Anda di halaman 1dari 33

ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 1

A. PENGANTAR INTEGUMENT

a) ANFIS INTEGUMENT (INTEGUMENTARY SYSTEM)


1. PENDAHULUAN
Sistem Integumen adalah sebuah sistem organ terbesar dalam sistem tubuh manusia.
Berat yang organ ini milii sekitar 7 - 8% dari total berat tubuh kita. Memiliki ketebalan
antara 1,5 - 4,4 mm. Kulit adaah suatu organ dengan struktur yang elastis, bervariasi, dan
menutupi seluruh permukaan tubuh.

2. STRUKTUR
a. GAMBARAN UMUM
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 2
2

b. EPIDERMIS
Terdiri dari jaringan epitel berlapis pipih dengan penandukan (epithel squamous
complex denga kornifikasi). Dibagian permukaannya terdapat lapisan tanduk.
Epidermis merupakan lapisan tanpa pembuluh darah (avaskular). Epidermis adalah
lapisan kulit ari, merupakan lapisan kulit terluar yang berfungsi sebagai reseptor nyeri
(persarafan: free never end). Pada keadaan relaksasi (kosong) epitelnya terdiri dari 4-5
lapis
1) Stratum Corneum : lapisan permukaan epidermis, lapisan keratinosit mati.
2) Stratum Lucidum : terdiri dari beberapa lapis sel mati, terdapat pada kaki dan
tangan.
3) Stratum Granulosum : keratohialin menjadi keratin (kedap air) berperan dalam
mencegah dehidrasi.
4) Stratum Spinosum : lapisan paling tebal (skuamosa), beberapa lapis keratinosit dg
kecepatan mitosis lebih rendah.
5) Stratum Basale (Basalis) : lapisan terdalam, supplier keratinosit.
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 3
3

Ditinjau dari jenis sel yang menyusunnya, epidermis mengandung empat jenis sel,
yaitu:
1) Keratinocyte : sel utama epidermis, sel-sel epidermis yang sedang dalam berada
proses pembentukan keratin (produksi keratin).
2) Melanocyte : sel-sel pembentuk pigmen melanin (sintesa melanin), suatu
pigmen yang berperan dalam pembentukan warna kulit.
3) Langerhans : sejenis sel seperti makrophag yang berasal dari sumsum tulang
yang penting dalam pembentukan immunitas, karena berperan
dalam penyajian antigen kepada helper-T sel. Sehingga sel ini
berperan dalam sistem immunitas.
4) Merkel : sel yang berfungsi sebagai mechano-receptor dan berhubungan
fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

Di lapisan dasar dari epidermis


terdapat granula melanin dari
melanosom yang tersebar
merata dan halus.
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 4
4

c. DERMIS
Lapisan dermis dari komponen jaringan ikat berisi pembuluh darah. Dalam dermis
terdapat dua lapisan, yaitu :
1) Lapisan Papillary : tersusun dalam jaringan tenun serat yang memiliki kekuatan
regang sehingga dermis menyediakan kemampuan peregangan dan kontraksi
(ayanyaman kapiler, maintenance)
2) Lapisan Reticular : anastomose arteriovenosus
Dapat membantu regulasi TD & suhu
Free Nerve end, reseptor sensoris berkapsul, serbut autonom untuk VSMC
Lebih tebal dari epidermis

d. HIPODERMIS
• bukan kulit
• tod j.i longgar dan lemak
• - fascia subcutanea / panniculus
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 5
5

adiposus

e. TIPE

f. STRUKTUR-STRUKTUR ASESORIS

1) Rambut
2) Kuku
3) Exocrine glands : sebacea (lemak), sudorifera (kerngat)
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 6
6

Dermis menjadi epidemis

3. FISIOLOGI
a. FUNGSI UMUM
1) Proteksi
 Sebagai barrier terhadap mikroba, toxic subs, radiasi, benturan, tekanan
 Via sistem imun
 Dr dehidrasi
2) Regulasi suhu tubuh
3) Sensoris
4) Ekskresi
5) Metabolisme vitamin D (pro-vitamin D berada di kulit)

b. SISTEM PIGMENTASI
 Faktor
1) pigmen melanin & carotin
2) ketebalan epidermis
3) pembuluh darah dermis
4) warna darah pd pembuluh
5) genetik

