Anda di halaman 1dari 135

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

PADA AREA PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA


PLUMBING DI PROYEK JAKARTA LIVING STAR

PT. TRIKARSA BAHTERA ABADI, CIBUBUR 2021

SKRIPSI

WELLA OCDIANTARI

NIM : 031711060

PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BINAWAN JAKARTA
2021
JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

PADA AREA PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA


PLUMBING DI PROYEK JAKARTA LIVING STAR

PT. TRIKARSA BAHTERA ABADI, CIBUBUR 2021

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Oleh : WELLA OCIANTARI

NIM : 031711060

PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BINAWAN JAKARTA
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Wella Ocdiantari
NIM : 031711060
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul :
JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA AREA PEKERJAAN
PEMASANGAN PIPA PLAMBING DI PROYEK JAKARTA LIVING STAR

PT. TRIKARSA BAHTERA ABADI, CIBUBUR 2021

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat
dan skripsi orang lain. Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak
bener, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku
(cabut predikat kelulusan dan gelar sarjana).

Jakarta, Maret 2021

Materai 6000

1
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai akivitas akademik Universitas Binawan, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :
Nama : Wella Ocdiantari
NIM : 031711060
Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Binawan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-
Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA AREA PEKERJAAN


PEMASANGAN PIPA PLAMBING DI PROYEK JAKARTA LIVING STAR

PT. TRIKARSA BAHTERA ABADI, CIBUBUR 2021. Beserta perangkat


yang ada (apabila diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti Non-Eksklusif
ini program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Binawan
berhak, menyimpan, menggalih media/format-kan, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan–nya, dan
menampilkan/tanpa perlu ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penyusun/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala
bentuk tuntunan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam
karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenernya.

Dibuat di Jakarta
Pada Tanggal Juni 2021
Yang menyatakan :

Wella Ocdiantari

2
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Wella Ocdiantari
NIM : 031711060
Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul Skripsi : JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA AREA
PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA PLUMBING DI
PROYEK JAKARTA LIVING STAR
PT. TBA, CIBUBUR 2021
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Dewan penguji Skripsi Program
Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Binawan Jakarta
pada tanggal dan telah diperbaiki sesuai masukan dewan penguji.
Jakarta,

Penguji I

( Defi Arjuni, SKM, M.SI )

Penguji II

( Ir. Bambang Sulistyo P, MKKK )

Pembimbing

( Dr Agung Cahyono T, MSi )

3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wella Ocdiantari


Tempat/Tanggal Lahir : Tulang Bawang , 31 October 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jl. Cipinang Pulo Maja, RT 13/10, kel
CBU, Kec Jatinegara, JAKARTA TIMUR
Telepon : 083815585790
Email : Wellaocd31@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2005 – 2011 : SDN 01 Trijaya Lampung Utara
2. Tahun 2011 – 2014 : SMPN 243 Jakarta Timur
3. Tahun 2014 – 2017 : SMK Nurul Iman Jakarta Timur
4. Tahun 2017 – 2021 : Universitas Binawan

4
KATA PENGATAR

Puja dan Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wa


Ta’ala, berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi
ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu’alahi
wasallam, beserta keluarga dan sahabatnya.
Penyusun skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan perkuliahan Program Studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Universitas Binawan. Dalam perjalanan penelitian
skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih kepada
kedua orang tua, pembimbing akademik, dosen prodi K3, pembimbing
lapangan dan pihak pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
perkuliahan Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Universitas Binawan. Selama menyusun skripsi ini, peneliti telah banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik bantuan
moril maupun material. Oleh karena itu peneliti ingin berterima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada orangtua saya, Bapak Suaswandi dan Ibu Erlinawati, Bapak
Yoyo dan Ibu Suisniati atas doa yang selalu di panjatkan serta
dukungan moril dan material yang telah diberikan sekaligus
motivasinya.
2. Bapak dr. Agung Cahyono T, MSi selaku Dekan Falkutas Kesehatan
Masyarakat Universitas Binawan dan selaku Pembimbing Akademik
dan pembimbing skripsi yang memberikan masukan yang berharga
dalam penulisan proposal skripsi ini
3. Bapak Husen, SST.K3, M.Si, selaku Kepala Program Studi K3
Universitas Binawan.
4. Bapak Didi yang telah memberikan kesempatan untuk mengambil
data tentang intalasi pipa plumbing dan membantu dalam proses
mengerjakan proposal skripsi ini.

5
5. Bapak Ismail selaku Health Safety Environment di PT Trikarsa
Bahtera Abadi yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
6. Sahabat sobat perjuanganku Tamada,Nisa, Putri, Selly dan Dyah
yang telah memeberikan semangat, motivasi, support, serta
membantu dalam menyelesaikan skripsi.
7. Sahabat di wilayah cibubur seperti Dinda, Diwa, mas wasidi, pak
asep, pak fadli, pak deden, pak iwan, cak kholil, pak didi, dan pak
sinto yang selalu memberi masukan dan semangat.
8. Teman - teman program B 2017 jurusan K3 Universitas binawan yang
selalu mendukung dan juga memberikan bantuan selama penulis
menjalankan perkulihan.
9. Putri Ayu Juita dan Tasya Destiyana selaku teman magang dan
menyususn penelitian bersama.
Dengan bantuan tersebut maka peyusunan proposal skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai sabutan Sarjana Terapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Program Studi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Universitas Binawan.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Ynag Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan skripsi ini
membawa manfaat bagi pembangunan ilmu.
Jakarta, Marer 2021

Penulis

6
ABSTRAK

Nama : Wella Ocdiantari


Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul : Job Safety Analaysis (JSA) Pada Area Pekerjaan
Pemasangan Pipa Plumbing Di Proyek Jakarta Living Star
PT. Trikarsa Bahtera Abadi, Cibubur 2021

Latar Belakang :
Di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang pesat terutama pada
sektor industri. Pada bidang konstruksi melibatkan banyak tenaga kerja,
peralatan, dan material dalam jumlah yang banyak sehingga dapat
menyebabkan sumber terjadinya kecelakaan kerja tinggi. Potensi bahaya
dan risiko di tempat kerja terdiri dari sistem kerja atau proses kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber pada pekerjaannya
sendiri, perilaku hidup yang tidak sehat, pekerjaan yang tidak aman,
lingkungan kerja yang buruk, keadaan pekerjaan yang tidak ergonomi,
pengelompokkan pekerjaan dan budaya dalam bekerja. PT. Trikarsa
Bahtera Abadi berperan dalam main contrakor ( kontruksi utama dalam
bidang Mechanical & Electrical ( M/E ) dan melakukan pelaksanaan dalam
pembanguna MCC Overseas Maincontractor For Livng Star Project
( Protek Apartemen )
Metode :
Penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan
pendekatan observasional yang bersifat deskriptif analitik yang bertujuan
untuk mengetahui potensi bahaya, risiko, dan pengendalian risiko dengan
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) dengan mengkombinasi
menggunakan Standar AS/NZS 4360.
Hasil :
Berdasarkan hasil observasi, dalam berbagai jenis pekerjaan yang ada di
lapangan, terdapat pekerjaan di area Pemasangan Pipa Plumbing yang
mempunyai tahapan pekerjaan antara lain Air bersih. Kegiatan
Pemasangan Pipa Plumbing ini mempunyai serangkian / tahapan
pemasangan seperti Pemotongan besi kanal, pelubangan besi kanal,
pengelasan besi kanal, pengecatan besi kanal, aja juga pemotongan pipa
galvanis, pengelasan pipa galvanis, Pengecatan pipa galvanis,
pengangkatan pipa galvanis ( air bersih ), pemasangan pipa galvanis ( air
bersih ), dan juga pemasangan pipa PPR ( Air Bersih ), perakitan tangki
dan perakitan pompa ( air bersih ).
Simpulan :

7
Dari setiap proses pekerjaan pada area Pemasangan Pipa Plumbing di
mulai dari pemotongan besi, pengelasan, pengangkatan, melubangi
tembok atap memiliki potensi bahaya dan resiko seperti: bahaya fisik,
bahaya kimia, bahaya ergonomi, bahaya psikologi, bahaya listrik, dan
bahaya mekanik.

Kata Kunci : Potensi Bahaya, Risiko, Job Safety Analysis (JSA)

8
ABSTRACT

Name : Wella Ocdiantari


Study Program : Occupational Health and Safety
Title : Job Safety Analysis (JSA) in the Plumbing Pipe
Installation Work Area in the JAKARTA Living Star
Project PT. Trikarsa Bahtera Abadi, Cibubur 2021
Background :
In Indonesia, it has experienced rapid development, especially in the
industrial sector. The construction sector involves a lot of labor,
equipment, and a large amount of material so that it can cause a high
source of work accidents. Potential hazards and risks in the workplace
consist of work systems or work processes, the use of machines, tools
and materials, which originate in one's own work, unhealthy living
behavior, unsafe work, bad work environment, non-ergonomic work
conditions, grouping work and culture at work. PT. Trikarsa Bahtera Abadi
plays a role in the main contractor (main construction in the Mechanical &
Electrical (M / E) field and carries out the implementation in the
construction of the MCC Overseas Maincontractor For Livng Star Project
(Apartment Project).
Method :
The research that will be used is qualitative by using an observational
approach that is descriptive analytic which aims to find out potential
hazards, risks, and risk control using the Job Safety Analysis (JSA)
method in combination with AS / NZS 4360 Standards.
Result:
Based on observations, in various types of work in the field, there are jobs
in the Plumbing Pipe Installation area which have stages of work including
clean water. This Plumbing Pipe Installation activity has a series / stages
of installation such as cutting canal iron, perforating canal iron, welding
canal iron, painting canal iron, also cutting galvanized pipes, welding
galvanized pipes, painting galvanized pipes, lifting galvanized pipes (clean
water), installation galvanized pipe (clean water), and also the installation
of PPR (Clean Water) pipe, tank assembly and pump assembly (Clean
Water ).
Conclusion:
From every work process in the Plumbing Pipe Installation area starting
from cutting iron, welding, lifting, perforating the roof wall has potential
hazards and risks such as: physical hazards, chemical hazards,
ergonomic hazards, psychological hazards, electrical hazards, and
mechanical hazards.

9
Keywords : Potential Hazards, Risks,Job Safety Analysis (JSA)

10
11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

1.1 Latar Belakang ...................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................

1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................

1.4.1 Manfaat Untuk institusi Pendididkan...........................................

1.4.2 Manfaat Untuk Penelitian............................................................

1.5 Ruang Lingkup Penelitian...................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja....................................................

2.2 Kecelakaan Kerja................................................................................

2.3 Bahaya ( Hazard )...............................................................................

2.3.1 Jenis Bahaya..............................................................................

2.4 Identifikasi Bahaya..............................................................................

2.4.1 Tujuan Identifikasi Bahaya.........................................................

2.5 Risiko ..........................................................................................

2.5.1 Tipe, Jenis, dan Macam Risiko..................................................

2.5.2 Analisis Risiko............................................................................

12
2.5.3 Pengendalian Risiko..................................................................

2.5.4 Evaluasi Risiko...........................................................................

2.6 Manajemen Risiko...............................................................................

2.6.1 Tujuan Manajemen Risiko...........................................................

2.6.2 Manfaat Manajemen Risiko.........................................................

2.7 Analisis Keselamatan Kerja (JOB SAFETY ANALYSIS)....................

2.7.1 Langkah Pembuatan JSA...........................................................

2.7.2 Keuntungan Menggunakan Data................................................

2.8 Standar AS/NZS 4360.........................................................................

2.9 Pekerjaan Plumbing............................................................................

2.9.1 Pengertian Air Bersih..................................................................

2.9.2 Sistem Sambungan Langsung....................................................

2.9.3 Sistem Tangki Atap.....................................................................

2.9.4 Sistem Tangki Tekan..................................................................

BAB III METODELOGI PENELITIAN ...........................................................

3.1 Kerangka Konsep ...............................................................................

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................

3.3 Populasi dan Sampel ..........................................................................

3.4 Sumber Data Penelitian ......................................................................

3.4.1 Data Primer..................................................................................

3.4.2 Data Sekunder.............................................................................

3.5 Istrument Penelitian .............................................................................

3.5.1 Pedoman Wawancara.................................................................

13
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................

3.6.1 Wawancara..................................................................................

3.7 Pengolahan dan Analisis Data.............................................................

3.7.1 Pengolahan Data........................................................................

3.7.2 Analisis Data...............................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................

4.1. Hasil Penelitian...................................................................................

4.1.1 Profil Prusahaan.........................................................................

4.1.2 Komitmen dan Kebijakan............................................................

4.1.4 Visis dan Misi..............................................................................

4.1.5 Analisis Keselamatan Kerja Area Fabrikasi JSA dan


melakukan Penilaian Risiko dan Evaluasi Risiko................................

4.2. Pembahasan......................................................................................

4.2.1 Penentuan Konteks...................................................................

4.2.2 Berdasarkan Identifikasi Bahaya Risiko....................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................

5.1. Kesimpulan.........................................................................................

5.2. Saran ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

LAMPIRAN ..........................................................................................

14
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pekerja Cutting Wheel ( pemotongan besi kanal )........................

Tabel 4.2 Pekerja Drilling Machine ( pelubang besi kanal )...........................

Tabel 4.3 Pekerja Welding ( pengelasan besi kanal )...................................

Tabel 4.4 Pekerja Paitig ( pengecatan besi kanal ).......................................

Tabel 4.5 Pekerja Cutting Machine (pemotongan pipa galvanis ).................

Tabel 4.6 Pekerja Welding ( pengelasan pipa galvanis )...............................

Tabel 4.7 Pekerja Paiting ( pemotongan pipa galvanis )...............................

Tabel 4.8 Pekerja Cutting Bahco Sandflex Pipa PPR ( pemotongan )..........

Tabel 4.9 Pekerja Supplier Mesin Las ( penyambungan ).............................

Tabel 4.10 Pekerja Pemasangan Pipa Air Bersih..........................................

Tabel 4.11 Pekerja Pemasangan Pipa Galvanis...........................................

15
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko.........................................................

Gambar 2.2 Kerangka Teori...........................................................................

Gambar 3.1 Kerangka Konsep.......................................................................

16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat terutama pada


sektor industri. Ditandai dengan perusahaan pada sektor perindustrian
yang semakin banyak, salah satunya pada industri konstruksi. Pada
bidang konstruksi melibatkan banyak tenaga kerja, peralatan, dan material
dalam jumlah yang banyak sehingga dapat menyebabkan sumber
terjadinya kecelakaan kerja tinggi. Kecelakaan kerja tidak diduga, tetapi
terjadi secara tiba-tiba yang mempunyai penyebabnya. Salah satu
penyebabnya dengan adanya interaksi antara pekerja dengan peralatan
yang di gunakan pada tahap pekerjaan yang di lakukan. (1)

Potensi bahaya dan risiko di tempat kerja terdiri dari sistem kerja
atau proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber
pada pekerjaannya sendiri, perilaku hidup yang tidak sehat, pekerjaan
yang tidak aman, lingkungan kerja yang buruk, keadaan pekerjaan yang
tidak ergonomi, pengelompokkan pekerjaan dan budaya dalam bekerja.
Pada keadaan lingkungan kerja yang buruk dapat menjadi potensi
bahaya, karena setiap pekerjaan yang dilakukan tidak selalu di kerjakan di
dalam ruangan. Keadaan yang di alami pekerja ini disebabkan banyak
factor penyebab, yaitu kondisi tubuh pekerja yang tidak sehat, faktor
cuaca yang tidak menentu dan masih banyak penyebab lainnya.

Maka dari itu kecelakaan tidak terjadi begitu saja, penyebab dari
kecelakaan kerja adalah perilaku tidak aman (unsafe action), keadaan
tidak aman (unsafe condition), atau gabungan dari dua faktor
tersebut. Dalam aspek keselamatan dan kesehatan kerja, penggunaan
waktu secara tepat sangat dibutuhkan mengingat hal yang terkait dalam
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan nyawa. Penanganan yang
cepat, tepat, dan efektif merupakan hal yang diperlukan pada setiap
kegiatan maupun pekerjaan.

17
Pada proyek JKT LIVING STAR di daerah cibubur PT.Trikarsa
Bahtera Abadi merupakan Subcontractor Mechanical & Electrical ( M/E
( kontraktor yang menerima pekerjaan pemborong dari kontraktor lainnya,
perusahaan ini dalam Bidang Mekanikal dan Elektrikal). Didalam proyek
tersebut PT. Trikarsa Bahtera Abadi bekerja sama dengan beberapa
subcontractor antaranya : JKT LIVING STAR- PHASE 1 sebagai Project
Title, PT. Sindel Propertindo Abadi sebagai Ouner, PT. Permata Trikarya
Utama sebagai contruction management, MEGATIKA sebagai Architect,
Cipta Sukses, PT. sebagai structural consultant, PT. MEKA Optima
Consultant sebagai Mechanical & Electrical Consultant.

PT Trikarsa Bahtera Abadi perusahaan yang baru dalam k3 dan


belum adanya dokumen k3 dikarenakan perusahaan tersebut baru dalam
bidang k3 dan sebagai subkontraktor yang mengikuti main kontraktor
mengenai peraturan dan dokumen k3 lainnya.

