Abstrak
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan tahapan pengendalian kecelakaan kerja paling akhir dari metode pengendalian bahaya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Telah menjadi budaya kerja, dalam pemakaian APD, masih banyak yang enggan menggunakan APD dengan alasan menyulitkan bagi
mereka saat bekerja serta merasa ketidaknyamanan dan mengurangi produktifitas. Pengelas Listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik. Pada saat melakukan observasi peneliti mendapatkan masalah bahwa pekerja yang bekerja pada pengelasan tidak memakai alat
pelindung. meskipun terkadang bahwa pekerja pengelas listrik sering mempunyai keluhan sakit mata maupun luka baik luka bakar maupun goresan akibat
melakukan las. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemakaian alat pelindung muka pada pengelas di bengkel las listrik di
Kecamatan Tutuyan. Metode yang digunakan berupa survey analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Sampel yang di teliti sebanyak 38 responden
yang ada di Kecamatan Tutuyan.Pengambilan sampel dengan metode Purpusive Sampling, dengan opembagian angket kemudian di analisis dengan univariat dan
multivariate dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada nilai signifikasi p-valuesebesar0,019 (p<0,05). Sehingga kesimpulan
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan terdapat hubungan antara usia, pendidikan terakhir, masa kerja, pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD.
Kata Kunci : Pengelas, Alat Pelindung Muka, Kepatuhan
Abstract
Electric Welding is a method of connecting metal by means of an electric arc. The purpose of this study was to determine the factors associated with the use of
face shields on welders in an electric welding workshop in Tutuyan District. The method used is an analytical survey with a cross sectional approach. The sample
that was examined was 38 respondents in Tutuyan District. Sampling was done using the purpusive sampling method, with the distribution of the questionnaire
and then analyzed using univariate and multivariate analysis using the Chi-square test. The results showed that there was a significant p-value of 0.019 (p<0.05).
So the conclusion in this study is that there is a relationship between age, last education, years of service, knowledge and compliance with the use of personal
protective equipment.
1
PENDAHULUAN pekerjaan di bengkel las ini di bagi menjadi beberapa bagian yaitu
menggunakan APD saat bekerja sangat besar dalam pencengahan kecelakaan Pada saat melakukan observasi peneliti mendapatkan masalah bahwa
dan penyakit akibat kerja tetapi tidak menjamin semua pekerjaan akan pekerja yang bekerja pada pengelasan tidak memakai alat pelindung diri
memakainya namun dalam kenyataanya banyak yang tidak menggunakan berupa masker, kacamata, maupun sarung tangan dengan alasan bahwa tidak
APD karena kurangnya kesadaran para pekerja untuk senantiasa disediakan oleh pemilik bengkel beberapa yang pekerja mengatakan bahwa
menggunakan APD. lebih terbiasa bekerja tanpa APD meskipun terkadang bahwa pekerja
pengelas listrik sering mempunyai keluhan sakit mata maupun luka baik luka
Telah diketahui bahwa pemakaian alat pelindung diri dapat
bakar maupun goresan akibat melakukan las.
menimbulkan berbagai masalah misalnya rasa ketidaknyaman, membatasi
gerakan dan persepsisensoris dari pemakainya. Sekalipun Engineering Berdasarkan uraian latar belakang dan hasil observasi yang dilakukan,
Control merupakan cara pengendalian yang baik, namun pengalaman sering peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat apakah terdapat faktor
menunjukkan bahwa cara pengendalian ini tidak selalu bisa diterapkan di yang berhubungan dengan pemakaian alat pelindung muka pada pengelas di
tempat kerja atau bila dapat diterapkan hasilnya masih belum dan bahkan bengkel las listrik di Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow
tidak memuaskan karena berbagai faktor diantaranya adalah desain tidak Timur. Dengan tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang
semua bahan kimia yang toksik. Usaha sektor informal merupakan sektor berhubungan dengan pemakaian alat pelindung muka pada pengelas di
kegiatan ekonomi marginal atau kegiatan ekonomi kecil-kecilan. Biasanya bengkel las listrik di Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow
dikaitkan dengan usaha kerajianan tangan, dagang,usaha lain secara kecil- Timur.
kecilan.