 Melanin
1) sintesa oleh melanosit
2) Macam
 eumelanin : warna : coklat gelap. Di epidermis, rambut hitam & coklat
 pheomelanin : warna kuning kemerahan

 Melanosit
Jumlah melanosit/unit area sama pada semua jenis warna kulit. Yang
membedakan warna kulit :
1) Kecepatan sintesa melanin
2) Kecepatan akumulasi
3) Kecepatan degradasi

Fungsi melanin
1) Perlindungan.
2) Cara : absorbsi radikal bebas

Penyebab-penyebab peningkatan sintesa melanin :


1) paparan ultraviolet
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 7
7

2) Hormon: MSH, estrogen, ACTH


3) Obat2an : chloroquin, khemoterapi
4) Polusi : logam berat
5) Postinflamasi

c. FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN DALAM KEHAMILAN


 Terutama akibat pengaruh hormon
 Hormon yang terlibat : estrogen, MSH (meningkat t.u trimester lIl)
 Pengaruh:

 Melanocyte lebih besar, lebih aktif


 Sirkulasi & neovaskularisasi

 Klinis :

 Melasma gravidarum / Chloasma


 Linea nigra

4. TERMINOLOGY
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 8
8

b) DERMATOLOGIC PHARMACOLOGY
Obat yang dioleskan ke kulit:
1. Regional variation in drug penetration : Daerah kulit mempengaruhi penetrasi obat.
Contoh : Kulis scrotum, muka, axilla dan scalp lebih permeabel dibanding kulit lengan,
sehingga membutuhkan obat yang lebih sedikit untuk menghasilkan efek yang sama
(equivalent).
2. Concentration gradient : Peningkatan gradient konsentrasi akan meningkatkan transfer
massa obat per satuan waktu.
3. Dosing schedule : Sifat fisik kulit (reservoir obat). Mempengaruhi half life (half life pendek
bisa lebih memanjang)
Contoh : kortikosteroid cukup efektif diberikan 1x sehari, dimana pada kondisi lain
diberikan beberapa kali sehari.
4. Vehicles : Vehicle memaksimalkan kemampuan obat.

Penggunaan topikal :
Kandungan bahan aktif dalam vehicle memfasilitasi aplikasi ke kulit :
1. Kelarutan bahan aktif dalam vehicle
2. Kecepatan lepasnya bahan aktif dari vehicle
3. Kemampuan vehicle membasahi stratum corneum, meningkatkan penetrasi
4. Stabilitas agen terapi dalam vehicle
5. Interaksi secara kimia dan fisika dari vehicle dengan stratum corneum dan bahan aktif obat

Formulasi obat kulit sesuai dengan vehicle, diklasifikasikan sbb :


 Tincture, pembalut basah, lotion, gel, aerosol, bubuk, pasta, krim, dan salep
Kemampuan vehicle mencegah evaporasi/penguapan obat kulit :
 Tincture, balutan basah > salep
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 9
9

Inflamasi akut dengan oozing, vesikulasi dan crustae baik diterapi dengan bentuk kering seperti
tincture. Wet dressing dan lotions.

ANTI BAKTERI
Preparat antibakteri topikal
1. Mencegah infeksi pada luka bersih
2. Terapi awal infeksi dermatosis
3. Mengurangi kolonisasi staphylococci pada nares, deodorisasi axila dan penatalaksanaan
Jerawat
Contoh :
1. Bacitracin & Gramicidin
2. Polymyxin B Sulfate
3. Neomycin & entamicin
Topical Antibiotics in Acne :
1. Clindamycin
2. Erythromycin
3. Metronidazole
4. Sodium Sulfacetamide

ANTI JAMUR
Infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
 Terapi topikal : clotrimazole, miconazole, econazole, ketoconazole, oxiconazole, sulconazole,
ciclopirox olamine, naftifine, terbinafine dan tolnaftate.
 Terapi oral : griseofulvin, terbinafine, ketoconazole, fluconazole, dan itraconazole.

Spesies Candida Superficial :


 Topikal : klotrimazol, mikonazol, ekonazol, ketokonazol, oksikonazol, ciclopirox olamine,
nistatin atau amfoterisin B.