Dalam berbagai jenis pekerjaan yang ada di lapangan, terdapat


pekerjaan di area Pemasangan Pipa Plumbing yang mempunyai tahapan
pekerjaan antara lain Air kotor, Air bekas, Ventilasi, Air hujan dan Air
bersih. Kegiatan Pemasangan Pipa Plumbing ini mempunyai serangkian /
tahapan pemaangan seperti pemotongan besi, pengelasan besi,
pengangkatan pipa riser galvanis ( air bersih ), pemasangan pipa riser
galvanis ( air bersih ), pemasangan pipa PVC, pemasangan elbow pipa
PVC, pengeboran atap ( menggunakan hole saw mata bor ) dll.
Permasalahan pemasangan pipa air kotor bekas dan vent Permasalahan
kecelakaan yg sering terjadi pada pemasangan pipa air kotor, bekas dan
vent atau plumbing adalah seringnya terjatuh dari ketinggian dikarenakan
kurangnya disiplin pekerja, pekerja tertimpa alat dari ketinggian karena
kurangnya kehati hatian, pekerja terluka akibat terkena pipa itu sendiri,
sedangkan Permasalahan di Workshop keamanan bekerja di workshop
pada saat fabrikasi support atau lainya sangat penting di perhatikan pada
saat pengelasan dan pemotongan besi atau yg lainya, perawatan dan
pemeliharaan untuk menghindari kecelakan seperti pandangan tukang las
pada saat mengelas terhalang kacamata las, juga pekerja lainya yang

18
melewati proses pengelasan harus dapat menghindar dari percikan dan
sinar las pada saat fabrikasi sapot, selain dari lingkungan kerja, aspek fisik
dan kesehatan pekerja juga harus diperhatikan, sebagai bagian dari
keselamatan pekerja itu sendiri, sebagai pelindung diri dari pengelasan,
penting untuk pekerja memakai kacamata las atau helm, sepatu boot,
pelindung pernafasan dan baju khusus untuk melindungi diri dari percikan
dan radiasi panas.
Dengan melihat aktivitas pekerjaan dan alat yang digunakan pada
area fabrikasi diperlukan analisis potensi bahaya, risiko, dan pengendalian
risiko dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) dengan
mengkombinasi menggunakan Standar AS/NZS 4360 yang bertujuan
untuk mengetahui bahaya apa saja, mengetahui tingkat risiko dan
pengendalian bahaya degan menggunakan standar AS/NZS 4360.
Dari uraian diatas peneliti memilih melakukan penelitian dengan
judul: Job Safety Analaysis (JSA) Pada Area Pekerjaan Pemasangan Pipa
Plumbing di Proyek JAKARTA LIVING STAR PT. Trikarsa Bahtera Abadi,
Cibubur 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam berbagai jenis pekerjaan yang ada di lapangan, terdapat


pekerjaan di area Pemasangan Pipa Plumbing yang mempunyai tahapan
pekerjaan antara lain Air bersih. Kegiatan Pemasangan Pipa Plumbing ini
mempunyai serangkian / tahapan pemasangan seperti Pemotongan besi
kanal, pengelasan besi kanal, pengecatan besi kanal, aja juga
pemotongan pipa galvanis, pengelasan pipa galvanis, Pengecatan pipa
galvanis, pengangkatan pipa galvanis ( air bersih ), pemasangan pipa
galvanis ( air bersih ), dan juga pemasangan pipa PPR ( Air Bersih ),
perakitan tangki dan perakitan pompa ( ai berih ).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka rumusan


masalah penelitian ini adalah:

19
1. Bagaimana identifikasi bahaya dan risiko pekerjaan di bagian
Pemasangan Pipa Plumbing?
2. Bagaimana pengendalian bahaya pekerjaan di bagian
Pemasangan Pipa Plumbing?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk Pekerjaan Pemasangan Pipa


Plumbing di Proyek JAKARTA LIVING STAR PT. Trikarsa Bahtera Abadi,
Cibubur 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui identifikasi bahaya dan risiko pekerjaan


di bagian Pemasangan Pipa Plumbing.

2. Untuk mengetahui pengendalian bahaya pekerjaan di


bagaian Pemasangan Pipa Plumbing.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Untuk Institusi Pendidikan

1. Sebagai sistem pengembangan dan referensi dalam


bidang pengetahuan tentang analisis manajemen risiko di
berbagai tempat kerja.

2. Sebagai bentuk upaya menjalin kerjasama yang baik


dengan lembaga atau perusahaan terkait sehingga dapat
menjadi bahan masukan untuk mengadakan penelitian yang
relevan berikutnya.

1.4.2 Manfaat untuk Peneliti

1. Mengetahui tingkat risiko pada pekerjaan fabrikasi dengan


menggunakan metode job safety analysis (JSA) di proyek
JKT LIVING STAR Apartement PT. Trikarsa Bahtera Abadi.

20
2. Peneliti mendapat wawasan dan pengalaman baru terkait
kegiatan penelitian yang dilaksanakan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang Job Safety Analaysis (JSA) Pada


Area Pekerjaan Pemasangan Pipa Plumbing di Proyek JAKARTA LIVING
STAR PT. Trikarsa Bahtera Abadi, Cibubur 2021.
Penelitian dilaksanakan pada 08 Februari sampai dengan 08 Mei
2021. Penelitian ini menggunkan metode kualitatif analitik. Data primer di
dapat melalui dokumentasi dengan melihat proses area pekerjaan, alat
yang digunakan dalam setiap aktivitas, kondisi lingkungan area kerja, dan
penggunaan alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja. Data
sekunder yang di dapat melalui wawancara yang dilakukan. Selanjutnya
data akan diolah dan di diskusikan dengan SHE (Safety Health
Environment) di PT. Trikarsa Bahtera Abdai untuk menilai apakah sistem
tersebut sesuai atau tidak sesuai.

21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk


menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan
yaitu produktivitas setinggi-tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) sangat penting untuk dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan
tanpa terkecuali proyek pembangunan gedung seperti apartemen, hotel,
mall dan lain-lain, karena penerapan K3 dapat mencegah dan mengurangi
risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan kerja. (2)

Menurut International Labour Organization (ILO) (1998) ,


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu promosi,
perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
mencakup aspek fisik, mental, dan sisial untuk kesejahteraan seluruh
pekerja disemua tempat kerja. Pelaksanaan K3 merupakan bentuk
penciptaan tempat kerja dan penyakit akibat kerja, juga merupakan Salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi
kecelakaan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.

Menurut Smith dan Sonesh dalam Waruru, mengemukakan bahwa


pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting. Semakin
besar pengetahuan pekerja atau karyawan akan K3 maka semakin kecil
terjadinya risiko kecelakaan kerja, demikian sebaliknya semakin minimnya
pengetahuan karyawan akan K3 maka semakin besar risiko terjadinya
kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi
manajemen dalam upaya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3).

22
Kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja disebut kecelakaan
berhubung dengan hubungan kerja yang artinya kecelakaan tersebut
terjadi akibat pekerjaanya baik yang terjadi di tempat kerja maupun
hendak pergi atau pulang dari tempat kerja. Dalam hal ini kecelakaan
kerja dapat terjadi akibat kondisi bahaya yang berkaitan dengan mesin,
lingkungan kerja, proses produksi, sifat pekerjaan, dan cara kerja.

Kecelakaan kerja bisa juga terjadi akibat tindakan berbahaya yang


dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan
dan keterampilan, cacat tubuh, keletihan dan kesalahan, sikap dan
tingkah laku yang tidak aman.

Menurut Ervianto dalam Waruru, mengatakan bahwa elemen-


elemen di pertimbangkan dalam mengembangkan dan menerapkan K3
adalah sebagai berikut:

1. Komitmen perusahaan untuk mengembangkan program yang


mudah dilaksanakan.

2. Kebijakan pimpinan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3).

3. Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin


terciptanya K3 dalam bekerja.

4. Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung.

5. Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek


berlangsung.

6. Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan.

7. Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

8. Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan


kerja.

9. Megukur kinerja program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3).

23
10. Pendokumentasian dan pencatatan kecelakaan kerja secara
kontinu.

2.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan menurut Sulaksmono, dalam Anizar, (2012) adalah


suatu kejadian tak diduga dan tidak di kehendaki yang mengacaukan
proses suatu aktivitas yang telah diatur. Kecelakaan tanpa disangka-
sangka dan dalam sekejap mata, dan setiap kejadian terdapat empat
tanda yang bergerak dalam satu kesatuan berantai yaitu lingkungan,
bahaya, peralatan dan manusia. Kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan yang berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerja dalam arti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini
terdapat 2 permasalahan penting, ialah:

1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan

2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan

Bahaya pekerjaan adalah tanda-faktor dalam hubungan pekerjaan


yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut
potensial, jika factor-faktor belum mendatangkan kecelakaan, jika
kecelakaan tersebut telah terjadi maka bahaya tersebut adalah sebagai
bahaya nyata.

Secara umum tanda kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action


(tanda manusia) dan unsafe condition (tanda lingkungan). Menurut
penelitian bahwa 80-85 % kecelakaan di sebabkan oleh unsafe action.

a. unsafe action (tanda manusia) unsafe action dapat disebabkan


sebagai berikut:

1. Ketidak seimbangan fisik tenaga kerja

a. Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah

b. Cacat fisik

24
c. Cacat sementara

d. Kepekaan panca indra terhadap sesuatu

2. Kurang pendidikan

a. Kurang terampil

b. Kurang pengalaman

c. Salah pengertian terhadap suatu perintah

d. Salah mengartikan SOP (Standar operasional prosedur)


sehingga mengakibatkan kesalahan pemakain alat kerja.

3. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan

4. Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja

5. Pemakain alat pelindung diri (APD) yang tidak sesuai

6. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan


keahlian

7. Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura-pura

b. Unsafe Condition (tanda lingkungan) disebabkan oleh beberapa


tanda sebagai berikut :

1. Peralatan yang sudah tidak layak pakai

2. Pengamanan yang kurang standar

3. Pencahayaan yang kurang

4. Kondisi suhu

5. Terpapar bising

6. Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya.

2.3 Bahaya (hazard)

Bahaya merupakan kondisi yang memiliki potensi terjadinya


kecelakaan dan kerusakan, bahaya melibatkan risiko atau kesempatan

25
yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diekatahui. Apabila
bahaya tersebut tidak dikendalikan dengan tepat akan dapat
menyebabkan kelelahan, cidera, dan bahkan kecelakaan yang serius.
Mengingat bahaya terdapat tanda diseluruh tempat kerja, maka upaya
untuk mencegah dan mengurangi risiko yang timbul akibat proses
pekerjaan perlu segera dilakukan. Menurut Farida 2010, dan Alfatiyah
(2017), kecelakaan kerja dapat terjadi terhadap setiap orang, kapan saja
dan dimana saja, pihak perusahaan atau manajemen serta pekerja tentu
menyakini akan pentingnya pencegahan kecelakaan kerja karena
merupakan unsur penting dalam keberhasilan produksi dan tidak
terganggu aktifitasnya.

2.3.1 Jenis Bahaya

Menurut Wijanarko, 2017 (3) keselamatan dan kesehatan kerja,


bahaya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Bahaya keselamatan kerja (safety hazard) Merupakan bahaya


yang dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka hingga kematian, serta kerusakan tand
perusahaan. Jenis-jenis safety hazard antara lain:

a. Bahaya mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja


mekanik, seperti tersayat, terpotong, terjatuh dan tertindih

b. Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang


mengandung arus listrik

c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang


bersifat mudah terbakar

d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang


bersifat mudah meledak.

2. Bahaya kesehatan kerja (health hazard) Merupakan jenis bahaya


yang berdampak pada kesehatan yang menyebabkan gangguan

26
kesehatan dan penyakit akibat kerja. Jenis- jenis health hazard
antara lain:

a. Bahaya fisik, antara lain getaran, radiasi, kebisingan,


pencahayaan dan iklim kerja

b. Bahaya kimia, antara lain yang berkaitan dengan material


atau bahan kimia seperti aerosol, insektisida, gas dan zat-
zat kimia lainnya

c. Bahaya ergonomi , antara lain gerakan berulang-ulang,


postur statis dan cara memindahkan barang (manual
handling)

d. Bahaya biologi, antara lain yang berkaitan dengan


makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri,
virus dan jamur yang bersifat pathogen.

e. Bahaya psikologi, antara lain beba kerja yang terlalu


berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman.
Sedangkan pengertian bahaya menurut Anizar, (adalah
segala sesuatu termasuk situasi atas tindakan yang
perpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada
manusia, kerusakan atau gangguan lainya. Jenis bahaya
antara lain:

1. Bahaya mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau


benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan
secara manual maupun dengan penggerak misalnya mesin grindra,
bubut, potong, dan alat press. Bagian yang bergerak pada mesin
mengandung bahaya seperti mengebor, memotong, menjepit dan
yang lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau
kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong atau terkelupas.

2. Bahaya listrik

27
Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari
tanda listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya
seperti kebakaran, sengatan listrik dan hubungan arus listrik.
Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari
jaringan listrik maupun peralatan kerja atau mesin yang
menggunakan energi listrik.

3. Bahaya kimia

Bahaya kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai


dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat
bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan
kimia antara lain keracunan yang bersifat racun, iritasi, kebakaran,
polusi dan pencemaran lingkungan.

4. Bahaya biologis

Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang


bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat
di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Faktor bahaya
ini ditemukan dlam tandard makanan, farmasi, pertanian, kimia,
pertambangan, pengolahan minyak dan gas bumi.

Sedangkan Syukri Sahab, 1997 dalam Wijanarko, 2017 tempat

kerja yang berisiko tinggi bisa timbul dari hal-hal berikut ini :

1. Bahan

Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan


sifat bahan atara lain mudah terbaka, mudah meledak,
menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan
jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan
pada janin, bersifat racun dan radioaktif.

2. Bangunan, peralatan dan instalasi.

28
Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu
mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan
memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus
menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Pencahayaan
dan ventilasi harus baik dan tersedia jalur evakuasi. Di dalam
tandard juga digunakan berbagai mesin dan peralatan yang
berbahaya, sehingga diperlukan alat pelindung diri dan pengaman
agar bisa mencegah terjadinya bahaya seperti kebakaran,
sengatan listrik, ledakan, luka-luka atau cedera.

3. Cara kerja

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan tenaga kerja


itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian
antara lain cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan
serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.

4. Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung dengan


teknologi yang digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan
proses yang berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu,
tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya yang
memperbesar risiko bahayanya. Dari proses ini kadangkadang
timbul asap, debu, panas, bising dan bahaya mekanis seperti
terjepit, terpotong atau tertimpa bahan.

5. Lingkungan kerja

Bahaya dari lingkungan kerja terbagi atas tanda lingkungan


fisik, lingkungan kimia, tanda tandard dan tanda psikologis.

2.4 Manajemen Risiko

Menurut Soputan et, al dalam Supriyadi, (2017) Manajemen Risiko


adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya

29
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.

Secara umum Manajemen Risiko dapat diartikan sebagai proses,


mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan
strategi untuk mengelolah risiko tersebut. Dalam hal ini manajemen risiko
akan melibatkan proses-proses, metode serta teknik yang membantu
manajer proyek maksimumkan probabilitas dan konsekuensi dari event
positif dan minimasi probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan.
(Gabby, 2015)

Menurut Ramli dalam Supriyadi, (2017), Implementasi K3 dimulai


dengan perencanaan yang baik dimulai dengan identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko Hazard Identification, Risk Assessment,
and Risk Control. Penilaian risiko menurut standard AS/NZS 4360,
kemungkinan atau Likelihood dan consequence diberi rentang antara
suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risiko yang terjadi setiap
saat.

Manajemen risiko merupakan inti dari Sistem Manajemen K3,


karena itu dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/Men/1996 dan
OHSAS 18001:2007 mensyaratkan adanya pengelolaan risiko dalam
suatu perusaahaan. Sebuah perusahaan/organisasi dapat menerapkan
metode pengendalian risiko apapun sejauh metode tersebut dapat
digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas
risiko dan mengendalikan risiko dengan melakukan pendekatan jangka
pendek dan jangka panjang.

2.4.1 Tujuan Manajemen Risiko

Adapun tujuan manajemen risiko diantaranya adalah (Wijarnoko,


2017):

1. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan


meminimalkan kerugian.

30
2. Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan
terjadi.

3. Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua


level.

4. Menyusun program yang tepat untuk meminimalisasi kerugian


pada saat terjadi kegagalan.

5. Menciptakan manajemen yang bersifat proaktif bukan bersifat


reaktif.

6. Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga


memberikan keuntungan bukan kerugian.

2.4.2 Manfaat Manajemen Risiko

Manajemen risiko sangat penting bagi keberlangsungan suatu


usaha atau kegiatan dan merupakan alat untuk melindungi perusahaan
dari setiap kemungkinan yang merugikan. Manajemen tidak cukup
melakukan langkah- langkah pengamanan yang memadai sehingga
peluang terjadinya bencana semakin besar. Dengan melaksanakan
manajemen risiko diperoleh berbagai manfaat antara lain :

1. Menekan biaya untuk penanggualangan kejadian yang tidak


diinginkan.

2. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari


setiap kegiatan yang mengandung bahaya.

3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko


operasi bagi setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan.

4. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.

5.Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai


kelangsungan dan keamanan investasinya.

2.5 Identifikasi Bahaya

31
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam
mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah untuk
menjawab pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau
menimpa organisasi/perusahaan dan bagaimana terjadinya. Identifikasi
bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam
aktivitas organisasi. (4)
Sejalan dengan proses manajemen risiko, OHSAS 18001
mensyaratkan prosedur identifikasi hazard dan penilaian risiko
sebagai berikut:
1. Mencakup seluruh kegiatan organisasi baik kegiatan rutin
maupun non rutin. Tujuannya agar semua hazard yang ada
dapat diidentifikasi dengan baik, termasuk hazard yang dapat
timbul dalam kegiatan non rutin seperti pemeliharaan, proyek
pengembangan, dan lainnya.
2. Mencakup seluruh aktivitas individu yang memiliki akses ke
tempat kerja. Maka dari itu, identifikasi hazard juga
mempertimbangkan keselamatan pihak luar organisasi seperti
kontraktor, pemasok, dan tamu.
3. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya.
Faktor manusia harus dipertimbangkan ketika melakukan
identifikasi hazard dan penialaian risiko. Manusia dengan
perilaku, kemampuan, pengalaman, latar belakang pendidikan,
dan sosial memiliki kerentanan terhadap keselamatan. Perilaku
yang kurang baik mendorong terjadinya tindakan berbahaya
yang dapat mengarah terjadinya insiden.
4. Identifikasi semua hazard yang berasal dari luar tempat kerja
karena dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia yang berada di tempat kerja.
5. Hazard yang timbul di sekitar tempat kerja dari aktivitas yang
berkaitan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali
organisasi. Sumber hazard tidak hanya berasal dari internal
organisasi tetapi juga bersumber dari sekitar tempat kerja.

