Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEMINAR PENGEMBANGAN PROGRAM PNF

“PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PEDESAAN BIDANG


PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN”

Dosen Pengampu :

Dr. Lili Dasa Putri, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Ulfa Aprivivia Putri (18005052)

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah

“Pemberdayaan Masyarakat di Pedesaan Bidang Pemberdayaan Pendidikan”

dapat terselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar

Pengembangan Program PNF.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masihlah jauh dari kata sempurna.

Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi tercapainya

makalah yang lebih baik. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang telah ikut

berkontribusi demi tersusunnya makalah ini.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI...……………………………………………………………...... iii

BAB I PENDAHULUAN……..………………………………………...

A. LatarBelakang………………………………………………… .1

B. RumusanMasalah ……………………………………………. .1

C. Tujuan………………………………………………………… ..2

D. Manfaat………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN .………………………………… ……….…… . 3

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Bidang

Pendidikan …..…………………………………………………3

B. Tahapan Pemberdayaan …..…………………………………....3

BAB III PENUTUP……...……………………………………………… ....

A. Kesimpulan ….………………………………………………….9

B. Saran ...………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….10


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu proses yang menata individu maupun

sekelompok orang untuk hidup lebih baik dari sebelumnya, berlangsung

sepanjang hanyat mulai dari kandungan hingga dewasa dan sampai mati diperoleh

melalui keluarga, teman, guru, sekelompok orang atau masyarakat sekitar. Oleh

sebab itu, pendidikan saling berkaitan dengan manusia.

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 5 ayat 5

dijelaskan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan

meningkatkan pendidikan sepanjang hanyat”.Yang mana setiap warga negara

mempunyai kesempatan dalam mengembangkan pengetahuan dan

kemampuannyadalam bentuk pengembangan dirisetiap warga Negara untuk

meningkatkan mutu diriyang diberi akses ke dalam bentuk pendidikan yang di

inginkan.

Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai suatu proses yang

mendorong terjadinya perubahan masyarakat melalui pendidikan kesadaran diri

untuk meningkatkan kemampuan dan produktifitas sosio ekonomi, politik, dan

budaya sehingga memperoleh bekal ketrampilan dan pendidikan yang bertujuan

untuk meningkatkan taraf hidup baik secara individu maupun kelompok. Dari

perngertian tersebut dapat disimpulkan pemberdayaan masyarakat adalan upaya


untuk memberdayakan masyarakat dalam bentuk pendidikan agar masyarakat

mampu memecahkan permasalahan hidup mereka.

Pemberdayaan dalam konteks pengembangan masyarakat merupakan

sebuah pembelajaran kepada masyarakat agar mereka dapat secara mandiri

melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas kehidupannya baik yang menyangkut

tentang kesejahteraan dan keselamatannya di dunia maupun kesejahteraan dan

keselamatannya di akhirat (Muthoriq, 2008).

Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dan

sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau

merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan

untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya

(Coombs, dalam Sudjana, 2000:23).

Hubungan pendidikan non formal dan pemberdayaan dalam hal ini

adalah suatu cara untuk menggali suatu proses belajar kelompok masyarakat dan

berlatih secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka

dalam pekerjaannya sekarang dan menyiapkan diri untuk peranan dan tanggung

jawab yang akan datang, dengan memaknai belajar mengetahui (learning to

know), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live

together), dan belajar menjadi seseorang (learning to be) secara bersamaan dan

berkesinambungan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud pemberdayaan desa bidang pendidikan ?

2. Apa saja tahapan pemberdayaan?


C. TUJUAN PENULISAN

1. Memahami pengertian pemberdayaan desa bidang pendidikan.

2. Mengetahui tahapan pemberdayaan.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Dapat memahami pengertian pemberdayaan masyarakat desa bidang

pendidikan.

2. Dapat mengetahui tahapan pemberdayaan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BIDANG PENDIDIKAN

Program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan merupakan

program pemerintah desa dalam meningkatkan pendidikan masyarakat agar

lebih berkualitas dan kompeten. Sasaran dari pemberdayaan ini tidak hanya

ditujukan kepada para pelajar saja, namun juga kepada para pengajar

maupun lembaga pendidikan lainnya. Bentuk dari pemberdayaan ini dapat

berupa pelatihan guru, peningkatan sarana dan prasarana, bantuan biaya

pendidikan untuk masyarakat kurang mampu, beasiswa untuk siswa yang

berprestasi, dan lain-lain. Dengan adanya program pemberdayaan

masyarakat di bidang pendidikan ini diharapkan dapat meningkatkan

pendidikan masyarakat serta menciptakan masyarakat yang berkualitas dan

kompeten.

B. TAHAPAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Ada beberapa tahapan intervensi yang direncanakan agar tercapai

keberhasilan pemberdayaan tersebut. Tahapan yang dilakukan lebih dekat

sebagai upaya pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat

yang dilakukan diharapkan berujung pada terealisasinya proses


pemberdayaan masyarakat (Zubaedi, 2007). Menurut (Adi, 2013) tahapan

dalam proses pengembangan masyarakat, yaitu:

1. Tahap persiapan (engagement)

Tahap persiapan dalam kegiatan pengembangan masyarakat

terdiri dua hal, yaitu persiapan petugas dan persiapan lapangan.

Persiapan petugas diperlukan untuk menyamakan persepsi antar

anggota tim sebagai pelaku perubahan mengenai pendekatan apa

yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat.

Sedangkan persiapan lapangan dilakukan melalui studi kelayakan

terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara

formal maupun informal. Bila sudah ditemukan daerah yang ingin

dikembangkan, petugas harus mencoba menerobos jalur formal

untuk mendapat perizinan dari pihak terkait. Di samping itu,

petugas juga harus menjalin kontak dengan tokoh-tokoh informal

agar hubungan dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik.

