BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dunia perindustrian dewasa ini mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya perusahaan
dan pabrik-pabrik yang didirikan dimana-mana dengan perlengkapan
diberbagai bidang, baik mesin-mesin yang serba modern dan alat-alat
teknologi yang serba canggih maupun bahan yang diolah dan
digunakan. Terkait dengan semua hal diatas tentunya membutuhkan
keahlian, keterampilan dan perlindungan bagi
perusahaan/industri
yang
sesuai
dengan
moral,
agama,
kesusilaan,
dan
kemanusiaan.
Hal ini sejalan dengan Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003
tentang ketenaga kerjaan. Pasal 86 ayat 1 :
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas :
A. Keselamatan dan kesehatan kerja
B. Moral dan kesusilaan
C. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.
Ayat 2 menyatakan :
perlunya
sumber
daya
manusia
yang
cakap,
terampil,
of
belonging)
terhadap
perusahaan
serta
mempunyai
yang
terhindar
dari
kemungkinan
terjadinya
kecelakaan
lingkungan
yang
tidak
aman
(Unsafe
Conditions).
Hubungan faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat
sering ditemui. Berdasarkan (Sumamur P.K, 1993) menunjukkan
bahwa
80%-85%
kecelakaan
disebabkan
oleh
kelalaian
atau
kesalahan manusia.
Karyawan adalah salah satu unsur yang secara langsung
berhadapan dengan segala macam sebab akibat yang mungkin timbul
sehubungan
dengan
pekerjaan
yang
sedang
dilakukan,
yang
untuk
melakukan
penelitian
tentang
Bagaimana
2. Tujuan Khusus
A. Untuk mengetahui hubungan penerapan penyuluhan dengan
kejadian kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi.
b.
c.
Untuk
mengetahui
hubungan
penerapan
pemeriksaan
produksi.
E. MANFAAT PENELITIAN.
1.
2.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses kerjanya. Landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, yang tersebar
pada
segenap
kegiatan
ekonomi,
seperti
pertanian,
industri,
kerja
kecelakaan,
merupakan
cacat,
dan
sasaran
kematian
utama
untuk
sebagai
akibat
rehabilitatif
terhadap
penyakit
atau
gangguan-gangguan
10
11
12
13
14
15
16
e.
f.
Pemantauan
Team bertanggung jawab untuk memantau perbaikan sebagai
tindak lanjut dari saran yang diberikan. Pimpinan unit atau instalasi
supaya memastikan perbaikan telah dilaksanakan.
17
b. Hierarki pengendalian
1. Eliminasi.
2. Subtitusi.
3. Pengendalian rekayasa.
4. Pengendalian administrasi.
5. Alat pelindung diri.
B. PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Penyuluhan
Menurut Suma'mur ( 1993 ), bahwa penyuluhan adalah
pemberian informasi yang dapat menimbulkan kejelasan pada orangorang yang bersangkutan. Cara yang dipakai untuk penyuluhan
seperti:
a. Poster
Poster-poster yang digunakan untuk meniadakan kebiasaankebiasaan buruk, menunjukkan keuntungan-keuntungan jika berbuat
selamat
atau
memberikan
keterangan
terperinci,
nasihat
atau
laboratories,
menganalisa
proses
teknis,
18
Ceramah,
keselamatan
harus
meliputi
segenap
aspek
19
dan
pendidikan
hiperkes
digunakan
sebagai
kimia
berbahaya
bagi
kesehatan
cara-cara
dan
keterampilan
untuk memenuhi
teknik,
sikap
atau
perilaku
dan
pelayanan
(D.Budiandoro, 1986).
3. Pemeriksaan Kesehatan
Menurut J.M. Harrington dan F.S. Gill ( 2005 ), bahwa
pemeriksaan kesehatan terdiri dari :
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja atau prakarya
Alasan untuk melakukan pemeriksaan ini adalah sebagai
berikut :
20
sedini
mungkin
apakah
faktor-faktor
penyebab
kesehatan
berkala
dimaksudkan
untuk
21
dengan
usaha-usaha
pencegahan.
Frekuensi
: pengikat rambut,
22
c. Muka
perisai muka.
d. Tangan dan jari-jari
: sarung tangan.
e. Kaki
sepatu.
f. Alat pernafasan
respirator
atau
masker khusus.
g. Telinga
sumbat
pakaian
radiasi
elektromagnetik
dengan
berbagai
panjang
23
Kecelakaan
akibat
kerja
adalah
kecelakaan
yang
24
5. Kematian.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terencana dan tak
terkontrol yang merupakan suatu aksi dan reaksi dari obyek, zat dan
manusia ( Benny L.Priatna dan Umar Fahmi Achmadi, 1993 )
Kecelakaan menurut M.Sulaksmono ( 1997 ) adalah suatu
kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses
aktivitas yang telah diatur.