32
Sebagai contoh, kemungkinan penjalaran api, gas, suara, dan
debu dari aktivitas yang berada di luar lokasi kerja. Faktor
eksternal ini harus diidentifikasi dan dievaluasi.
6. Mencakup seluruh infrastruktur, peralatan, dan material di
tempat kerja, baik disediakan oleh organisasi atau pihak lain.
7. Perubahan dalam organisasi, kegiatan, atau material.
Setiap perubahan atau modifikasi yang dilakukan dalam
organisasi.
8. Perubahan sementarapun harus memperhitungkan potensi
hazard K3 dan dampaknya terhadap operasi, proses, dan
aktivitas.
9. Setiap persyaratan legal yang berlaku berkaitan dengan
pengendalian risiko dan implementasi pengendalian yang
diperlukan.
10. Rancangan lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin,
peralatan, prosedur operasi, dan organisasinya. Termasuk juga
kemampuan manusia.
Syarat-syarat menurut OHSAS 18001 ini bertujuan untuk
memastikan bahwa identifikasi hazard dilakukan secara
komprehensif dan rinci sehingga semua peluang hazard dapat di
identifikasi. Identifikasi hazard yang dilakukan seadanya tidak
mampu menjangkau hazard yang lebih rinci. Untuk membantu
upaya identifikasi hazard, dikembangkan berbagai metoda mulai
dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Adapun data-data untuk mengidentifikasi bahaya dapat diperoleh
dari :
1. Survei peninjauan tempat kerja, untuk mengidentifikasi
sumber- sumber bahaya. Secara khusus survei akan
bermanfaat bilamana dilakukan dengan melibatkan personil
senior, dan untuk proses kerja yang sangat kompleks, bila
diperlukan dapat menggunakan tenaga ahli dari luar.
2. Data statistik keselamatan kerja yang berhubungan dengan

33
tempat kerja harus di tinjau ulang untuk membantu daerah
proses pengidentifikasian masalah.
3. Evaluasi proses kerja dapat digunakan untuk menentukan
dan mengevaluasi tugas yang berhubungan dengan proses
kerja dimana hal ini akan berguna untuk melihat bahaya
tersebut.
4. Konsultasi dengan karyawan adalah salah satu hal paling
mudah dan efektif dalam proses pengidentifikasian bahaya
di tempat kerja. Hal ini karena karyawan paling mengetahui
karakteristik tempat kerja mereka.
5. MSDS (Material Safety Data Sheet) adalah hal penting
sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan bahan-
bahan kimia berbahaya.
6. Praktisi dan representative khusus dari asosiasi ahli K3,
SPSI dan badan pemerintah kemungkinan dapat membantu
untuk menyumbang saran dalam mendapatkan informasi K3
yang relevan dengan risiko dan kecelakaan di tempat kerja.

2.5.1 Tujuan Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya merupakan landasan dari


program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi
bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:

a. Mengurangi peluang kecelakaan, Identifikasi bahaya dapat


mengurangi peluang terjadinya kecelakaan, karena identifikasi
bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan. Dengan
melakukan identifikasi bahaya maka berbagai sumber bahaya
yang merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui dan
kemudian dihilangkan sehingga kemungkinan kecelakaan dapat
ditekan.
b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-
manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya
dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan

34
kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan
strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif.
Dengan mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat
menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan
tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih
efektif.
d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber
bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya
pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat
memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha yang akan
dilakukan.
2.6 Risiko

Risiko adalah manifestasi atau perjuwudan potensi bahaya yang


mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung
dari cara pengolahannya, tingkat resiko mungkin berbeda dari yang paling
ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Definisi
lain menyebutkan bahwa risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu
yang dapat menimbulkan dampak pada suatu objek yang diukur
berdasarkan kemungkinan terjadinya dan konsekuensi yang dapat terjadi.

Jadi, risiko adalah kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya


berdasarkan peluang terjadinya dan kemungkinan yang dapat ditimbulkan
dari bahaya tersebut.

Sedangkan berdasarakan paparan The Standards Australia/New


Zealand 4360:2004, risiko adalah suatu kemungkinan dari suatu kejadian
yang tidak diinginkan yang akan mempengaruhi suatu aktivitas atau objek.
Risiko tersebut diukur dalam tandar dan likelihood dan consequence.
Risiko diukur dalam kaitannya dengan kecenderungan terjadinya suatu
kejadian dan konsekkuensi atau akibat yang dapat ditimbulkannya.

35
2.6.1 Tipe, Jenis, dan Macam Risiko

Menurut Wijarnoko (5) Risiko pada dasarnya dapat dibedakan


menurut tipe kemudian jenis dan macamnya. Beberapa tipe risiko antara
lain:

1. Risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan.


Risiko ini bisa terjadi pada saat perusahaan akan membangun
pabrik baru atau saat meluncurkan produk baru, jika salah
memprediksi, perusahaan akan menerima risiko berupa
kerugian.
2. Risiko yang sulit dikendalikan manajemen perusahaan,
contohnya adalah risiko kebakaran akibat adanya hubungan
pendek arus listrik.

Sedangkan menurut jenisnya, ada 4 risiko diantaranya


adalah :

1. Financial risk adalah risiko yang berdampak pada kinerja


keuangan perusahaan, seperti kejadian risiko akibat dari
tingkatan fluktuasi mata uang, tingkat suku bunga, termasuk
juga risiko pembelian kredit, likuidasi dan pasar.
2. Operational risk adalah kejadian risiko yang berhubungan
dengan operasi organisasi perusahaan, mencakup risiko yang
berhubungan dengan sistem.
3. Strategic risk adalah risiko yang mencakup kejadian tentang
strategis perusahaan, politik ekonomi, peraturan dan
perundagan, pasar bebas, risiko yang berkaitan dengan
reputasi perusahaan, kepemimpinan dan perubahan keinginan
perusahaan.
4. Hazard risk adalah risiko yang berhubungan dengan kecelakaan
fisik, seperti kejadian risiko sebagai akibat bencana alam dan
berbagai kerusakan yang menimpa perusahaan dan karyawan.

36
Sedangkan macam rsisiko, terdapat 6 macam risiko
diantaranya adalah:

1. Risiko murni adalah risiko yang apabila terjadi menimbulkan


kerugian dan terjadinya tanpa disengaja. Contoh: terjadinya
kecelakaan di jalan raya, kebakaranm dan tersengat listrik.
2. Risiko fundamental adalah risiko yang tidak hanya dirasakan
oleh satu individu saja, contohnya adalah risiko akibat bencana
alam.
3. Risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan dan
menyebabkan ketidakpastian untuk memberikan keuntungan
atau tujuan tertentu. Contoh: perusahaan melakaukan pinjaman
untuk modal produksi.
4. Risiko dinamis adalah risiko yang ditimbulkan karena
perkembangan pola pikir manusia dalam ilmu tekonologi
maupun bidang ekonomi. Contoh: upaya pencarian tempat
tinggal alternatif selain bumi.
5. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber pada peristiwa
tunggal dan pada umumnya mudah untuk diketahui
penyebabnya. Contoh: kapal kandas, dan jatuhnya pesawat.
6. Risiko statis adalah kebalikan dari risiko dinamis. Contohnya
adalah risiko yang harus dihadapi saat usia senja, dan risiko
kematian.

2.6.2 Analisis Risiko

Menurut buku Federal Guidelines for Dam Safety Risk


Management (2004), risk assessment merupakan suatu aktivitas yang
dilaksanakan untuk memperkirakan suatu risiko dari situasi yang jelas
ataupun potensi dari suatu bahaya baik secara kualitatif atau kuantitatif
menggunakan analisis risiko, perkiraan risiko, dan informasi
pendukung untuk pengambilan sebuah keputusan.

Menurut Winda (2012) analisis risiko adalah suatu langkah


dalam manajemen risiko, dimana analisis risiko ini akan

37
mempertimbangkan sumber dari suatu risiko, konsekuensi dan
kemungkinan dari akibat yang mungkin terjadi, serta risiko akan
dianalisis dengan menggabungkan konsekuensi dan kemungkinan
suatu risiko itu terjadi. Analisis risiko berfungsi untuk memilah suatu
risiko kecil dengan risiko besar dan menyediakan data evaluasi untuk
perbaikan risiko.

Dalam penerapan analisis risiko agar terhindar dari


penyimbangan sumber informasi yang tersedia dan teknik yang
digunakan ketika menganalisis konsekuensi dan kemungkinan dari
suatu risiko, diperlukan sumber informasi seperti berikut:

a. Catatan-catatan terdahulu

b. Pengalaman kejadian yang relevan

c. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di tandard dan pengalaman-


pengalaman pengendaliannya

d. Literatur-literatur yang beredar dan relevan

e. Marketing tes dan penelitian pasar

f. Percobaan-percobaan dan prototype

g. Model ekonomi, teknik, maupun model yang lain

h. Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar

2.6.3 Pengendalian Risiko

Menurut Winda (2012) pengendalian risiko merupakan suatu


langkah yang sangat penting dan menentukan dalam keseluruhan
manajemen risiko. Risiko yang telah teridentifikasi dan diketahui
potensi risikonya harus dikendalikan dengan tepat, efektif dan sesuai
dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. Dalam pengendalian
risiko, terdapat opsi-opsi dalam pengendalian risiko berdasarkan
AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai berikut:

1. Menghindari risiko.

38
2. Mengurangi kemungkinan terjadi.

3. Mengurangi konsekuensi terjadi.

4. Pengalihan risiko ke pihak lain.

5. Menanggung risiko yang tersisa.

Dalam proses pengendalian risiko, ketika suatu risiko dikatakan


dapat diterima, maka tidak diperlukan langkah pengendalian terhadap
risiko tersebut, melaikan diperlukan pemantauan berkala terhadap
risiko tersebut agar risiko tersebut tetap berada dalam kategori dapat
diterima, serta apabila suatu risiko dikatakan tidak dapat diterima,
maka diperlukan tindakan atau pengendalian terhadap risiko tersebut.
Tindakan pengendalian risiko harus dikaji dengan seksama sesuai
kemampuan perusahaan, apabila perusahaan tidak mampu dalam
melakukan pengendalian dapat dilakukan pengalihan risiko ke pihak
lain.

Sumber bahaya yang berada di tempat pemasangan pipa plumbing


tersebut seperti :

 Bahaya Fisik :

Jenis bahaya kerja fisik dapat berupa bising, vibrasi, suhu


lingkungan yang ekstrem, dan radiasi. 

- Bising secara konstan yang dirasakan oleh pekerja


bangunan bisa menimbulkan ketulian. 
- Vibrasi atau getaran akibat penggunaan mesin atau alat
dalam waktu lama dapat menyebabkan nyeri otot, mual,
hingga gangguan pembuluh darah.
- Sedangkan untuk suhu lingkungan dan radiasi sinar-X
atau gamma, paparannya dapat merusak ikatan kimia di
jaringan tubuh apabila terpapar dalam jumlah besar.

 Bahaya Kimia :

39
Debu, zincromate, tiner dan pilox.
- Debu mengakibatkan gangguan pernafasan
- Zincromae mengakibatkan kanker, gangguan sistem
pernafasan
- Tiner mengakibatkan kebakaran, gangguan pernafsan dan
kanker
- Pilox mengakibatkan kanker dan gangguan pernafasan
 Bahaya Biologi :
Tenaga kesehatan merupakan pekerjaan yang paling terancam dari
bahaya kerja biologi. 
- Penyakit akibat bakteri dan virus, seperti tuberkulosis,
hepatitis B dan C, serta HIV/AIDS rentan menular ke tenaga
kesehatan. 
- Risiko serupa juga dimiliki oleh orang-orang yang bekerja
dengan hewan. Mereka berisiko terpapar penyakit rabies,
dan antraks.
- Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan
bahaya kerja tersebut adalah vaksinasi. 
- Meskipun terkena, tubuh sudah memiliki imunitas sehingga
gejala yang timbul umumnya tidak terlalu parah. 

 Bahaya Psikologi :
- Jam kerja yang berlebih mengakibatkan setres dan lelah

 Bahaya Ergonomi :
- Angkat angkut barang/material mengakibatkan nyeri otot dan
pegel-pegel
 Bahaya Listrik
Bahaya listrik yang berasal dari perlengkapan las yang digunakan
seperti : klem massa, pemgang kawat las, kabel las, palu las,
pelindung muka/mata ( topi las ), dan pelindung badan.

40
- Dari bahaya di atas dapat mengakibatkan risiko kulit
terbakar, iritasi, dan dehidrasi.

Pengendalian risiko antara lain :

baka

a. Eliminasi
Risiko dapat ihindarkan degan menghilangkan
sumbernya seperti
- Mesin yang bising dimatikan atau dihentikan sehingga
tempat kerja bebas dari kebisisngan.
- Jauhkan bahan kimia dari sumber api
b. Subsitusi
- Mengganti material cat dengan kadar kimia yang
rendah
- Menggunakan alat angkut seperti mobil pick up
c. Perencanaan
- Menginstal sistm ventilasi, mesin penjagaan dll
d. Administrasi
- Memasang rambu-rambu k3, prosedur
keselamatan, inspeksi peralatan, sistem yang
aman, dan izin kerja.
e. APD
- Seperti menggunakan kacamata safety, pelindung
pendengaran, pelindung wajah, respirator, dan
sarung tangan.

41
2.6.4 Evaluasi Risiko

Menurut Cindy (2017) evaluasi risiko merupakan kegiatan


dalam manajemen risiko, dimana dalam evaluasi risiko dilakukan
perbandingan antara hasil level risiko yang telah dianalisis dengan
kriteria risiko yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam melakukan
evaluasi risiko, level risiko dan kriteria risiko harus dibandingkan
menggunakan dasar yang sama.

Dari evaluasi risiko ini menghasilkan daftar prioritas risiko (risk


register) untuk tindakan lebih lanjut. Keputusan dalam penindakan
suatu risiko harus mempertimbangkan luasnya konteks risiko dan
toleransi risiko yang ditanggung oleh perusahaan.

2.7 Analisis Keselamatan Kerja (JOB SAFETY ANALYSIS)

JSA (Job Safety Analysis) merupakan alat atau metode yang


digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan atau
mengidentifikasi bahaya yang ada pada pekerjaan seseorang dan
menerapkan pengendalian yang tepat dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan. Menyusun prosedur kerja yang benar merupakan salah satu
keuntungan JSA, yang meliputi mempelajari dan melaporkan setiap
langkah pekerjaan, mengidentifikasi bahaya pekerjaan yang sudah ada
atau potensi yang berfokus pada tahapan pekerjaan, dan mudah di
pahami serta dapat dengan cepat disesuaikan dengan pandangan individu
berpengalaman. Penggunaan metode JSA karena pengidentifikasian
bahaya yang berfokus pada interaksi antar pekerja, tugas atau pekerjaan,
alat dan lingkungan. Setelah diketahui bahaya yang bisa dikendalikan,
maka dilakukan usaha untuk menghilangkan atau mengurangi risiko
bahaya ke tingkat level yang bisa diterima.

Menurut Canadian Centre for Occupational Health and Safety, Job


Safety Analysis (JSA) adalah prosedur yang membantu untuk
mengintegrasikan diterimanya prinsip dan praktek keselamatan dan

42
kesehatan untuk tugas tertentu atau operasi kerja. Dalam JSA, setiap
langkah dasar dari pekerjaan adalah untuk mengidentifikasi potensi
bahaya dan merekomendasikan cara paling aman untuk melakukan
pekerjaan. Istilah lainnya yang digunakan untuk menggambarkan
prosedur ini adalah Job Hazard Analysis (JHA) dan Job Hazard
Breakdown.

Dalam OSHA 3071 (2001), Job Hazard Analysis (JHA) merupakan


pengkajian sistematis tentang prosedur kerja suatu pekerjaan untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan hazard sebelum hazard tersebut
mengakibatkan kecelakaan. JHA difokuskan kepada hubungan antara
pekerja, pekerjaan, alat kerja, dan lingkungan kerja. Melalui kegiatan ini
dapat diambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi
tingkat risiko dari hazard yang diterima.

Tujuan JSA adalah untuk menjelaskan pelaksanaan Analisis


Keselamatan Kerja atau agar JSA dapat membantu menyelesaikan
pekerjaan dengan aman. JSA umumnya dibuat ketika melakukan
pekerjaan yang baru, atau pekerjaan dengan resiko tinggi sebagai
prosedur dan merencanakan metode kerja yang aman. Contohnya: ketika
bekerja di dalam ruang terbatas atau saat proses melakukan produksi
yang memiliki bahaya tinggi. (OSHA 3071, 2001)

Menurut Rijanto (2011), JSA adalah suatu prosedur yang


digunakan untuk meninjau metode atau cara kerja dan menentukan
bahaya yang sebelumnya mungkin telah diabaikan pada peletakan pabrik
atau bangunan dan pada rancangan mesin- mesin, alat-alat kerja,
material, lingkungan tempat kerja, dan proses.

2.7.1 Langkah Pembuatan JSA

Menurut Ramli (2010) Terdapat lima langkah dalam membuat JSA :

2.9 Memilih pekerjaan yang akan dianalisa

43
Pekerjaan tidak dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan
pengalaman kecelakaan terburuk seharusnya dianalisis terlebih
dahulu. Dalam memilih pekerjaan untuk dianalisis dan dalam
menyusun tata cara analisis, pengawasan utama yang harus
dilakukan pada jenis – jenis pekerjaan sebagai berikut :
a. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki
angka kecelakaan tinggi.
b. Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal.
c. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui
secara persis bahaya yang ada.
d. Pekerjaan yang rumit atau kompleks dimana sedikit
kelalaian dapat berakibat kecelakaan atau cidera.
2. Membagi pekerjaan ke dalam beberapa langkah langkah
aktifitas
Sebelum penelitian terhadap bahaya dimulai, pekerjaan
harus dibagi kedalam beberapa langkah yang menggambarkan
apa yang telah selesai dikerjakan untuk menghindari dua
kesalahan umum :

a. Membagi pekerjaan menjadi terlalu rinci yang seharusnya


tidak perlu menghasilkan sejumlah banyak langkah.
b. Menbuat rincian kerja yang terlalu umum, sehingga
langkah dasar tidak tertulis.
3. Melakukan identifikasipotensi bahaya pada setiap langkah
Setelah membagi pekerjaan ke dalam beberapa tahapan
kegiatan, maka dilakukan identifikasi terhadap bahaya-bahaya dan
kecelakaan yang potensial dalam tahapan kegiatan tersebut.
4. Menentukan langkah pengamanan untuk mengendalikan
bahaya
Menentukan apa saja pengamanan yang tersedia atau yang
perlu dilakukan untuk setiap langkah pekerjaan.
Mengembangkan suatu prosedur kerja yang aman yang
dianjurkan untuk :

44
a. Mencegah timbulnya kecelakaan.
b. Mencari data baru untuk melakukan pekerjaan itu.
c. Merubah kondisi fisik yang menimbulkan risiko/bahaya.
d. Menghilangkan bahaya-bahaya yang masih ada, ganti
prosedur kerja.
e. Mengurangi frekuensi melakukan tugas.
5. Komunikasikan kepada semua pihak berkepentingan

Hasil JSA merupakan masukan untuk meningkatkan tandard


an prosedur pekerjaan. Lakukan langkah perbaikan pada peralatan,
cara kerja atau prosedur untuk menjalankan pekerjaan.
Sosialisasikan prosedur tersebut agar diketahui oleh semua pihak
yang terlibat dalam kegiatan. (6)

2.7.2 Keuntungan Menggunakan JSA

Menurut Diberardinis (1999), beberapa keuntungan yang


dapat diperoleh dengan menggunakan metode JSAadalah :
a. Pendekatan JSA sangat mudah dipahami dan tidak
membutuhkan suatu tahapan training, serta dapat dengan
cepat disesuaikan dengan pandangan individu yang
berpengalaman.
b. Proses pada JSA dapat memberikan kesempatan pada
individu untuk mengenali atau memberikan pengetahuan
mengenai operasi.
c. Hasil dari analisis dapat digunakan untuk
dokumentasi yang dapat digunakan untuk melatih pekerja
baru.
d. Dokumentasi JSA juga dapat digunakan sebagai bahan audit.