METODE PENELITIAN
Sudah menjadi budaya kerja, dalam pemakaian APD, masih banyak
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis
yang enggan menggunakan APD dengan alasan menyulitkan bagi mereka saat
penelitian survey analiti. Lokasi penelitian di 16 bengkel yang ada di 7 dari 10
bekerja serta merasa ketidaknyamanan dan mengurangi produktifitas.
desa di Kecamatan Tutuyan, Kabupaten Bolaang Mongondow yang
Peralatan APD sering tidak digunakan para pekerja karena tidak hanya sedikit
dilaksanakan pada tanggal 19 April 2021. Populasi dalam penelitian ini yaitu
para pekerja yang sadar akan pentingnya menggunakan APD, namun juga
seluruh pekrja bengkel pengelas listrik di Kecamatan Tutuyan. Penelitian ini
ditemui para pengguna APD tidak memenuhi standar atau terkesan asal pakai.
menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan jumlah sampel
Belum adanya aturan maupun UU yang mengikat perihal penerapan dalam penelitian ini yang berjumlah 38 orang yang di ambil di 7 Desa dari 10
K3 bagi UMKM menjadi sebuah masalah tersendiri, salah satunya pada Desa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
UMKM bengkel las. Berdasarkan hasil observasi peneliti jumlah bengkel las dua cara yaitu data primer dengan menggunakan angket berupa kuesioner dan
di Kabubaten Bolaang Mongondow timur kurang lebih berjumlah 92 bengkel data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumne-dokumen. Mengolah data
las yang tersebar di 7 Kecamatan sekabupaten Bolaang Mongondow Timur. hasil dari penelitian, peneliti menggunakan 4 cara dalam pengolahan data
Dari keseluruhan bengkel las yang ada di wilayah Kabupaten Bolaang yaitu editing, coding, entry dan tabulating. Adapun analisis data yang
Mongondow Timur, semuanya tidak menyiapkan APD bagi para pekerjanya. digunakan yaitu analisis data univariat dan bivariat. Analisis bivariat dalam
Faktor yang menyebabkan tidak disediakannya APD bagi para pekerja karena penelitian ini menggunakan uji chi-square.
kurangnya uang untuk membeli APD untuk pemenuhan pekerjaan, selain alas
HASIL PENELITIAN
an tersebut para pekerja dianggap lebih nyaman tidak memakai APD
Bengkel las merupakan salah satu industri kecil yang berada di Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
Tutuyan, Kecamatan Tutuyan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan suatu kuesioner. Adapun kriteria pengujuan validitas adalah jika,
oleh peneliti di Kecamatan Tutuyan dengan mengambil sampel di Desa Probability rhitung < 0,05 berarti valid, jika Probability rhitung > 0,05
Tombolikat Selatan rata-rata pekerja pengelas yang usianya 18-50 tahun berarti dikatakan tidak valid dengan melihat koefisien korelasi > 0,320
namun ada juga beberapa pekerja yang usianya dibawah 18 tahun. Jenis dinyatakan valid. Adapun hasil pengujian validitas masing-masing variabel
kelamin tenaga kerja di bengkel las ini semuanya adalah laki-laki. Jenis dapat dilihat sebagai berikut :
2
a. Variabel Pengetahuan Asymp. Sig (2-tailed) diperoleh sebesar 0,651. Artinya nilai tersebut lebih
Pengetahuan dalam penelitian ini sebanyak 22 pertanyaan pada 38 4. Analisis uji univariat karakteristik pekerja pengelas di bengkel las
responden (n=38) yang bekerja sebagai pengelas di bengkel las yang ada di Kecamatan Tutuyan
Total 38 100,0
b. Variabel Kepatuhan Penggunaan APD
Jumlah pertanyaan yang digunakan untuk mengukur Variabel Distribusi Frekuensi jumlah pekerja pengelas di bengkel las
Kepatuhan Penggunaan APD dalam penelitian ini sebanyak 4 pertanyaan Kecamatan Tutuyan tahun 2021 dapat dilihat bahwa distribusi umur
pada 38 responden (n=38) yang bekerja sebagai pengelas di bengkel las terbanyak dari 38 responden terdapat pada kelompok umur 21-30 tahun
yang ada di wilayah kecamatan Tutuyan. pertanyaan dikatakan valid jika yaitu sebanyak 16 responden atau sebesar 42,1%, sedangkan kelompok
probability value rhitung lebih kecil dari nilai 0,05 dan jika nilai koefisien umur paling sedikit terdistribusi pada kelompok > 40 tahun yaitu sebanyak
korelasi lebih dari 0,320. Dengan demikian, dari 22 pertanyaan yang 3 responden atau sebesar 7,9%.
