Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat
dan rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.
Hadi Siswanto, SKM. MPH, selaku dosen mata kuliah Pengorganisasian dan
Pengembangan Masyarakat yang secara tidak langsung telah melatih penulis dalam
membuat makalah.

Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah mendukung penulis demi
terselesaikannya makalah ini baik dari segi moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa  masih sangat banyak kekurangan yang terdapat dalam


makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini sangat
penulis harapkan.

Jakarta, 21 November 2013

Tim Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berkaitan
dengan hal itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tngginya
dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Menurut L. Blum, derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Yang sangat besar pengaruhnya
adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku
masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan
yang disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun
teknologi.

Salah satu strategi untuk mencapai peningkatan derajad kesehatan, produktivitas dan
taraf hidup masyarakat, ialah melalui promosi kesehatan atau sering disebut perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah
penularan penyakit, melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara
meluas. Program PHBS ini merupakan salah satu kegiatan kolektif dari bentuk
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.

Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (PPM) atau community organization


or comunity development (COCD)  merupakan perencanaan, pengorganisasian, atau
proyek dan atau pengembangan berbagai aktivitas pembuatan program atau proyek
kemasyarakatan yang tujuan utamanya meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan
sosial masyarakat. Sebagai suatu kegiatan kolektif,  PPM  melibatkan beberapa aktor,
seperti pekerja sosial, masyarakat setempat, lembaga donor, serta instansi terkait yang
saling bekerja sama mulai dari perancangan, pelaksanaan, sampai evaluasi terhadap
program atau proyek tersebut.

PPM sangat memperhatikan keterpaduan antara sistem klien dengan


lingkungannya.Sistem klien bisa bervariasi, mulai dari individu, keluarga, RT, tempat
kerja, rumah sakit dll. Dalam PPM, pekerja sosial menempatkan maayarakat sebagai
sistem klien dan sistem lingkungan sekaligus. Karenanya pengetahuan dan ketrampilan
yang harus dikuasai oleh pekerja sosial yang akan terlibat dalam PPM meliputi
pengetahuan tentang masyarakat, organisasi sosial, perkembangan, perilaku manusia,
dinamika kelompok, program sosial dan pemasaran sosial.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dan


memahami lebih dalam hal-hal yang termasuk dalam pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat.
2. Mengetahui pengertian PHBS dan memahami Manajemen Promosi
Kesehatan dalam Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat Tatanan Rumah
Tangga.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

2.1.1 Pengorganisasian Masyarakat

Pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat dapat


mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhannya dan menentukan prioritas dari kebutuhan-
kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas tadi berdasarkan atas sumber-sumber
yang ada di masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar, dengan usaha secara
gotong-royong.

Tiga aspek dalam pengorganisasian masyarakat meliputi proses, masyarakat serta


berfungsinya masyarakat.
1. Pengertian proses dalam pengorganisasian masyarakat merupakan proses yang
dapat terjadi secara sadar tetapi mungkin pula merupakan proses yang tidak
disadari oleh masyarakat.
2. Sedangkan pengertian masyarakat, dapat diartikan sebagai suatu kelompok besar
yang mempunyai batas-batas geografis, bisa pula diartikan sebagai suatu
kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dan berada dalam
kelompok yang besar tadi.
3. Berfungsinya masyarakat (functional community) ditandai dengan keberhasilan
mengajak orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja, membuat
rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat,
serta melakukan usaha-usaha/kampanye untuk menggolkan rencana tersebut.

Perencanaan dalam pengorganisasian masyarakat, berdasarkan aspek perencanaannya,


terdapat 2 (dua) bentuk, langsung (direct) dan tidak langsung (inderect). Perencanaan
yang bersifat langsung mengandung langkah-langkah identifikasi masalah/kebutuhan,
perumusan masalah, serta menggunakan nilai-nilai sosial yang sama dalam
mengekspresikan hal-hal tersebut di atas. Sedangkan bentuk yang tidak langsung
(indirect), mempersyaratkan adanya orang-orang yang benar-benar yakin akan adanya
kebutuhan/masalah dalam masyarakat yang jika diambil tindakan-tindakan untuk
mengatasinya maka akan timbu manfaat bagi masyarakat. Hal ini dapat berupa badan
perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu untuk menampung apa yang
direncanakan secara tidak formal oleh para petugas, serta mempunyai efek samping
terhadap mereka yang belum termotivasi dalam kegiatan ini.