2.8. Standar AS/NZS 4360

45
Standar Australia AS/NZS 4360:2004 mengemukakan secara
sederhana mengenai manajemen risiko yaitu proses yang melibatkan
langkah-langkah atau metode sistematis yang dapat mengurangi ataupun
memperkecil kerugian dalam penanganan suatu dampak dan risiko yang
membantu untuk pengambilan sebuah keputusan yang langkah-
langkahnya terdiri dari penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis
risiko, evaluasi risiko, monitoring dan mengkomunikasikan risiko dari
segala aktivitas ataupun proses.

Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko

Menurut standard AS/NZS 4360, kemungkinan/peluang (likelihood)


diberi rentang antara risiko jarang yang terjadi (rare) hingga risiko yang
dapat terjadi setiap saat (almost certain). Sedangkan
keparahan/konsekuensi (consequency) dikategorikan dari kejadian yang
tidak menimbulkan cedera hingga yang paling parah seperti menimbulkan
kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar pada asset
perusahaan. (7)

2.9. Pekerjaan Plumbing

46
Pekerjaan plumbing termasuk dalam pekerjaan mekanikal dan
elektrikal dalam bangunan. Mekanikal dan elektrikal dalam
bangunan adalah segala sistem pendukung bangunan yang
membutuhkan sebuah sistem mekanis dan listrik. Tujuan
menggunakan sistem ini dalam bangunan adalah untuk menunjang
kegiatan yang dilakukan dalam bangunan, termasuk dalam hal
kenyamanan dan keamanan bagi setiap aktivitas dan pelaksana di
dalam bangunan tersebut.

Sedangkan pekerjaan instalasi plumbing ialah instalasi


pemipaan untuk menyediakan air bersih ke tempat – tempat yang
dikehendaki dengan tekanan yang cukup, mencakupi sistem
pembuangan air kotor atau limbah dari tempat tertentu tanpa
mencemarkan bagian penting lainnya. Secara keseluruhan fungsi
pertama dilaksanakan oleh instalasi air bersih dan yang kedua oleh
instalasi pembuangan. Uraian pekerjaan dari plumbing meliputi :

2.9.1. Pengertian Air Bersih


Menurut Kodoatie (2003), air bersih adalah air yang dipakai
sehari-hari untuk keperluan mencuci, mandi, memasak dan dapat
diminum setelah dimasak. Sedangkan Menurut Suripin (2002),
yang dimaksud air bersih yaitu air yang aman (sehat) dan baik
untuk diminum, tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang
segar.Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan
manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan
(Peraturan Menteri Kesehatan No.416/PerMenKes/IX/1990), yaitu :
1. Syarat fisik: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa, suhu antara 10 o – 25 o C (sejuk).
2. Syarat kimiawi: tidak mengandung bahan kimiawi yang
mengandung racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang
berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6,5 – 9,2.
A. Sistem Air Bersih
a) Jenis pekerjaan
- Intalasi supply air bersih dari gwt ke roof tank

47
- Intalasi distribusi dari roof tank ke unit apartement
- Intalasi unit apartement

b) Jenis Material
- Pipa Gip medium ukuran 6 inch (Galvaniz iron pipe)
- Pipa Gip medium ukuran 4 inch
- Pipa Gip medium ukuran 2,5 inch
- Pipa PPR 2 inch s/d ½ inch
- Pipa Galvanis Beratnya sekitar 59,28 kg

c) Jenis Alat
- Cham block / tekel
- Mesin las
- Bor besi
- Gerinda tangan
- Bor beton
- Pemanas pipa PPR
- Catting wheel
- Drilling Machine ( pelubang besi
- Bahco Sandflex ( mata gergaji besi )

d) Intalasi Supply Air Bersih


- Persiapan Gambar Kerja
- Pengajuan working permit
- Persiapan alat & material
o Pipa Galvanis
o Pipa PPR
- Proses Pabrikasi
 Pengukuran
• Roll meter
 Pemotongan
 Pengelasan

48
 Pengecatan
• Zinkromate
• Cat dasar
• Warna cat akhir hijau/biru
 Pemasangan
 finising

2.9.2 Sistem Sambungan Langsung

Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung


terkoneksi dengan pipa utama penyediaan air bersih (misalnya :
pipa utama dibawah jalan dari perusahaan air minum). Karena
terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran
pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama
dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan
rendah. Ukuran pipa cabang biasanya diatur/ditetapkan oleh
perusahaan air minum. Tangki pemanas air biasanya tidak
disambung langsung kepada pipa distribusi, dan dibeberapa
daerah tidak diizinkan memasang katup gelontor (flush valve).

2.9.3 Sistem Tangki Atap

Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan


tidak dapat diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali digunakan
sistem tangki atap, terutama di negara Amerika Serikat dan
Jepang. Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki
bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah
muka tanah) kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang
biasanya dipasang diatas atap atau diatas lantai tertinggi
bangunan. Sistem tangki atap ini diterapkan dengan alasan-alasan
berikut :

- Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat


plambing hampir tidak terjadi, perubahan tekanan ini hanyalah
akibat muka air dalam tangki atap.

49
- Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja otomatis
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali
kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan
dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap.

- Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan


dengan tangki tekan. Untuk bangunan-bangunan yang cukup
besar, sebaiknya disediakan pompa cadangan untuk menaikkan air
ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan normal
biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk
menjaga agar kalau ada kerusakan atau kesulitan maka dapat
segera diketahui. Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup
besar, air dapat langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa
disimpan dalam tangki bawah dan dipompa. Dalam keadaan
demikian ketinggian lantai atas yang dapat dilayani akan
tergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa utama. Hal
terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak
“tangki atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau
di atas atap (misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu
kontruksi menara yang khusus. Penentuan ini harus didasarkan
pada jenis alat plambing yang dipasang pada lantai tertinggi
bangunan dan tekanan kerja yang tinggi.

2.9.4 Sistem Tangki Tekan

Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana suatu


kondisi tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip
kerja sistem ini adalah sebagai berikut : Air yang telah ditampung
dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki)
tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dalam tangki
tersebut dialirkan ke dalam suatu distribusi bangunan. Pompa
bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan,
yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa.
Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu

50
batas minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi tekanan ini
biasanya ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg/cm2. Daerah yang
makin lebar biasanya baik bagi pompa karena memberikan waktu
lebih lama untuk berhenti, tetapi seringkali menimbulkan efek yang
negatif pada peralatan plambing. Dalam sistem ini udara yang
terkompresi akan menekan air ke dalam sistem distribusi dan
setelah berulang kali mengembang dan terkompresi lama
kelamaan akan berkurang, karena larut dalam air atau ikut terbawa
keluar tangki. Sistem tangki tekan biasanya dirancang agar volume
udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume
tangki berisi air. Bila mula-mula seluruh tangki berisi udara pada
tekanan atmosfer, dan bila fluktuasi tekanan antara 1,0 sampai
dengan 1,5 kg/cm2 , maka sebenarnya volume efektif air yang
mengalir hanyalah sekitar 10% dari volume tangki. Untuk melayani
kebutuhan air yang besar maka akan diperlukan tangki tekan yang
besar. Untuk mengatasi hal ini maka tekanan awal udara dalam
tangki dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer (dengan
memasukkan udara kempa ke dalam tangki). Pada sistem air
bersih, penyediaan air harus dapat mencapai daerah distribusi
dengan debit, tekanan dan kuantitas yang cukup dengan kualitas
air sesuai standar/higienis. Oleh karena itu perencanaan
penyediaan air bersih harus dapat memenuhi jumlah yang cukup,
higienis, teknis yang optimal dan ekonomis.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia nomor1405/MENKES/SK/XI/2002, bahwa air
bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-
hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air
bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Dalam
perencanaan sistem penyediaan air bersih suatu bangunan,
kebutuhan air bersih tergantung dari fungsi kegunaan

51
bangunan, jumlah peralatan saniter dan jumlah
penghuninya.

2.10. Kerangka Teori

Proses Pekerjaan
Pemasangan Pipa
Plumbing

Identifikasi Bahaya,
Risiko dan
Pengedalian risiko

Job Safety Analysis

Standar AS/NZS
4360

Gambar 2.2 Kerangka Teori

52
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

INPUT
Pemasangan Pipa Plumbing mempunyai tahapan seperti :
 Persiapan gambar
 Pengajuan working permit
 Persiapan alat & material
 Proses fabrikasi (pengukuran menggunakan meteran,
pemotongan menggunkan catting well & gerinda tangan,
pengecetan menggunakan zincromate & cat dasar
terakhir cat biru, pemasangan meliputi pengangkatan lalu
menggunakan support /hanger, & takel, pengelasan
menggunakan mesin las, pemanas pipa PPR).
 Finishing

PROSES
Melakukan dengan cara :
 Observasi, Wawancara, Pencatatan, Video, dan
Dokumentasi
 Metode penelitian identifikasi bahaya dan risiko
menggunkana Job Safety Analysis ( JSA )

OUTPUT
 Pengedalian bahaya dan risiko berupa Job Safety Analysis (
JSA ) menggunakan hirarki pengendalian resiko & bahaya
seperti Eliminasi, Subsitusi, Engineering Control,
Administrasi dan APD. 53
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cendrung menggunakan


analisis dengan pendekatan induktif (Roseeha, 2010). Penelitian
kualitatif ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan
pemikiran manusia secara individu maupun kelompok. (8)

Penelitian yang akan dilakukan ditujukan untuk mendapatkan


informasi mengenai analisis potensi bahaya, tingkat risiko, dan
pengendalian risiko dengan menggunakan metode Job Safety Analysis
(JSA). Teknik dalam mendapatkan informasi atau data dalam
penelitian kualitatif ini menggunakan wawancara, video, dokumentasi,
dan program JSA.

3.3 Responden Penelitian

Responden penelitian ini yaitu informan utama dan informan kunci


yang mana informan utama yaitu pekerja yang berjumlah 1 orang
sedangkan untuk informan kunci yaitu SHE Officer yang berjumlah 1
orang dan supervisor berjumlah 1 orang.

3.4 Sumber Data Penelitan

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang dicari langsung oleh peneliti yaitu
dalam penelitian ini data tentang aktivitas pengerjaan area
pemasangan pipa plumbing, proses setiap pengerjaan, tahapan setiap

54
pengerjaan, dan ruang lingkup pengerjaan di area pemasangan pipa
plumbing.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah pengumpulan data yang di dapatkan dari


pihak perusahaan dan tidak dilakukan oleh peneliti sendiri. Data
sekunder penelitian ini diperoleh dari dokumen internal yang berkaitan
dengan urutan pekerjaan area pemasangan pipa plumbing PT.
Trikarsa Bahtera Abadi, yaitu mengenai gambaran profil perusahaan,
prosedur disetiap kegiatan pengerjaan dan tahapan masing-masing
pengerjaan proyek JKT LIVING STAR Cibubur.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan bagian yang sangat penting


dalam wawancara testruktur. Pedoman wawancara berfungsi sebagai
parameter, pedoman, patokan, dalam membuat pertanyaan
wawancara. Wawancara dilakukan secara langsung. Pokok
pertanyaan yang diberikan kepada informan kunci dan utama,
informan kunci untuk yang mengetahui proses kegiatan pekerjaan
yang dilakukan oleh pekerja di lingkungan tempat kerja. Kemudian
informan utama diambil untuk mengkonfirmasi semua jawaban yang
telah di jawab oleh informan kunci. (9)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Wawancara

Wawancara menggunakan sistematis dalam suatu wawancara


wajib ada instrumen pedoman wawancara. Bagian dalam pedoman
wawancara adalah kisi-kisi atau blue print dan intrumen pedoman
wawancara. Dalam kisi-kisi terdapat spesifikasi tujuan intrumen dan
aspek-aspek apa saja yang akan dikembangkan menjadi pertanyaan-

55
pertanyaan wawancara. Selanjutnya, pertanyaan yang dicatat,
didokumentasikan dan di buat program JSA.

Jenis pertanyaan dalam wawancara berkaitan dengan


pengalaman, pengetahuan, dan pendapat dari informan. Hasil
wawancara dicatat dan direkam setelah selesai melakukan wawancara
agar tidak lupa. Peneliti membuat rangkuman sistematis terhadap hasil
wawancara. Dari berbagai sumber data perlu dicatat data yang
dianggap penting, tidak penting, dan data yang sama. Lalu
dihubungkan data yang satu dengan data yang lain sehingga
menghasilkan makna tertentu. teknik pengumpulan data dilakukan juga
dengan tanya jawab secara langsung kepada informan yaitu yang
mengetahui proses kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di
lingkungan pekerjaan pemasangan pipa plumbing tersebut serta
mengalisa potensi bahaya dan risiko di masing-masing proses
pekerjaan yang dilakukan.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

1). Teknik wawancara secara terstruktur, yaitu wawancara yang


pelaksanaannya menggunakan pedoman wawancara, supaya lebih
mudah untuk menemukan masalah dari pendapat pihak informan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive
dengan di reduksi hanya orang yang terdapat pada area Pemasangan
Pipa Plumbing PT. Trikarsa Bahtera Abadi. Hasil dari wawancara
dengan informan difoto dan video dengan menggunakan alat yaitu
handphone agar penulis tidak lupa dari hasil wawancara dengan
informan. Setelah difoto dan video lalu diolah dengan menggunakan
Microsoft Word untuk dibentuk kedalam narasi.
2). Teknik Dokumentasi dan Video untuk mengetahui informasi
mengenai pekerja, fasilitas, pelaksanaan identifikasi bahaya Job
Safety Analysis (JSA), teridentifikasi bahaya di tempat kerja.

56
3.7.2 Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data menggunakan


teknik analisis isi (content analysis). Secara kualitatif, analisis isi dapat
melibatkan suatu jenis analisis, di mana isi komunikasi (percakapan,
teks tertulis, wawancara, fotografi, dan sebagainya) dikategorikan dan
diklasifikasikan. Objek dari analisis isi (kualitatif) dapat berupa semua
jenis komunikasi seperti (transkrip wawancara, wacana protocol, video
tape, dokumen, dan sebagainya). (10)

Adapun proses analisis data dalam penelitian ini yaitu :

1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari hasil


wawancara dan dokumentasi.
2. Dari data yang dikumpulkan dari hasil wawancara dan
dokumentasi, kemudian dibuat transkrip data yaitu
mencatat atau menuliskan kembali seluruh data yang
dipeoleh seperti apa adanya tanpa membuat
kesimpulan.
3. Hasil pencatatan atau penulisan kembali data yang
diperoleh seperti apa adanya tersebut selanjutnya data
di kelompokan dan dikategorikan sesuai topik yang
diperlukan.
4. Analisis data dengan membandingkannya pada teori
yang ada atau dengan Standar AS/NZS 4360.
5. Membuat kesimpulan.

57
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. Trikarsa Bahtera Abadi


Alamat Kantor : Grand Pasar Minggu, JL. Rawa Bambu
Raya, No.88 Q, Pasar Minggu, South
Jakarta, DKI Jakarta RT.10,
RT.13/RW.6, Ps. Minggu, Kec. Ps.
Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12520.
Jenis Usaha : Konstruksi ( Mekanikal & Elektrikal )
Kode Pos : 12520
Telepon : 021-78842261 / 021-78842263
Email            : trikarsa_ba@yahoo.com
Nama Proyek   : JKT LIVING STAR
Alamat Kantor Proyek : Jl. Lap. Tembak No.10, RT.1/RW.4,
Pekayon, Kec. Ps. Rebo, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 13710

4.1.2. Komitmen dan Kebijakan

PT Trikarsa Bahtera Abadi memiliki Komitmen sebagai berikut:

58
1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
orang lain termasuk ( Kontraktor, Pemasok,
Pengunjung ) yang berada dtempat kerja .
2. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang
berlaku yang berkaitan dengan K3
PT Trikarsa Bahtera Abadi memiliki Kebijakan sebagai
berikut :
1. Membentuk organisasi/unit kerja K3 dalam lingkungan
management perusahan.
2. Mengajak seluruh karyawan untuk berperan serta 2
3. meningkatkan K3 di Perusahan.
4.1.3. Visi dan Misi

Visi

PT Trikarsa Bahtera Abadi memiliki Visi yaitu Menjadikan


perusahan kontruksi jasa K3 growing and developing,
sekaligus mitra terpercaya bagi klien. Guna mewujudkan
tenaga kerja yang sehat, selamat, kompetitif dan produktif
ditempat kerja. Dan menjadikan perusahan yang Go Green.

Misi

PT Trikarsa Bahtera Abadi memiliki Misi sebagai berikut:

1. Melayani kebutuhan pelanggan melalui produk bernilai


bagus dan tinggi
2. Terlaksanakanya K3 ditempat kerja yang aman, nyaman
dan sehat
3. Meningkatkan produktivitas kerja

4.1.4. Analisis Keselamatan Kerja Area Fabrikasi JSA (Job


Safety Analysis) dan Melakukan Penilaian Risiko dan
Evaluasi Risiko

59
A. Langkah – langkah dalam membuat JSA

 Merinci langkah pekerjaan dari awal hingga selesai


pekerjaan

 Mengidentifikasi bahaya dan potensi kecelakaan


berdasarkan langkah yang ditentukan

 Menentukan langkah pengendalian berdasarkan


bahaya yang ada pada setiap langkah pekerja

B. Penjelasan Terhadap Penilaian Risiko dan Evaluasi


Risiko

 Penilaian Risiko adalah upaya untuk menghitung


besarnya suatu risiko dan menetapkan apakah risiko
tersebut dapat diterima atau tidak. Penilaian Risiko
ditentukan dengan mengalikan keparahan ( severty )
dengan kemungkinan terjadi ( likelihood ). Dari hasil
perkalian tersebut dapat diketahui hasil tingkat risiko
( Risk Ranting ) yang kemudian akan dievaluasi
untuk menentukan kiteria risiko.