Kandidiasis mukokutan menyeluruh kronis responsif terhadap terapi jangka panjang dengan
ketokonazol oral.

 Sediaan Antijamur Topikal : Topical Azole Derivavites, Ciclopirox Olamine,


Naftifine & Terbinafine, Butenafine, Tolnaftate, Nystatin & Amfoterisin B.

 Oral Antifungal Agents : Turunan azol oral, Griseofulvin, Terbinafine.

 Topicl Antiviral Agents: Terapi herpez simplex (Acyclovir, Valacyclovir, Pencicloviir,


Famciclovir).

 Estoparasiticides (Penyakit scabies) : Permethrin, Lindane /Hexachlorocyclohexane),


Crotamiton, Sulfur, Malathion).
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 10
10

 Agents Affecting Pigmentation :

 Hydroquinone & Monobenzone

 Trioxsalen & Methoxsalen : psoralen


 Sunscreens : Tiga kelas senyawa kimia yang paling umum digunakan dalam
tabir surya : asam p-aminobenzoat (PABA), benzofenon, dibenzoilmetana.

 Drug for psoriasis : Acitretin (tidak boleh untuk orang hamil, tidak boleh jadi donor darah),
Tazarotene, dan Calcipotriene.

 Keratolytic & Destructive Agents : Salicylic Acid, Propylene Glycol)

 Antipruritic Agents : Doxepin, Pramoxine.


c) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM INTEGUMEN
1. Suatu pemeriksaan laboratorium yang penting dalam membantu diagnosa
2. Memantau perjalanan penyakit
3. Membantu menentukan prognosa
4. Proses identifikasi diagnosis: Riwayat penyakit, Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan
laboratorium
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 11
11
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 12
12

BIOPSI
 Penting untuk menegakkan diagnosa kanker kulit, bula dan infeksi
 Metode : Eksisi/insisi, Punch biopsi (penusukan).
 Jenis-jenis biopsy:
1. Shave Biopsy : Untuk menganalisa gangguan yang terdapat pada lapisan kulit epidermis.
2. Punch Biopsy : Untuk menganalisa gangguan yang terdapat pada lapisan kulit epidermis,
dermis dan subcutis.
3. Surgical Excision Biopsy : Untuk menganalisa lesi secara total. Bila batas lesi tidak jelas
dengan jaringan sekelilingnya. Pada kanker yang agresif dan kanker yang kambuh.

METODE PENGUMPULAN SPESIMEN :


 Conventional histopathology > fiksasi dengan normal-saline
 Immunopathology > beku
 Electron microscopy skin > glutaraldehyde

PERSIAPAN ALAT
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 13
13

PROSEDUR BIOPSI
1. Lokal anastesi: 1-2% lidocaine (lignocaine); dapat ditambahkan adrenaline (epinephrine) untuk
menurunkan terjadinya perdarahan (jangan digunakan untuk jari tangan dan kaki)
2. Incisional (diagnostic) biopsy.
3. Menjahit bekas insisi : Efek cosmetic > synthetic monofilament suture (e.g. prolene). Kolaborasi
bedah plastik jika timbul skar.

PUNCH (Jumlah sampel lebih sedikit & Sesuai untuk lesi kecil)
PROSEDUR:
1. Berikan anastesi lokal
2. Dorong pisau biopsi ke area lesi dangan gerakan melingkar
3. Angkat steker kecil, dan pisahkan dengan gunting atau pisau bedah
4. Hentikan perdarahan dengan perak nitrat atau jahitan kecil
PATCH TEST
 Untuk menentukan substansi/zat penyebab alergi pada kulit.
 “Patch” dilengketkan selama 48 jam; lepaskan patch bila
sakit, pruritus atau iritasi. Pembacaan 20 – 30 menit setelah
patch dilepas.
 Penilaian hasil
(+) : Hanya eritema.
(++) : Eritema dan papula.
(+++) : Eritema, papula dan vesikula kecil.
(++++) : Semua diatas, vesikula besar, bulla, kadang
ulserasi.