Metode pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat diklasifikasikan sebagai


berikut:
1. Spesific content objective approach
Seseorang atau badan/lembaga yang telah merasakan adanya kepentingan nagi
masyarakat dapat mengajukan suatu program untuk memenuhi kebutuhan yang
dirasakan.
2. General content objective approach
Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengkoordinir berbagai usaha dalam wadah
tertentu.
3. Proses objective approach
Penggunaannya agar timbul prakarsa dari masyarakat, timbul kerjasama dari
anggota masyarakat untuk akhirnya masyarakat sendiri mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan kapasitas mereka dalam melakukan usaha
mengatasi masalah.

Peranan petugas dalam pengembangan dan pengorganisasian masyarakat terbagi dalam


beberapa jenis, antara lain sebagai: pembimbing, enabler dan ahli. (Murray G-Ross).
Sebagai pembimbing (guide) maka petugas berperan untuk membantu masyarakat
mencari jalan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh masyarakat sendiri
dengan cara yang efektif. Tetapi pilihan cara dan penentuan tujuan dilakukan sendiri
oleh masyarakat dan bukan oleh petugas. Sebagai enabler, maka petugas berperan untuk
memunculkan dan mengarahkan keresahan yang ada dalam masyarakat untuk
diperbaiki. Sebagai ahli (expert), menjadi tugasnya untuk memberikan keterangan dalam
bidang-bidang yang dikuasainya. Sedangkan persyaratan petugas antara lain:
1. Mampu mendekati masyarakat dan merebut kepercayaan mereka dan
mengajaknya untuk kerjasama serta membangun rasa saling percaya antara
petugas dan masyarakat.
2. Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-sumber alam
yang ada di masyarakat dan juga mengetahui dinas-dinas dan tenaga ahli yang
dapat dimintakan bantuan.
3. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan metode dan
teknik khusus sedemikian rupa sehingga informasi dapat dipindahkan,
dimengerti dan diamalkan oleh masyarakat.
4. Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungan dengan
masyarakat melalui kelompok-kelompok tertentu.
5. Mempunyai pengetahuan tentang masyarakat dan keadaan lingkungannya.
6. Mempunyai pengetahuan dasar mengenai ketrampilan (skills) tertentu yang dapat
segera diajarkan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
secara menyeluruh.
7. Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sendiri.

2.1.2 Pengembangan masyarakat

Secara umum pengembangan masyarakat (community development) adalah kegiatan


pengembangan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan diarahkan
untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan
kualaitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan
pembangunan sebelumnya.

Di dalam negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yang merupakan
suatu lingkaran yang tak berujung yang menghambat perkembangan masyarakat secara
keseluruhan. Maksudnya, keadaan sosial ekonomi rendah yang mengakibatkan
ketidakmampuan dan ketidaktahuan, ketidakmampuan dan ketidaktahuan ini selanjutnya
mengakibatkan produktivitas secara umum juga rendah, produktivitas yang rendah
selanjutnya membuat keadaan sosial ekonomi semakin rendah dan seterusnya. Langkah-
langkah untuk mengembangkan dan meningkatkan dinamika masyarakat, dapat
ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan
2. Mempertinggi mutu potensi yang ada
3. Mengusahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan

Pengembangan masyarakat membantu manusia mengubah sikapnya terhadap


masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan untuk berorganisasi, berkomunikasi
dan menguasai lingkungan fisiknya. Pembangunan ekonomi terjadi bila masyarakat
melaksanakan program-program pembangunan fisik tanpa mengembangkan kapasitas
manusianya (Bhattacarya).
Unsur-unsur program pengembangan masyarakat:
1. Program terencana yang terfokus kepada kebutuhan-kebutuhan menyeluruh (total
needs) dari masyarakat yang bersangkutan.
2. Mendorong swadaya masyarakat (ini merupakan unsur paling utama)
3. Adanya bantuan teknis dari pemerintah maupun badan-badan swasta atau
organisasi-organisasi sukarela, yang meliputi tenaga personil, peralatan, bahan
ataupun dana
4. Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti pertanian, peternakan, kesehatan
masyarakat, pendidikan, kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan, dll
untuk membantu masyarakat.

