Anda di halaman 1dari 14

UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA SAAT BONGKAR

BUAT DI PELABUHAN

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh

ARIEL KURNIAWAN PUTRA

N.I.P.D : 1249.700.056

NAUTIKA KAPAL NIAGA


SMK YAHARI SIDOARJO
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan
kehidupan global. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian
dari operasi perusahaan yang merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan
dalam proses produksi untuk dapat mencapai efisiensi dan produktivitas yang
dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing. Untuk menunjang keberhasilan
tersebut maka diperlukan tempat kerja yang aman dan sehat sehingga tidak
terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Untuk itu kita harus mengetahui
risiko-risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan.
Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan kerja adalah untuk
mencegah kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh pekerjaannya untuk
melihat penyebab dan dampak yang ditimbulkannya, Maka dari itu perlu
dilakukan penilaian risiko pada tenaga kerja, Pada proses awal dari penilaian
risiko adalah mengidentifikasi dari bahaya atau hazard dan efek dari hazard
tersebut serta siapa/apa yang akan terkena dampaknya.
Kecelakaan pelayaran 2016 tertinggi sejak tujuh tahun terakhir. Rilis dari
komitme nasional keselamatan transportasi (KNKT) menyebutan per
november 2016 telah terjadi 15 kecelakaan. Jumlah itu meningkat 36% dari
tahun sebelumnya yakni 11 kecelakaan. Banyak perkerja yg brkerja dengan
semarangan seperti cara mengangkut banrang dengan membungkuk, berkerja
di bawah jala-jala yg berisi barang, sehingga berpotensi tertimpa barang dan
terjun ke laut saat pekerja berada di dermaga atau kapal.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan dari hal-hal di atas maka permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah
A. Bagaimana penerapan keselamatan kerja dan upaya pencegahan
kecelakaan kerja pada saat bongkar muat di atas kapal ?
B. Bagaimana penerapan penelitian agar tercapainya beberapa tujuan
bongkar muat?
1.2. Tujuan Penelitian
Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan sebagai berikut :
A. Untuk mengetahui upaya penerapan keselamatan kerja saat bongkar
bongkar muat.
B. Untuk mengetahui cara penerapan penelitian bongkar muat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Kerja


a. Pengertian
Menurut emawati (2009), keselamatan kerja adalah keselamatan
yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja menjadi aspek sangat
penting, mengingat resiko bahaya dalam penerapan teknologi,
keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yg berkerja, setiap
tenaga kerja dan masyarakat pada umumnya.
Muhammad sabir (2009) mendefinisikan, keselamatan kerja adalah
keselamatan yg berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan
dan proses pengelolahannya, landasan tempat kerja dan proses
pengelolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara
melakukan prtkerjaan. Keselamatan kerja menyankut segenap proses
produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Pendapat lain
menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan
mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
melalui persiapan prosedur operasi standard yang menjadi acuan dalam
berkerja (Rika Ampuh Hadiguna, 2009).
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
Adanya unsur unsur-unsur keamanan kerja dan kesehatan kerja,
adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja, teliti
dalam berkera dan melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan
keamanan kerja.

b. Peraturan Keselamatan Kerja


Ketentuan peraturan yang terkait dengan keselamatan dan
kesehatan kerja di kapal diantaranya di bawah ini :
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
2. Ketentuan Menteri No. 4 tahun 1980 tentang kriteria pemasangan
dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
3. SOLAS 1974 bersama amandemen-amandemennya tentang kriteria
keselamatan kapal.
4. STCW 1978 amandemen 1995 tentang standar kursus bagi para
pelaut.
5. ISM Code tentang code manajemen internasional untuk keselamatan
pengoperasian kapal dan mencegah pencemaran.
6. Occupational Health tahun 1950 tentang usaha kesehatan kerja.
7. International Code of Practice tentang panduan-panduan mengenai
prosedur/keselamatan kerja disuatu perlengkapan, pengoperasian
kapal dan terminal.

Tujuan dari peraturan-peraturan itu adalah untuk mendorongusaha


pelaksanaan keselamatan kerja dan penjaminan kesehatan bagi awak
kapal. Usaha keselamatan kerja dapat berhasil dengan baik apabila dapat
diketahui penyebab terjadinya suatu keadaan, karena dengan mengetahui
penyabab terjadinya suatu keadaan dapat ditentukan langkah–langkah
apa yang seharusnya diambil untuk mencegah atau bahkan menghindari
hal–hal tersebut.