 Jika terjadi dermatitis akan menimbulkan reaksi :


1. Positif lemah : apabila ada kemerah-merahan,tonjolan halus dan gatal-gatal.
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 14
14

2. Positif sedang : apabila ada papulla,dan gatal-gatal.


3. Positif kuat : adaanya bula,nyeri serta ulserasi.
 Sebelum dan sesudah pelaksanaan patch test tidak boleh menggunakan obat kortison.
 Sampel masing-masing bahan test dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan
Pada plester berbentuk cakram.

WOOD’S LIGHT EXAMINATION


 Menggunakan lampu merkuri tekanan tinggi yang menghasilkan sinar UV (360 nm).
 Memeriksa infeksi jamur dan bakteri pada kulit superfisial.
 Menggambarkan derajat pigmentasi antara kulit normal dengan kulit yang lesi.
 Menentukan area kulit hypopigmentasi atau amelanosit.

IMMUNOFLURESINE
Mengkombinasikan antigen atau antibody dengan zat Fluorokrom (antibody dapat berpencar dengan
mengikatkan pada zat warna)
 Ip direct test untuk mendeteksi autoantibody terhadap bagian bagian kulit
 IP indirect test, mendeteksi antibody yang spesifik dalam serum pasien.

KEROKAN DAN BIAKAN JAMUR


 Konfirmasi segera terhadap adanya infeksi jamur pada kulit, rambut dan kuku.
 Daerah yang perlu dipertimbangkan dalam pemeriksaan ini adalah: kulit kepala, sudut mulut,
intertriginous area (sela jari kaki, ketiak, lipatan paha dan bokong, dibawah atau diantara breast,
lipatan perut) dan kuku.
 Hasil kerokan diletakkan pada slide mikroskop
 Ditutup dengan 10% potassium hydroxide (KOH)
 Dilapisi coverslip
 Tunggu beberapa menit > pemisahan Epidermal cell membranes
Note: Khusus sediaan kuku perlu KOH yang lebih pekat

USAPAN SITOLOGIS (TZANK’S SMEAR)


 Bermanfaat untuk menganalisa cairan dan sel yang berasal dari vesikel atau bulla.
 Untuk mengganti pemeriksaan biopsy.
 Memungkinkan lesi-lesi majemuk diperiksa secara berulang-ulang.
 Memungkinkan konfirmasi diagnose beberapa proses penyakit segera ditegakkan.

KULTUR LUKA
 Peralatan cleaning wound
 Tabung kultur steril dengan lidi kapasnya
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih disposable
 Kantung plastic untuk tempat sampah atau bengkok
 Label untuk tabung kultur
 Lembar permintaan laboratorium
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 15
15

d) TERAPI KULIT
Sistem Integumen terdiri dari kulit,
rambut, kuku, kelenjar keringat, dan
kelenjar minyak. Kulit adalah organ
terbesar dari semua organ. Karena luas permukaannya yang besar, biasanya memberikan
penghalang yang efektif antara kondisi ekstrem di lingkungan luar dan organ dalam tubuh. Kulit
memiliki tiga lapisan, yaitu :
1. Epidermis : lapisan kulit paling luar/dangkal (memiliki ketebalan 5 lapis. Bagiannya adlah
telapak kaki dan telapak tangan. Memiliki Melanocytes yaitu untuk memberika perlindungn
terhaadap sinar matahari)
2. Dermis : dibawah epidermis (menyediakan alas untuk epidermis, rambut, kuku. Lokasinya di
ujung saraf reseptor, kelenjar eringat, kelenjar minyak, pembuluh darah).
3. Lapisan subkutan : lapisan terdalam hipodermis (terdiri dari jaringan adipoa. Bantal, isolasi,
menyediakan sumber energi. Terlibat dalam pemeiharaan homoeostatis, pengaturan suhu dan
metabolisme).

PENYEBAB UTAMA GANGGUAN KULIT


 Adalah cedera, penuaan, faktor bawaan dan kondisi medis lainnya.
 Gejala yang berhubungan dengan stres/cedera pada kulit.
 Klasifikasi gangguna kulit : penyakit menular, peradangan, dan kanker kulit.
 Luka bakar dapat mempengaruhi semua kulit.
1. First Degree : mempengaruhi lapisan luar epidermis. Third Degree
(kemerahan dan terbakar sinar matahari)
2. Second Degree : mempengaruhi sebagian besar epidermis dan bagian dari dermis.
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 16
16

(peradangan dan melepuh)


3. Third Degree : mempengaruhi semua lapisan kulit.
(kulit tidak beregenerasi dan membutuhkan pencangkokan kulit)

SCABICIDES & PEDUCILICIDES


 Mengobati tungau parasit dan infestasi kutu.
 Parasit kulit yang umum adalah tungau dan kutu (Tungau menyebabkan scabies. Betina
menggali ke dalam kulit dan bertelur. Menyebabkan rasa gatal yang hebat. Jari tangan,
ekstremitas, sekitar badan, area pubis.