Bentuk-bentuk program pengembangan masyarakat menurut Mezirow, ada 3 (tiga) jenis


program dalam usaha pengembangan masyarakat, yaitu:
1. Program integrative
Memerlukan pemgembangan melalui koordinasi dinas-dinas teknis
2. Program adaptis
Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada salah satu kementrian.
3. Program proyek
Dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu dan program
disesuaikan khusus kepada daerah yang bersangkutan

Penjabaran secara operasional dari bentuk program pengembangan masyarakat ini


sebagai berikut :
1. Membiarkan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah, baik yang
dihadapi secara perorangan atau kelompok.
2. Membiarkan agar masyarakat sendiri yang membuat analisis untuk selanjutnya
menyusun rencana usaha perbaikan yang akan dilakukan.
3. Membiarkan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk
melaksanakan usaha perbaikan tersebut.
4. Sedapat mungkin digali dari sumber-sumber yang ada dalam masyarakat sendiri
dan kalau betul-betul diperlukan dimintakan bantuan dari luar.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan masyarakat


1. Menumbuhkan rasa percaya kepada diri sendiri
2. Menimbulkan rasa bangga dan semangat gairah kerja
3. Mengingatkan dinamika masyarakat untuk membangun
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.2.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat, wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi,
Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan
masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.

2.2.2 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan, diperlukan
pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan,
penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian. Selanjutnya
kembali lagi ke proses semula.

Dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan


penindaklanjutan (precede proceed model) yang diadaptasi dari konsep L.W Green.
Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah,
memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Proses
pengkajian mengikuti anak panah dari kanan ke kiri, sedang proses penindaklanjutan
dilakukan dari kiri ke kanan.
Dengan demikian manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada
umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan.
1. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan
sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan.
2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan,
dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang
sedang dihadapi.
3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya
yang langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya
aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya.

Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu yaitu
faktor pemungkin, faktor pemudah dan faktor penguat.
a. Faktor pemungkin adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan
suatu motivasi atau aspirasi terlaksana.
b.  Faktor pemudah adalah faktor pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku.
c.   Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak.

Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan faktor
kebijakan. peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut merupakan ruang
lingkup promosi kesehatan.

Promosi kesehatan adalah proses memandirikan masyarakat agar dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986). Promosi kesehatan lebih
menekankan pada lingkungan untuk terjadinya perubahan perilaku. Contohnya
masyarakat dihimbau untuk membuang sampah di tempatnya, selanjutnya diterbitkan
peraturan dilarang membuang sampah sembarangan. Himbauan dan peraturan tidak akan
berjalan, apabila tidak diikuti dengan penyediaan fasilitas tempat sampah yang
memadai.

2.2.3 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga merupakan untuk memberdayakan anggota rumah tangga, agar
tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Macam PHBS tatanan rumah tangga:
1. PHBS bidang gizi dan farmasi
Misal:
a. Makan dengan gizi seimbang
b. Minum tablet Fe selama hamil
c. Memberi bayi ASI eksklusi
d. Mengkonsumsi garam beryodium
e. Memberi kapsul Vitamin A

2. PHBS bidang KIA dan KB


a. Memeriksakan kehamilan
b. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
c. Menimbang balita reguler
d. Mengimunisasi lengkap balita

3. PHBS bidang penyakit dan kesehatan lingkungan


a. Menghuni rumah sehat
b. Menggunakan air bersih
c. Ada spal
d. Menggunakan jamban sehat

4. PHBS bidang pemeliharaan kesehatan


a. punya jaminan pemeliharaan kesehatan
b. aktif mengurus ukbm/sebagai kader
c. memanfaatkan puskesmas/sarana kesehatan lain

Manfaat PHBS bagi masyarakat:


1. Mampu mengupayakan lingkungan sehat
2. Mampu mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan
3. Dapat memanfaatkan yankes yang ada
4. Mampu mengembangkan UKBM ( posyandu, tabulin, arisan jamban, ambulan
desa dll )

Manfaat PHBS bagi rumah tangga:


1. Setiap anggota rumah tangga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Anggota rumah tangga giat bekerja
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat dialihkan utk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha utk menambah pendapatan keluarga

Langkah-langkah manajemen PHBS:


1. Tahap Persiapan
a. Persiapan sumber daya manusia
Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pengelola program
Promkes, bentuk kegiatannya yaitu :
1) Pemantapan program PHBS bagi pengelola program Promkes (internal)
2) Sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil keputusan
3) Pertemuan lintas program dan pertemuan lintas sektor
4) Pelatihan PHBS
5) Lokakarya PHBS
6) Pertemuan koordinasi dengan memanfaatkan forum yang sudah berjalan baik
resmi maupun tidak resmi.
b. Persiapan teknis dan administrative
Tujuannya untuk mengidentifikasi kebutuhan sarana baik jumlah, jenis maupun
sumbernya serta dana yang, diperlukan. Persiapan administrasi dilakukan
melalui:
1) Surat menyurat, membuat surat undangan, dll.
2) Penyediaan ATK, transportasi, AVA, dana, dll.
3) Pencatatan dan pelaporan.
4) Pemantauan.