Kecelakaan menurut Bennett NBS ( 1995 ) adalah terjadi tanpa
disangka-sangka dalam sekejap mata, dan setiap kejadian terdapat
empat faktor yang bergerak dalam satu kesatuan berantai yaitu
lingkungan, bahaya, peralatan, dan manusia.
Menurut ( Gempur Santosa, 2004 ) bahwa 80-85 %
kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Unsur-unsur tersebut
menurut buku Management Losses BAB II tentang The Causes
And Effects Of Loss antara lain :
a. Ketidakseimbangan fisik atau kemampuan fisik tenaga kerja.
b. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis tenaga kerja.
c. Kurang pengetahuan.
d. Kurang terampil.
e. Stess mental.
f. Stres fisik.
g. Motivasi menurun.
2. Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja
25
26
( Unsafe
Conditions ).
3. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut Benny L Priatna dan Umar Fahmi Achmadi ( 1993 ),
bahwa klasifikasi kecelakaan kerja dapat dibagi menurut :
a. Jenis kecelakaan
1. Terjatuh
2. Tertimpa benda jatuh
3. Tertumbuk
4. Terjepit
5. Dan lain-lain
b. Penyebabnya
1. Mesin
2. Alat angkut dan alat angkat
3. Peralatan lain
4. Bahan-bahan atau zat-zat radiasi
5. Lingkungan kerja
c. Sifat luka dan kelalaian
1. Patah tulang
2. Dislokasi
3. Memar
27
4. Dan lain-lain
d. Letak kelainan atau luka di tubuh
1. Kepala
2. Leher
3. Badan
4. Anggota badan
4. Biaya Kecelakaan
Biaya kecelakaan ( Muh. Rum Rahim dan Syamsiar S.
Russeng,2004 ) dapat dibagi menjadi :
a. Biaya langsung kecelakaan
1. Premi asuransi kecelakaan.
2. Tunjangan khusus untuk karyawan yang menderita kecelakaan.
3. Premi asuransi pengobatan.
4. Biaya melatih karyawan baru.
5. Biaya perbaikan atau penggantian peralatan yang rusak akibat
kecelakaan.
6. Nilai produksi yang hilang akibat terhentinya proses.
b. Biaya tidak langsung kecelakaan
1. Biaya upah jam kerja yang hilang bagi karyawan yang tidak
terlibat dalam kecelakaan.
28
29
perundangan,
yaitu
ketentuan-ketentuan
yang
konstruksi,
perawatan
dan
pemeliharaan,
pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugastugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK,
dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah
resmi atau tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang
memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan
industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan hygiene
umum, atau alat-alat pelindung diri.
3. Pengawasan,agar ketentuan Undang-Undang wajib dipatuhi.
4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang
berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan
ledakan dan peralatan lainnya.
5. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis,
faktor
lingkungan
dan
mengakibatkan kecelakaan.
teknologi
dan
keadaan
yang
30
secara
statistik
untuk
menetapkan
jenis-jenis
yaitu
insentif
finansial
untuk
meningkatkan
pencegahan kecelakaan.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
PT. Sermani Steel Corporation Makassar merupakan sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan atau produksi
lembaran baja yang berlapis Seng ( Zn ) yang berlokasi di Tello
Makassar. Hasil produksi dari perusahaan dipasarkan di Wilayah
Indonesia Bagian Timur. Adapun hasil produksi seng yang berupa
lembaran baja berlapis seng licin ( polos ) dan yang bergelombang di
mana
31
data-data
tentang
perusahaan
yaitu
nama
: 1 orang.
b. Direktur
: 1 orang.
c. Supervisior
: 3 orang.
d. Quality Kontrol
: 1 orang.
e. Konsultan Produksi
: 1 orang.
32
f. Bagian Produksi
g. Gudang Produksi
: 4 orang.
h. Gudang Materil
: 3 orang.
i. Forklip
: 3 orang.
j. Mesin
: 7 orang.
k. Listrik
: 6 orang.
l. Environ
: 5 orang.
m. Security
: 6 orang.
n. Sopir
: 4 orang.
o. Factory service A
: 6 orang.
p. Factory service B
: 4 orang.
q. Bagian kantor
: 11 0rang.
33
Jumat
34
5.
Antomony.