60
Tabel 4.1. Pekerja Cutting Wheel ( Pemotongan Besi Kanal )

Gambar

Pekerjaan Cutting Wheel ( Pemotongan Besi Kanal )

Aktivitas Potensi Risiko S L Risk Pengendalian


Bahaya Ranting

Mengangkat dan Ergonomi Nyeri Elimination


Melakukan Pengukuran punggung Subsitution
Besi kanal dan nyeri 2 2 4 Engineering control
terlebihdahulu sebelum pada otot low risk - Mengangkat besi
dipotong Terkilir dengan dibantu
Tertimpa Terjatuh beberapa orang pekerja.
material Memar 2 2 4 - Mengangkat besi
atau besi Cedera Low risk menggunakan alat
angkut seperti roda dua (

61
gerobak sorong )
- Penataan material lebih
didekatan kan pada
mesin.
Administrative
- Membuat SOP (Standar
Operasional Prosedur)
mengangkat besi
- Membuat poster atau
spanduk berupa tata cara
mengangkat besi yang
baik dan benar.
- Membuat rambu
keselamatan kerja.
- Sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan
lakukan pemanasan
senam atau perengangan
otot.
APD
Gunakan APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap
sesuai dengan standar
seperti Memakaian
memakai sarung tangan,
masker, helm safety,
sepatu safety dll
Melakukan Pemotongan - Tangan - Terjepit Elimintion
besi kanal menggunakan terkena mesin cutting Subsitution
Cutting Wheel mesin wheel Engineering control
cutting - Tersengat 5 2 10 - Perhatikan titik
wheel listrik high risk pemotongan dengan

62
- Terbentur garis yang aman.
mesin Administrative
- Cedera - Lakukan TBM (Tool Box
- Tergores meeting) dan laksanakan
- Terpotong instruksi kerja yang
aman.
- Membuat SOP (Standar
Operasional Prosedur)
dalam mengoperasikan
mesin bar cutting .
- Tangan - Tergores - Membuat tulisan
terkena - Memar peringatan yang terlihat
serpihan - Cedera 2 2 4 jelas di depan mesin
besi Low risk (safety sign).

- Terhirup - Sesak nafas - Dilakukan pengecekan

serpihan - Iritasi Mata alat secara berkala

besi atau 2 3 6 APD

debu Medium - Gunakan APD (Alat


risk Pelindung Diri) lengkap
- Kebisingan - Gangguan sesuai dengan standar
Vibrasi atau Pendengaran pekerjaan Memakaian
getaran Nyeri otot memakai sarung tangan,
akibat Mual 5 2 10 masker, helm safety,
penggunaan - Gangguan High Risk sepatu safety dll
mesin yang pembuluh
terlalu lama darah

Memindahkan besi kanal Ergonomi Kejang otot Elimination


ketempat tampungan atau nyeri 4 Subsitution

63
sementara pada otot 2 2 Low risk Engineering control
Tangan Tergores - Mengangkat besi
terkena Memar dengan dibantu
serpihan Cedera 2 2 4 beberapa orang pekerja.
besi Low risk - Mengangkat besi
Tertimpa Terjatuh menggunakan alat
material Cedera angkut seperti roda dua (
atau Memar gerobak sorong )
2 2 4 - Penataan material lebih
potongan
Low risk
besi didekatan kan pada
mesin.
Administrative
- Lakukan TBM (Tool Box
meeting) dan laksanakan
instruksi kerja yang
aman.
- Membuat SOP (Standar
Operasional Prosedur)
mengangkat besi.
- Sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan
lakukan pemanasan
senam atau perengangan
otot.
APD
- Gunakan APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap
sesuai dengan standar
pekerjaan seperti
memakai sarung tangan,
masker, helm safety,

64
sepatu safety dll
Membersihkan sisa Ergonomi Kejang otot Elimination
pemotong besi atau nyeri 2 2 4 Subsitution
pada otot Low risk Engineering control
Tangan Tergores - Gunakan alat bantu
terkena Memar seperti kuas atau
serpihan Cedera sebagainya untuk
besi 2 2 4 membersihkan alat dari
Low risk sisa potongan besi.
- Matikan alat sebelum
melakukan
pembersihan.

Administrative
Terhirup Sesak nafas - Lakukan TBM (Tool Box
serpihan Iritasi Mata 5 2 10 meeting) dan laksanakan
besi atau High Risk instruksi kerja yang
debu aman.
- Membuat SOP (Standar
Operasional Prosedur)
tentang pembersihan
alat.
APD
- Gunakan APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap
sesuai dengan standar
pekerjaan seperti
memakai sarung tangan,
masker, helm safety,
sepatu safety dll

65
Tabel 4.2. Pekerja Drilling Machine ( Pelubang Besi Kanal )

Gambar

Pekerjaan Drilling Machine (Pelubang Besi Kanal )

Aktivitas Potensi Risiko S L Risk Pengendalian


Bahaya Ranting
Memindahkan potongan Ergonomi Kejang otot Elimination
besi kanal dari tempat atau nyeri Subsitution
tampungan sementara ke pada otot 2 3 4 Engineering control
mesin drilling machine Low risk - Mengangkat besi

dengan dibantu beberapa

66
Tangan Tergores orang pekerja.
terkena Memar - Penataan tempat
mata Cedera 2 2 4 tampungan sementara
pelubang Low risk lebih didekatkan ke

besi/mata mesin bar bender.


bor Administrative
Tertimpa Terjatuh - Membuat SOP (Standar
material Cedera Operasional Prosedur)
atau 2 2 4 mengangkat besi.
potongan Low risk - Sebelum dan sesudah

besi melakukan pekerjaan


lakukan pemanasan
senam atau perengangan
otot.
APD
- Gunakan APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap
sesuai dengan standar
pekerjaan seperti
memakai helm safety ,
sepatu safety, masker,
sarung tangan dll
Membuat lubang pada Tangan -Terjepit Elimination
besi kanal menggunakan terkena mesin mata Subsitution
mesin drilling machine mata bor Engineering Control
( mesin bor duduk ) pelubang -Tertusuk - Perhatikan titik
5 2 10
besi/ mata mata bor pembengkokkan dengan
high risk
besi -Tersengat garis yang aman.
listrik Administrative
-Terbentur - Lakukan TBM (Tool Box
mesin meeting) dan laksanakan
-Tergores instruksi kerja yang

67
-Cedera aman.
Kebisingan Gangguan - Membuat SOP (Standar
pendengaran 5 2 10 Operasional Prosedur)
( tuli ) High dalam mengoperasikan
risk mesin bar bender.
- Membuat tulisan
peringatan yang terlihat
jelas di depan mesin
(safety sign).
- Dilakukan pengecekan
alat secara berkala.
APD
- Gunakan APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap
sesuai dengan standar
pekerjaan seperti
memakai masker, sarung
tangan, helm safety,
sepatu safety dll
Memindahkan besi kanal Ergonomi Kejang otot Elimination
yang sudah dilubangi ke atau nyeri 2 2 4 Subsitution
tempat tampungan pada otot Low risk Engineering control
sementara Tangan Tergores - Mengangkat besi
terkena Memar 3 2 6 dengan dibantu beberapa
potongan Tertusuk Medium orang pekerja.
besi Cedera risk - Penataan tempat
Tertimpa Terjatuh tampungan sementara
material Memar 3 2 6 lebih didekatkan ke
atau Cedera Medium mesin bar bender.
potongan risk Administrative
besi - Membuat SOP (Standar
Operasional Prosedur)

68
mengangkat besi.
- Sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan
lakukan pemanasan
senam atau perengangan
otot.
APD
- Gunakan APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap
sesuai dengan standar
pekerjaan seperti
memakai masker, sarung
tangan, helm safety,
sepatu safety dll
Elimination

Membersihkan sisa Ergonomi Kejang otot 2 2 4 Subsitution


serpihan besi atau nyeri Low risk Engineeringcontrol
pada otot - Gunakan alat bantu
Tangan Tergores seperti kuas atau
terkena Memar 2 3 6 sebagainya untuk
serpihan Cedera Medium membersihkan alat dari
besi risk sisa potongan besi.
Terhirup Sesak nafas - Matikan alat sebelum
serpihan Iritasi Mata 5 2 10 melakukan pembersihan.
besi atau High Administrative
debu risk - Lakukan TBM (Tool Box
meeting) dan laksanakan
instruksi kerja yang
aman.
- Membuat SOP (Standar
Operasional Prosedur)
tentang pembersihan

69
alat.
APD
- Gunakan APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap
sesuai dengan standar
pekerjaan seperti
memakai sarung tangan,
masker, sepatu safety,
helm safety dll

Tabel 4.3. Pekerja welding ( Pengelasan Besi Kanal )

Gambar

Pekerjaan welding ( Pengelasan Besi Kanal )

Aktivitas Potensi Risiko S L Risk Pengendalian


Bahaya Ranting
Melakukan Pengelasan Ergonomi Kejang otot Elimination
pada besi kanal menjadi 2 2 4
atau nyeri Subsitution
satu
pada otot Low Engineering control
risk - Membuat meja las yang

70
Terkena besi -Luka sesuai.
yang panas bakar pada - Membuat tempat duduk
Terkena api kulit 5 3 15 yang sesuai.
las -Iritasi High Administrative
Tersengat Mata risk - Lakukan TBM (Tool Box
listrik -Sesak meeting) dan laksanakan
Menghirup nafas instruksi kerja yang aman.
asap las -Terkilir - Membuat SOP (Standar
Tersandung -Kesetrum Operasional Prosedur)
selang dan listrik dalam mengoperasikan
kabel -Cedera trafo las atau pengelasan.
- Dilakukan pengecekan
alat secara berkala.
APD
- Gunakan APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap
sesuai dengan standar
pekerjaanseperti memakai
sarung tangan, masker,
sepatu safety helm safety
dll
Membersihkan sisa Ergonomi Kejang otot Elimination
serpihan besi atau nyeri 2 2 4 Subsitution
pada otot Low Engineering Control
risk - Membuat meja las yang
Tangan Tergores sesuai.
terkena Memar 2 3 6 - Membuat tempat duduk
serpihan Cedera Medium yang sesuai.
besi risk Administrative

71
Terhirup Sesak nafas - Brifing sebelum bekerja
serpihan Iritasi Mata 5 2 10 - Mengikuti Prosedur kerja
besi atau High - Izin kerja
debu risk - Mengikuti SOP
-Membuat daftar checklist
sebagai mengambil
peralatan kerja
- Menerapkan houseeping
sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur seperti
MCU 6 bulan 1 kali
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan sepatu
safety
- Memakai helm safety dll

Tabel 4.4. Pekerja Painting ( Pengecatan Besi Kanal )

Gambar

72
Pekerjaan Painting ( Pengecatan Besi Kanal )

Aktivitas Potensi Risiko S L Risk Pengendalian


bahaya Ranting
Pemberian bahan Bahaya Elimination
zinc chromate dan Kimia - iritasi pada kulit Subsitution
tinner pada besi - terkena - dapat Engineering control
kanal tangan mengakibatkan - Menggunakan kursi
- tertelan gangguan sistem untuk mengurangi rasa
5 4 20
saraf pusat sakit
Extreme
- iritasi pada Administrative
high risk
mata, mata - Brifing sebelum bekerja
berair, dan mata - Mengikuti Prosedur
- terkena kemerahan kerja
mata - Gangguan - Izin kerja
Pernafasan - Mengikuti SOP
( sesak nafas ) - Membuat daftar
checklist sebagai
mengambil peralatan
- Terhirup
kerja
- Menerapkan houseeping

- Ergonomic - nyeri pinggang, sebagai budaya

nyeri otot dan perusahaan

pegel-pegel 2 2 4 - Menyediakan P3K di


Low risk lingkungan kerja

73
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1
kali
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan lensa
mata ( kaca mata )

Melakukan Bahaya - mengakibatkan Elimination


pengecatan Kimia pusing kepala Subsitution
terakhir pada besi - Terhirup dan dapat Engineering control
kanal - Terkena mengakibatkan - Menggunakan kursi
Mata gangguan sistem untuk mengurangi rasa
5 4 20
- Tertimpa saraf pusat sakit
Extreme
Besi Kanal - iritasi pada Administrative
high risk
- Terkena mata, mata - Brifing sebelum bekerja
tangan berair, dan mata - Mengikuti Prosedur
kemerahan kerja
- Terluka - Izin kerja
- cindera - Mengikuti SOP
- Iritasi pada kulit - Membuat daftar
- Ergonomic - nyeri pinggang, checklist sebagai
nyeri otot dan mengambil peralatan
pegel-pegel 2 2 4 kerja
Low risk - Menerapkan houseeping

sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di

74
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1
kali
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan lensa
mata ( kaca mata )

Membersihkan sisa - Ergonomi - Nyeri Pinggang Elimination


bahan yang sudah dan pegel-pegel Subsitution
tidak digunakan 2 3 6 Engineering control
- Tangan - Iritasi Pada kulit Medium - Menggunakan alat bantu
terkena cat risk seperti forklift, pallet
mover dan trolley
Bahaya - Gangguan - Menggunakan teknik
Kimia pernapasan pengangkatan seperti
- terhirup ( sesak nafas ) 3 3 9
melihat posisi material
Debu Medium
- Meletakan alat secara
dilingunan risk
teratur agar tidak
menghalangi mobilitas
pekerja
Administrative
- Brifing sebelum bekerja
- Mengikuti Prosedur
kerja
- Izin kerja

75
- Mengikuti SOP
- Membuat daftar
checklist sebagai
mengambil peralatan
kerja
- Menerapkan houseeping
sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1
kali
- Merapihkan kabel-kabel
yang berserakan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan sepatu
safety

Tabel 4.5. Pekerjaan Cutting Machine ( Pemotongan Pipa Galvanis)

Gambar

76
Pekerjaan Cutting Machine ( Pemotongan Pipa Galvanis )

Aktivitas Potensi Bahaya Risiko S L Risk Pengendalian


Ranting
Pengangkatan Pipa Bahaya Elimination
Galvanis ke tempat Ergonomi - Kejang pada
- Angkat otot dan nyeri 2 2 4 - Modifikasi desain untuk
dilakukannya
pemotongan angkut barang pada pinggang Low menghilangkan bahya
risk
- Tertimpa - Cindera dengan memperkenalkan
Material atau - Memar
perangkat mengangkat
besi - Luka 2 3 6
- Manual - Sakit bagian Medium mekanik untuk
hedding tulang belakang risk
menghilangkan penanganan
bahaya manual
Subsitution
- Pengangkatan manual
diganti dengan alat seperti
forklift, pallet mover dan
trolley
Engineering control
- Menggunakan bantuam
mekanik forklift, pallet
mover dan trolley
- Periksa benda yang akan
diangkat/dipindah
- Menggunakan teknik

77
pengangkatan
Administrative
- Belakukan safety talk
secara rutin antara HSE
dengan para pekerja untuk
membicarakan hal-hal
mengenai K3 ,entah tentang
isi
terbaru,regulasi,prosedure
kerja ,APD,dan potensi
bahaya dan sebagainya.
- Mengikuti standar SOP
- Izin kerja
- Prosedur keselamatan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan pelindung
kepala seperti helm
- Memakai sepatu safety
Melakukan Bahaya Fisik : Elimination
pemotongan pipa - Kebisisngan - Gangguan
dari kegiatan Pendengaran/tul Subsitution
galvanis menggunakan
Cutting Machine pemotongan i Engineering control
pipa galvanis
- getaran 5 4 20 - Menggunakan kursi untuk
akibat putaran - Kesemutan, Extrem
mesin atau kram dan nyeri e high mengurangi rasa sakit pada
peralatan kerja risk pinggang
yang
menyerang Administrative
tangan dan
- Brifing sebelum bekerja
lengan
Bahaya - Mengikuti Prosedur kerja
Ergonomi :
- Gerakan - Pegal linu, nyeri - Izin kerja
berulang atau sendi, dan sakit - Mengikuti SOP
posisi yang pinggang
menetap 3 2 6 - Membuat daftar checklist

78
selama Medium sebagai mengambil
melakukan risk
pekerjaan peralatan kerja
Bahaya - Menerapkan houseeping
Psikologi :
- Penggantian - Tidak mood sebagai budaya perusahaan
Jam Kerja yang - Tidak focus 4 2 8 - Menyediakan P3K di
tidak sesuai / - Stress kerja Medium
berubah-ubah risk lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur seperti
MCU 6 bulan 1 kali
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan lensa mata (
kaca mata )
- Menggunakan sepatu
safety

Memindahkan Bahaya Elimination


potongan pipa galvanis Ergonomi : Subsitution
kempat sementara - Angkat - NyerI otot dan Engineering control
angkut pipa sakit pinggang - Menggunakan alat bantu
dengan cara 3 4 12
seperti forklift, pallet mover
manual seperti High
dan trolley
menggunakan risk
tangan dan - Menggunakan teknik
bahu pengangkatan seperti
- Tertimpa besi - Terluka melihat posisi material
- Tergores Administrative
- Cendera - Brifing sebelum bekerja

79
Bahaya Fisik - Mengikuti Prosedur kerja
- Vibran atau - Izin kerja
getaran akibat - Nyraheri otot - Mengikuti SOP
penggunaan - mual - Membuat daftar checklist
mesin dalam - gangguan 4 2 8 sebagai mengambil
waktu yang pembulu d Medium peralatan kerja
lama risk - Menerapkan houseeping
sebagai budaya perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur seperti
MCU 6 bulan 1 kali
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan lensa mata (
kaca mata )
- Menggunakan sepatu
safety

Membersihkan sisa Bahaya Elimination


bahan yang sudah Ergonomi :
- Angkat angkut - NyerI otot dan Subsitution
tidak digunakan
pipa dengan sakit pinggang Engineering control
cara manual 3 2 6
seperti Medium - Menggunakan alat bantu
menggunakan risk seperti forklift, pallet mover
tangan dan
bahu dan trolley
- Tertimpa besi - Terluka
- Menggunakan teknik
- Tergores
- Cendera pengangkatan seperti
Bahaya Kimia
melihat posisi material
Terhirup debu - Gangguan
di sekitar Pernapasan 5 2 10 - Meletakan alat secara
High risk
teratur agar tidak
menghalangi mobilitas
pekerja
Administrative
- Brifing sebelum bekerja
- Mengikuti Prosedur kerja

80
- Izin kerja
- Mengikuti SOP
- Membuat daftar checklist
sebagai mengambil
peralatan kerja
- Menerapkan houseeping
sebagai budaya perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur seperti
MCU 6 bulan 1 kali
- Merapihkan kabel-kabel
yang berserakan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan sepatu
safety
- Helm safety

81
Tabel 4.6. Pekerja Welding ( Pengelasan Pips Galvanis)

Gambar

Pekerjaan Welding ( Pengelasan Pipa Galvanis )

Aktivitas Potensi Risiko S L Risk Pengendalian


Bahaya Ranting
Pengelasan Pipa Bahaya Fisik - Mengakibatkan Elimination
galvanis - Kebisisngan ketulian Subsitution
menggunakan dan Terpapar - Merusak mata Engineering control
tang las & kawat Sinar - Kanker Kulit 5 3 15 - Menggunakan teknik
las Ultraviolet - Kulit terbakar High pengangkatan seperti
Bahaya Las risk melihat posisi material
Listrik - Meletakan alat secara
- Kebocoran - Tersengat listrik teratur agar tidak
aliran listrik, - Menimbulkan menghalangi mobilitas
Terkena Kebakaran dan pekerja
Percikan dan ledakan - Pastikan alat las tidak
5 4 20
terak las - Luka bakar defect dan sesui dengan
Extreme
bakar pada tubuh standar aman
high risk
pekerja Administrative
-Cidera/pingsan - Brifing sebelum bekerja
- Mengikuti Prosedur kerja