2.  Tahap Pengkajian


Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan
masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi
pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan
pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga).
a.  Pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif
1) Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan ini meliputi data perilaku dan bukan perilaku yang berkaitan
dengan 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya
hidup, dan JPKM dan data lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah. Data
tersebut dapat dipefoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sebagai
informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan PHBS yang
ditemukan di lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data
sekunder tersebut. Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini adalah :
a)   Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu
b)   Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan
c)   Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah kesehatan,
faktor penyebab perilaku, masalah pelaksanaan dan sumber daya
penyuluhan, masalah kebijakan, administrasi, organisasi.
d)  Dan lain-lain.
2) Pengambilan Sampel PHBS

3)  Analisis dan Pemetaan PHBS


Berdasarkan hasil pendataan, data tersebut diolah dan dianalisis dengan cara
manual atau dengan menggunakan program EPI INFO. Selanjutnya dapat
dibuat pemetaan nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) dan nilai PHBS
sehat I, sehat II. sehat III dan sehat IV. Berdasarkan hasil pemetaan,
diharapkan semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan tepat dan
terarah. Pemetaan ini berguna sebagai potret untuk mengetahui permasalahan
yang ada di masyarakat dan memotivasi pengelola program untuk
meningkatkan klasifikasi PHBS. Diharapkan masyarakat yang bersangkutan,
lintas sektor. LSM peduli kesehatan, swasta khususnya Pemda kabupaten /
kota dan TP PKK mempunyai komitmen untuk mendukung PHBS.
Berdasarkan kajian perilaku dan pemetaan wilayah, maka dihasilkan
Pemetaan PHBS, ditentukan prioritas masalah perilaku kesehatan, dan
ditentukan alternatif intervensi penyuluhan.

4)  Menentukan Prioritas Masalah


Berdasarkan rumusan masalah yang ada kemudian dilakukan analisis yang
akan menjadi dasar pembuatan rencana intervensi. Caranya dengan
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :
a) Dari masalah yang ada mana yang dapat dipecahkan dengan mudah?
b)  Mengapa terjadi demikian ?
c)  Bagaimana penanggulangannya ?
d)  Apa rencana tindakannya ?
e)  Berapa sumber dana yang tersedia ?
f)   Siapa yang mengerjakan ?
g)   Berapa lama mengerjakannya ?
h)  Bagaimanakah jadwal kegiatan pelaksanaannya ?
Selanjutnya dilakukan strategi komunikasi PHBS, yang meliputi antara lain
pesan dan media yang akan dikembangkan, metode apa saja yang digunakan.
pelatihan yang perlu dilaksanakan dan menginventarisasi sektor mana saja yang
dapat mendukung PHBS.

b.  Pengkajian PHBS secara kualitatif


Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian
kualitatif. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam
tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang
tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS. Ada dua metoda untuk
melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif, yaitu:
1)   Diskusi Kelompok Terarah (DKT).
Adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk
mengungkapkan informasi yang lebih mendalam tentang masalah perilaku
PHBS. Dalam DKT :
a)   Diperlukan seorang pemandu yang terampil mendorong orang untuk
saling bicara dan memperoleh pemahaman tentang perasaan dan pikiran
peserta yang hadir terhadap masalah tertentu.
b)  Melibatkan dan memberikan kebebasan peserta untuk mengungkapkan
pendapat dan perasaannya.
c)   Memperoleh informasi tentang nilai-nilai kepercayaan dan perilaku
seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa.

2)   Wawancara Perorangan Mendalam (WPM).