2.2 BAHAYA
a. Pengertian

DIS/ISO 45001 mendefinisikan bahaya sebagai sumber atau situasi


yang berpotensi untuk menyebabkan cedera dan sakit (klausul 3.19).
Dengan kata lain, sifat/karakteristik dari proses produksi yang memiliki
kemampuan untuk membahayakan individu. Misalnya penggunaan bahan
kimia berbahaya dalam proses produksi, atau mesin yang memiliki titik
pinch yang perlu dijaga untuk melindungi orang-orang yang
menggunakannya.
Secara umum potensi bahaya di lingkungan kerja dapat berasal
dari berbagai faktor antara lain :
1) Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal dari peralatan kerja
yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2) Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau
berada di dalam lingkungan kerja, yang terdiri dari : faktor
lingkungan fisik, faktor lingkungan kimia, faktor lingkungan biologi,
faktor fisik kerja atau ergonomic, faktor psikologi.
3) Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar
terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak
dalam kondisi kesehatan yang prima, baik fisik dan psikis.
Menurut Syukri Sahab dalam Ernawati (2009). Ada 5 jenis sumber
sumber bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja yaitu bangunan, peralatan dan instalasi, bahan, proses,
cara kerja.

b. Pengendalian Bahaya
Dalam pekerjaan apapun, bahaya selalu ada dan tidak mungkin
bisa menghilangkannya secara absolute, tapi risikolah yang dapat
ditekan sehingga tingkat gangguan menjadi lebih rendah, dan seminimal
mungkin tidak mengganggu proses pekerjaan secara signifikan. Oleh
karena itu perlunya mengenal bahaya di sekitar tempat kerja, sebagai
langkah awal untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pekerja,
melakukan upaya-upaya pengendalian diperlukan dalam rangka
pencegahan penyakit maupun kecelakaan yang mungkin terjadi.
Ada empat hal dalam pengendalian bahaya di tempat kerja,
diantaranya:

1) Undang-Undang kesehatan kerja

a) UUD tahun 1945 mengisyaratkan hak setiap warga negara atas


pekerjaan dan penghasilan layak bagi kemanusiaan.

b) UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

c) UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Bab XII pasal 164-166


tentang kesehatan kerja.

2) Pengendalian teknis

a) Eliminasi adalah menghilangkan suatu bahan/tahapan proses yang


berbahaya dan merupakan program pengendalian bahaya prioritas
pertama.
3. Perlengkapan Keselamatan Kerja di atas Kapal

Keselamatan kerja adalah prioritas paling utama bagi seorang pelaut


profesional saat bekerja di atas kapal. Semua perusahaan pelayaran
meyakinkan kalau kru mereka mengikuti prosedur keamanan pribadi dan
ketentuan untuk semua operasi yang dibawa di atas kapal.

Untuk meraih keamanan optimal di kapal, langkah basic yaitu


meyakinkan kalau semua crew kapal menggunakan perlengkapan
pelindung pribadi mereka yang dibuat untuk beragam jenis pekerjaan
yang dikerjaka di atas kapal. Di bawah ini yaitu perlengkapan basic
pelindung diri yang perlu ada di atas kapal untuk menanggung
keselamatan pekerja :

1) Pakaian yang dipakai adalah jenis boiler suit, material ini melindungi
pekerja secara menyeluruh dari tangan sampai kaki terhadap bahan yang
berbahaya seperti minyak, cairan kimia, percikan api saat proses
pengelasan dan lainnya.

2) Helm sebagai alat pelindung utama kepala saat bekerja di kapal. Helm
bisa melindungi kepala dari runtuhan material atau saat terjatuh. Helm
safety umumnya memiliki tali pada dagu yang bisa disesuaikan
ukurannya dengan pengguna.

3) Safety shoes dipakai sebagai pelindung kaki saat berjalan di area


kapal. Terutama saat berada di ruangan kargo atau mesin yang biasanya
keras dan panas. Memakai safety shoes melindungi kaki pengguna dari
hal-hal yang bisa membahayakan seperti itu.

4) Hand Safety atau pelindung tangan berbentuk sarung tangan. Macam


dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan kapal tersebut misalnya sarung
tangan untuk melindungi dari benda panas, sarung tangan las atau sarung
tangan untuk bahan kimia.
5) Googles atau pelindung mata digunakan untuk melindungi matadari
cedera akibat kemasukan benda. Bisa debu yang ada di kapal, atau
percikan api intensitas tinggi saat melakukan proses pengelasan.

6) Plug (pelindung telinga) merupakan alat keselamatan kerja di kapal


yang sangat vital bagi crew yang ada di ruang mesin. Hal ini karena

4. Gambar perlengkapan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong pada jenis penelitian kualitatif, menurut V.L.