82
Bahaya Kimia - Gangguan - Izin kerja
- Terhirup Gas pernapasan - Mengikuti SOP
dalam asap las ( sesak nafas, 5 2 10 - Membuat daftar checklist
paru-paru lalu ke High sebagai mengambil
otak ) Risk peralatan kerja
- Kanker - Menerapkan houseeping
- Gangguan indra sebagai budaya
penciuman perusahaan
Bahaya - Nyeri otot - Menyediakan P3K di
Ergonomi - Sakit Pinggang lingkungan kerja
- Posisi saat - Terjatuh dari 2 2 4 - Melakukan pemeriksaan
melakukan ketinggian Low risk kesehatan tenaga kerja

pengelasan dengan cara teratur


seperti MCU 6 bulan 1 kali
- Melakukan hot work
permit saat memulai
bekerja pengelasan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan lensa mata
( kaca mata )
- Menggunakan sepatu
safety
- Menggunakan apron
( celemek )
- Menggunakan face shielo
( pelindung wajah )
- Tersedianya APAR di
lingkungan kerja

83
- Menggunakan posisi
yang aman dan benar
ketika melaukan welding
Membersihkan Bahaya Kimia - Gangguan Elimination
sisa serpihan pipa - Debu dan pernafasan Subsitution
gilvanis bubuk dari sisa seperti sesak Engineering control
besi yang nafas dan terkena 5 2 10 - Menggunakan teknik
sudah di las penyakit Paru- High pengangkatan seperti
dan Debu paru risk melihat posisi material
terkena mata - Iritasi pada - Meletakan alat secara
mata, mata berair teratur agar tidak
dan mata menghalangi mobilitas
kemerahan pekerja
Bahaya Administrative
Ergonomi - Nyeri otot’ - Brifing sebelum bekerja
- Posisi saat kejang otot dan 2 2 4 - Mengikuti Prosedur kerja
mengangkat sakit pinggang Low risk - Izin kerja

pipa dan - Terluka - Mengikuti SOP


Tertimpa Besi - Cindera - Membuat daftar checklist
sebagai mengambil
peralatan kerja
- Menerapkan houseeping
sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1 kali
APD
- Mengguanakan sarung

84
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan lensa mata
( kaca mata )
- Menggunakan sepatu
safety
- Merapihkan kabel-kabel
yang berserakan

Tabel 4.7. Pekerja Painting ( Pengecatan Pips Galvanis)

Gambar

Pekerjaan Painting ( Pengecatan Pipa Galvanis )

Aktivitas Potensi Risiko S L Risk Pengendalian


Bahaya Ranting
Pemberian bahan Bahaya Kimia Elimination

85
zinc chromate dan - Cat Terkena - Iritasi pada kulit Subsitution
tinner pada besi Tangan Engineering control
kanal - Tertelan - Dapat - Menggunakan meja saat
mengakibatkan ingin melakukan
gangguan sistem pencampuran bahan
5 4 20
saraf pusat - Meletakan wadah secara
- Terkena Mata Extreme
- Iritasi pada aman dan tepat
high risk
mata, mata berair Administrative
dan mata - Brifing sebelum bekerja
- Terhirup
kemerahan - Mengikuti Prosedur kerja
bahan kimia
- Mengakibatkan - Izin kerja
dari tinner dan
pusing kepala dan - Mengikuti SOP
zinc chromate
gangguan - Membuat daftar checklist
pernapasan sebagai mengambil
( sesak nafas ) peralatan kerja
Bahaya - Nyeri punggung, - Menerapkan houseeping
Ergonomi nyeri pinggang, sebagai budaya
nyeri otot dan perusahaan
pegel- 2 2 4
- Menyediakan P3K di
Pegel Low risk
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1 kali
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan lensa mata
( kaca mata )
- Menggunakan sepatu

86
safety
- Menggunakan celemek
Melakukan Bahaya Kimia Elimination
pengecatan - Terhirup - Mengakibatkan Subsitution
terakhir pada pipa bahan kimia pusing kepala dan Engineering control
galvanis dari tinner dan gangguan - Meletakan alat secara
pernapasan 5 2 10
zinc crhomate teratur agar tidak
(sesak nafas) High
- Terkena mata menghalangi mobilitas
- Iritasi pada Risk
- Cat Terkena pekerja
tangan mata, mata berair - Menggunakan meja
dan mata untuk mengurangi sakit
kemerahan pinggang
- Iritasi kulit dan Administrative
kulit kemerahan - Brifing sebelum bekerja
Bahaya - Mengikuti Prosedur kerja
Ergonomi - Terluka - Izin kerja
- Tertimpa besi - Cindera - Mengikuti SOP
( pipa 2 2 4
- Membuat daftar checklist
galvanis ) Low risk
sebagai mengambil
peralatan kerja
- Menerapkan houseeping
sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1 kali
- Merapihkan kabel-kabel
yang berserakan

87
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan lensa mata
( kaca mata )
- Menggunakan sepatu
safety
- Menggunakan Celemek
- Memasang rambu-rambu
k3
Membersihkan Bahaya - Nyeri pinggang, Elimination
sisa bahan yang Ergonomi nyeri punggung, Subsitution
sudah tidak - Posisi tubuh sakitt bahu dan Engineering control
digunakan saat nyeri otot 3 2 6 - Menggunakan alat bantu
mengangkat Medium seperti forklift, pallet
material ke risk mover dan trolley
pembuangan - Menggunakan teknik
Bahaya Kimia - Gangguan pengangkatan seperti
- Terhirup debu pernafasan ( sesak 5 2 10 melihat posisi material
sekitar area nafas ), Penyakit High - Meletakan alat secara
tempat kerja Paru-paru dan risk teratur agar tidak
PAK menghalangi mobilitas
pekerja
Administrative
- Brifing sebelum bekerja
- Mengikuti Prosedur kerja
- Izin kerja
- Mengikuti SOP
- Membuat daftar checklist
sebagai mengambil

88
peralatan kerja
- Menerapkan houseeping
sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1 kali
- Merapihkan kabel-kabel
yang berserakan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan sepatu
safety

Tabel 4.8. Pekerja Cutting Bahco Sandflex Pipa PPR ( Alat Gergaji
Pemotongan Pipa PPR )

Gambar

89
Pekerjaan Cutting Bahco Sandflex Pipa PPR ( Alat Gergaji
Pemotongan Pipa PPR )

Aktivitas Potensi Risiko S L Risk Pengendalian


Bahaya Ranting
Pengukuran Pipa Bahaya - Nyeri Elimination
PPR menggunakan Ergonomi pinggang, Subsitution
Roll Meter - Posisis saat nyeri otot Engineering control
bekerja - Tergores Administrative
- Terkena - Terluka 3 2 6 - Brifing sebelum
tangan saat Mediu bekerja
melakukan m risk - Mengikuti Prosedur
pengukuran kerja
menggunakan - Lakukan TBM (Tool
alat pita baja Box meeting) dan
laksanakan instruksi
kerja yang aman.
- Membuat SOP
(Standar Operasional
Prosedur) dalam
merakit besi.
APD
- Mengguanakan sarung

90
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan sepatu
safety

Melakukan Bahaya Elimination


pemotogan pada Ergonomi - Nyeri pada Subsitution
Pipa PPR - Posisi saat bahu, sakit 3 2 6 Engineering control
menggunakan bekerja pinggang Mediu - Menggunakan meja
Bahco Sandflex - Terkena - Terluka m risk saat ingin melakukan
tangan saat - Terpotong pemotongan untuk
melakukan mengurangi sakit
pemotongan pinggang

91
Bahaya Kimia - Gangguan Administrative
- Terhirup pernapasan ( - Brifing sebelum
serbuk pipa sesak naas ) bekerja
- Terkena mata - Iritasi pada - Mengikuti Prosedur
mata, mata 5 2 10 High kerja
berair dan risk - Izin kerja
mata - Mengikuti SOP
kemerahan - Membuat daftar
checklist sebagai
mengambil peralatan
kerja
- Menerapkan
houseeping sebagai
budaya perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan
pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dengan
cara teratur seperti
MCU 6 bulan 1 kali
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan sepatu
safety
Bersihkan sisa Bahaya - Nyeri pada Elimination
potongan pipa PPR Ergonomi bahu, sakit Subsitution
- Posisi saat pinggang 2 2 4 Engineering control
bekerja Low - Menggunakan alat
risk bantu seperti sapu dan

92
Bahaya Kimia - Gangguan karung untuk menaruh
- Terhirup pernapasan sampah material
serbuk pipa ( sesak naas ) - Meletakan sampah
- Terkena mata - Iritasi pada 5 2 10 material secara teratur
mata, mata High agar tidak menghalangi
berair dan Risk mobilitas pekerja
mata Administrative
kemerahan - Brifing sebelum bekerja
- Mengikuti Prosedur
kerja
- Izin kerja
- Mengikuti SOP
- Membuat daftar
checklist sebagai
mengambil peralatan
kerja
- Menerapkan
houseeping sebagai
budaya perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan
pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dengan cara
teratur seperti MCU 6
bulan 1 kali
- Merapihkan kabel-
kabel yang berserakan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan

93
- Menggunakan masker
- Menggunakan sepatu
safety

Tabel 4.10. Pekerja Supplier Mesin Las ( Penyambung/Pemanas Pipa


PPR)

Gambar

Pekerjaan Supplier Mesin Las ( Penyambung/Pemanas Pipa PPR)

Aktivitas Potensi Risiko S L Risk Pengendalian


Bahaya Ranting
Pengukuran bagian pipa Bahaya - Nyeri otot dan Elimination
yang hendak disambung Ergonomo sakit pinggang Subsitution
dengan aksesoris - Posisi tubuh 2 2 4 Engineering
saat bekerja Low risk control
Administrative
- Brifing sebelum
bekerja
- Mengikuti Prosedur
kerja
- Izin kerja
- Mengikuti SOP
- Membuat daftar
checklist sebagai
mengambil
peralatan kerja

94
- Menerapkan
houseeping sebagai
budaya perusahaan
- Menyediakan P3K
di lingkungan kerja
- Melakukan
pemeriksaan
kesehatan tenaga
kerja dengan cara
teratur seperti MCU
6 bulan 1 kali
APD
- Mengguanakan
sarung tangan
- Menggunakan
masker
- Menggunakan
sepatu safety
Persiapan material pipa - Penyimpanan - Terpleset Elimination
PPR alat yang tidak - Cidera ringan Subsitution
sesuai - tertusuk Engineering
- kondisi jalan benda tajam 3 2 6 control
yang licin dan Medium Administrative
berlobang dan risk - Brifing sebelum
ber air bekerja
- penyimpanan - Mengikuti Prosedur
barang atau kerja
bahan - Izin kerja
berbahaya - Mengikuti SOP
secara - Membuat daftar
sembarangan checklist sebagai
dan tidak terata mengambil
peralatan kerja
- Menerapkan
houseeping sebagai
budaya perusahaan
- Menyediakan P3K
di lingkungan kerja
- Melakukan
pemeriksaan
kesehatan tenaga
kerja dengan cara
teratur seperti MCU
6 bulan 1 kali
APD
- Mengguanakan
sarung tangan
- Menggunakan

95
masker
- Menggunakan
sepatu safety
Melakukan Bahaya Elimination
Penyambunga/pemanasa Ergonomi - Nyeri bahu Subsitution
n Pipa PPR yang akan di - Posisi pekerja dan sakit Engineering control
pasang saat melakukan pinggang - Menggunakan meja
pekerjaan - Melepuh 3 2 6 dan kursi saat ingin
- Tangan Medium melakukan
terkena alat risk penyambungan
pemanas untuk mengurangi
sakit pinggang
Bahaya Kimia - Gangguan Administrative
- Debu sekitar Pernapasan - Brifing sebelum
tempat kerja ( sesak nafas ) 5 2 10 bekerja
- PAK High - Mengikuti Prosedur
risk kerja
Bahaya Fisisk - Izin kerja
- Kebisisngan - Tuli pada - Mengikuti SOP
dari lingkungan pendengaran 5 2 10 - Membuat daftar
sekitar High checklist sebagai
risk mengambil peralatan
kerja
- Menerapkan
houseeping sebagai
budaya perusahaan
- Menyediakan P3K
di lingkungan kerja
- Melakukan
pemeriksaan
kesehatan tenaga
kerja dengan cara
teratur seperti MCU 6
bulan 1 kali
APD
- Mengguanakan
sarung tangan
- Menggunakan
masker
- Menggunakan
sepatu safety
- Menggunakan
celemek
Membersihkan sisa Bahaya Elimination
material yang sudah tidak Ergonomi - Nnyeri otot 2 2 4
di pakai - Angkat angkut dan kejang Low risk Subsitution
sisa material pada otot Engineering control

96
- Meletakan sisa
sampah secara
Bahaya Kimia - Gangguan teratur agar tidak
- Debu dan asap pernafasan 5 2 10
di sekitar ( sesak nafas ) High menghalangi
tempat kerja dan batuk risk mobilitas pekerja
- PAK
Administrative
- Brifing sebelum
bekerja
- Mengikuti Prosedur
kerja
- Izin kerja
- Mengikuti SOP
- Membuat daftar
checklist sebagai
mengambil peralatan
kerja
- Menerapkan
houseeping sebagai
budaya perusahaan
- Menyediakan P3K
di lingkungan kerja
- Melakukan
pemeriksaan
kesehatan tenaga
kerja dengan cara
teratur seperti MCU 6
bulan 1 kali
- Merapihkan kabel-
kabel yang
berserakan
APD
- Mengguanakan

97
sarung tangan
- Menggunakan
masker
- Menggunakan
sepatu safety

Tabel 4.11. Pekerja Pemasangan Pipa Air Bersih

Pekerjaan Pemasangan Pipa Air Bersih

Aktivitas Potensi Bahaya Risiko S L Risk Pengendalian


Ranting
Persiapan Alat yang Bahaya - Nyeri otot dan Eliminaion
Ergonomi Subsitution
akan dibawa ke tempat sakit
- posisi tubuh Engineering control
kerja saat menaruh - Terpleset - Meletakan alat secara
peralatan teratur agar tidak
- Tersandung
- kondisi jalan menghalangi mobilisasi
yang licin or -Tertusuk benda pekerja
berlobang dan - Pemasangan rambu-
tajam
ber air rambu K3 seperti adanya
- pengaturan jarak aman
area kerja yang - Merapikan kabel-kabel
5 2 10
buruk dan yang berserakan
berantakan High (housekeeping)
- tidak ada ruang risk - Membersihkan kondisi
khusus untuk jalan dari genangan air
pemyimpanan sebelum memulainya
barang produksi kerja
yang berlebih - Lobang yang berada di
dan barang yang lingkungan jalan proses
tidak diperlukan kerja ditutup atau
lagi ditimbun
- banyaknya - Meningkatkan
produktivitas kerja
hambatan di area
dengan penataan material
menuju jalan dan peralatan kerja yang
baik

98
masuk kerja atau - Mentukan target dan
ukur seberapa baik
jalan yang sering
perusahan mamatuhui
dilalui karyawan standar housekeeping
Admistrative
seperti semen
- Membaca prosedur
yang sebelum pelaksanaan
pekerjaan dan
berkerikil,adanya
melaksanakannya sesuai
genangan air dll. prosedur
- Melakukan safety talk
secara rutin antara HSE
dengan para pekerja
untuk membicarakan hal-
hal mengenai K3 ,entah
tentang isi
terbaru,regulasi,prosedure
kerja ,APD,dan potensi
bahaya dan sebagainya
- Membuat daftar cheklist
sebelum mengambil
perlatan kerja
menerapkan houseeping
sebagai kebudayaan
perusahan
APD
- Memakaian APD yang
sesuai seperti memakai
sarung tangan, masker,
sepatu safety dll
Melihat Kondisi Bahaya Kimia - Gangguan Elimination
lingkungan kerja - Partikel debu pernapasan Subsitution
yang berasal dari ( sesak nafas ) dan Engineering control
lingkungan kerja batuk - Pemasangan rambu-
5 2 10
- Melihat kondisi - Tertusuk benda High rambu K3
risk
jalan di area - Kejatuhan benda - Membersihkan kondisi
lingkungan kerja yang berada di jalan dari genangan air
area kerja sebelum memulainya

99
kerja
- Melakukan patroli
sebelum melakukan
pekerjaan
Administrative
- Membaca prosedure
sebelum melakukan
pekerjaan
- Melaksanakan safety talk
kepada HSE
APD
- Menggunakan sarung
tangan
- Menggunakan sepatu
safety
- Menggunakan masker
Pembawaan alat ke Bahaya - Radang otot Elimination
Subsitution
tempat kerja Ergonomi
- Gangguan sendi Engineering control
- Posisi tubuh - Memberikan alat bantu
dan tulang pada
pengangkatan dengan
saat membawa
tangan,bahu,tulang menggunakan hand pallet
peralatan Administrative
belakang dan kaki
- Perlu adanya upaya
- Mengangkat 5 3 15 pencegahan PAK yaitu
peralatan di luar - Cindera otot High dengan melalui
risk pemeriksaan kesehatan
kemampuan sekitar leher dan
tenaga kerja secara teratur
- Kegagalan kepala seperti MCU 6 Bulan 1 Kali
- tersedianya obat P3K
menahan atau - Cindera pada
dilingkungan kerja
menunjang jaringan lunak
- Izin Kerja
beban seperti
APD
- Tergelincir saraf,ligmen dan
- Memakaian APD yang
diatas tendon
sesuai seperti memakai
permukaan yang
sarung tangan, masker,
berkerikil
sepatu safety dll
- Manual handing

100
Melakukan Bahaya Kimia Elimination
Pembobokan diarea - Partikel debu - Gangguan Subsitution
yang akan di pasang yang berasal dari pernapasan (sesak Engineering control
Pipa PPR tembok nafas ), menyerang 5 2 10 Administrative
paru-paru dan High - Belakukan safety talk
risk
PAK secara rutin antara HSE
dengan para pekerja
untuk membicarakan hal-
hal mengenai K3 ,entah

Bahaya - Gangguan sendi tentang isi

Ergonomi dan tulang pada terbaru,regulasi,prosedure

- Posisi tubuh tangan,bahu, kerja ,APD,dan potensi

saat melakukan tulang belakang bahaya dan sebagainya.