Adalah wawancara antara pewancara yang trampil dengan perorangan selaku
sumber informasi kunci, melalui serangkaian tanyajavvab (dialog) yang
bersifat terbuka dan mendalam. Dalam WPM :
a)   Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali informasi
secara mendalam tentang perasaan dan pikiran tentang masalah tertentu.
b)   Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang dianggap
mampu dan dipandang menguasai informasi tentang masalah tertentu.
c)  Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam

c.   Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana)


Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program
PHBS, bentuk kegiatannya :
1)  Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan pelatihan yang
pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas sektor.
2)   Penjajagan dana yang tersedia di lintas program dan lintas sektoral dalam
jumlah dan sumbernya.
3)   Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah dan
sumbernya.

3. Tahap Perencanaan
Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan, dan strategi
komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:
a.  Menentukan Tujuan
Berdasarkan kegiatan pengkajian PHBS dapat ditentukan klasifikasi PHBS
wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah
perilaku kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya
berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan hasil pengkajian sumber daya PKM
ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHBS yang
ditemukan.

b.  Menentukan jenis kegiatan intervensi


Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan Intervensi yang
akan dilakukan. Caranya adalah dengan mengembangkan berbagai alternatif
intervensi, kemudian dipilih intervensi mana yang bisa dilakukan dengan
dikaitkan pada ketersediaan sumber daya. Penentuan kegiatan intervensi terpilih
didasarkan pada :
1)   Prioritas masalah PHBS, yaitu dengan memilih topik penyuluhan yang sesuai
dengan urutan masalah PHBS.
2)   Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai PHBS hasil
kajian rendah.
3)   Penentuan tatanan yang akan diintervensi, yaitu menentukan tatanan yang
akan digarap, baik secara menyeluruh atau sebatas pada tatanan tertentu.
Kemudian secara bertahap dikembangkan ke tatanan lain
4)   Penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan, yaitu mengembangkan PHBS
pada tiap tatanan, tetapi hanya satu jenis sasaran untuk tiap tatanan.
Misalnya, satu unit tatanan sekolah. satu unit pasar untuk tatanan tempat
umum, satu unit industri rumah tangga untuk tatanan tempat kerja. Rumusan
rencana kegiatan intervensi terpilih pada intinya menipakan operasionalisasi
strategi PHBS, yaitu :
a)   Advokasi, kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan Wilayah.
b)   Bina suasana, kegiatan mempersiapkan kerjasama lintas program lima
sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM, dunia usaha, swasta, dll.
c)  Gerakan masyarakat, kegiatan mempersiapkan dan menggerakkan
sumber daya, mulai mempersiapkan petugas, pengadaan media dan
sarana.

Kegiatan ini secara komprehensif harus ada dalam perencanaan, Namur untuk
menentukan kegiatan apa yang lebih besar daya ungkitnya ditentukan dari hasil
pengkajian.

Contoh, dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga yang
membuang sampah sembarangan. Setelah dilakukan analisis data kualitatif
melalui FGD ternyata penyebabnya adalah tidak adanya tempat sampah. Pada
situasi ini kegiatan yang bernuansa bina suasana akan lebih banyak porsinya
dibanding dengan kegiatan lainnya.

Contoh lain, dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga
yang tidak memeriksakan kehamilannya. Setelah dilakukan analisis kualitatif,
diperoleh kesimpulan bahwa mereka tidak mengerti manfaat pemeriksaan
kehamilan. Kondisi seperti ini kegiatan gerakan masyarakat akan lebih banyak
dilakukan dibanding kegiatan lainnya.

Serangkaian alternatif lain yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil pengkajian


PHBS adalah :
1)   Rancangan intervensi penyuluhan massa dan kelompok
Penyuluhan massa dilakukan dengan topik umum, yaitu PHBS yang secara
keseluruhan merupakan masalah di wilayah kerja tersebut.
Penyuluhan kelompok dilakukan untuk mengatasi masalah PHBS yang lokal
sifatnya
2)  Rancangan intenvensi penyuluhan terpadu lintas program/sektor
Pemetaan wilayah menghasilkan rumusan masalah PHBS antar wilayah,
sehingga bisa dirancang “Paket Penyuluhan Terpadu” di wilayah tersebut. Misal:
di desa A terdapat 3 masalah utama, yaitu JPKM, Air bersih dan KIA/KB, maka
dapat dilakukan penyuluhan terpadu yang berisi 3 hal tersebut. Disini petugas
kesehatan berfungsi sebagai penggerak lintas program dan lintas sektor, untuk
selanjutnya bersama-sama melaksanakan penyuluhan diwilayah tersebut.

