ABSTRAK
Bengkel merupakan suatu tempat kerja yang pada umumnya mempergunakan gabungan
dari alat-alat dan mesin-mesin yang difungsikan untuk melakukan proses pembuatan atau
perbaikan dari suatu benda. Pekerjaan pada bengkel seringkali berkaitan dengan hal-hal
yang mengandung risiko bahaya baik oleh lingkungan kerja ataupun oleh cara kerja pekerja
itu sendiri. Bengkel Las Gono merupakan bengkel las yang kecil dengan 5 orang pekerja,
termasuk pemiliknya. Namun bengkel ini memiliki pelanggan yang cukup banyak.
Pemahaman dan kesadaran terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat
diabaikan, sehingga bengkel tidak tertata dan pekerja bengkel kurang perhatian terhadap
lingkungan kerja maupun cara bekerja yang aman. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk
memberikan penyuluhan dan menerapkan K3 khususnya pada konsep unsafe action dan
unsafe condition dan dalam upaya memperbaiki kondisi maupun tindakan yang tidak aman
dari pekerja bengkel dalam melakukan pekerjaan. Metode pelaksanaan kegiatan ini
dilakukan dengan mengadakan kegiatan penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) terkait Unsafe Action dan Unsafe Condition serta penerapannya pada bengkel las
tersebut. Hasil dari kegiatan ini adalah tercapai peningkatan pemahaman dari pekerja
38,33% dari semula 45% menjadi 83,33% dan berhasil diterapkannya konsep Unsafe Action
dan Unsafe Condition pada bengkel las Gono dengan baik.
Kata Kunci: bengkel las, K3, unsafe action, unsafe condition
PENDAHULUAN
Di era industry 4.0 seperti saat ini tidak sedikit UKM atau perusahaan yang masih saja
abai terkait aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja, terutama pada unsafe action dan
unsafe condition yang ada di sebuah perusahaan atau UKM tersebut. Ketidakpahaman dari
konsep K3 dengan baik pada para pekerja dapat menjadikan pekerja bekerja dengan
sembarangan, kurang hati-hati, bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang berisiko
ringan, sedang, hingga fatal. Aspek K3 berperan sangat penting dan menjadi suatu hal yang
harus diperhatikan baik dalam operasional di bidang manufaktur maupun jasa.
Hal yang sama terjadi di Bengkel Las Gono yang merupakan salah satu bengkel las
yang terletak di Kelurahan Dinoyo, Lowokwaru, Kota Malang. Bengkel ini termasuk bengkel
las yang relatif kecil dengan seorang pemilik dan 4 orang karyawan, namun bengkel ini
memang memiliki pelanggan yang cukup banyak. Kondisi bengkel yang terletak di gang
kecil dengan ruang kerja terbatas dan ukuran ruangan yang kecil. Penempatan dan
peletakan alat kerja juga masih berserakan tanpa adanya penataan yang baik. Para pekerja
juga tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat melakukan pekerjaan.
Terkadang mereka melakukan hal yang sangat berbahaya jika dilakukan ketika bekerja.
Salah satunya seperti merokok sambil mengelas, hal ini tentunya sangat berbahaya dan
dapat menimbulkan kebakaran. Di sisi lain, pekerja tidak mengenakan APD dengan baik
juga dapat menjadi salah satu faktornya.
Tidak hanya itu, kondisi bengkel dengan peralatan-peralatan yang tidak tertata rapi
dan berserakan juga dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini tentunya juga dapat
merugikan pemilik maupun pekerjanya. Adanya kabel-kabel serta peralatan lain yang
berserakan selain membuat bengkel menjadi kotor dan kurang baik, juga yang utama dapat
mengakibatkan ketidaknyamanan bekerja, bahkan kecelakaan kerja. Tidak tersedianya
lemari peralatan atau tools juga menjadi salah satu faktor adanya unsafe condition pada
bengkel las ini.
Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk memberikan penyuluhan dan
menerapkan K3 khususnya pada konsep unsafe action dan unsafe condition dan dalam
upaya memperbaiki kondisi maupun tindakan yang tidak aman dari pekerja bengkel dalam
melakukan pekerjaan tersebut. Implementasi berkelanjutan terkait kesadaran akan unsafe
action dan unsafe condition ini juga diharapkan dapat terwujud.
Bengkel las merupakan salah satu unit usaha yang memiliki resiko tinggi dengan
terjadinya kecelakaan kerja, karena dalam pekerjaan las menggunakan alat kerja yang
memiliki bahaya tinggi dan lingkungan yang kurang kondusif untuk kesehatan pekerjanya.
Berdasarkan hasil penelitian pada proses pengelasan suatu workshop terdapat 5
(lima) bentuk bahaya potensial yaitu terkena mata, terhirup, terabsorpsi kulit,
kebakaran, dan ledakan. Dari kelima bahaya tersebut masing-masing memiliki tingkat
risiko seperti low risk, medium risk, dan high risk [1].