pembobokan dan kaki 3 2 6 - Mengikuti standar SOP

- Tangan terkena - Cindera otot Medium - Izin kerja


risk - Prosedur keselamatan
alat yang sekitar leher dan
digunakan untuk kepala APD

membobok - Terluka - Mengguanakan sarung

- Tergores tangan

Bahaya - Menggunakan pelindung

Psikologi - Stres Kerja kepala seperti helm

- Suasana di - Tidak semangat - Memakai sepatu safety


3 - Memakai masker
tempat kerja saat bekerja 2 6
- Tidak Medium - Memakai kaca mata agar
risk terhindar dari debu
teraturnya jam
kerja

Pasang Pipa PPR yang Bahaya - Nnyeri otot, leher Elimination


Subsitution
sudah di tentukan Ergonomi dan nyeri sendi
Engineering control
- Posisi tubuh - Perbaikan posisi kerja

101
saat melakukan dengan mengunakan
- Mata kemerahan scafolding atau melakukan
pemasangan
peregangan jika
- Mata terkena 3 2 6 merasakan
pegal/kesemuatan
serpihan pasir Medium
ris Administrative
dari atas - Belakukan safety talk
secara rutin antara HSE
dengan para pekerja
untuk membicarakan hal-
hal mengenai K3 ,entah
tentang isi
terbaru,regulasi,prosedure
kerja ,APD,dan potensi
bahaya dan sebagainya.
- Mengikuti standar SOP
- Izin kerja
- Prosedur keselamatan
APD
- Pemakaian APD yang
sesuai seperti body
harness safety, helm
safety, sepatu safety,
sarung tangan, masker dll
Bersihkan sisa material Bahaya - Nyeri pinggang Elimination
Ergonomi
dan nyeri otot 2 2 4 Subsitution
- Angkat angkut
sisa material Low risk Engineering control
- Meletakan sisa sampah
Bahaya Kimia
secara teratur agar tidak
- Debu dan asap
- Gangguan
di sekitar tempat menghalangi mobilitas
kerja pernapasan
pekerja
( sesak nafas ) dan 5 2 10
Administrative
PAK High
risk - Brifing sebelum bekerja
- Mengikuti Prosedur kerja
- Izin kerja
- Mengikuti SOP
- Membuat daftar checklist
sebagai mengambil

102
peralatan kerja
- Menerapkan houseeping
sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1 kali
- Merapihkan kabel-kabel
yang berserakan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan sepatu
safety

Tabel 4.12. Pekerja Pemasangan Pipa Galvanis

Pekerjaan Pemasangan Pipa Galvanis

Aktivitas Potensi Bahaya Risiko S L Risk Pengendalian


Ranting
Persiapan Alat yang Bahaya - Nyeri otot dan Eliminaion
Ergonomi Subsitution
akan dibawa ke sakit
- posisi tubuh Engineering control
tempat kerja saat menaruh - Terpleset - Meletakan alat secara
peralatan teratur agar tidak
- Tersandung
- kondisi jalan menghalangi mobilisasi
yang licin or -Tertusuk benda pekerja
berlobang dan - Pemasangan rambu-

103
ber air tajam 3 3 9 rambu K3 seperti adanya
- pengaturan jarak aman
Medium
area kerja yang - Merapikan kabel-kabel
buruk dan risk yang berserakan
berantakan (housekeeping)
- tidak ada ruang - Membersihkan kondisi
khusus untuk jalan dari genangan air
pemyimpanan sebelum memulainya kerja
barang produksi - Lobang yang berada di
yang berlebih lingkungan jalan proses
dan barang yang kerja ditutup atau
tidak diperlukan ditimbun
lagi - Meningkatkan
- banyaknya produktivitas kerja
dengan penataan material
hambatan di area
dan peralatan kerja yang
menuju jalan baik
- Mentukan target dan
masuk kerja atau
ukur seberapa baik
jalan yang sering perusahan mamatuhui
standar housekeeping
dilalui karyawan
Admistrative
seperti semen - Membaca prosedur
sebelum pelaksanaan
yang
pekerjaan dan
berkerikil,adanya melaksanakannya sesuai
prosedur
genangan air dll.
- Melakukan safety talk
secara rutin antara HSE
dengan para pekerja untuk
membicarakan hal-hal
mengenai K3 ,entah
tentang isi
terbaru,regulasi,prosedure
kerja ,APD,dan potensi
bahaya dan sebagainya
- Membuat daftar cheklist
sebelum mengambil
perlatan kerja
menerapkan houseeping
sebagai kebudayaan
perusahan
APD

104
- Memakaian APD yang
sesuai seperti memakai
sarung tangan, masker,
sepatu safety dll
Melihat Kondisi Bahaya Kimia - Gangguan Elimination
lingkungan kerja - Partikel debu pernapasan ( sesak Subsitution
yang berasal dari nafas ) dan batuk 5 2 10 Engineering control
lingkungan kerja - Tertusuk benda High - Pemasangan rambu-
- Melihat kondisi - Kejatuhan benda risk rambu K3
jalan di area yang berada di - Membersihkan kondisi
lingkungan kerja area kerja jalan dari genangan air
sebelum memulainya kerja
- Melakukan patroli
sebelum melakukan
pekerjaan
Administrative
- Membaca prosedure
sebelum melakukan
pekerjaan
- Melaksanakan safety talk
kepada HSE
APD
- Menggunakan sarung
tangan
- Menggunakan sepatu
safety
- Menggunakan masker
Pembawaan alat ke Bahaya - Gangguan Elimination
tempat kerja Ergonomi pernapasan ( sesak Subsitution
nafas ) dan batuk Engineering control
- Posisi tubuh
- Tertusuk benda - Pemasangan rambu-
saat membawa
- Kejatuhan benda rambu K3
peralatan
yang berada di - Membersihkan kondisi

105
- Mengangkat area kerja 5 3 15 jalan dari genangan air
peralatan di luar - Radang otot High sebelum memulainya kerja
kemampuan - Gangguan sendi risk - Melakukan patroli
dan tulang pada sebelum melakukan
- Kegagalan
tangan,bahu,tulang pekerjaan
menahan atau
belakang dan kaki Administrative
menunjang
- Cindera otot - Membaca prosedure
beban
sekitar leher dan sebelum melakukan
- Tergelincir kepala pekerjaan
diatas - Cindera pada - Melaksanakan safety talk
permukaan yang jaringan lunak kepada HSE
berkerikil seperti APD

- Manual handing saraf,ligmen dan - Menggunakan sarung


tangan
tendon
- Menggunakan sepatu
safety
- Menggunakan masker
Perakitan Besi Kanal - Tangan terkena - Terjepit Elimination
besi - tergores Subsitution
- terluka 2 2 4 Engineering Control
- tertusuk Low - Membuat meja untuk
risk merakit besi yang sesuai.
Administrative
- Lakukan TBM (Tool Box
meeting) dan laksanakan
instruksi kerja yang aman.
-Membuat SOP (Standar
Operasional Prosedur)
dalam merakit besi.
- Gunakan APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap
sesuai dengan standar
pekerjaan.

106
APD
- Memakaian APD yang
sesuai seperti memakai
sarung tangan, masker,
sepatu safety dll

Pemasangan besi Bahaya - Terjatuh Elimination


kanal ergonomic - tertusuk benda Subsitution
- Diketingian tajam 3 2 6 Engineering control
- Posisi saat - Nyeri otot, leher Medium Administrative
melakukan sakit risk - Lakukan TBM (Tool Box
pemasangan - Tergores meeting) dan laksanakan
-Tangan terkena - terpleset instruksi kerja yang aman.
besi - Membuat SOP (Standar
Operasional Prosedur)
dalam merakit besi.
APD
- Memakaian APD yang
sesuai seperti memakai
sarung tangan, masker,
sepatu safety dll

Pengangkatan pipa Bahaya - Gangguan sendi Elimination


Galvanis Ergonomi dan tulang pada - Modifikasi desain untuk
- Pengangkatan tangan,bahu, menghilangkan bahya
secara manual tulang belakang 5 2 10 dengan memperkenalkan
- Posisi saat dan kaki High perangkat mengangkat
melakukan - Cindera otot risk mekanik untuk
pengangkatan sekitar leher dan menghilangkan
kepala penanganan bahaya
Bahaya Psikologi manual
- Pekerjaan yang

107
tidak nyaman - Stres kerja Subsitution
- jam kerja yang - Tidak semangat 3 3 9 - Pengangkatan manual
tidak teratur kerja Medium diganti dengan alat seperti
risk forklift, pallet mover dan
trolley
Engineering control
- Menggunakan bantuam
mekanik forklift, pallet
mover dan trolley
- Periksa benda yang akan
diangkat/dipindah
- Menggunakan teknik
pengangkatan
Administrative
- Belakukan safety talk
secara rutin antara HSE
dengan para pekerja untuk
membicarakan hal-hal
mengenai K3 ,entah
tentang isi
terbaru,regulasi,prosedure
kerja ,APD,dan potensi
bahaya dan sebagainya.
- Mengikuti standar SOP
- Izin kerja
- Prosedur keselamatan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan pelindung
kepala seperti helm

108
- Memakai sepatu safety
Pengelasan pipa Bahaya Kimia - Gangguan indra Elimination
Galvanis yang sudah di - Terhirup Gas penciuman Subsitution
pasang untuk dalam asap las - Gangguan Engineering control
memastikan bocor pernapasan ( sesak 5 3 15 - Menggunakan teknik
atau tidaknya nafas, penyakit High pengangkatan seperti
paru-paru, dan risk melihat posisi material
PAK ) - Meletakan alat secara
- Kanker teratur agar tidak
Bahaya Las - Tersengat listrik menghalangi mobilitas
Listrik - Menimbulkan pekerja
- Kebocoran kebakaran dan 3 4 12 - Pastikan alat las tidak
aliran listri, ledakan High defect dan sesui dengan
Terkena percikan - luka bakar pada risk standar aman
dan terak las tubuh pekerja Administrative
- cindera/pingsan - Brifing sebelum bekerja
- Mengikuti Prosedur kerja
Bahaya Fisik - Mengakibatkan - Izin kerja
- Kebisingan dan ketulian - Mengikuti SOP
Terpapar sinar - Merusak mata - Membuat daftar checklist
ultraviolet - Kanker kulit 5 2 10 sebagai mengambil
- Kulit terbakar High peralatan kerja
risk - Menerapkan houseeping
sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1 kali
- Melakukan hot work

109
permit saat memulai
bekerja pengelasan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan lensa mata
( kaca mata )
- Menggunakan sepatu
safety
- Menggunakan apron
( celemek )
- Menggunakan face shielo
( pelindung wajah )
- Tersedianya APAR di
lingkungan kerja
- Menggunakan posisi
yang aman dan benar
ketika melaukan welding
Penaikan Pipa Bahaya - Nyeri otot, sakit Elimination
Galvanis bagian yang Ergonomi pinggang, nyeri Subsitution
sudah di tentukan - Posisi tubuh pada bahu dan 4 2 8 Engineering control
dengan saat mengangkat leher saat Medium - Meletakan alat secara
menggunakan takel pipa galvanis mendangak risk teratur agar tidak
- posisi pipa yang - Terjatuh menghalangi mobilisasi
tidak sesuai - Terluka pekerja
- Cindera - Pemasangan rambu-
rambu K3
- Merapikan kabel-kabel
yang berserakan
- Membersihkan kondisi
jalan dari genangan air

110
sebelum memulainya kerja
Administrative
- Brifing sebelum bekerja
- Mengikuti Prosedur kerja
- Izin kerja
- Mengikuti SOP
- Membuat daftar checklist
sebagai mengambil
peralatan kerja
- Menerapkan houseeping
sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1 kali
APD
- Memakaian APD yang
sesuai seperti memakai
sarung tangan, masker,
sepatu safety, body
harness, helm safety dll
Bersihkan sisa - Kabel yang - Jatuh Elimination
- Tersandung
material berantakan - Terpleset Subsitution
- Penyimpanan - Cidera ringan Engineering control
- tertimpa bahan
alat yang tidak - Menggunakan alat bantu
sesuai 3 2 6 seperti forklift, pallet
- kondisi jalan Medium mover dan trolley untuk
yang licin risk mengangkt pipa galvanis

111
- banyaknya yang sudah tidak di pakai
sampah yang - Menggunakan teknik
berserakan pengangkatan seperti
Bahaya Kimia melihat posisi material
-Debu dari -Gangguan - Meletakan sampah
lingkungan Pernapasan ( sesak 5 2 10 material secara teratur
nafas ) an
tempat kerja High agar tidak menghalangi
menyebabkan batuk
risk mobilitas pekerja
Administrative
- Brifing sebelum bekerja
- Mengikuti Prosedur kerja
- Izin kerja
- Mengikuti SOP
- Membuat daftar checklist
sebagai mengambil
peralatan kerja
- Menerapkan houseeping
sebagai budaya
perusahaan
- Menyediakan P3K di
lingkungan kerja
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dengan cara teratur
seperti MCU 6 bulan 1 kali
- Merapihkan kabel-kabel
yang berserakan
APD
- Mengguanakan sarung
tangan
- Menggunakan masker
- Menggunakan sepatu

112
safety
- Memakai helm safety

4.2. Pembahasan

Pada PT. Trikarsa Bahtera Abadi penerapan K3


( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) baru dilaksanakan baru
dilakasanakn pertama kalinya pad living star. Sehingga tidak
terdapat dokumen-dokumen K3 yang seharusnya wajib ada di
perusahaan tersebut. Dokumen yang belum ada di perusahan
tersebut yaitu JSA ( Job Safety Analysis ), Komitmen & Kebijakan,
dan HIRADC.

4.2.1. Penentuan Konteks

Berdasarkan hasil observasi dilapangan proyek JKT


LIVING STAR di daerah cibubur PT.Trikarsa Bahtera Abadi
merupakan Subcontractor Mechanical & Electrical ( M/E
( kontraktor yang menerima pekerjaan pemborong dari
kontraktor lainnya, perusahaan ini dalam Bidang Mekanikal
dan Elektrikal). Didalam proyek tersebut PT. Trikarsa Bahtera
Abadi bekerja sama dengan beberapa subcontractor
antaranya : JKT LIVING STAR- PHASE 1 sebagai Project
Title, PT. Sindel Propertindo Abadi sebagai Ouner, PT.
Permata Trikarya Utama sebagai contruction management,
MEGATIKA sebagai Architect, Cipta Sukses, PT. sebagai
structural consultant, PT. MEKA Optima Consultant sebagai
Mechanical & Electrical Consultant.

Dalam berbagai jenis pekerjaan yang ada dilapangan,


terdapat proses kegiatan yaitu terdapat pekerjaan di area
Pemasangan Pipa Plumbing yang mempunyai tahapan
pekerjaan antara lain Air bersih. Kegiatan Pemasangan Pipa

113
Plumbing ini mempunyai serangkian / tahapan pemasangan
seperti Pengukuran besi kanal, pemotongan besi kanal,
pellubangan besi kanal, pengelasan besi kanal dan
pengecatan besi kanal, ada juja pengukuran pipa galvanis,
pemotongan pipa galvanis, pengelasan pipa galvanis,
Pengecatan pipa galvanis, pengangkatan pipa galvanis ( air
bersih ), pemasangan pipa galvanis ( air bersih ), Pemotongan
pipa PPR, pemasangan pipa PPR ( Air Bersih )di proyek
tersebut.

Sebelum melakukan penentuan konteks di area


fabrikasi maka peneliti harus mengetahui bagaimana proses
pekerjaan yang terdapat di area fabrikasi. Kemudian peneliti
mengajukan pertanyaan kepada narasumber untuk diberikan
informasi mengenai proses pekerjaan diarea fabrikasi maka
peneliti mewanwancara informan utama dan informan kunci
untuk mengetahui proses pekerjaan diarea fabrikasi. Berikut
merupakan hasil wawancara dengan informan utama dan
informan kunci.

Setelah melakukan wawancara kepada informan utama


dan informan kunci maka peneliti menarik sebuah kesimpulan.
Pada proses kegiatan area fabrikasi terdapat proses pekerjaan
seperti: Pengukuran besi kanal, pelubangan besi kanal,
pemotongan besi kanal, pengelasan besi kanal dan
pengecatan besi kanal, ada juja pengukuran pipa galvanis,
pemotongan pipa galvanis, pengelasan pipa galvanis,
Pengecatan pipa galvanis, pengangkatan pipa galvanis ( air
bersih ), pemasangan pipa galvanis ( air bersih ), Pemotongan
pipa PPR, pemasangan pipa PPR ( Air Bersih ). Dengan
melihat dari berbagai aktivitas pekerjaan dan alat yang
digunakan maka memang perlu dilakukan analisis potensi
bahaya, risiko, dan pengendalian bahaya dengan
menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis).