4.  Tahap Penggerakan


a.   Advokasi (Pendekatan pada para pengambil keputusan)
Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil
keputusan di tingkat keluarga/rumah tangga dapat meneladani dalam berperilaku
sehat, memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada
anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya.

Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang
secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya.
Tujuannya adalah agar para pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan
kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya
peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.

Langkah-langkah Advokasi:
1)  Tentukan sasaran yang akan diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder atau
tersier
2)   Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan.
3)   Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi.
4)   Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan teknik
dan metoda yang tepat.
5)  Simpulkan dan sepakati hasil advokasi.
6)  Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.

b.  Mengembangkan Dukungan Suasana


Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/suami/bapak ibu, kakek, nenek, dan lain-lain. Tujuannva adalah agar
kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung
dilaksahakannva PHBS di lingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui
anjuran untuk selalu datang ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk
tidak merokok di dekat ibu hamil dan balita.

Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran sekunder,


seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas program Lembaga Swadaya
Masyarakat, yang peduli kesehatan, para pembuat op dan media
masa. Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau
menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS. Caranyaantara
lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan,
dsb.
Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana :
1)  Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana,
seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.
2)   Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan
dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya.
3)  Mengembangkan metoda dan teknik dan media yang telah diuji coba dan
disempurnakan.
4)  Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.

c.  Gerakan Masyarakat


Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti
bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk lingkungannya dengan
cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM peduli kesehatan dll. Tujuannya agar
kelompok sasaran meningkat pengetahuannya kesadaran maupun
kemampuannya, sehingga dapat berperilaku sehat. Caranya dengan penyuluhan
perorangan. kelompok, membuat gerak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Ditingkat petugas strategi ini ditujukan kepada sasaran primer, meliputi


pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat. Tujuannya
meningkatkan motivasi petugas untuk membantu masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan Caranya antara lain melalui penyuluhan
kelompok, lokakarya, seminar, studi banding,  pelatihan, dll.

Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat:


1)  Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan pembinaan.
2)   Menganalisis dan mendisain metode dan teknik kegiatan pemberdaya seperti
pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluhan individu,
kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.
3)   Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan
dalam bentuk komitmen dan sumber daya.
4)  Mengembangkan metoda dan teknik serta media yang telah diujicoba dan
disempurnakan.
5)  Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama dengan
lintas program dan lintas sektor pada tatanan terkait.
6)   Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis (ringkasan,
eksekutif).

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang perlu dilakukan dalam penggerak;


pelaksanaan adalah menerapkan AIC, yaitu :
A (Apreciation)     :   penghargaan kepada para pelaksana kegiatan.
I (Involvement)  :   keterlibatan para pelaksana dalam tugasnya.
C (Commitment)    :   kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan,
tugasnya.

Hasil yang dicapai dalam tahap penggerakan pelaksanaan adalah adanya kegiatan
yang dilaksanakan sesuai rencana, khususnya dalam :
1)  Penyuluhan perorangan, kelompok dan masyarakat
2)   Kegiatan pengembangan kemitraan dengan program dan sektor terkait serta
dunia usaha.
3)  Kegiatan pendekatan kepada pimpinan/pengambil keputusan
4)   Kegiatan pembinaan, bimbingan dan supervisi.
5)  Mengembangkan daerah kajian atau daerah binaan.
6)  Melaksanakan pelatihan, baik untuk petugas kesehatan, lintas sektor,
organisasi kemasyarakatan dan kelompok profesi.
7)  Mengembangkan pesan dan media spesifik.
8)  Melaksanakan uji coba media dll.

5. Tahap Pemantauan dan Penilaian


a.  Pemantauan
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil atau
dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan.
Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan bulanan,
topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dikaitkan
dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya kendala-
kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya. Cara pemantauan dapat
dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke tiap tatanan atau dengan
melihat buku kegiatan/laporan kegiatan intervensi penyuluhan PHBS.

b.  Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah dirancang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan oleh pengelola
PHBS lintas program dan lintas sektor. Penilaian PHBS meliputi masukan,
proses dan keluaran kegiatan. Misalnya jumlah tenaga terlatih PHBS media yang
telah dikembangkan, frekuensi dan cakupan penyuluhan. Waktu penilaian dapat
dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua tahun Caranya dengan
membandingkan data dasar PHBS dibandingkan dengan data PHBS hasil
evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan masing-masing indikator apakah
mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan
melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data
hasil evaluasi PHBS.