Upaya pengurangan terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menggunakan alat
keselamatan kerja dengan baik dan benar. Oleh karena itu perlu bekal pengetahuan tentang
K3 termasuk unsafe action dan unsafe condition [2]. Penyebab kecelakaan kerja secara
umum adalah karena adanya kondisi yang tidak aman dan tindakan tidak aman dari pekerja
[3]. Adapun beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor manusia
berada di posisi yang sangat penting terhadap kejadian kecelakaan kerja yaitu berkisar
antara 80-85% [4]. Lebih banyak masalah yang disebabkan oleh kecerobohan pekerja
daripada mesin atau ketidak pedulian karyawan. Oleh karena itu, sikap terhadap kondisi
kerja, kecelakaan dan praktik kerja yang aman menjadi sangat penting [5].
Penelitian tentang unsafe action dan unsafe condition telah banyak dilakukan di
berbagai sektor pekerjaan [6]. Di antara penyebab kecelakaan kerja adalah karena pekerja
kurang menerapkan K3 seperti tidak menggunakan APD, juga mindset pekerja yang
menganggap bahwa kecelakaan kerja merupakan hal yang biasa [7]. Yang dimaksud dengan
unsafe action adalah Tindakan atau perilaku kerja yang tidak aman, sehingga menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja [8]. Unsafe Action terjadi karena faktor manusia dan lemahnya
control manajemen [9]. Personal factors dan job factors merupakan penyebab adanya
unsafe action [10]. Adapun beberapa contoh perilaku Unsafe Action sebagai berikut:
1. Adanya percampuran bahan-bahan kimia
Bahan-bahan kimia merupakan salah satu yang berbahaya bagi para pekerja jika bahan
tersebut sampai tercampur dengan bahan kimia lainnya hingga menyebabkan
keracunan bahkan ledakan yang sangat merugikan.
2. Membuang sampah tidak pada tempatnya (sembarangan)
Begitu banyaknya para pekerja hingga saat ini yang masih kurang kesadarannya terkait
betapa pentingnya kebersihan yang terdapat di tempat kerja. Apabila sampah tidak
dibuang pada tempatnya dan berserakan, maka akan menyebabkan kerugian bagi para
pekerja sendiri maupun pihak perusahaan terutama yang berkaitan dengan segi
keamanan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan kerja
seperti terpeleset sampah hingga terluka pada bagian tubuh.
3. Bekerja sambil bergurau
Bekerja sambil bergurau merupakan hal yang tidak boleh dilakukan ketika sedang
melakukan pekerjaan apalagi pada pekerjaan yang ekstrim dan berbahaya. Hal
tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan kerja karena adanya tidak fokus pada para
pekerja.
METODE PELAKSANAAN
Solusi yang ditawarkan dalam kegiatan ini, yaitu dengan melakukan penyuluhan
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama terkait Unsafe Action dan Unsafe
Condition serta penerapannya pada bengkel las Gono Malang. Peserta penyuluhan dan
pelatihan ini ada 5 orang yang terdiri dari 1 orang pemilik bengkel las dan 4 karyawan.
Cara dan tahapan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Melakukan Pre-Test terhadap materi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, termasuk
halnya dengan konsep unsafe action dan unsafe condition. Pre-Test ini dimaksudkan
untuk mengidentifikasi sejauh mana pemahaman awal para pekerja terhadap konsep
K3 khususnya unsafe action dan unsafe condition.
2. Melakukan penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Materi yang
disampaikan dalam kegiatan penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu
terkait konsep K3, unsafe action dan unsafe condition pada bengkel las beserta macam-
macam dan pencegahannya, serta macam-macam Alat Pelindung Diri (APD) yang
seharusnya digunakan di bengkel las beserta penjelasan masing-masing alatnya.
Peserta juga diperlihatkan tentang bagaimana cara menggunakan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) yang diberikan kepada bengkel las tersebut. Dalam kegiatan ini
dijelaskan pula secara langsung di bengkel las terkait tindakan apa saja yang tidak
aman maupun kondisi-kondisi yang tidak aman dan berbahaya pula bagi para pekerja.
3. Melakukan Post-Test setelah penyuluhan selesai dilaksanakan. Dengan Post-Test ini
dapat diketahui sejauh mana pemahaman akhir para pekerja terhadap konsep K3
khususnya unsafe action dan unsafe condition.
4. Melakukan diskusi antara tim pengabdi, pemilik dan karyawan bengkel untuk
merencanakan hal-hal yang dapat dilakukan oleh pekerja bengkel untuk perbaikan
kondisi bengkel terkait konsep unsafe action dan unsafe condition di bengkel tersebut.
5. Dari hasil diskusi terkait unsafe action dan unsafe condition ini, tim pengabdi dan pihak
bengkel melaksanakan hasil diskusi untuk menerapkan konsep tersebut dengan baik.