2. Tahap pengkajian (assessment)

Proses pengkajian yang dilakukan dengan mengidentifikasi

masalah atau kebutuhan yang diekspresikan dan sumber daya yang

dimiliki komunitas sasaran. Masyarakat dilibatkan secara aktif agar

permasalahan yang keluar adalah dari pandangan mereka sendiri,

dan petugas memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari

permasalahan yang mereka sampaikan. Hasil pengkajian ini akan

ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu tahap perencanaan.


3. Tahap perencanaan alternatif kegiatan (planning)

Pada tahap ini petugas secara partisipatif mencoba

melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka

hadapi, bagaimana cara mengatasinya serta memikirkan beberapa

alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan.

4. Tahap formulasi rencana aksi (formulation action plan)

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok

untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa

yang akan mereka lakukan guna mengadaptasi permasalahan yang

ada. Pada tahap ini diharapkan petugas dan masyarakat sudah dapat

membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek tentang apa

yang akan dicapai dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.

5. Tahap implementasi kegiatan (implementation)

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang

paling penting dalam proses pengembangan masyarakat, karena

sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik dapat melenceng

dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerjasama antara

pelaku perubahan dan warga masyarakat, maupun kerjasama

antarwarga.

6. Tahap evaluasi (evaluation)

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan

petugas terhadap program yang sedang berjalan. Pada tahap ini

sebaiknya melibatkan warga untuk melakukan pengawasan secara


internal agar dalam jangka panjang diharapkan membentuk suatu

sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada. Evaluasi dimaksudkan

untuk memberikan umpan balik bagi perbaikan kegiatan.

7. Tahap terminasi (termination)

Tahap ini merupakan tahap ‘perpisahan’ hubungan secara

formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali

bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi karena

proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka

waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah

selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau

meneruskan program tersebut.

Dalam konsep pembangunan masyarakat juga dikenal istilah

pemberdayaanyang berasal dari kata empowerment. Konsep ini digunakan

sebagai alternatif dari konsep-konsep pembangunan yang selama ini

dianggap tidak berhasil memberikanjawaban yang memuaskan terhadap

masalah-masalah besar, khususnya masalahkekuasaan (power) dan

ketimpangan (inequity) ( Kartasasmita, Ginandjar 1996 ).

Pemberdayaan adalah suatu proses menolong individu dan kelompok

masyarakat yang kurang beruntung agar dapat berkompetisi secara efektif

dengan kelompok kepentingan lainnya dengan cara menolong mereka untuk

belajar menggunakan pendekatan lobi, menggunakan media, terlibat dalam

aksi politik, memberikan pemahaman kepada mereka agar dapat bekerja


secara sistematik, dan lain-lain ( Ife, 1995 ). Sedangkan Friedman ( 1992 )

mengatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah politik pembangunan

alternatif yang menekankan keutamaan politik sebagai sarana pengambilan

keputusan untuk melindungi kepentingan masyarakat yang berlandaskan

pada sumberdaya pribadi, langsung melalui partisipasi, demokrasi, dan

pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep

pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini

mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people

centred, participatory, empowering, and sustainable” ( Chambers, 1995 ).

Konsep ini lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar ( basic

needs ) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan

lebih lanjut. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi

untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedman ( 1992 ) disebut

sebagai alternative development, yang menghendaki ‘inclusive democracy,

appropriate economic growth, gender equality and intergenerational

equaty” ( Kartasasmita, Ginanjar 1996 ).

Kaitan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat diuraikan

dengan sangat baik oleh Adi Fahrudin yang mengatakan bahwa

pengembangan masyarakat harus didasarkan pada asumsi, nilai, dan prinsip-

prinsip agar dalam pelaksanaannya dapat memberdayakan masyarakat

berdasarkan inisiatif, kemampuan, dan partisipasi mereka sendiri. Dengan

demikian, konsep pengembangan masyarakat yang di dalamnya terkandung


makna partisipatif harus benar-benar dapat memberdayakan masyarakat

yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka menolong diri mereka sendiri

( self-help ) dan dapat bersaing secara efektif dengan kelompok masyarakat

lainnya.

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Pemberdayaan adalah sebuah politik pembangunan alternatif yang

menekankan keutamaan politik sebagai sarana pengambilan keputusan untuk

melindungi kepentingan masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi,

langsung melalui partisipasi, demokrasi, dan pembelajaran sosial melalui

pengamatan langsung.

B. SARAN

Keterlibatan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi sungguh

sangat menentukan, utamanya dalam mengejar ketertinggalan negara ini

dari negara- negara lain. Keberhasilan pembangunan itu snagat ditentukan

oleh faktor manusia, dan manusia ynag menentukan keberhsilan

pembangunann itu haruslah manusia yang mempunyai kemampuan

membangun. Dan kemampuan membangun hanya dapat dicapai melalui

pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Hilal, Syamsu.2010.Pendidikan Non Formal.(Online).


(http://syamsuhilal.blogspot.com, diakses 5 Mei 2013)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Non
Formal.2007.Jakarta:Mendiknas.
Sudarsana, I Ketut.2006.Peranan Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai
Satuan.Pendidikan Non Formal Dalam Membentuk Karakter Anak.(Online).
(http://www.paudni.kemdikbud.go.id, diakses 5 Mei 2013).
Suharsaputra, Uhar.2006.Peran Pendidikan Non Formal.(Online).
(http://www.paudni.kemdikbud.go.id, diakses 5 Mei 2013).

Anda mungkin juga menyukai