Untuk merapuhkan lapisan timah dari seng agar tidak kenyal.
6.
Chromis Achid.
Untuk mencuci lembaran-lembaran seng dan merupakan
proses terakhir dan galvanizing line.
7.
Lead Ingot.
Sebagai lapisan dasar permukaan seng.
8.
Zing Ingot.
Merupakan lapisan teratas dari permukaan seng dan
berfungsi untuk memutihkan lembaran-lembaran besi plat baja
yang masih hitam.
9.
Heavy Oil.
Merupakan bahan baku pembakaran.
Potensi kecelakaan
BAHAN BAKU
PROSES
PRODUKSI
Pakaian Kerja,
Sepatu Boot,
Masker, Helm,
Sarung Tangan,
Sumbat Telinga,
Kaca Mata Kerja.
Shearing Line
( Pemotongan )
35
Galvanizing Line
( Pelapisan Baja )
Corrugation Line
( Pembuatan
Gelombang )
HASIL PRODUKSI
: 762 mm.
36
: 914 mm.
Pada unit ini C.R Coil (Cold Rolled Steel Sheet In Coil)atau
Baja Lembaran Gulungan dipotong sesuai panjang yang ditentukan
oleh SNI ( 1829 mm sampai 3048 mm ). Ukuran panjang pemotong
tergantung dari permintaan. Maksimum produksi 2.700 Ton Baja
Lembaran Gulungan ( C.R Coil ) perbulan.
b. GALVANIZING LINE
karet pertama
C untuk menghilangkan
atau
37
lembaran. Kemudian masuk ke bak yang berisi air panas dengan suhu
80
menghilangkan
atau
membersihkan
kemungkinan-kemungkinan
adanya sisa Cleaner dan oli yang masih melekat pada permukaan
baja lembaran tersebut.
Selanjutnya baja lembaran tersebut masuk ke dalam 2 ( dua )
Bak Hydrochloric Acid ( air keras ) untuk menghilangkan karatankaratan yang mungkin ada melekat di permukaan baja lembaran dan
selanjutnya masuk ke bak air panas ( 80 0 C ) untuk pembilasan atau
menghilangkan kemungkinan masih adanya endapan-endapan air
keras pada permukaan baja lembaran dan selanjutnya dengan diantar
oleh Feeding Conveyor baja lembaran tersebut masuk Gavanizing Pot
melaui Entry Roll dan Guide Pot dan selanjutnya keluar dari
Galvanizing Pot setelah mengalami proses Galvanizir atau pelapisan
dengan Zinc ( seng ) oleh Coating Roll ( roll pelapis seng ) seterusnya
melalui Spangle Drum untuk pembentukan kembang-kembang pada
permukaan baja lembaran lapis seng dan dengan diantar oleh Cooling
Conveyor.
Selanjutnya baja lembaran yang telah menjadi baja lembaran
seng ( Bj. L.S ) masuk ke bak pendingin ( perlu diketahui bahwa Lead
dan Zinc yang berada pada Galvanizing Pot itu bersuhu 490
C)
38
masuk lagi ke dalam bak Chromic Acid untuk pencegahan karatankaratan putih pada permukaan baja lembaran lapis seng, selanjutnya
lagi melalui Drying Conveyor yang dipanasi oleh lampu sorot 6000
Watt pada permukaan atas dan bawah selanjutnya masuk ke Leveller
dan terakhir permukaan baja lembaran lapis seng itu diinspeksi apakah
ada noda atau tidak ada, dan kalau terdapat noda-noda pada
permukaan baja lembaran lapis seng tersebut maka harus diproses
kembali atau di Regalvanizir ( pelapisan kembali oleh Zinc atau seng )
sampai betul-betul permukaan baja lembaran lapis seng itu betul-betul
bersih tanpa noda, kemudian distempel atau dicap perusahaan dengan
SNI 07-2053-1995.
c. CORRUGATION LINE :
Pada unit ini baja lembaran lapis seng itu digelombang dengan
dua macam gelombang yaitu gelombang besar dan gelombang kecil
dan ada juga sebagian yang tidak digelombang atau dalam bentuk
pelat saja.
Demikian proses produksi baja lembaran lapis seng yang
diproduksi oleh PT. Sermani Steel Corporation, mulai dari baja
lembaran gulungan atau C.R Coil sampai menjadi baja lembaran lapis
seng atau Bj. L.S atau G.I Sheet.
3. Pengaturan Jam Kerja
39
40
akibat
secara
bersamaan
dapat
dilihat
pada
saat
penelitian
berlangsung.
9. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Sermani Steel
Adapun program keselamatan dan kesehatan kerja
PT.
perusahaan
melakukan
analisis
mengenai
penyebab
41
42
Shearing Line
Galvanizing Line
(mesin pemotong)
(pelapisan baja)
Corrugation Line
(pembentukan
gelombang)
Program K3 :
Penyuluhan
Pelatihan
Pemeriksaan kesehatan
Penggunaan APD
Menerapkan
Program K3
Tidak menerapkan
Program K3
Menurunkan angka
kecelakaan kerja
Peningkatan angka
Kecelakaan kerja
Produktivitas kerja
meningkat
Produktivitas kerja
menurun
kerja
bersumber
dari
proses
produksi
khususnya
43
Variabel Terikat
Penyuluhan
Pelatihan
Pemeriksaan kesehatan
Penggunaan APD
Kecelakaan Kerja
Variabel Pengganggu
-
Masa kerja
Umur
Lingkungan kerja ( fisik,
kimia, biologis,
Keterangan
44
2. Tidak pernah
2. Tidak pernah
45
kerja, sarung
tangan, sepatu boot ).
c. Corrugation line ( ear muff atau ear plug, sarung tangan,
sepatu boot, helm, pakaian kerja ).
2. Tidak menggunakan : Bila tidak memenuhi kriteria di atas.
5. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja di bagian
produksi (40 orang) dengan pembagian sebagai berikut :
1. Shearing Line ( mesin pemotong )
: 6 orang.
: 24 orang.
46
b.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu 40 orang
yang terbagi ke dalam 3 shift kerja, dengan rincian sebagai berikut :
1. Shearing Line
: 6 orang.
: 24 orang.
: 10 orang.
47
O E
Di mana :
X2
= Jumlah.
Interprestasi :
Dinyatakan hubungan bila X
X
X
Di mana :
C
= Koefisien korelasi.
X2
= Hasil uji X 2.
48
= Besar sampel.
8. Hipotesis Alternatif
Statistik ini dipergunakan untuk mengukur ada atau tidaknya
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat :
Ho
Hi
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di PT. Sermani Steel Makassar sejak
tanggal 16 Agustus sampai dengan 31 Agustus 2006. Adapun jumlah
karyawan yang ada pada unit produksi sebanyak 40 orang laki-laki
yang terbagi atas Shearing Line = 6 orang, Galvanizing Line = 24
orang dan Corrugation Line = 10 orang. Dimana sampel yang diambil
yaitu seluruh karyawan yang berada pada unit produksi tersebut
dengan menggunakan alat bantu yaitu daftar pertanyaan (kuesioner)
yang meliputi penyuluhan K3, pelatihan K3, pemeriksaan kesehatan,
50
Tabel 4.1
Distribusi Umur Pada Bagian Produksi PT Sermani Steel Makassar
Agustus 2006
Bagian produksi
Shearing
Galvanizing Corrugation
Line
Line
Line
(tahun)
%
%
%
20-30
1 16,67
2
8,33
2
20
30-40
1 16,67
10
41,67
1
10
40-50
1 16,67
7
29,17
6
60
>50
3
50
5
20,83
1
10
6
100
24
100
10
100
Jumlah Persentase
Umur
()
(%)
5
12
14
9
40
12,5
30
35
22,5
100
51
30-40 tahun (41,67%), dan pada unit Corrugation Line umur tertinggi
40-50 tahun (60%).
2. Gambaran Tingkat Pendidikan Karyawan
Tabel 4.2
Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Bagian Produksi PT Sermani Steel
Makassar Agustus 2006
Bagian produksi
Pendidikan Shearing Galvanizing Corrugation
Line
Line
Line
%
%
%
SD
0
0
3
12,5
1
10
SMP
0
0
8
33,33
2
20
SMA
6 100 13 54,17
7
70
6 100 24
100
10
100
Jumlah Persentase
()
(%)
4
10
26
40
10
25
65
100
Pernah
2 33,33
9
37,5
7
70
Tidak Pernah
4 66,67 15
62,5
3
30
6
100
24
100
10
100
Jumlah
Persentase
()
(%)
18
22
40
45
55
100
52
Pernah
4 66,67
9
37,5
6
60
Tidak Pernah
2 33,33
15
62,5
4
40
6
100
24
100
10
100
Jumlah
Persentase
()
(%)
19
21
40
47,5
52,5
100
53
pernah
(37,5%) dan 15 orang dikatakan tidak pernah (62,5%), dan pada unit
Corrugation Line penerapan pelatihan K3 sebanyak 6 orang dikatakan
pernah (60%) dan 4 orang dikatakan tidak pernah (40%).