6. Pendampingan terhadap penerapan upaya mengatasi unsafe action dan unsafe
condition di bengkel las. Pendampingan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa
pekerja di bengkel las telah memahami dan menerapkan konsep K3 khususnya unsafe
action dan unsafe condition di bengkel dengan konsisten dan berkesinambungan
selama bekerja.
Gambar 10. Kondisi bengkel lebih Gambar 11. Ketersediaan Gambar 12.
rapi dan bersih Lemari Penyimpanan Tools Ketersediaan
APAR
KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan pengabdian masyarakat ini, dengan penyuluhan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) terkait Unsafe Action dan Unsafe Condition yang dilakukan di Bengkel
Las Gono, dapat meningkatkan pemahaman para pekerja maupun pemilik bengkel las
menjadi jauh lebih baik. Pemahaman konsep K3 termasuk dalam hal Unsafe Action dan
Unsafe Condition oleh peserta meningkat lebih baik rata-rata 38,33%, yaitu dari semula
rata-rata 45,00% menjadi 83,33%. Pendampingan penerapan konsep K3 terhadap Unsafe
Condition yang dilakukan dengan merapikan dan membersihkan area bengkel, meletakkan
peralatan pada tempatnya, melengkapi bengkel dengan APAR, dan menyediakan lemari
penyimpanan peralatan, dapat memberikan kondisi bengkel menjadi lebih baik, nyaman,
dan aman untuk bekerja. Demikian pula untuk penerapan konsep K3 terhadap Unsafe
Action, yaitu dengan tidak melakukan hal-hal yang yang berisiko berbahaya (tidak
merokok) dan penggunaan APD saat bekerja, membuat para pekerja juga memperbaiki cara
bekerja yang aman.
REFERENSI
[1] M. Agustin, “Meilan Agustin, 2013, Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Upaya Pengendalian Pada Proses Pengelasan di Workshop,” Jurnal
KaLIBRASI - Karya Lintas Ilmu Bidang Rekayasa Arsitektur, Sipil, Industri, vol. 8, pp.
14–23, 2013.
[2] I. Irawati, “Hubungan Unsafe Condition dan Unsafe Action dengan Kecelakaan Kerja
(Kemasukan Gram Pada Mata) Pekerja Pengelasan,” Jurnal Kesehatan, vol. 9, no. 2,
pp. 89–94, 2018.
[3] S. A. Utami, “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe
Action) pada Pekerja Bagian Produksi Tambang PT. Arteria Daya Mulia Kota Cirebon
Tahun 2021,” Journal of Health Research Science, vol. 1, no. 02, pp. 83–89, Dec. 2021,
doi: 10.34305/jhrs.v1i02.368.
[4] R. Riansyah, “Analisis Pengaruh Implementasi Sistem Keselamatan Kesehatan Kerja
(K3) terhadap Unsafe Action di PT EGS Indonesia,” PREPOTIF Jurnal Kesehatan
Masyarakat, vol. 5, no. 2, pp. 952–962, 2021.
[5] N. D. Priyohadi and A. Achmadiansyah, “Hubungan Faktor Manajemen K3 dengan
Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) pada Pekerja PT Pelabuhan Penajam Banua
Taka,” JURNAL BARUNA HORIZON , vol. 4, no. 1, 2021.
[6] J. Rakhmawati, Y. Setyaningsih Keselamatan dan Kesehatan Kerja, F. Kesehatan
Masyarakat, and U. Diponegoro, “Unsafe Action dan Unsafe Condition: Studi Literatur
pada Nelayan yang Mengalami Kecelakaan Kerja,” Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah
STIKES Kendal, vol. 11, no. 2, pp. 291–300, Apr. 2021, [Online]. Available:
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM
[7] A. Umniyyah, D. Irkas, A. M. Fitri, A. Anggraeni, D. Purbasari, and T. Y. R. Pristya,
“Hubungan Unsafe Action dan Unsafe Condition dengan Kecelakaan Kerja pada
Pekerja Industri Mebel The Relationship between Unsafe Action and Unsafe Condition
with Work Accidents in Furniture Industry Workers,” Jurnal Kesehatan, vol. 11, no. 3,
pp. 363–370, 2020, [Online]. Available: http://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK
[8] H. Agustiya et al., “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Tidak Aman (Unsafe
Action) pada Pekerja,” PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, vol. 3, no.
5, Oct. 2020, [Online]. Available: http://ejournal.uika-
bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR
[9] I. Kristianti and A. R. Tualeka, “Hubungan Safety Inspection dan Pengetahuan dengan
Unsafe Action di Departemen Rolling Mill,” The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health, vol. 7, no. 3, p. 300, Jan. 2019, doi: 10.20473/ijosh.v7i3.2018.300-
309.
[10] Y. V. Yudhawan and E. Dwiyanti, “Hubungan Personal Factors dengan Unsafe Actions
pada Pekerja Pengelasan di PT Dok dan Perkapalan Surabaya,” Jurnal Manajemen
Kesehatan Yayasan RS. Dr.Soetomo, vol. 3, no. 1, pp. 88–98, Oct. 2017.