114
4.2.2. Berdasarkan Identifikasi Bahaya Risiko
Dalam melakukan job safety analysis hal yang dilakukan
ialah menentukan dari setiap proses pekerjaan yang akan di
analisis, setelah menentukan pekerjaan membagi pekerjaan
menjadi beberapa langkah seperi aktivitas, potensi bahaya,
risiko, penilaian risisko, serta mnentukan tingkat risiko dan
pengendaliannya.
Untuk penilaian risiko hal pertama yang harus di perlukan
ialaha mengidentifikasi bahaya, setelah bahaya
teridentifikasi kemudian menentukan menentukan risiko
yang dapat terjadi dari bahaya tersebut. Dari risiko tersebut
kita dapat menentukan nilai severity dan likelihood yang
kemudian keduanya dikalikan untuk mengetahui tingkat
risikonya. Dari tingkkat risiko tersebut dapat dilakukan
tindakan pencegahan evaluasi risiko pada area fabrikasi
pemasangan pipa plumbing.
 Fabrikasi Besi Kanal
Dimana pekerjaan perbaikan dengan langkah
Pertama dari pekerjaan fabrikasi pemotongan besi
kanal yaitu Mengangkat dan Melakukan pengukuran
besi kanal, melakukan pemotongan besi kanal, pada
langkah memindahkan besi kanal dan
membersihkan sisa potongan besi. Pada langkah
fabrikasi Pelubangan besi kanal yaitu memindahkan
potongan besi kanal, membuat lubang pada besi
kanal, memindahkan besi kanal dan membersihkan
besi kanal. Pada langkah fabrikasi pengelasan besi
kanal yaitu melakukan pengelasan pada besi kanal
dan membersihkan sisa serpihan besi. Dan yang
terakhir pada langkah pengecatan besi kanal yaitu
Pemberihan bahan zinc chromate dan tinner,
melakukan pengecatan, dan memebersihkan sisa

115
bahan. Dari semua pekerjaan tersbut terdapat
penilaian risikonya antara lain:
- Penilaian tingkat risiko untuk fabrikasi besi kanal :
17 low risk, Medium risk 7, High risk 8, Extreme
high risk 2.
 Fabrikasi pipa galvanis
Dimana pekerjaan perbaikan dengan langkah
Pertama dari pemotongan pipa galvanis yaitu
Melakukan pengangkatan pipa galvani ketempat
pemotongan, melakukan pemotongan pipa galvanis,
memindahkan potongan pipa ketempat sementara,
dan memebersihkan sisamaterial. Pada langkah
pengukuran pipa galvanis yaitu melakukan
pengelasan menggunakan tang las & kawat las, dan
memebersihkan sisa serpihan. Dan yang terakhir
Pada langkah Pengecatan pipa galvanis yaitu
Pemberian bahan zinc chromate dan tinner,
melakukan pengecatan, dan membersihkan sisa
bahan. Dari semua pekerjaan tersebut terdapat
penilaian risiskonya antara lain :
- Penilaian tingkat risiko untuk fabrikasi pipa
galvanis : Low risk 5, Medium risk 6, High risk 7,
Extreme high risk 3.
 Fabrikasi Pipa PPR
Dimana pekerjaan perbaikan dengan langkah
Pertama dari pekerjaan fabrikasi pipa PPR yaitu :
Pada langkah Pemotongan pipa PPR yaitu
melakukan pengukuran pipa PPR, melaukan
pemotongan pada pipa PPR, Bersihkan sisa
potongan. Dan yang terakhir Pada langkah
penyambungan/pemanas pipa PPR yaitu
pengukuran bagian pipa yang hendak disambung,

116
persiapan material pipa PPR, melakukan
penyambungan/pemanasan pipa PPR dan
membersihkan sisa bahan. Dari semua pekerjaan
tersebut terdapat penilaian risiskonya antara lain :
- Penilaian tingkat risiko Low risk 1, Medium risk 2,
High risk 2.
 Pemasangan pipa PPR ( Air Bersih )
Dimana pekerjaan perbaikan dengan langkah
pertama dari Pemasangan Pipa PPR yaitu :
Persiapan alat, Melihat Kondisi lingkungan kerja,
Pembawaan alat ketempat kerja, Melakukan
pembobokan diarea yang akan dipasang pipa PPR,
Pasang pipa PPR yang sudah ditentukan, dan yang
terakhir bersihkan sisa material. Dalam semua
langkah pemasangan pipa PPR tersebut terdapat
penilaian risikonya diantara lain :
- Penilaian tingkat risiko Low risk 1, Medium risk 3,
High risk 5.
 Pemasangan Pipa Galvanis
Dimana pekerjaan perbaikan dengan langkah
pertama dari Pemasangan pipa galvanis yaitu :
Persiapan alat, melihat kondisi lingkungan kerja,
pembawaan alat ketempat kerja, perakitan besi
kanal, pemasangan besi kanal, pengangkatan pipa
galvanis, pengelasan pipa galvanis yang sudah
trpasang untuk memastikan bocor atau tidak,
penaikan pipa galvanis kebagian yang sudah
ditentukan, dan yang terahir bersihkan sisa material.
Dari semu langkah pemasangan pipa galvanis
terdapat penilaian risikonya antara lain :
- Penilaian tingkat risiko Low risk 1, Medium risk 5,
High risk 7.

117
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah


dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah dari hasil penilaian risiko yang dilakukan, yang tergolong 5
berisiko tertinggi adalah bahaya Pemberian bahan zinc chromate dan
tinner, melakukan pengecatan, pemotongan pipa galvanis, dan
pengelasan pipa galvanis penilain risikonya masuk ke pioritas Extreme
High Risk dengan jumlah 5 tahap pekerjaan.

5.2. Saran

118
Tindakan untuk perbaikan dari penilaian risiko tingkat tinggi
pioritasnya tersebut dengan melakukan pengendalian seperti :
- Bahaya dari proses Pemberian bahan zinc chromate dan tinner
dan melakukan pengecatan yang menyengat ke pernafasan, kulit
dan mata, perusahaan perlu memberikan ruangan khusus untuk
mengurangi resiko yang berdampak bagi kesehatan. Perusahaan
juga menyiapkan APD : sarung tangan, masker dan pelindung
mata.
- Bahaya dari proses pemotongan pipa galvanis yang
mengakibatkan kebisingan menjadi tuli, getaran menjadi tangan
kram, pegal-pegal, dan stress kerja, perusahaan harus
mengurangi risiko degan memberikan sanki pada pekera yang
tidak mematuhi pemakaian APD seperti Earplug ( penutup
telinga ), mengontrol jam kerja yang baik dll.
- Bahaya dari proses Pengelasan pipa galvanis yang
mengakibatkan kebocoran aliran listrik dan percikan maka terjadi
kebakaran, ledakan, tersengat listrik dan luka bakar, perusahaan
harus mengurangi risiko tersebut dengan melakukan pengecekan
pada alat, tempat, menggunakan APD seperti sarung tangan,
masker, lensa mata, menggunakan apron, pelindung wajah dan
tersedianya APAR.
Dari semua proses pekerjaan itu HSE di perusahaan harus
mengadakan TBM (Tool Box Meeting), diadakan tes kesehatan
seminggu sekali, pengecekan alat setiap sebulan sekali, SMT
(Safety Morning Talk) & senam bersama setiap hari kamis,
penyediaan APAR, pengecekan APAR (Alat Pemadam Api
Ringan), adanya SOP (Standar Operasional Prosedur), penataan
material, telah berjalannya 5R, penyediaan APD (Alat Pelindung
Diri) dan yang lainnya.
Saran untuk sistem manjalankan JSA (Job Safety Analysis )
PT. Tikarsa Bahtera Abadi harus mulai melengkapi JSA ( Job
Safety Analysis ) sesuai dengan langkah pekerjaan yang akan

119
mendatang. Untuk langkah baru hendaknya perusahaan MCC
proyek JKT Living Star memperbarui JSA ( Job Safety Analysis )
yang sudah terbuat untuk perusahaan yang belum
menjalan/pembuatan program JSA (Job Safety Analysis ) tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumasari WH, Tarwaka, Darnoto S. Penilaian risiko pekerjaan


dengan. 2014;
2. Prasetya WE. JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA AREA
PEKERJAAN FABRIKASI DI PROYEK KERETA CEPAT JAKARTA-
BANDUNG PT. WIJAYA KARYA, KARAWANG TAHUN 2020.
skrispi k3 2020. 2020;
3. Afifuddin M, Andesta D, Dahda S. Analisis Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Dengan Metode Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control Dengan Kombinasi Ohsas 18001 Di
Seksi Fabrikasi Pt. Xyz. Matrix. 2020;9–37.
4. Ramli S. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat; 2010.
5. Hadi WA, Karningsih PD. Pengembangan Sistem Manajemen Risiko
di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

120
Bontang berdasarkan Kerangka ISO 31000. PROZIMA (Productivity,
Optim Manuf Syst Eng. 2017;1(1):11.
6. Andita, Annisa, Said, 2013, “Analisis Pelaksanaan Teknik Job
Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya Di Tempat Kerja
Pada Terminal Y PT X, Skripsi UINSHJ. Skripsi Analisis
Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis. 2013;
7. Drs. Irzal MK. Buku Dasar – Dasar Kesehatan & Keselamatan Kerja.
Kesehatan Masyarakat. 2016.
8. Wijaya H. Ringkasan dan Ulasan Buku Analisis Data Penelitian
Kualitatif (Prof. Burhan Bungin). 2018;(March):1–45.
9. Maarif zayana ilham K, Tahun PTX skripsi. METODE HIRADC
PADA BAGIAN MAINTENANCE SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
KECELAKAAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN.
2020;
10. Shidiq U, Choiri M. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang
Pendidikan [Internet]. Vol. 53, Journal of Chemical Information and
Modeling. 2019. 221 p. Available from:
http://repository.iainponorogo.ac.id/484/1/METODE PENELITIAN
KUALITATIF DI BIDANG PENDIDIKAN.pdf
11. Sari N, Mulyani E, M.Nuh S. Manajemen Resiko Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Pada Pekerjaan Konstruksi. J Mhs Tek Sipil Univ
Tanjungpura [Internet]. 2016;2(2):1–14. Available from:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS/article/view/16159/14071
12. Soputan G, Sompie B, Mandagi R. Manajemen Risiko Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja (K3) (Study Kasus Pada Pembangunan
Gedung Sma Eben Haezar). J Ilm Media Eng. 2014;4(4):99095.
13. MUHAMMAD FIL SOCRATES-FKIK. Analisis Risiko Keselamatan
Kerja Dengan Metode Hirarc (Hazard Identification, Risk
Assessment and Risk Control). 2013;
14. Marchianti A, Nurus Sakinah E, Diniyah N et al. Digital Repository
Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember. Ef Penyul
Gizi pada Kelompok 1000 HPK dalam Meningkat Pengetah dan
Sikap Kesadaran Gizi. 2017;3(3):69–70.
15. Suharianto, Fitra Muliatna, I made Study Tentang Job Safety Analysis
Dalam Identifikasi Potensi Bahaya Kapal Kri Nala 363 Di Pt . Dok Dan
Perkapalan Surabaya ( Persero )

16. Ningsih Marpaung, Bambang Purwanggono, Rani Rumita ,ANALISIS


RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA BAGIAN
PRODUKSI PT BERKAT MANUNGGAL JAYA

121
Lampiran

Pedoman Wawancara

I. Identitas

Nama Lengkap : ISMAIL


Jabatan : HSE

II. Pertanyaan Informasi Kunci


1. Bagaimana proses pengerjaan yang ada di area fabrikasi air
bersih?
2. Potensi bahaya apa saja yang ada di area fabrikasi air
bersih?
3. Risiko apa saja yang ada di area fabrikasi air bersih?

122
4. Apakah selama ini ada kasus kecelakaan di area fabrikasi
air bersih?
5. Pengendalian apa saja yang sudah dilakukan pada area
fabrikasi air bersih?
6. Program apa saja yang sudah dilakukan pada area fabrikasi
air bersih?
7. Bagaimana cara untuk mengalanisis risiko pada pekerjaan
yang ada di area fabrikasi air bersih?
8. Bagaimana cara untuk mengevaluasi risiko pada pekerjaan
yang ada di area fabrikasi air bersih?
9. Bagaimana cara mengidentifikasi risiko pada area fabrikasi
air bersih?

Hasil Wawancar Informan Kunci

1. Bagaimana proses pengerjaan yang ada di area fabrikasi air


bersih ?
Jawab :
HSE : Proses pengerjaan area pemasangan pipa plumbing
air bersih sebetulnya proses area fabrikasi dari penurunan material
besi dari truk lalu ditaru di tempat yang sudah disediakan. Untuk
proses fabrikasinya sendiri berbeda-beda dan bahan materialnya
juga berbeda seperti bahan besi kanal dan bahan pipa galvanis.
Untuk besi kanal dipotong dengan cutting wheel lalu dilubangi
dengan drilling machine lalu lakukan pengelasan setelah di las
lakukan pengecetan pada besi sesuai warna yang sudah di

123
tentukan. Untuk pipa galvanis dipotong dengan cutting machine lalu
melakukan pengelasan setelah di las lakukan pengecetan pada
besi sesuai warna yang sudah di tentukan. Kalau untuk pipa PPR
dipotong menggunakan cutting bahco sendflex lalu lakukan
penyambungan dengan supplier mesin las.

2. Potensi bahaya apa saja yang ada di area fabrikasi air bersih?
Jawab :
HSE : Semisal di cutting wheel dan cutting machine yang
pemotongan yah otomatis tangan terkena mesin potong bisa
menimbulkan tangan terpotong,tersayat juga bekas potongannya,
tersandung materialnya atau pada saat melakukan pelubangan ya
itu bisa karena mungkin kelahan atau fatigue maka terjadi kurang
fokus dan tangan kena jepit, terpotong, keseleo bisa jadi.
Pokoknya menggunakan alat pasti memiliki potensi bahaya kalau
lalai sedikit bisa berakibat fatal terus bisa dilihat dari kondisi alat
semisal kondisi baik mungkin potensi bahaya bisa minim tapi kalo
kondisi alat tidak baik bisa fatal juga.
3. Risiko apa saja yang ada di area fabrikasi air bersih?
Jawab :
HSE : untuk risikonya ya itu tadi kalau tangan terkena
mesin otomatis bisa terpotong, tersayat sisa potongan tersandung
material lalu terjatuh atau tidak terjepit lalu bisa terkilir/cedera dan
masih banyak lagi.

4. Apakah selama ini ada kasus kecelakaan di area fabrikasi air


bersih?
Jawab :
Hse : Alhamdulillah sampai saat ini tidak pernah terjadi
kecelakan karena sebelum bekerja di proyek ini alat semua di
periksa terterlebih dahulu.
5. Pengendalian apa saja yang sudah dilakukan pada area fabrikasi
air bersih?
Jawab :

124
HSE : Kalo pengendalian sih seperti setiap pagi sebelum
bekerja diadakan TBM trus pekerja yang baru masuk di beri arahan
terlebih dahulu serta setiap kamis diadakan SMT(Safety Morning
Talk) dan senam pagi sekitar 30 menit untuk semua pekerja agar
semangat dan tidak lupa mememastikan pekerja menggunakan
apd.

6. Program apa saja yang sudah dilakukan pada area fabrikasi air
bersih?
Jawab :
SHE : 5R pembentukan tata letak mesin terus
housekeeping wajib sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
setelah itu ada lagi cek kesehatan setiap kamis seperti
pemeriksaan tensi ( darah ).

7. Bagaimana cara untuk mengalanisis risiko pada pekerjaan yang


ada di area fabrikasi air bersih?
Jawab :
HSE : Kalo untuk analisis resiko sih harus observasi
lapangan terlebih dahulu liat proses kerjanya bagaimana serta alat
yang digunakan baru bisa dianalisis risiko.

8. Bagaimana cara untuk mengevaluasi risiko pada pekerjaan yang


ada di area fabrikasi air bersih?
Jawab :
HSE : Untuk evaluasi rIsiko ya itu tadi kita liat terlebih
dahulu dari hasil observasi dilapangan keadaanya seperti apa
bahayanya juga apa saja serta risikonya seperti apa baru bisa
mengevaluasinya kaya apa diliat dari pengendaliannya juga, jadi
bisa tau risiko yang tinggi sedang dan apabila kurang efektif ya
dicari terus menerus sampai pengendaliannya seaman mungkin.
9. Bagaimana cara mengidentifikasi risiko pada area fabrikasi air
bersih?
Jawab :

125
HSE : Sebetulnya untuk mengidentifikasi risiko itu bisa kita
liat dari keadaan di lapangan seperti apa lalu di catat atau di foto
apa saja potensi bahayanya lalu kita buat hiradc dan jsanya dari
segi proses area pekerjaan tersebut.

Pedoman Wawancara

I. Identitas
Nama Lengkap : FIRDAUS
Jabatan : Pekerja
Nama Lengkap : HANDI
Jabatan : Supervisor
II. Pertanyaan Informan Utama
1. Berapa lama anda bekerja di proyek ini ?
2. Apa saja pekerjaan yang ada di area fabrikasi air bersih ?
3. Berapa lama anda bekerja dalam sehari ?
4. Apakah pekerjaan di area fabrikasi air bersih memiliki potensi
bahaya ?
5. Bahaya apa saja yang ada di area fabrikasi air bersih ?
6. Resiko apa saja yang ada di area fabrikasi air bersih ?
7. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja ?

126
8. Pengendalian apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak
perusahaan ?

Hasil Wawancara Informan Utama

1. Berapa lama anda bekerja di perusaahan ini ?


Jawab :

Pekerja : Kalau saya masih baru kak pokonya selama proyek ini
dibangun

Supervisor : 1 Tahun 2 bulan

2. Apa saja pekerjaan yang ada di area fabrikasi air bersih ?

Jawab :

Pekerja : pemotong besi, pelubangan besi sama pengecatan besi


kak dan ada juga pengelasan

Supervisor : ya ini ada cutting wheel (memotong besi kanal), Cutting


machine (memotong pipa galvanis), Drilling Machine (melubangi besi

127
kanal), Paiting (pengecatan besi kanal dan pipa galvanis), pengelasan dan
transfer material barang yang sudah jadi.

3. Berapa lama anda bekerja dalam sehari ?


Jawab :

Pekerja : lebih dari 8 jam sehari, tapi kadang lembur sampai jam 10

Supervisor : kalo untuk jam kerja sih 8 jam tapi kalo lembur itu dilanjut
sampai jam 10 malam dan kalau lembur itu setiap hari senin,selasa,rabu
dan sabtu.

4. Apakah pekerjaan di area fabrikasi air bersih memiliki potensi


bahaya ?
Jawab :

Pekerja : banyak kak kalo bahayanya mah

Supervisor : yang namanya kerja pasti memiliki bahaya kak

5. Bahaya apa saja yang ada di area fabrikasi air bersih?


Jawab :

Pekerja : ya paling pas gunain alat pemootong besi sama lubangin


besi kak bisa terpotong dan terjepit

Supervisor : kalo untuk bahaya sebenernya mah yang paling bahaya itu
pada saat pekerjaan menggunakan alat cutting wheel dan cutting machine
kak

6. Risiko apa saja yang ada di area fabrikasi air bersih?


Jawab :

Pekerja : ya itu kak kalo sudah kejepit bisa putus

Supervisor : tangan terjepit bisa putus, tergores dari alat atau material
mengakibatkan sobek, terkena percikan las dan masih banyak lagi

7. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja ?


Jawab :

128
Pekerja : Alhamdulillah bagian sini aman kak paling Cuma
lecet/kegores jangan sampai terjadi kecelakaan.

Supervisor : tidak pernah, karena saya selalu mengingatkan kepada


para pekerja sebelum melakukan pekerjaan dilakukan TBM diberi arahan
untuk selalu hati-hati dalam bekerja, selalu Makai apd dan dilakukan
pengawasan oleh saya.

8. Pengendalian apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak perusahan ?

Jawab :

Pekerja : yang saya tau helm, rompi,dan sarung tangan saja kalau
untuk sepatu bebas yang penting tertutup

Supervisor : kalo untuk pengendalian yang mudah terlihat mata tuh


seperti apd,tersedia apar, adanya pengecekan alat dan pemberitahuan
pada alat.

Lampiran :
Berkas Wawancara

129
Dokumentasi

Supervisor HSE

Pekerja

130
Area Fabrikasi Penaikan pipa galvanis

Pengangkatan pipa galvaniske tempat penyimpanan

Pembawaan bahan ketempt kerja

131
Penyambungan pipa PPR

Pembersihan sisa sisa material Pembawaan Pipa PPR

Pemotongan besi kanal

132
133

Anda mungkin juga menyukai