5. Gambaran Mengenai Penerapan Pemeriksaan Kesehatan Awal
Dan Berkala
Tabel 4.5
Distribusi Pemeriksaan Kesehatan Pada Bagian Produksi PT Sermani
Steel Makassar Agustus 2006
Bagian produksi
Jumlah
Persentase
Pemeriksaan Shearing
Galvanizing
Corrugation
kesehatan
(%)
()
Line
Line
Line
%
%
%
Pernah
6
100
24
100
10
100
40
100
Tidak pernah
0
0
0
0
0
0
0
0
6
100
24
100
10
100
40
100
Jumlah
Persentase
54
Penggunaan
APD
Menggunakan
Tidak menggunakan
Shearing
Line
%
4 66,67
2 33,33
Galvanizing
Line
%
10
41,67
14
58,33
6
100
24
100
Corrugation
Line
%
3
30
7
70
10
()
(%)
17
23
42.5
57,5
40
100
100
Pernah
5 83,33
17
70,83
2
20
Tidak pernah
1 16,67
7
29,17
8
80
6
100
24
100
10
100
Jumlah
Persentase
()
(%)
24
16
40
60
40
100
55
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Bagian produksi
Terjatuh
Tertumbuk
Terjepit pada alat
Tertimpa benda jatuh
Terpotong atau teriris
Lain-lain
Shearing
Line
Galvanizing
Line
Corrugation
Line
2
1
0
0
2
0
0
0
7
6
1
3
%
0
0
41,18
35,29
5,88
17,65
0
0
2
0
0
0
%
0
0
100
0
0
0
100
100
%
40
20
0
0
40
0
Jumlah
Persentase
()
(%)
2
1
9
6
3
3
8,33
4,17
37,5
25
12,5
12,5
24
100
g.
5
100 17
56
Penyuluhan
K3
Dihubungkan
Dengan
Kejadian
Tabel 4.9 :
DISTRIBUSI PENERAPAN PENYULUHAN K3 DENGAN KEJADIAN
KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT
SERMANI STEEL MAKASSAR AGUSTUS 2006
Penyuluhan
61,11
22,72
18
22
100
100
40
Mengalami
Tidak
Mengalami
7
17
38,89
77,27
11
5
24
16
Pernah
Tidak pernah
57
Pelatihan
K3
Dihubungkan
Dengan
Kejadian
Tidak
Mengalami
6
18
31,58
85,71
13
3
68,42
14,29
24
16
19
21
100
100
40
dengan
kejadian
kecelakaan kerja, ini terlihat pada tabel 4.10 yang menunjukkan bahwa
karyawan
yang
pernah
mengikuti
pelatihan
tetapi
mengalami
Pemeriksaan
Kesehatan
Awal
Dan
Berkala
58
Pemeriksaan
Kesehatan
Mengalami
Tidak
Mengalami
Pernah
Tidak pernah
24
0
60
0
16
0
16
24
kesehatan
awal
40
0
40
0
100
0
40
berkala
tidak
maupun
64,71
21,74
17
23
100
100
40
Mengalami
Tidak
Mengalami
6
18
35,29
78,26
11
5
16
24
59
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil
penelitian,
maka
analisa
dalam
kerja
yang
masih
dialami
oleh
karyawan
= 5 %, didapatkan
hasil uji X2 hitung = 6,07 yang lebih besar daripada X 2 tabel = 3,841
Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang menandakan bahwa
adanya hubungan antara penerapan penyuluhan dengan kejadian
60
poster
mengenai
K3
agar
karyawan
terhindar
dari
kerja
yang
masih
dialami
oleh
karyawan
61
kerja
yang
dialami
oleh
karyawan
tidak
62
Kecelakaan
kerja
yang
masih
dialami
oleh
karyawan
63
bahwa
dalam
bekerja
harus
berhati-hati
agar
b.
Film
Film adalah suatu alat media yang bisa digunakan untuk
diperlihatkan kepada karyawan tentang penggunaan APD dan
dampak dari kecelakaan agar mereka dapat disiplin dalam bekerja
dan dapat menghindari kecelakaan.
c.
64
diberikan
kesempatan
untuk
bertanya
tentang
pemeriksaan
kesehatan
secara
berkala
kepada
para
65
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang penerapan K3 dengan kejadian
kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Sermani Steel
Makassar dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
66
B. SARAN
1. Sebaiknya
pimpinan
meningkatkan
program
PT.
K3
Sermani
berupa
Steel
Makassar
penyuluhan,
lebih
pelatihan,
67