditandaidangan adanya desakan masalah dalam berbagai aspek yang suka atau
tidak harus dingani melalui perencanaan. Tanpa perencanaan maka banyak masalah
pendidikan yang akan tertunda penanganannya.
9
Dalam kehidupan bermasyarakat kita mengenal istilah penting yang saling
berhubungan, yaitu sosial dan ekonomi masyarakat. Masyarakat adalah lingkungan sosial
yang menjadi fokus hubungan sekolah dan masyarakat adalah lingkungan sosial yang
mencakup manusia dan kebudayaannya. Menurut Zakiah Drajat, masyarakat adalah
sekumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan
agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan sistem kekuasaan tertentu.
Kotler merumuskan proses hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat sebagai
berikut :
1. Pengidentifikasian manusia-manusia di masyarakat
2. Perhatian, angan-angan, dan pikiran mereka terhadap lembaga pendidikan
3. PeRumusan tujuan hubungan lembaga dengan masyarakat yang tepat dengan
angan-angan dan pikiran mereka.
4. Nilai efektivitas biaya program pengimplementasian dan nilai hasilnya.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun perencanaan pendidikan berorientasi kebutuhan masyarakat, merupakan jenis
perencanaan pendidikan yang berciri tradisional, muncul secara alamiah, sehinggah
pemerintah sebagai pemegang kebijakan bisa merencanakan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang mendesak pada situasi tempat dan waktu tertentu.
perencanaan pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan dalam
merencanakan, menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan sesuatu
yang konsisten (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-
keputusan lain, baik dalam bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam
pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus
selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain. Perencanaan
berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan. Faktor-faktor yang
mendukung pendidikan diantaranya dalah demografi, sosial ekonomi, SDM, sumber daya
keuangan. Sebagai pendukung pendidikan faktor tersebut perlu diperlukan dalam
perencanaan pendidikan agar bagian pendidikan yang direncanakan bisa berkembang
secara wajar dan berkembang menjadi lebih baik. Dengan tujuan yaitu agar pendidikan
itu lebih efektif
Demikian sebagai kata penutup mohon saran dan kritik pembaca bila ada kekurangan,
dan semoga Allah swt memberkahi kita semua. Aamiinn,aamiinn ya rabbal’alamin
BAB IV
11
DAFTAR PUSTAKA
12