digunakan untuk mengukur validitas dari pertanyaan variabel pengetahuan, Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerja Pengelas Berdasarkan Pendidikan
semua pertanyaan telah memiliki nilai probability value< 0,05 dan nilai Terakhir
koefisien korelasi berkisar pada 0,327 sampai 0,535 sehingga dikatakan
Jumlah
telah memenuhi uji validitas dan dapat digunakan untuk mengumpulkan Pendidikan
n %
penelitian.
SD Sederajat 3 7,9
2. Uji Reabilitas
SMP Sederajat 27 71,1
Uji reabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrument dalam hal SMA Sederajat 5 13,2
ini kuisioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden Diploma/ Sarjana 3 7,9
memenuhi normalitas dan tidak sebagai berikut : Distribusi Frekuensi jumlah pekerja pengelas di bengkel las
3
1–5 13 34,2 a. Analisis hubungan usia dengan kepatuhan penggunaan APD pekerja penge-
5 – 10 5 26,3 las
> 10 7 18,4
Tabel 6. Hubungan usia dengan kepatuhan penggunaan APD
Total 38 100,0
Asymp. Sig. (2-sided)
N %
Buruk 23 60,5
n % pekerja pengelas
Total 38 100,0
gunaan APD paling sedikit terdistribusi pada kelompok patuh yaitu sebanyak d. Analisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD
4
Asymp. Sig. (2-sided) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti mendapatkan
PEMBAHASAN
Astri, Swastika S. 2014. Evaluasi Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Berdasarkan hasil uji chi-square dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 (APD) Pada Dokter Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
diperoleh hasilnilai p value – 0,038 untuk analisis huungan usia Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
dengankepatuhan pengggunaan APD, hasil nilai p value + 0,025 untuk ILO.Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas. Jakarta:
analisis hubungan masa kerja dengan kepatuhan penggunaan APD, hasil nilai
International Labour Organization. 2013
p value = 0.038 untuk analisis hubungan pendidikan terakhir dengan
Sugiyono. 2013, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan
kepatuhan penggunaan APD dan hasil nilai p value = 0,019 untukvariabel
Kuantitatif. Bandung: ALFABETA.
pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD dimana nila-nilai hasil uj
tersebut lebih kecil dari alpha = 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara Sugiyono. 2017.Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R& D,
usia pendidikan terakhir, lama kerja, pengetahuan dengan kepatuhan Bandung: ALFABETA.
penggunaan APD pada pekerja pengelas di kecamatan Tuttuyan. Adanya Siswanto Sastrohadiwiryo. 2013. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,
hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan penggunaan APD.
Pendekatan Administrasi dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Berdasarkan hasil uji chi-square hubungan pengetahuan dengan
Wasti., Dkk. 2019. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri. Bandung
kepatuhan pengunaan APD pada pekerja [engelas di Wilayah kerja kecamatan
Erna. 2018. Hubungan Pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan Alat
Tutuyan. Hasil wawancara dengan 38 responden yang mendapatkan hasil
Pelindung Diri. Semarang
bahwa pengetahuan pekerja pengelas lebih banyak berpengetahuan buruk
Rahmat J. 2011. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
dengan hasil tidak patuh yaitu sebanyak 23 responden atau sebesar 63,9% dari
hasil keseluruhan.
dilakukan oleh peneliti karena tidak adanya edukasi terhadap para pekerja.
Selain itu yang menjadi fakrtor pendukung lainnya yaitu kebanyakan pekerja
wawancara menyatakann mereka tidak terlalu tahu bahkan ada beberapa yang
(penutup wajah).
KESIMPULAN