Anda di halaman 1dari 5

LAMPIRAN 4 = MATERI PEMBELAJARAN

I PROSEDUR KESELAMATAN DI TEMPAT KERJA

Berdasarkan pengertiannya, prosedur K3 adalah rangkaian proses yang dijalankan


dalam sebuah pekerjaan dimulai dengan penilaian mengenai risiko terkait pekerjaan
tersebut. Penilaian risiko berguna untuk menjamin keselamtan dan kesehatan seluruh
karyawan selama mereka sedang menyelesaikan tugas di dalam ruang lingkup pekerjaan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prosedur K3 antara lain adalah pertimbangan
tentang adanya risiko baik cidera maupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan tersebut.
Selain risiko sumber daya manusia, risiko kerusakan alat maupun lingkungan sekitar juga
termasuk ke dalam cakupan prosedur K3.
1) Manfaat Prosedur K3
Mengingat dalam aktivitas pekerjaan kita tidak tahu risiko apa yang bisa muncul,
prosedur K3 memiliki banyak manfaat antara lain:
a. Menciptakan rasa aman bagi semua karyawan ketika mereka melaksanakan
tugas
b. Prosedur K3 yang diterapkan dengan baik bisa mendatangkan keuntungan
untuk perusahaan karena tidak perlu mengeluarkan dana tambahan berupa
kompensasi untuk karyawan yang mengalami cedera atau sakit selama
bertugas
c. Penerapan prosedur K3, semua tugas dalam perusahaan dapat berjalan
efisien, efektif dan terarah.

2) Tujuan Ditetapkannya Prosedur K3 Adalah Untuk:


a. Memudahkan pekerja dalam mengikuti arahan K3 untuk menghindari hal
yang tidak diinginkan;
b. Menjamin pekerja dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan tertib;
c. Menginformasikan secara cepat kepada pihak lain yang terkait jika terjadi
masalah saat bekerja;
d. Melaporkan kejadian langsung yang mencurigakan di lokasi kerja;
e. Memastikan setiap pekerja memahami pentingnya K3 dan mengikuti
prosedur yang sudah ditetapkan
f. Menjamin setiap perlengkapan dan peralatan kerja (alat pelindung diri/APD)
dapat digunakan dengan baik dan efektif;
g. Bagi perusahaan, prosedur K3 sangat penting untuk mengurangi kerugian
akibat kecelakaan kerja dan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Peningkatan produktivitas akan tercapai jika perusahaan bisa menciptakan
lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan efektif.

Contoh Prosedur K3 Sederhana


 Mengikuti apel dan mengisi absensi.
 Mengikuti briefing pertama tentang pengenalan alat pelindung diri (APD)
dan penggunaan alat-alat yang dipimpin pengawas K3.
 Melakukan pemeriksaan atau pengecekan APD untuk memastikan alat-alat
yang akan digunakan tidak rusak atau cacat sehingga dapat mengakibatkan
kecelakaan atau memengaruhi kesehatan pekerja.
 Memakai APD secara benar dengan mengikuti instruksi dari pengawas K3 dan
pengawas memastikan APD sudah digunakan secara benar.
 Melakukan inspeksi terhadap mesin atau peralatan yang akan digunakan
dalam bekerja.
 Mengikuti briefing kedua yang dipimpin pengawas K3 mengenai mekanisme
kerja untuk menghindari kecerobohan pekerja.
 Memulai pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.

A KESEHATAN KERJA (OCCUPATIONAL HEALTH)

Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan kesehatan adalah


keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi.Yang disebut sebagai individu yang sehat
adalah bebas dari penyakit, cedera, serta masalah mental dan emosi yang bisa
mengganggu aktivitas manusia normal secara umum. Sedangkan kesehatan kerja
(occupational health) atau sering disebut kesehatan industri yaitu berkaitan dengan
kinerja dalam usaha, penyakit-penyakit dalam pekerjaan (accupational deseances),
upaya untuk menjaga kesehatan pekerjaan dan mencegah pencemaran di sekitar
tempat kerjanya.

Perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja , yaitu:
a Penyakit umum
Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua orang, dan hal
ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat, karena itu harus
melakukan pemeriksaan sebelum masuk kerja.
b Penyakit akibat kerja
Dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai
pekerjaannya. Faktor penyebab bisa terjadi dari golongan fisik, golongan
kimia, golongan biologis, golongan fisiologis dan golongan psikologis

B KESELAMATAN KERJA(OCCUPATIONAL SAFETY)

1 Fungsi dari keselamatan kerja


Fungsi dari keselamatan kerja yaitu
1) Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di
tempat kerja
2) Memberikan saran terhadap perencanaan, pengorganisasian dan praktek kerja
termasuk desain tempat kerja
3) Memberi saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD
4) Melaksanakan surveilans terhadap kesehatan kerja
5) Terlibat dalam proses rehabilitasi
6) Mengelola tindakan P3K dan tindakan darurat
7) Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi praktek yang berbahaya
8) Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program
9) Menerapkan pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya
10) Mengukur dan memeriksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya.

2 Standar Keselamatan Kerja

Dalam penggolongan pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja ada


beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1) Pelindung badan, meliputi pelindung mata, tangan, hidung, kaki, kepala, dan
telinga.
2) Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari bahaya yang
mungkin timbul dari luar dari pekerja itu sendiri
3) Alat pengaman listrik, yang setiap saat dapat membahayakan.
4) Pengaman ruang, meliputi pemadam kebakaran, sistim alarm, air hidrant,
penerangan yang cukup, ventilasi udara yang baik, dan sebagainya

3 Alat Pelindung Diri (APD)

APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya
ditempat kerja.Jenis-jenis APD menurut bagian tubuh yang dilindungi antara lain:
Kepala : Topi pengaman (safety helmet), topi/tudung,
pengikat rambut.
Mata : Kacamata
Muka : perisai muka
Tangan dan jari-jari : sarung tangan.
Kaki : sepatu.
Alat pernapasan : respirator, masker
Telinga : sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff).
Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan.

Gambar Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


4. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 syarat-syarat keselamatan kerja ayat
1 bahwa dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurang bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan gelora.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
11. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang, tanaman
atau barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

C. PENGENALAN BAHAYA PADA AREA KERJA

Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan kerja di perusahaan/industri,


manusia menganggap bahwa kecelakaan terjadi karena musibah, namun sebenarnya setiap
kecelakaan disebabkan oleh salah satu faktor sebagai berikut, baik secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama, yaitu:
1. Tindakan Tidak Aman Dari Operator Kerja (Unsafe Act)
a. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
b. Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
c. Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.
d. Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.

2. Keadaan Tidak Aman Dari Lingkungan Kerja (Unsafe Condition)


a. Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang aman,
bising dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
b. Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin, ventilasi
atau pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu tempat kerja,
tata ruang kerja/ kebersihan dan lain-lain).
3. Apakah kecelakaan dapat dicegah?
Pada prinsipnya setiap kecelakaan dapat diusahakan untuk dicegah karena:
a. Setiap kecelakaan pasti ada sebabnya.
b. Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita hilangkan maka kecelakaan
dapat dicegah.
4. Bagaimana kecelakaan dapat dicegah?
Pencegahan kecelakaan adalah suatu usaha untuk menghindarkan tindakan-
tindakan yang tidak aman dari pekerja serta mengusahakan lingkungan
kerja yang tidak mengandung faktor-faktor yang membahayakan (unsafe
condition).
5. Sebab-sebab seseorang melakukan tindakan tidak aman
a. Karena tidak serius/disiplin.
b. Karena tidak mampu/tidak bisa.
c. Karena tidak mau.
6. Bagaimana mengatasi lingkungan lingkungan yang tidak aman?
a. Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman
tersebut agar tidak lagi menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat
yang rusak diganti atau diperbaiki.
b. Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi
agar tidak lagi menimbulkan bahaya, bagian-bagian yang berputar
pada mesin diberi tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat
keselamatan kerja.
c. Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikanm secara
teknis, misalnya memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan
tinggi, memasang alat-alat kontrol dsb.
Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan
pengawasan yang seksama terhadap lingkungan kerja.

Anda mungkin juga menyukai