Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat telah mempunyai organisasi sejak lama atau sejak kelembagaan


masyarakat mulai terbentuk. Masyarakat membentuk organisasi kemasyarakatan karena
hubungan sosial yang mengatur segala kehidupan secara komunal. Relasi sosial yang
menjadi dasar pembentukan masyarakat biasanya dicerminkan ke dalam bentuk ikatan
kerabatan atau mengenai tata aturan kehidupan bermasyarakat dalam sebuah kawasan.
Tata aturan yang mengatur kehidupan masyarakat jarang sekali tertulis, mengingat tata
aturan yang berlaku biasanya diturunkan dari generasi ke generasi melalui tuturkata.

Proses membangun komunitas mobilizable disebut “Pengorganisasian


masyarakat”. ini melibatkan “kerajinan” dan membangun sebuah jaringan abadi orang,
yang mengidentifikasi dengan cita-cita bersama, dan siapa yang bias terlibat dalam aksi
sosial atas dasar cita-cita. Dalam prakteknya, jauh lebih dari micromobilization atau
strategi franning (snow et al, 1986)

Pengorganisasian masyarakat adalah proses kekuatan bangunan yang meliputi


orang dengan masalah dalam mendefinisikan komunitas mereka, mengidentifikaikan
masalah yang mereka ingin alamat, solusi mereka ingin mangejar, dan metodeyang
mereka akan gunakan untuk menacapai solusi mereka konfrontasi, dan dengan bujukan
atau bernogosiasi dengan mereka untuk mencapai tujuan masyarakat. (Charles tilly,
1984)

Sekarang ini menata diri dan memberdayakan masyarakat nampaknya masih


menjadi pilihan yang patut kita pertimbangkan untuk terus kita lakukan. Yang diharapkan
dapat mendorong kesadaran dan pemahaman kritis masyarakat tentang berbagai aspek
yang senantiasa berkembang dalam kehidupan masyarakat. Mendorong digunakannya
kearifan-kearifan budaya sebagai alat dalam mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat
dan negara yang lebih demokratis maupun dalam menyelesaikan setiap permasalahan
yang terjadi di masyarakat.

1
Bentuk organisasi masyarakat biasanya sudah terdapat dalam tata aturan hukum
adat yang berlaku. Bisa berbentuk paguyuban, adat-adat, atau kesukuan. Bentuk
organisasi masyarakat bisa sangat fleksibel dalam mengikuti tata aturan hukum adat yang
berlaku dalam setiap daerah masing – masing dan tidak ada kriteria khusus yang
mengaturnya. Kepemimpinan yang berlaku juga demikian, sangat beragam. Hampir
semua masyarakat mempunyai ciri yang khas dalam melakukan kepemimpinannya. Pada
prinsipnya, setiap organisasi mayarakat mempuyai bentuk yang berbeda, kepemimpinan
yang berbeda, tetapi semuanya tetap dalam satu tujuan membangun kepentingan bersama
masyarakat.

Perubahan sosial yang dimaksud adalah perubahan yang mendasar dari kondisi
ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan. Dalam konteks masyarakat, perubahan sosial
juga menyangkut multidemensional. Dalam demensi ekonomi seringkali ‘dimimpikan’
terbentuknya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian masyarakat ?

2. Bagaimana perencanan dalam pengorganisasian masyarakat ?

3. Bagaimana pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat ?

4. Apa peran petugas dalam pengorganisasian masyarakat ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Konsep dasar pengorganisasian masyarakat.

2 Mengetahui perencanan dalam pengorganisasian masyarakat.

3. Mengetahui pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat.

4. Mengetahui peran petugas dalam pengorganisasian masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pengorganisasian Masyarakat


Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang. Seperti bentuk fisik yang tepat bagi
suatu ruangan kerja administrasi, ruangan laboratorium, serta penetapan tugas dan
wewenang seseorang pendelegasian wewenang dn seterusnya dalam rangka untuk
mencapai tujuan.
Masyarakat, dapat diartikan sebagai suatu kelompok besar yang mempunyai
batas-batas geografis, bisa pula diartikan sebagai suatu kelompok dari mereka yang
mempunyai kebutuhan bersama dan berada dalam kelompok yang besar tadi.

Pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat dapat


mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhannya dan menentukan prioritas dari kebutuhan-
kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas tadi berdasarkan atas sumber-sumber
yang ada di masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar, dengan usaha secara
gotong-royong. (Sasongko, A, 1996)

Mc. Millan Wayne (1947) mengatakan bahwa community organizing dalam


pengertian umum adalah suatu usaha yang ditujukan untuk membantu kelompok
kelompok dalam mencapai kesatuan tujuan dan tindakan. Hal ini merupakan praktek
yang tujuannya adalah untuk mencapai sumber-sumber daya yang dibutuhkan oleh dua
atau lebih kelompok-kelompok yang ada.
G. Ross Murray juga mengatakan bahwa community organizing ialah suatu proses
dengan mana suatu masyarakat menemukan kebutuhan-kebutuhan dan tujuannya adalah
untuk menciptakan teoritis diantara kebutuhan-kebutuhan, juga menemukan sumber
sumber baik sumber informal (dari masyarakat sendiri) maupun sumber eksternal (dari
luar masyarakat) agar masyarakat dapat meningkatkan dan mengembangkan sikap-sikap
dan praktek-praktek cooperative didalam masyarakat (Agus Suriadi, dalam buku diktat

3
kuliah Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara,
2005: 5).
Murray G.Ross juga mengemukakan beberapa pendapat mengenai community
organizing (Agus Suriadi, 2005: 12), ialah:
1. Proses menghasilkan suatu kemajuan yang efektif berupa penyesuaian antara sumber-
sumber kesejahteraan sosial dan kebutuhan kesejahteraan sosial yang sesuai dengan
areal geografis masyarakat setempat.
2. Community oganization juga berusaha untuk mencari kebutuhan yang potensial dari
masyarakat setempat.
3. Untuk mecapai tujuan pada program-program community organization perlu diadakan
pendekatan antara disiplin ilmu.
4. Pendekatan antara disiplin ilmu tersebut haruslah pada social therapy yang sifatnya
menyeluruh dan melalui proses secara bertahap.

2.2 Perencanaan Pengorganisasian Masyarakat

Perencanaan dalam pengorganisasian masyarakat berdasarkan aspek


perencanaannya, terdapat 2 (dua) bentuk menurut Subiyakto A (1978) adalah :

1. Bentuk langsung (direct)

Perencanaa yang bersifat langsung mengandung langkah-langkah Identifikasi


masalah/kebutuhan, Perumusan masalah, serta menggunakan nilai-nilai sosial yang
sama dalam mengekspresikan hal-hal tersebut di atas.

2. Bentuk yang tidak langsung (indirect)

Mempersyaratkan adanya orang-orang yang benar-benar yakin akan adanya


kebutuhan/masalah dalam masyarakat yang jika diambil tindakan-tindakan untuk
mengatasinya maka akan timbu manfaat bagi masyarakat. Hal ini dapat berupa badan
perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu untuk menampung apa yang
direncanakan secara tidak formal oleh para petugas, serta mempunyai efek samping
terhadap mereka yang belum termotivasi dalam kegiatan ini.
4
2.3 Pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat

Pada prinsipnya Pengorganisasian Masyarakat mempunyai orientasi kepada


kegiatan tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu menurut
“Ross Murray” dalam Pengorganisasian Masyarakat, terdapat 3 Pendekatan yang
digunakan, yaitu :

1. Spesific Content Objective Approach

Pendekatan baik perseorangan, Lembaga swadaya atau Badan tertentu yang


merasakan adanya masalah kesehatan dan kebutuhan dari masyarakat akan pelayanan
kesehatan, mengajukan suatu proposal / program kepada instansi yang berwenang
untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Contoh :
Program penanggulangan sampah.

2. General Content Objective Approach

Pendekatan yang mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan


dalam suatu wadah tertentu. Misalnya : Program Posyandu, yang melaksanakan 5 – 7
upaya kesehatan yang dijalankan sekaligus.