Maleev Pada konsep pendekatan kualitatif adalah menekankan pada makna,
penalaran definisi suatu situasi tertentu ( dalam konteks tertentu)

3.2 JENIS DAN SUMBER DATA

Data yang di kumpulkan dan digunakan dalam menyusun karya tulis


ilmiah ini dalah data yang merupakan informasi ya g di peroleh penuls melalui
pengamatan langsung dan wawancara

3.3 LOKASI PENELITIAN

1. Waktu penelitian

Penelitian tentang Meningkatnya tempratur pada system pendingin pada


main engine. Penelitian di laksanakan pada saat Praktek Kerja Laut (PRALA) Di
kapal Penyebrangan Lintas Lembar – Padang bai

2.Tempat penelitian

Penulias mengadakan penelitian pada saat Praktek Kerja Luat di Kapal


Penyebrangan Milik PT.Dharma Lautan Surabaya

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang diangat dalam penyusunan ini berdasarkan
data, fakta serta informasi yang pernah dilakukan selama praktek kerja laut

3.5 ANALISIS DATA

Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ilmiah
sebab dengan adanya analisis data tersebut akan memberi arahan dan makna yang
berguna dalam pemecahan masalah penelitian

BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Keselamatan Kerja Dan Upaya Pencegahan Kecelakaan


Kerja Pada Saat Bongkar Muat Di Atas Kapal
A. Faktor lingkungan
Lingkungan kerja yang memiliki upaya pencegahan kecelakaan kerja jika
meliputi:
1. Mematuhi prosedur dan aturan K3
2. Menyediakan sarana dan prasarana K3 serta pendukungnya
3. Melakukan pemantauan dan pengendalian kondisi atau tindakan tidak
aman di lingkungan kerja
B. Faktor Perlengkapan Kerja:
Faktor selanjutnya yang perlu diperhatikan untuk menjadi upaya
pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan pengadaan perlengkapan
kerja kepada pekerja yang standar Untuk keselamatan.
C. Faktor Peralatan Kerja
Seluruh peralatan kerja yang disediakan perusahaan untuk pekerja
haruslah memenuhi ketentuan yang berlaku Sesuai dengan ketentuan
peraturan juga setiap peralatan yang ada wajib memiliki Surat Izin Laik
Operasi Alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
D. Faktor Manusia
Terakhir faktor yang perlu diperhatikan untuk upaya pencegahan
kecelakaan kerja adalah manusianya atau tenaga kerja maupun pemilik
perusahaan. Pada faktor manusia ini bisa dengan melakukan pembinaan
dan pengawasan kepada tenaga kerja tersebut.

4.2 Penerapan Penelitian Agar Tercapainya Beberapa Tujuan Bongkar


Muat
Agar tercapainya tujuan bongkar muat prosedur keamanan dan
keselamatan para pekerja dan keamanan barang harus selalu di perhatikan
agar tidak terjadi adanya kecelakaan kerja yang meliputi para pekerja atau
barang bongkar muat.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan dan hasil penelitian atau data yang
didapat peneliti selama melaksanakan penelitian menyimpulkan bahwa:
1. Terjadi adanya waktu yang terbuang Karena kurangnya pengawasan
dalam Kinerja para pekerja yang bertugas melakukan bongkar muat di
pelabuhan, Dan keselamatan kerja juga harus diperhatikan dalam
perkerjaan saat pelaksanaan bongkar muat.
2. Kurang nya perlengkapan keselamatan dan keamanan untuk
melaksanakan kegiatan bongkar muat menjadi salah satu kendala untuk
kinerja para pekerja yang akan melakukan kegiatan bongkar muat, yang
berakibat terbuangnya waktu saat melaksanakan bongkar muat dan
kurangnya keamanan untuk keselamatan para pekerja.
5.2 Saran
Dengan meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan kinerja bongkar
dan muat kontainer maka tidak terjadi adanya waktu yang terbuang (idle
time), Pengawasan dilakukan meliputi pengawasan kinerja alat dan
pemerikasaan serta perbaikan terhadap alat bongkar dan muat yaitu alat
container crane sehingga pada saat digunakan untuk kegiatan bongkar muat
tidak mengalami kerusakan yang berakibat terjadinyaa idle time dan juga
berdampak pada produktivitas bongkar muat.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, 2013, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


http://periarifin/2013/01/keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html. Diakses
pada 11 Mei 2017.
Hadiguna, Rika Ampuh. 2009. Manajemen Pabrik: Pendekatan Sistem untuk
Efisiensi dan Efektivitas. Jakarta: Bumi Aksara. Lasse, D. A. 2012. Manajemen
Muatan: Aktivitas Rantai Pasok di Area Pelabuhan. Jakarta: Rajawali
Pers.Mahendra, Rendi. 2016. Pengertian Hazard Risk.
https://isoindonesiacenter.com/pengertian-hazard-risk-dalam-disiso-
45001/. Diakses pada 12 Mei 2017.
Peraturan Pemerintah Nomor 61 tentang Kepelabuhan. 2009. Jakarta:
Dephub. Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko
dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat.
Ruriwidyananti, 2016, Alat Pelindung Diri Keselamatan Kerja Para Awak
Kapal. https://ruriwidyananti.wordpress.com/2016/12/07/alat-pelindung-
dirikeselamatan-kerja-para-awak-kapal/. Diakses pada 18 juli 2017.
Sudharta, Nurwidi Antari. 2010. Metode Penelitian.
http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html. Diakses
pada 23 Mei 2017. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia nomor 13
tentang Ketenagakerjaan.

2003. Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai