ARAINS
# PROSES 3 #
ORGANISASI, TANGGUNG
JAWAB, SUMBER DAYA, DAN
DOKUMEN
REVISI I
No. Dok 003/CSMS/AR/IX/2021 Kepemimpinan dan Akuntabilitas
Revisi 17 September 2021
Tanggal -
LEMBAR PENGESAHAN
Dibuat
FERI HIDAYAT
Administrasi
Diperiksa
MUHAMMAD A BAKAR
Manager HSSE
Disetujui
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
H
Perusahaan telah memiliki dan melaksanakan program
asuransi ketenagakerjaan bagi pekerja
REVISI I
Mendaftarkan ulang asuransi
1 Awal Tahun Berjalan
ketenagakerjaan untuk Pekerja
Mendaftarkan asuransi
2 Setiap project Belum Maksimal
ketenagakerjaan untuk para pekerja
Pimpinan Perusahaan,
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
REVISI I
I
REVISI I
2 ILHAM JUNARDI Pekerja Sudah Vaksin
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
MEDICAL CHECK UP DAN PEMUTUSAN MATA RANTAI PENYEBARAN VIRUS
CORONA BAGI KARYAWAN
MEDICAL CHECK UP
Medical check up karyawan adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap karyawan atau
calon karyawan di suatu lingkungan kerja. Pemeriksaan kesehatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dan mendeteksi secara dini gangguan kesehatan yang mungkin dialami karyawan akibat faktor tertentu
di lingkungan kerja.
Medical check upkaryawan merupakan salah satu program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang
perlu dilakukan oleh tiap perusahaan untuk mengetahui kondisi terkini dari kesehatan karyawan atau
calon karyawan, sehingga perusahaan dapat menentukan kemampuan karyawan dalam melakukan
suatu pekerjaan yang dilihat dari sisi kesehatan. Hal ini penting untuk mencegah penyakit atau
kecelakaan yang mungkin ditimbulkan akibat bahaya yang muncul di lingkungan kerja.
Dengan terjaminnya kesehatan karyawan yang didukung dengan lingkungan kerja yang aman, tidak
hanya memengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan, namun juga mempengaruhi produktivitas dan
reputasi perusahaan secara keseluruhan.
REVISI I
menyebabkan rusaknya saraf di telinga sehingga menimbulkan gangguan
pendengaran secara permanen.
o Penerangan, yaitu tingkat kecukupan cahaya selama pekerja melakukan pekerjaannya.
Jika penerangan kurang sesuai, dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko
gangguan penglihatan.
o Getaran. Jika pekerja terlalu sering mengoperasikan alat atau mesin yang bergetar,
maka dapat memengaruhi fungsi tangan atau lengan, dan menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah dan sirkulasi di tangan.
o Iklim kerja. Tiap lingkungan kerja sebaiknya memiliki iklim kerja yang sesuai. Iklim kerja
adalah perpaduan dari suhu, kelembapan, dan sirkulasi udara.
o Gelombang elektromagnet. Radiasi gelombang elektromagnet, seperti sinar-X,
ultraviolet, atau inframerah dapat menyebabkan gangguan pada kulit, serta mata.
o Bahaya faktor biologi. Yang termasuk dalam faktor biologi adalah virus, bakteri, jamur,
dan parasit, yang dapat tersebar di lingkungan pekerjaan atau ditularkan dari seorang
pekerja ke pekerja lainnya.
Bahaya faktor ergonomi. Secara tidak langsung, faktor ergonomi, seperti penyusunan tempat
kerja dan pengaturan posisi duduk, dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti
ketegangan otot dan kelelahan yang berlebihan.
Bahaya faktor psikososial. Lingkungan kerja yang tidak memiliki manajemen dan organisasi
kerja yang baik dapat menyebabkan tekanan pada diri pekerja dan berakhir pada stres. Stres
terkait pekerjaan berpotensi memengaruhi kesehatan psikologis dan fisik pekerja, serta
efektivitas perusahaan. Masalah kesehatan mental dan gangguan terkait stres dianggap
sebagai salah satu penyebab utama pensiun dini, gangguan kesehatan secara keseluruhan,
dan produktivitas yang rendah.
REVISI I
PENCEGAHAN PENYEBARAN VIRUS CORONA
Melakukan sosialisasi kepada seluruh karyawan tentang bahaya virus corana baik melalui sosialisasi
langsung ataupun melalui media media seperti whatsapp group ataupun melalui spanduk-spanduk.
Dengan malakukan protokol-protokol kesehatan, antara lain :
1. Tetap waspada dan tidak panik.
2. Hindari keramaian baik itu tempat tertutup maupun tempat terbuka.
3. Gunakan masker di mana saja dan kapan saja bahkan dalam ruangan.
4. Ciptakan ruangan dengan ventilasi yang baik seperti, membuka jendela sesering mungkin.
5. Tetap jaga kebersihan tangan serta hindari menyentuh bagian wajah sebelum mencuci tangan.
6. Selalu terapkan jaga jarak pada aktivitas sehari-hari.
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
PEDOMAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN
1. Pendahuluan
Perusahaan mempunyai kewajiban mengadakan pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan dan calon
karyawannya.
Calon karyawan akan diperiksa kesehatannya oleh dokter sebelum calon karyawan tersebut diterima
dan ditempatkan bekerja di Perusahaan.
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap
karyawan yang akan dilakukan oleh dokter.
Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara
khusus terhadap karyawan tertentu.
1.2. Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan Pemeriksaan Kesehatan pekerja antara
lain adalah :
1. UU. No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
2. Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselaatan kerja
3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan
kerja
REVISI I
4. Frekuensi Pemeriksaan Kesehatan
Untuk pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan dengan frekuensi tertentu sesuai dengan usia
karyawan sebagai berikut :
1. Usia kurang dari 39 tahun, pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap 3 tahun
2. Usia diantara 40 – 49 tahun, pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap 2 tahun
3. Usia lebih dari 50 tahun, pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap tahun sekali
5. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pemeriksaan penyelenggara harus dapat bekerjasama dengan pihak perusahaan
dalam menetapkan jadwal kerja dengan tetap memperhatikan kegiatan produksi normal.
3. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan ( interm report ) harus dapat diterima dalam waktu maximal delapan hari dari
pemeriksaan. Final report diterima paling lambat setelah 4 minggu dari saat pemeriksaan. Hasil
pemeriksaan diterima dalam database Access program. Interm report memuat hasil-hasil pemeriksaan
yang penting untuk ditindak lanjuti segera, misalnya Tuberkulosis, DM, dll
REVISI I
7. Pencatatan/ Recording
1. Penyelenggara membuat kesimpulan akhir pemeriksaan kesehatan tiap karyawan 2 rangkap, rangkap 1
akan diberikan pada klinik perusahaan untuk disimpan sebagai dokumen klinik dan 1 rangkap akan
diberikan pada karyawan yang bersangkutan.
2. Klinik perusahaan akan menyimpan hasil pemeriksaan kesehatan tiap karyawan minimal selama 30
tahun setelah karyawan berhenti bekerja dengan memelihara kerahasiaan.
8. Pelaporan/ Reporting
1. External
Pelaporan ke DEPNAKER sesuai peraturan yang berlaku dilakukan oleh pihak perusahaan.
2. Internal
1. Ringkasan yang menyeluruh hasil pemeriksaan disampaikan kepada Manajemen
dengan mencantumkan saran tindak lanjut yang diperlukan
2. Pada fitness status tercantum hasil akhir pemeriksaan kesehatan, yang disimpulkan
menjadi beberapa golongan, yaitu :
1. Fit For Job ( Cakap untuk bekerja )
2. Fit With Restriction ( Cakap dengan keterbatasan )
3. Temporary Unfit ( Tidak cakap untuk sementara )
4. Unfit ( Tidak cakap )
5. Special ( Khusus )
9. Follow Up
Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan akan dilaksanakan oleh perusahaan, khusus nya berupa :
Tindakan medik yang diperlukan dalam rangka pengobatan
Rujukan ke spesialis yang bersangkutan dengan penyakit tertentu
Sertifikasi kecakapan bekerja ( fitness ), khususnya kepada Penjamah makanan, Drivers, Respirator
users dan Fire Brigade
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
Sertifikat Vaksin
REVISI I
K
Perusahaan memiliki system untuk mengkomunikasikan aspek
HSSE
REVISI I
System Untuk Mengkomunikasikan Aspek HSSE
a. Latar Belakang
PT. ARAINS memiliki komitmen untuk melakukan komunikasi aspek HSSE secara transparan.
Komunikasi dianggap sebagai alat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kinerja HSSE,
maka dari itu komunikasi HSSE internal disampaikan secara intensif dari dan ke seluruh
pekerja dan mitra kerja, keluarga, dan stakeholder dengan media yang telah ditentukan.
Dasar pelaksanaan komunikasi l aspek HSSE adalah kebijakan HSSE PT. ARAINS, yaitu
membina hubungan yang baik dengan stakeholder.
b. Pengertian
Komunikasi aspek HSSE adalah penyampaian informasi HSSE dari perusahaan kepada
stakeholder dan sebaliknya sehingga pesan HSSE dapat dimengerti dan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan komunikasi.
REVISI I
HJ. WIRDAH
Direktur
Keselamatan Kerja
REVISI I
Membuat laporan atas setiap insiden dan kecelakaan kerja yang terjadi kepada
instansi berwenang terkait dalam batas waktu yang ditentukan.
Melakukan pemeriksaan, inspeksi, dan evaluasi secara berkala terhadap semua
sarana termasuk sumber daya, peralatan dan sistem deteksi untuk mencapai
kesiapan yang optimal.
Melakukan pelatihan penanggulangan keadaan darurat secara berkala.
Melakukan review dan evaluasi terhadap penerapan Sistem Manajemen HSE dan
meningkatkan kompetensi yang diperlukan pekerja.
Kesehatan Kerja
Lindungan Lingkungan
Untuk menunjukkan komitmen perusahaan terhadap kondisi kesehatan pegawai PT. ARAINS
maka perusahaan telah memberikan fasilitas general medical check up bagi seluruh pekerja
yang dilaksanakan 1 tahun sekali. Selain itu, PT. Bukit Baja Nusantara juga memberikan
fasilitas jaminan kesehatan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kepada para
pekerjanya baik pekerja tetap maupun tidak tetap.
REVISI I
Pengelolaan Risiko Kecelakaan Kerja
Bidang khusus yang menangani unit Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. ARAINS adalah
fungsi HSSE dan HRD. Perusahaan melalui fungsi HSSE dan HRD telah mengidentifikasi risiko
kecelakaan kerja beserta cara pengelolaannya. Pengelolaan risiko kecelakaan kerja dikelola
sesuai dengan kebutuhan di dalam kantor dan di area produksi saat melakukan aktivitas
yang mengacu pada Pedoman Sistem Manajemen HSSE.
1. Di Kantor
Pelatihan dan pemberian informasi evakuasi dari gedung bertingkat secara berkala.
Pelatihan dasar penggunaan alat pemadam kebakaran.
Pelatihan penyelamatan korban dari dalam gedung yang diikuti oleh pekerja
pengamanan gedung.
Perlengkapan fasilitas dengan peralatan dasar keselamatan yang relevan dan
memadai, kotak obat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), dan pemberian
info rute tangga darurat yang jelas.
Pemberian safety induction bagi seluruh tamu dan pekerja baru.
2. Di Area Produksi
Pimpinan Perusahaan,
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
No. Dok : 001/SPPP/HSSE/AR/IX/2021
Terbit :
PT. ARAINS No. Rev :
Tgl. Rev : 17 September 2021
Lokasi : Lokasi Project
Notulen :
1. Safety Talk
2. Poster Spanduk dan Rambu – Rambu
3. Perlengkapan APD
4. Safety Peralatan Kerja
REVISI I
No. Dok : 002/SPPP/HSSE/AR/IX/2021
Terbit :
PT. ARAINS No. Rev :
Tgl. Rev : 17 September 2021
Lokasi : Lokasi Project
Pengawas
4 SYAHRUDDIN
Lapangan
Disusun Oleh,
MANAGER HSSE
MUHAMMAD A BAKAR
REVISI I
No. Dok : 003/SPPP/HSSE/AR/IX/2021
Terbit :
PT. ARAINS No. Rev :
Tgl. Rev : 17 September 2021
Lokasi : Lokasi Project
REVISI I
L
Perusahaan mengkomunikasikan standar-standar industry dan
peraturan baru HSSE yang berlaku
REVISI I
PROGRAM PEMERINTAH TENTANG HSSE
Dalam hal ini dijelaskan ada 8 standar kesehatan kerja dalam upaya pencegahan
penyakit yaitu:
pertolongan pertama pada cedera dan sakit yang terjadi di Tempat Kerja;
diagnosis dan tata laksana penyakit; dan
penanganan kasus kegawatdaruratan medik dan atau rujukan.
REVISI I
Standar Kesehatan kerja dalam upaya pemulihan kesehatan meliputi
Pemulihan medis
Pemulihan kerja
Pimpinan Perusahaan,
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
No. Dok : 001/SPPP/HSSE/AR/IX/2021
Terbit :
PT. ARAINS No. Rev :
Tgl. Rev : 17 September 2021
Lokasi : Kantor PT. ARAINS
Notulen Rapat :
REVISI I
No. Dok : 002/SPPP/HSSE/AR/IX/2021
Terbit :
PT. ARAINS No. Rev :
Tgl. Rev : 17 September 2021
Lokasi : Kantor PT. ARAINS
Pengawas
4 SYAHRUDDIN
Lapangan
Disusun Oleh,
MANAGER HSSE
MUHAMMAD A BAKAR
REVISI I
No. Dok : 003/SPPP/HSSE/AR/IX/2021
Terbit :
PT. ARAINS No. Rev :
Tgl. Rev : 17 September 2021
Lokasi : Kantor PT. ARAINS
REVISI I
PT. ARAINS
# PROSES 4 #
Manajemen resiko
REVISI I
No. Dok 004/CSMS/AR/IX/2021 Kepemimpinan dan Akuntabilitas
Revisi 17 September 2021
Tanggal -
MANAJEMEN RESIKO
PT. ARAINS
LEMBAR PENGESAHAN
Dibuat
FERI HIDAYAT
Administrasi
Diperiksa
MUHAMMAD A BAKAR
Manager HSSE
Disetujui
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
a
perusahaan anda memiliki sistem pengolahan resiko hsse
yang terkait dengan aktivitas / kegiatan operasional
perusahaan
REVISI I
MANAGEMENT RESIKO ( RISK MANAGEMENT )
Kondisi Lingkungan
Kondisi Lokasi pekerjaan berada di areal kerja untuk menjaga
aspek K3, PT. ARAINS akan selalu berkoordinasi dalam setiap
melaksanakan kepada pihak HSE dan Teknik. Untuk menjaga
kebersihan lingkungan dan keamanan pekerjaan akan selalu
berkoordinasi dengan HSE dan Teknik untuk membahas hal-hal
yang dianggap penting.
Mengetahui;
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN, DAN PENGENDALIAN
RESIKO K3
A. TUJUAN
Tujuan prosedur ini ialah untuk memberi panduan mengenai tata cara identifikasi bahaya, penilaian
resiko dan pengendalian resiko K3 di lingkungan Perusahaan
B. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku di semua wilayah Perusahaan termasuk cabang
C. REFERENSI
Panduan ( manual ) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan
D. DEFINISI
o Potensi Bahaya ( Hazard )
Ialah suatu keadaan yang mungkin atau dapat menimbulkan kecelakaan kerugian berupa
cidera penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan
o Resiko ( Risk )
Menyatakan kemungkinan terjadinya/ kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi
tertentu
o Kecelakaan
Adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang dapat
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian
baik korban atau harta benda dan perusahaan
E. TANGGUNG JAWAB
1. Manager Safety wajib melaksanakan prosedur ini secara teliti dan mendalam
F. PROSEDUR
1. Persiapan Data
1.1. Manager Safety menyiapkan data yang diperlukan untuk identifikasi bahaya. Data-data yang
disiapkan dapat berupa data-data sebagai berikut :
a. Denah/ Peta Lokasi Perusahaan
b. Kebijakan K3
c. Struktur Organisasi Perusahaan
d. Diagram alur proses/ altifitas perusahaan
e. Prosedur dan instruksi kerja serta daftar peralatan kerja dan APD
f. Komposisi Tenaga Kerja
g. Data Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
h. Daftar Fasilitas Umum maupun Fasilitas Penunjang Operasional Perusahaan
i. Daftar masin-mesin tenaga dan produksi yang digunakan
j. Daftar alat berat yang digunakan
k. Daftar bahan baku ( material ) yang digunakan
REVISI I
l. Daftar sampah, limbah dan emisiyang dihasilkan
m. Datar bahan kimia yang digunakan
n. Daftar produk yang dihasilkan
o. Laporan insiden sebelumnya
p. Informasi/ masukan dari tenaga kerja ataupun pihak ketiga diluar Perusahaan
q. Aktifitas keamanan, lalu lintas, lingkungan dan potensi keadaan darurat Perusahaan
r. Perizinan, peraturan perundang-undangan, persyaratan, dan kontrak dengan pihak
ketiga terkait permasalahan K3
s. Daftar pihak lain yang ikut bekerja dilokasi Perusahaan
t. Perubahan manajemen, dan sebagainya
1.2. Manager Safety melaksanakan verifikasi data dan observasi lapangan berdasarkan data
valid yang didapat
2. Identifikasi Bahaya
2.1. Manager Safety melaksanakan identifikasi bahaya terhadap seluruh aktifitas perusahaan
meliputi :
a. Aktifitas kerja rutin dan non-rutin
b. Aktifitas semua pihak yang memasuki tempat kerja
c. Budaya manusia, kemampuan manusia dan factor manusia lainnya
d. Bahaya dari lingkungan luar tempat kerja yang dapat menggangu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja
e. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan/ material ditempat kerja baik yang disediakan
perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan
f. Perubahan ataupun usulan perubahan dalam perusahaan baik perubahan aktifitas
maupun bahan/ material/ mesin yang digunakan
g. Perubahan Sistem Managemen K3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya
terhadap operasi, proses dan aktifitas kerja
h. Penerapan undang-undang, persyaratan dan peraturan yang berlaku
i. Desain tempat kerja, proses, instalasi, mesin/ peralatan, prosedur operasional, struktur
organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia
2.2. Manager Safety melaksanakan identifikasi bahaya berdasaran 5 faktor bahaya berikut :
a. Fisik/ Mekanik ( infrastruktur, mesin/ alat/ perlengkapan/ kendaraan/ alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/ terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi )
b. Biomekanik ( postur/ posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomic tempat kerja/ alat/ mesin )
c. Psikis/ Sosial ( berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian managemen,
lingkungan social tempat kerja, kekerasan dan intimidasi )
3. Penilaian Resiko
3.1. Manager Safety melaksanakan penilaian resiko menggunakan table matriks
resiko berikut :
REVISI I
3.2. Manager Safety menghitung nilai frekwensi dan keparahan berdasarkan
kriteria berikut
Frekuensi Kriteria
Keparahan Kriteria
REVISI I
3. Korban hanya memerlukan penanganan
ringan dilokasi dan langsung dapat bekerja
4. Tidak terdapat jam kerja hilang
5. Tidak ada kerugian material
Mengetahui; ,
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENCEGAHAN NYA
Guna mendapatkan “ kepastian keselamatan “ atas diri kita dan orang-orang yang ada
disekitar kita, maka kita perlu melakukan Identifikasi Bahaya / IB ( Hazard Identification /
HI )
Bahaya-bahaya yang ada didalam dan/ atau disekitar kita harus benar-benar kita identifikasi/
kenali guna mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah atau menghindari atau
menghindari terjadinya suatu kecelakaan. Bahaya-bahaya tsb boleh jadi ada pada diri
seorang karyawan, peralatan kerja / lingkungan kerja itu sendiri.
Khusus untuk tugas-tugas berbahaya disuatu daerah kerja, maka setelah tugas-tugas
berbahaya tsb teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan “ Analisa
Keselamatan Kerja / AKK“ Job Safety Analysis/ JSA “. Kegiatan ini perlu kita lakukan untuk
menganalisa seberapa besar “ tingkat resiko “ ( Risk Level ) dari setiap urutan langkah tugas
serta untuk menentukan cara pengendalian atau kegiatan yang diperlukan untuk mengatasi
bahaya-bahaya yang ada dilingkungan kerja perusahaan, maka perusahaan harus membuat
stardart dimana tujuan utama diterbitkannya standart tsb adalah :
Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan ditempat kerja adalah dengan menetapkan
dan menyusun prosedur pekerjaan dan melatih semua pekerja untuk menerapkan metode
kerja yang efisien dan aman. Menyusun prosedur kerja yang benar merupakan salah satu
keuntungan dari menerapkan Job Safety Analysis ( JSA ) yang meliputi mempelajari dan
membuat laporan setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan yang sudah ada
atau potensi ( baik kesehatan maupun keselamatan ) dan menentukan jalan terbaik untuk
mengurangi dan mengeliminasi bahaya ini. JSA digunakan untuk meninjau kerja dan
menemukan bahaya yang :
Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain
permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses
Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personil
Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai
REVISI I
Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya
Bertemu dengan pelatih OSHA untuk mengembangkan prosedur dan aturan kerja
yang spesifik untuk setiap pekerjaan
REVISI I
B. Membagi pekerjaan
Untuk membagi pekerjaan, pilihlah pekerja yang benar untuk melakukan observasi.
Pilihlah pekerja yang berpengalaman, mampu dan koperatif sehingga mampu berbagi ide.
Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA kepada pekerja.
Observasi performa pekerja terhadap pekerjaan dan tulis langkah dasar JSA.
Rekaman video pekerjaan dapat digunakan unutuk peninjauan dimasa mendatang.
Pertanyakan langkah awal pekerjaan dilanjutkan langkah selanjutnya dan seterusnya.
D. Mengembangkan solusi
Langkah terakhir dalam JSA adalah mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk
mencegah kejadian atau potensi kecelakaan. Beberapa solusi yang mungkin dapat
diterapkan :
Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan
Mengubah kondisi fisik yang menimbulkan bahaya
Mengubah prsedur kerja
Mengurangi frekuensi ekerjaan
Poin utama dari job safety analysis adalah = mencegah kecelakaan dengan antisipasi dan
eliminasi serta mengontrol bahaya yang ada.
Mengetahui; ,
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
Lampiran 1 : Diagram Alir Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
K3
Petugas K3
Menentukan langkah
pengendalian berdasarkan
hirarki/ pengendalian Melakukan penilaian resiko
resiko K3 berdasarkan table matriks resiko
K3
Melaporkan hasil
Formulir identifikasi identifikasi bahaya,
bahaya, penilaian dan penilaian dan
pengendalian resiko K3 pengendalian resiko K3
( P/ FRM/ K3/001 kepada Pimpinan
Perusahaan
Menindak lanjuti
keputusan Pimpinan
Perusahaan terkait hasil
identifikasi, penilaian dan
Selesai pengendalian resiko K3
REVISI I
Job Healt Safety And Enviroment Analisys
Tahapan Proyek
Tahapan Analisa Bahaya tiap Tahapan
REVISI I
STANDART OPERATION PROSEDUR ( SOP )
Nomor : 001/SOP/AR/2021
Judul : Kerja di Ketinggian
Mulai Berlaku : 2021
Revisi : 0.
URAIAN :
Tahapan Persiapan :
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pastikan anda telah melakukan analisa resiko
terhadap lokasi dan pekerjaan yang anda lakukan
2. Pastikan anda menggunakan APD berupa full body harness double lanyard untuk
bekerja di ketinggian
3. Periksa kesehatan anda dan pastikan anda dalam keadaan fit untuk bekerja di
ketinggian
4. Pastikan scaffolding yang anda gunakan dalam bekerja di ketinggian dalam kondisi
aman dan telah di inspeksi oleh HSE
5. Jika anda menggunakan scaffolding, berikut panduang bekerja yang aman :
Pastikan pipa dama flatform scaffolding dalam kondisi baik, dan tidak retak
atau bengkok
Pastikan scaffolding didirikan pada lantai atau tanah yang stabil
Pastikan sambungan, ikatan, kuncian scaffolding telah kuat
Pastikan terpasang tangga dan handrail
Pastikan anda memberi tanda atau informasi bahwa anda sedang ada
pekerjaan diatas
Ketika Bekerja
1. Ketika bekerja di ketinggian, pastikan anda mengaitkan full body harness anda pada
media yang kokoh
2. Sisihkan semua peralatan atau material apapun yang menghalangi akses bekerja
3. Jika terjadi gerimis atau hujan, jangan lanjutkan pekerjaan, segera turun dan
berlindung
4. Jangan membawa peralatan terlalu banyak ketika naik dan turun tangga
Setelah Bekerja
1. Ketika selesai bekerja, pastikan lokasi telah bersih dan rapi kembali
2. Jika memakai perancah segera dibongkar kembali
3. Jangan lupa untuk melakukan penutupan ijin kerja
Mengetahui;
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
STANDART OPERATION PROSEDUR ( SOP )
URAIAN :
a. Umum
1. Hanya pegawai yang terlatih dan berkualifikasi saja ( tukang listrik, insinyur
listrik, T/L perawatan listrik yang boleh bekerja dengan atau mengubah
sirkuit listrik, kabel penyambung ( extension cord ), perkakas listrik atau
peralatan listrik jenis lain
2. Ketika bekerja disekitar peralatan listrik, pegawai harus bergerak dengan hati-
hati agar tidak menyentuh peralatan yang beraliran listrik
3. Pegawai harus berhati-hati untuk tidak menyentuh sirkuit listrik ketika
sedang mengambil perkakas yang jatuh
4. Aliran listrik harus dimatikan dan dikunci atau diisolir ( leads dilepaskan dari
dasar breaker ) dan dipasang label ( LOTO ) sebelum bekerja dengan
peralatan listrik
5. Ketika bekerja dengan motor atau sirkuit, maka switch sirkuit atau breaker
sirkuit harus dibuka kemudian dikunci jika mungkin, serta switch diberi label
yang tepat ( misalnya : “ Berbahaya- jangan Dioperasikan “ )
6. Peralatan penguncian/ pemberian label berlaku bila anda terpaksa
menempatkan bagian tubuh anda dalam area yang berbahaya selama
berlangsungnya siklus pengoperasian mesin
7. Ketika bekerja dengan kabel listrik yang tergantung tinggi atau dengan
teganggan lebih dari 600 volt, maka harus melaksanakan atau menggunakan
rencana switching yang rinci
8. Titik-titik dengan teganggan tinggi harus di-grounding sebelum mulai
melakukan perawatan
9. Harus sangat berhati-hati agar tidak menyentuh peralatan listrik ketika
sedang berdiri diair, lantai logam, beton lembab, atau permukaan yang tidak
di-grounding dengan baik
10. Peralatan listrik yang tidak tahan ledakan ( non- explosion proof ) atau setiap
sumber api atau percikan api lain dilarang berada dalam areal yang mudah
menyala
11. Ketika membuka atau menutup breaker, petugas yang melakukannya harus
berdiri pada sisi penutup yang tidak berengsel kalau-kalau terjadi ledakan
REVISI I
12. Semua peralatan listrik yang dioperasikan dengan teganggan tinggi harus
diberi tanda “ BERBAHAYA- TEGANGGAN TINGGI “
13. Jangan memakai cincin, jam tangan, gelang, kalung, dll ketika bekerja dengan
peralatan listrik
c. Sekring Listrik
1. Hanya pegawai yang memnuhi syarat yang boleh mengganti sekring
2. Dilarang melakukan brinding sekring atau sircumventing operasi nomal
breaker sirkuit
3. Arus listrik harus dimatikan sebelum mengganti sekring
d. Listrik Statis
1. Tangki penyimpanan produk hidrokarbon tidak boleh diisi dengan cara
penuangan. Pipa pengisi harus mempunyai selang yang menyuplai sampai
kedasar tangki. Tangki harus dipautkan pada tanah
2. Truck, tongkang ( barge ) dan tangki harus dihubungkan secara electris pada
pipa pengisi atau pipa pengosong sebelum selang dikaitkan dan penutup
palka dibuka
3. Truck vakum harus dipautkan pada tangki atau bejana dengan kabel statis
sebelum mulai mengisi atau mengosongkan
4. Jika uap digunakan untuk membersihkan tangki penyimpan minyak dan
separator, nozel harus dipautkan pada tangki
5. Nozel yang disembur dengan pasir ( sandblasting ) harus dipautkan secara
electris dengan bejana yang sedang disembur ( blasting )
6. Ember plastic tidak boleh digunakan untuk menampung hidrokarbon. Ember
logam harus menyentuh katup penyalur ketika sedang mengisi, atau kawat
pengikat harus dipasang antara keduanya
REVISI I
7. Selang jenis konduktif harus digunakan pada semua operasi pengisian atau
pengosongan dalam kaitan dengan kawat pengikat untuk service hidrokarbon
8. Truck bahan bakar harus di-grounded pada tangki pengangkut bahan bakar
sebelum mengisi tangki
Mengetahui; ,
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
STANDART OPERATION PROSEDUR ( SOP )
Nomor : 003/SOP/AR/2021
Judul : Kerja Penggalian
Mulai Berlaku : 2021
Revisi : 0.
URAIAN :
TAHAPAN PERSIAPAN
1. Pastikan telah melakukan JSA dan memliki izin kerja
2. Pastikan tidak ada fasilitas bawah tanah yang dapat rusak jika digali seperti kabel listrik bawah
tanah, pipa gas, pipa minyak dan lainnya. Jika perlu mintalah blue print lokasi yang akan digali
3. Lakukan penggalian secara bertahap maksimum tiap kedalaman 0,5 meter untuk menghindari
gangguan pada fasilitas yang ada
4. Apabila menggunakan excavator, pastikan excavator sudah diperiksa fisik dan fungsinya oleh
pihak berwenang
5. Operator excavator haruslah seseorang yang kompeten/ terlatih dan memiliki izin operasi, serta
paham mengenai aturan keselamatan kerja dalam mengoperasikan excavator
6. Amankan area sekitar penggalian dengan menggunakan barikade
7. Pastikan ada seorang pekerja yang memberikan arahan/ komando ketika excavator mulai
melakukan penggalian
8. Pastikan excavator sudah ditempatkan pada posisi yang tepat dan aman ketika digunakan
untuk pekerjaan penggalian dan ketika selesai digunakan
KETIKA BEKERJA
1. Pastikan ada pengawas yang mengawasi para pekerja
2. Pastikan tidak ada orang yang tidak berkepentingan masuk ke pembatas area barikade
3. Tanah yang berada disekitar galian harus segera dipindahkan, untuk menghindari longsor
4. Jika galian mencapai kedalaman tertentu, dinding tanah harus ditahan agar tidak longsor
Mengetahui; ,
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
B
PERUSAHAAN ANDA TELAH
MENDOKUMENTASIKAN DAFTAR RESIKO HSSE
DAN MENGKOMUNIKASIANNYA KEPADA
SELURUH PEKERJA TERKAIT
REVISI I
HSE KEY PERFORMANCE INDICATOR
Mengetahui; ,
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
C
PERUSAHAAN MELAKUKAN TINDAKAN YANG
TERCANTUM DALAM DAFTAR RESIKO TELAH
DILAKSANAKAN DAN DIPASTIKAN
PEMENUHANNYA
REVISI I
PROSEDUR PEMBUATAN JSA
Job Safety Analysis (JSA) atau dikenal juga dengan Job Hazard Analysis
merupakan upaya untuk mempelajari/menganalisa dan serta pencatatan tiap-tiap
urutan langkah kerja suatu pekerjaan, dilanjutkan dengan identifikasi potensi-
potensi bahaya di dalamnya kenudian diselesaikan dengan menentukan upaya
terbaik untuk mengurangi ataupun menghilangkan/mengendalikan bahaya-bahaya
pada pekerjaan yang dianalisa tersebut. Dengan menyusun/menerbitkan dan
mensosialisasikan Job Safety Analysis pada tenaga kerja merupakan salah satu
upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja.
REVISI I
4. Menentukan langkah pengendalian terhadap bahaya-bahaya tiap urutan kerja
yang dilakukan.
REVISI I
JSA PT. ARAINS
REVISI I
BANDA ACEH, 17 September 2021
Mengetahui;
PT. ARAINS
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
E
Perusahaan melakukan pengukuran dan pemantauan
Hygiene Industry
REVISI I
PROSEDUR HYGIENE LINGKUNGAN KERJA / HYGIENE INDUSTRY
3. EVALUASI Merupakan kegiatan dalam melakukan assesment atau analisa terhadap hasil
rekognisi sehingga dapat ditentukan apakah suatu lingkungan kerja berbahaya atau tidak
terhadap kesehatan pekerja - Analisa dampak kesehatan - Analisa batas konsentrasi dan
dosis
CONTROL/PENGENDALIAN: Merupakan serangkaian kegiatan dalam mengendalikan
hazards di tempat kerja sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja,
Dengan kata lain kegiatan pengendalian adalah untuk menekan konsentrasi atau dosis
hazards yang memapar pekerja sampai pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan
REVISI I
Apa itu Antisipasi ? Merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan resiko di
tempat kerja, Tahap awal dalam melakukan atau penerapan Hygiene industri di tempat
kerja
Tujuan Antisipasi : Mengetahui potensi bahaya dan resiko lebih dini sebelum muncul
menjadi bahaya dan resiko yang nyata, Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum
suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki, MeminiSYAHRUDDINsasi
kemungkinan resiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan, atau suatu area
dimasuki
KUNCI ANTISIPASI : INFORMASI
7. Langkah-langkah Antisipasi
a. Pengumpulan Informasi :
- Melalui studi literatur
- Mempelajari hasil penelitian
- Dokumen-dokumen perusahaan
- Survey lapangan
b. Analisa dan diskusi
- Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
- Pembuatan Hasil
8. Hasil Antisipasi
Daftar potensi bahaya dan resiko yang dapat dikelompokkan :
- Berdasarkan lokasi atau unit
- Berdasarkan kelompok pekerja
- Berdasarkan jenis potensi bahaya
- Berdasarkan tahapan proses
- dll.
REVISI I
Hasil antisipasi hanya berupa daftar potensi bahaya yang belum tentu membahayakan
pada kondisi yang sebenarnya. Cantumkan semua daftar potensi bahaya sedetil mungkin,
Hasil antisipasi belum bisa dijadikan ukuran untuk menyatakan suatu area atau proses
berbahaya dan beresiko
9. REKOGNISI
Merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih
komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan
suatu hasil yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan
Mengenali > identifikasi
Mengukur > untuk mendapatkan informasi yang lebih detil tentang sifat dan karakteristik
suatu bahaya
Pengukuran umumnya masih bersifat random dan belum sistematis
REVISI I
2. PERALATAN LABORATORIUM STATIS Peralatan yang karena sifat dan/atau
kepekaannya tidak dapat dipindah-pindah (tidak tahan goncangan, membutuhkan
persyaratan tertentu, sehingga harus selalu berada di tempat. Fungsinya : untuk
analisa/proses lanjutan dari sampel yang diperoleh di lapangan serta evaluasi.
A. Direct reading
- couloro metri dengan mengukur arus listrik : ozon, nox, so2
- potensio meter, perubahan ph akibat absorpsi kontaminan co2
REVISI I
17. Pengambilan sampel di lapangan dan
1. Analisa di laboratorium
2. Analisa langsung dari kontaminan
3. Hasil analisa metabolitnya dalam cairan tubuh, jaringan atau udara pernafasan
- urine : cd, hg, nitro benzene
- darah : pb, ethanol
- udara pernafasan : mengukur kadar pelarut
Trichlor ethane, vynil, chlorida
18. Tempat sampling udara lingkungan kerja
Untuk polutan kimia :
- Daerah pernafasan para pekerja
- Atmosfer ruangan kerja secara umum
- Tempat dekat dengan sumber emisi polutan
No Parameter Determinan
1 Benzene S-Phenhyl Mercapturic Acid (SPMA) dalam
Urin
2 Tolunen Toluene dalan Urin
3 Xylene Methyl Hipuric Acid dalam Urin
4 Lead (Pb) pb dalam Urin
5 Cadmium (Cd) Cd dalam Urin
6 Chromium (Cr) Cr dalam Urin
7 Arsenic As dalam Urin
8 Mercury Hg dalam Urin
9 Methyl Ethyl Ketone MEK dalam Urin
10 Acetone Acetone dalam Urin
REVISI I
REVISI I
REVISI I
Peralatan Hygiene Industry:
Kondisi
No Jenis Gambar
Baik Tidak baik
REVISI I
3. Ketersediaan Ear Muff Untuk
Melindungi Telinga Akibat Suara
Yang Sangat Keras Yang Dapat
Merusak Telinga √
REVISI I
7 Ketersediaan APAR ( Alat
PemadamApi Ringan ) Sebagai
Sarana Proteksi Jika Terjadinya
Kebakaran Kecil √
HJ. WIRDAH
Direktur
Ketersediaan
No Jenis Gambar Tidak Jumlah
Ada
ada
REVISI I
2. Ketersediaan Sarana P3K Untuk
Memberikan Pertolongan Pertama Jika
Terjadinya Kecelakaan 1 Set
√
√ √5 Set
REVISI I
6 Ketersediaan Body Harness Untuk
Sarana APD Bekerja Di Ketinggian 1 Set
Yang Dapat Menghindarkan Seseorang
Terjatuh Dari Ketinggian √
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
REVISI I
PT. ARAINS
# PROSES 5 #
REVISI I
No. Dok 005/CSMS/AR/IX/2021 Kepemimpinan dan Akuntabilitas
Revisi 17 September 2021
Tanggal -
LEMBAR PENGESAHAN
Dibuat
FERI HIDAYAT
Administrasi
Diperiksa
MUHAMMAD A BAKAR
Manager HSSE
Disetujui
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I
B
Perusahaan memiliki Prosedur kerja yang mengatur
aspek HSSE berdasarkan standart, peraturan, best
practice aspek HSSE, Corporate Life Saving Rules
( CSLR ) Pertamina yang berlaku
REVISI I
LIFE SAVING RULES
REVISI I
REVISI I
REVISI I
REVISI I
REVISI I
REVISI I
REVISI I
REVISI I
PROSEDUR LIFE SAVING RULES
1. TUJUAN
Menetapkan Prosedur sebagai pedoman untuk penegakan kedisiplinan terhadap seluruh
karyawan berdasarkan Life Saving Rules yang berlaku di Perusahaan.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku untuk semua pekerja perusahaan, kontraktor maupun sub kontraktor
yang mempunyai pekerjaan atau aktivitas di sekitar area atau lingkungan kerja perusahaan
atau yang dikontrol oleh management perusahaan.
3.2.1. Setiap karyawan harus mengetahui dan mengikuti semua prosedur Life
Saving
Rules.
REVISI I
3.2.2. Peraturan ini tidak dapat dinegosiasikan dan tidak ada kompromi.
3.2.3. Penanggung jawab untuk pelanggaran Life Saving Rules ini tidak dibatasi
Hanya kepada seseorang yang melanggar peraturan tetapi juga kepada
setiap orang yang berhubungan secara langsung pada saat proses pekerjaan
itu.
3.2.4. Jika ditemukan karyawan yang secara sengaja melanggar prosedur “Life
Saving Rules”, hal ini akan diasumsikan bahwa karyawan tersebut tidak
ingin lagi bekerja di perusahaan ini.
3.3. Do & Don’t List Life Saving Rules adalah daftar tindakan yang harus dan dilarang
untuk dilakukan dalam suatu pekerjaan sesuai prosedur Life Saving Rules
3.4. Pelanggaran Life Saving Rules adalah apabila terdapat tindakan yang tidak sesuai
dengan Life Saving Rules di perusahaan atau melakukan hal-hal yang termasuk
dalam daftar tindakan yang dilarang untuk dilakukan (Don’t List) dalam prosedur
Life Saving Rules yang telah disetujui oleh manajemen perusahaan. Prosedur
Pelanggaran dapat dilihat pada Life Saving Rules Violation Procedure.
3.5. Karyawan perusahaan adalah pekerja yang direkrut oleh perusahaan dan bekerja
dibawah manajemen perusahaan.
3.6. Karyawan Non perusahaan adalah pekerja dari subkontraktor, supplier, surveyor,
yang bekerja di lingkungan perusahaan dan secara tidak langsung dibawah
manajemen perusahaan.
REVISI I
4.1.6. Serikat Pekerja (bila ada) terlibat dalam investigasi sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam PKB.
4.1.7. Atasan menerima laporan tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh
bawahannya.
4.1.8. Orang yang mengetahui adanya tindakan pelanggaran (Penemu) adalah
seluruh karyawan perusahaan yang melihat dan menemukan adanya
indikasi pelanggaran yang wajib melaporkan kepada atasan dan/atau HSE.
4.4.1.1. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Life Saving Rules sudah
termuat dalam Life Saving Rules Handbook.
4.4.1.2. Seluruh karyawan perusahaan, termasuk karyawan baru dan
kontraktor, akan mendapatkan pelatihan dan sosialisasi mengenai
Life Saving Rules serta wajib menandatangani Surat Pernyataan
(komitmen)
REVISI I
4.4.1.2.3. Setiap Departemen/Section harus memasukkan topik
Life Saving Rules yang berhubungan dengan aktivitas
dalam rapat rutin, minimal dua kali dalam sebulan.
HJ. WIRDAH
Direktur
REVISI I