3. Process Objective Approach

Pendekatan yang lebih menekankan kepada proses yang dilaksanakan oleh


masyarakat sebagai pengambil prakarsa, mulai dari mengidentifikasi masalah,
analisa, menyusun perencanaan penaggulangan masalah, pelaksanaan kegiatan,
sampai dengan penilaian dan pengembangan kegiatan ; dimana masyarakat sendiri
yang mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
5
Yang dipentingkan dalam pendekatan ini adalah Partisipasi masyarakat / Peran Serta
Masyarakat dalam Pengembangan Kegiatan.

2.4 Peran petugas dalam pengorganisasian masyarakat

Peranan community organization worker menurut Murray G.Ross adalah :

(Agus Suriadi, 2005: 7)

1. Helper, yaitu orang (social worker) yang member pertolongan (helper) dan yang
memberi kemungkinan-kemungkinan (enabler) atau kesempatan terhadap
masyarakat untuk melakukan peranan sosialnya ataupun untuk membantu
masyarakat yang mengalami disorganisasi untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.

2. Guide, yaitu peranan dari profesi social worker untuk menstimulir masyarakat
agar dapat menentukan sendiri maslah yang mereka hadapi. Sebagai guide harus
menitikberatkan pada partisipasi masyarakat. Dan sebagai guide juga diperlukan
karena masyarakat sering tidak mengetahui permasalahan yang mereka hadapi,
oleh karena itu guide berperan membimbing masyarakat mengetahui
permasalahannya sendiri.

3. Social Therapist, yaitu social worker sebagai orang yang menanggulangi masalah-
masalah sosial secara langsung dengan berperan untuk melakukan intervensi
terhadap masalah sistem klient.

4. Expert, yaitu peranan social worker sebagai tenaga ahli dibidang perencanaan
dalam menyusun program-program keahlian yang dimiliki, misalnya dalam
bidang penelitian dan penyusunan perencanaan atau program. Sedangkan
persyaratan petugas antara lain :

6
1) Mampu mendekati masyarakat dan merebut kepercayaan mereka dan
mengajaknya untuk kerjasama serta membangun rasa saling percaya antara
petugas dan masyarakat.

2) Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-sumber alam


yang ada di masyarakat dan juga mengetahui dinas-dinas dan tenaga ahli yang
dapat dimintakan bantuan.

3) Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan metode dan


teknik khusus sedemikian rupa sehingga informasi dapat dipindahkan,
dimengerti dan diamalkan oleh masyarakat.

4) Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungan dengan


masyarakat melalui kelompok-kelompok tertentu.

5) Mempunyai pengetahuan tentang masyarakat dan keadaan lingkungannya.

6) Mempunyai pengetahuan dasar mengenai ketrampilan (skills) tertentu yang


dapat segera diajarkan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara menyeluruh.

7) Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sendiri.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
7
Pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat dapat
mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhannya dan menentukan prioritas dari kebutuhan-
kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas tadi berdasarkan atas sumber-sumber
yang ada di masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar, dengan usaha secara
gotong-royong. (Sasongko, A, 1996)
Perencanaan dalam pengorganisasian masyarakat berdasarkan aspek
perencanaannya, terdapat 2 (dua) bentuk menurut Subiyakto A (1978) adalah : Bentuk
langsung (direct), Bentuk yang tidak langsung (indirect).
Menurut “Ross Murray” dalam Pengorganisasian Masyarakat, terdapat 3
Pendekatan yang digunakan, yaitu :Spesific Content Objective Approach, General
Content Objective Approach, Process Objective Approach.
Peranan community organization worker menurut Murray G.Ross adalah :
Helper, Guide Social Therapist dan Expert.

3.2 Saran
Dalam pembahasan materi di atas mengenai pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat ungkin masih banyak kekurangan, bik di segi penulisan ataupun dari
penyusunn kalimat dan kata katanya, oleh sebab itu penulis minta maaf sebesar-besarnya
kepada dosen dan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Albert R. Roberts 2009.buku pintar pekerja sosial.PT BPK Gunung Mulya.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai