PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
ISI
Menurut “Adi Sasongko ( 1978 )”, langkah – langkah yang harus ditempuh dalam
Pengorganisasian Masyarakat adalah :
1. Persiapan sosial:
a) Pengenalan Masyarakat
b) Pengenalan Masalah
c) Penyadaran Masyarakat
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
4. Perluasan
PERSIAPAN SOSIAL
Tujuan persiapan sosial adalah mengajak pasrtisipasi atau peran serta masyarakat
sejak awal kegiatan, selanjutnya sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan
hingga pengembangan program kesehatan masyarakat.
3
1) Beratnya Masalah
Yang perlu dipertimbangkan di dini adalah Seberapa jauh masalah tersebu
tmenimbulkan gangguan terhadap masyarakat.
2) Mudahnya Mengatasi
Yang diperhatikan adalah kemudahannya dalam menanggulangi
masalahtersebut.
3) Pentingnya Masalah
Bagi Masyarakat Yang paling berperan di sini adalah Subyektifitas
masyarakat sendiri dan sangatdipengaruhi oleh kultur – budaya setempat
4) Banyaknya Masyarakat yang Merasakan Masalah
Misalnya perbaikan Gizi, akan lebih mudah dilaksanakan di wilayah
yang banyak balitanya.
c) Tahap Penyadaran Masyarakat
PELAKSANAAN
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam Lokakarya Mini atau MMD,
maka langkah selanjutnya adalah Melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat adalah:
4
EVALUASI
PERLUASAN
5
dan mengevaluasikan program-program kesehatanmasyarakatnya. Institusi kesehatan
hanya sekadar memotivasi danmembimbingnya (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Club du Sahel dalam Mikkelsen (2003), beberapa pendekatan untuk memajukan
partisipasi masyarakat yaitu:
6
3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan; masyarakat atau individu diberikan
kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan pilihan untuk terikat pada
sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain tahun 1980 di Jamaica dalam
Ndraha (1990), berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak
untuk berpartisipasi jika:
a. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang
sudahada di tengah-tengah masyarakat.
b. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat
yang bersangkutan.
c. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan
masyarakat setempat.
d. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh
masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau
kurang berperanan dalam pengambilan keputusan.
7
5. Dalam pelaksanaan, program dapat dimulai desa demi desa tidak usah seluruh
desa di kecamatan tersebut. Hal ini untuk menjamin agar puskesmas dapat
memonitor dan membimbingnya dengan baik. Bilamana perlu membentuk
suatu proyek percontohan sebagai pusat pengembangan untuk desa yang lain.
6. Bila desa ini masih dianggap terlalu besar, maka dapat dimulainya dari tingkat
RW atau RT yang populasinya lebih kecil, sehingga mudah diorganisasi
Notoatmodjo (2005), menyatakan metode yang dapat dipakai pada partisipasi
masyarakat adalah sebagai berikut:
5. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan presentasi
survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama tentang prioritas
masalah yang akan dipecahkan. Dalam merencanakan program ini, perlu
diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan. Kedua hal ini
sangat penting dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat.
6. Training
Training untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh
dokter puskesmas. Di samping di bidang teknis medis, training juga meliputi
manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan tingkat
desa serta sistem pencatatan, pelaporan, dan rujukan.
7. Rencana evaluasi
Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-kriteria keberhasilan
suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader
kesehatan sendiri.
8
C. Konsep Kaderisasi dalam Pengorganisasian Masyarakat
a) Pengertian Kaderisasi
Menurut KBBI, kaderisasi berawal dari kata “kader” yang memiliki makna yaitu,
“orang yang di harapkan akan memegang peran yang penting dalam sebuah
organisasi”. Dengan demikian kaderisasi adalah suatu proses dalam membentuk
kader – kader baru dalam sebuah organisasi tersebut.
Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan
dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuanya
ng di atas rata-rata orang umum. Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam
kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam
bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya
harus menanam.”
Dari sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan
menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua,
sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi
sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan
dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi
regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi.
Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah
individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visidan misi
organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi inisejatinya harus
memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-
kader organisasi yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.
b) Fungsi Kaderisasi
1. Melakukan rekrutmen anggota baru
Penanaman awal nilai orga nisasi agar anggota baru bisa paham dan bergerak menuju
tujuan organisasi.
9
c) Peran Kader dalam Pengorganisasian Masyarakat
1. Kader Sebagai “Agent of Change”
Pemberdayaan Masyarakat Desa yang selanjutnya disebut Kader desa akan menjadi
“Agent of Change” yang akan membawa norma-norma baru yang sesuai dengan nilai
tradisional mereka (kearifan lokal) dan yang akan menggali segi-segi positif yang ada
pada norma-norma tradisional masyarakat mereka.
2. Kader Sebagai Penghubung dari Pemberi Pesan (Komunikator kepada Komunikan)
Sebagai seseorang yang telah mampu dan dianggap mengerti apalagi posisi
dikedepankan oleh masyarakat pedesaan maka dalam fungsi ini kader sebagai
kepanjangan/orang kepercayaan pemimpin untuk membantu mempengaruhi agar
mereka mengerti dan mau mengerjakan sesuatu secara sadar sesuai tujuan yang
dimiliki pemimpin.
3. Kader Sebagai Pelopor Penggagas Kegiatan
Dimana dalam setiap pencapaian tujuan program tidak harus semata bisa berjalan
karena adanya balas jasa atas tindakan yang telah dilakukan, tapi peranaktif sukarela
untuk pencapaian bersama maka kader ditempatkan sebagai ujung tombak. Kader
sebagai penggagas dan pencetus ide sekaligus sebagai pelopor dalam sebuah
organisasi dalam pencapaian tujuan bersama.
4. Kader Sebagai Fasilitator
Adalah memfasilitasi berbagai pihak tidak menggurui, tidak mengambil kesimpulan
singkat dalam pemecahan masalah. Bukan sebagai pengadil, tapidalam posisi mencari
jalan dan solusi guna pencapaian tujuan.
5. Kader Sebagai Narasumber dan Informan
Melalui pendekatan personal diajak komunikatif akan terjalin hubungan kebersamaan
dan kekeluargaan. Dalam sikap seperti ini kita dapat memanfaatkan mencari
sebuah informasi yang kita perlukan, merecord berbagai peristiwa yang kita tidak
mengerti secara langsung.
6. Kader Sebagai Penerus Cita-Cita/Ideologi Kelompok
Keberadaan pemimpin atau kita sebagai fasilitator yang dianggap professional tidak
akan terus menerus berada didesa dalam mengawal program.
Kemandirian pelaku adalah target pendampingan. Maka agar aktifitas pemberdayaan
dapat berjalan terus, kaderisasi tidak cukup hanya merekrut satu dua orang. Kader
yang telah terdoktrin akan terus mengembangkan kemampuan daan menularkan serta
menggandeng yang lain untuk ikut berperan dan bergabung.
7. Kader Sebagai Penggalang Aktifitas antar Kader
Sebagai penguat kapasitas jaringan kelompok/organisasi, sebagai salah satuelement
dalam penyelesaian masalah, sebagai orang kepercayaan leader.
10
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Terdapat tiga konsep yang mendasari kegiatan dalam pengorganisasian masyarakat yakni
konsep persiapan sosial, konsep partisipasi dan konsep kaderisasi.
Tujuan persiapan sosial adalah mengajak pasrtisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal
kegiatan, selanjutnya sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga
pengembangan program kesehatan masyarakat.
Pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon
secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek).
Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau
sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-
kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi.
Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-
individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat
sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa
fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang handal,
cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/362243541/konsep-pengorganisasian-masyarakat
12