Contoh di Kabupaten Pariaman data perilaku tidak merokok tahun 2001


menunjukan 44,2% sedangkan tahun 2002 ada peningkatan sebesar 73,6 %
Cara melakukan penilaian melalui :
1)  Pengkajian ulang tentang PHBS
2)  Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
3)  Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kota
(SP2TP)
4)   Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok terarah kepada petugas,
kader dan keluarga.
Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
1)  Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana
2)  Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
3)   Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/hambatan
4)  Adanya peningkatan program PHBS

6. Indikator PHBS Rumah Tangga


a.  Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga keehatan (bidan, dokter dan tenaga
para medis lainnya)
b.   Memberi bayi ASI eksklusif
Adalah bayi usia 0 – 6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan
makanan atau minuman lain.
c.   Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya
setiap bulan.
d.   Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum,
memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur,
mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar
dari sakit. Rumah tangga dengan ketersediaan air bersih adalah rumah tangga
yang memiliki atau mudah mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari hari
meliputi air leding, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung dan
penampungan air hujan. Sumber air dari pompa, sumur dan mata air terlindung
berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
e.   Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman
dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun
dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran
dan kuman masih tertinggal di tangan.
f.  Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannnya.
g.  Memberantas jentik di rumah
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang estela dilakukan pemeriksaan
jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
h.   Makan buah dan sayur setiap hari
Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari sangat
penting, karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan
dan pemeliharaan tubuh.
i.    Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,
mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari.
j.  Tidak merokok di dalam rumah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat
pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokor yang dihisap akan dikeluarkan
sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah
nikotin, tar, dan Carbon Monoksida (CO).
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (PPM) atau community


organization or comunity development (COCD)  merupakan perencanaan,
pengorganisasian, atau proyek dan atau pengembangan berbagai aktivitas
pembuatan program atau proyek kemasyarakatan yang tujuan utamanya
meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial masyarakat.

PPM melibatkan beberapa actor terkait yang saling bekerja sama mulai dari
perancangan, pelaksanaan, sampai evaluasi terhadap program atau proyek
tersebut.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat, wujud keberdayaan masyarakat
yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5
program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana
Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan
masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan,
khususnya untuk tatanan rumah angga diperlukan pengelolaan manajemen
program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan
pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian. Selanjutnya kembali
lagi ke proses semula.

3.2 Saran

1. PHBS di rumah tangga memiliki hubungan saling pengaruh dengan PHBS di


tatanan-tatanan lain, yaitu institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum
dan fasilitas kesehatan. Maka jika diinginkan keberhasilan dalam pembinaan
PHBS di rumah tangga, pembinaan PHBS harus dilaksanakan di semua
tatanan. Dengan demikian, pembinaan PHBS tidak hanya melibatkan dua
atau tiga sektor saja, melainkan banyak sektor.

Kerjasama dan keterpaduan antar-berbagai sektor tersebut diperlukan dalam


rangka akselerasi pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Komitmen dan
aliansi strategis berbagai pihak, termasuk swasta dan dunia usaha dapat
dikembangkan, sehingga kebijakan-kebijakan dan kegiatan-kegiatan dalam
rangka pembinaan PHBS di semua tatanan terkoordinasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://environmentalsanitation.wordpress.com/category/pengorganisasian-dan-
pengembangan-masyarakat/ diakses pada Rabu, 20 November 2013

http://creasoft.wordpress.com/tag/phbs/ diakses pada Rabu, 20 November 2013

http://kuliahfery.files.wordpress.com/2010/04/phbsdesasiaga.pdf diakses pada Rabu, 20


November 2013

http://kesejahteraansosial.blogspot.com/2013/02/definisi-dan-pengertian-
pengembangan.html diakses pada Rabu, 20 November 2013

http://www.promkes.depkes.go.id/bahan/pedoman-umum-PHBS.pdf
diakses pada kamis, 21 November 2013

http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ANALISIS-MANAJEMEN-
PROMOSI-KESEHATAN-DALAM-PENERAPAN-PERILAKU-HIDUP-BERSIH-
DAN-SEHAT-PHBS-TATANAN-RUMAH-TANGGA-DI-KOTA-PADANG-TAHUN-
2011.pdf diakses pada kamis, 21 November 2013

http://gigihlardino.blogspot.com/2010/12/pengorganisasian-dan-pengembangan.html
diakses pada kamis, 21 November 2013

Anda mungkin juga menyukai