LICE (PEDICULUS/KUTU)
Ditularkan melalui pakaianyang terinfeksi atau kontak pribadi. Menginfestasi area kemaluan,
rambut. Bertelur dan meninggalkan kotoran yang disebut nits yang menempel pada bulu tubuh.
Obat untuk membunuh kutu dan tungau, yaitu :
1. Lindane (Kwell, Scabene) > gamma benzena
heksaklorida.
2. Crotamiton (Eurax)
3. Permethrin (Nix) > Insektisisda

DRUGS FOR SUNBURN & MINOR IRRITATION


Tujuan : untuk menghilangkan ketidaknyamanan sampai penyembuhan terjadi.
Obat-obatan termasuk lotion ringan dan anastesi topikal :
1. Benzocaine (Solarcaine)
2. Dibucaine (Nupercainal)
3. Tetracaine (Pontocaine)

DRUGS FOR ACNE


Masalah jerawat dan rosacea diobati dengan kombinasi OTC dan resep obat. Efek obat jerawat yaitu
memanas karna pergantian sel kulit dan menghambat ertumbuhan bakteri. Obat untuk jerawat, yaitu :
1. Benzoylperoxide (Benzalin, Benzamycin) obat OTC utama
2. Retinoids (Vitamin)
3. Prescription medications
 Adapalane (Differin)
 Azelaic acid (Alzelac)
 Sulfacetamide (Klaaren)
 Tretinon (Retin-A) bisa juga untuk kerutan
4. Keratolytic agents (Resorcinol, Salicylic acid, Sulfur)
5. Obat lain yang diminum (Vibramycin, Tetracycline, Ortho Tri-Cyclen)
6. Kasus jerawat paling parah (Accutane; imisan & radang area wajah)
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 17
17

TOPICAL CORTICOSTEROIDS
Digunakan utuk mengobati dermatitis dan gejala seperti :
 Eczema/Eksim (Dermatitis atopik)
 Contact Dermatits (Reaksi alergi)
 Seborrheic Dermatitis (kelebihan minyak)
 Statis Dermatitis (wanita tua)

DRUGS FOR PSORIASIS


Psoriasis adalah kelainan kulit kronis dengan bercak kulit merah yang ditutupi dengan sisik berwarna
perak versisik (plak); bersifat genetik.Treatments include :
 Emollients
 Topical corticosteroids
 Immunosuppressants
 Teknik terapi kulit perawatan tar (coal tar)
 UVB & UVA phototherapy digunakan pada psoriasis parah

B. PENGANTAR PERSEPSI SENSORI


1. GANGGUAN SISTEM PENGINDRAAN

A) ANFIS MATA
Mata merupakan organ penglihatan yang menerima rangsangan berupa cahaya dan akan
disalurkan ke otak oleh saraf sensorik menjadi informasi visual
Bola mata bergerak dan diarahkan kesuatu arah dengan 3 otot penggerak yang dikendalikan saraf-
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 18
18

motoric:
1) M. rektus okuli medial : gerak bola mata
2) M. obliques okuli inferior : gerak atas kebawah dan kedalam
3) M. obliques okuli superior : memutar mata keatas ke bawah

B) ORGANON VISUS
 OCULUS
 Bulbus oculi
 Nervus opticus
 OCULI ACCESSORIUS
 Supercilium (eyebrow)
 Palpebra – congjungtiva
 M. extrinsic bulbi
 Apparatus lacrimalis

C) PUPIL
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 19
19

Retina adalah lapisan paling dalam rongga mata yang peka


cahaya.
 Bintik kuning : paling peka terhdp cahaya karena tempat perkumpulan selsel saraf yang
berbentuk kerucut dan batang melihat bila cahaya jatuh pada titik ini.
 Bintik buta: sel tidak peka cahaya
 Jarak bintik buta : dimana kita tidak dapat melihat objek pada jarak tertentu.
 Sel batang(mampu menerima sel berwarna)
 Sel kerucut (menerima sel tidak bewarna)
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 20
20
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 21
21

AKOMODASI & KONVERGENSI


Akomodasi
 Bayangan dari suatu objek pada jarak < 6 meter
(20 feet) secara normal akan difokuskan
dibelakang retina, bukan tepat diretina.
 Untuk menjadikan bayangan difokuskan tepat
diretina, diatur oleh lensa mata dengan cara
membuat lensa mata lebih cembung.
 Reflek dari lensa tersebut, dinamakan :
Akomodasi.

Konvergensi
 Manusia mempunyai penglihatan binokuler, artinya walau mempunyai 2 mata, tapi kita
merasakan/melihat pada satu bayangan.
 Pada penglihatan binokuler, kedua bola mata bergerak sedikit ke dalam untuk memfokuskan
benda yang dekat, sehingga kedua bayangan jatuh pada titik yang sama di kedua retina pada saat
yg bersamaan, Hal ini disebut : Convergensi
 Normal : mata bisa melihat objek pada jarak > 6 meter (20 feet) karena tepat difokuskan diretina.
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 22
22

2. GANGGUAN PADA PENGLIHATAN

A) ASTIGMATISME (SILINDRIS)
Gangguan mata yang disebabkan oleh ukuran
lensa mata atau kornea tidak rata, keadaan
kelengkungan permukaan kornea atau lensa tidak
mulus.

Akibat : bila melihat suatu kotak, garis-garis


vertical terlihat kabur dan garis horizontal
terlihat jelas atau sebaliknya

Koreksi: kacamata lensa silindris

B) KATARAK (BULAR MATA)


Keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa
Akibat : lensa mata keruh sehingga menghalangi masuknya cahaya pada retina, proses menua, sinar
X, DM, pemberian obat tertentu (Buta tanpa rasa sakit).

C) KONJUNGTIVITAS
Peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, alergi, virus.
Penyebab: Virus, Bakteri Jamur Alergi (cuaca, debu, dll) Bahan kimia (polusi udara, sabun,
kosmetik, chlorine, dll) Trauma.

Konjungtivitis, Dibedakan Atas 3 Stadium:


1) Stadium Infiltrat
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 23
23

Berlangsung selama 1-3 hari  palpebra bengkak, hiperemi, tegang, bleparospasme.


Konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrat mungkin terdapat pseudomembran
diatasnya. Pada Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang hebat, kemotik, sekret
sereus kadang-kadang berdarah.
2) Stadium Supuratif atau Purulenta
Berlangsung selama 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra masih
bengkak, hiperemis, tetapi tak begitu tegang. Bleparospasme masih ada. Sekret campur darah,
keluar terus menerus apabila palpebra dibuka yang khas adalah sekret akan keluar dengan
mendadak (memancar muncrat) oleh karena itu harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan
sampai mengenai mata pemeriksa.
3) Stadium KonvalesenJ (Penyembuhan) Hypertropi Papil
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak,
konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrat. Injeksi konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva
masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang.

TANDA DAN GEJALA


 Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
 Produksi air mata berlebihan (epifora).
 Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan Menutup akibat
pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
 Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik
peradangan.
 Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
 Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein.
 Dijumpai secret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
 Fotofobia (keengganan terhadap cahaya).
 Rasa panas dan gatal pada mata adalah khas untuk konjungtivitis alergi.

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa konjungtivitis sebenarnya cukup dengan


anamnese dan pemeriksaan fisik, tetapi untuk meyakinkan maka diperlukan.
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan
yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear.
Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel
eosinofil.

KOMPLIKASI
 Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis,
 Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak mata, neuralgia, katarak, glaukoma,
kelumpuhan saraf III, IV, VI, atrofi saraf optik, dan kebutaan. Ulkus kornea, infeksi sekunder
oleh bakteri, parut kornea, dan neovaskularisasi kornea.

PENANGANAN
 Konjungtivitis bakteri biasanya diobati dengan tetes mata atau krim antibiotik, tetapi sering
sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 minggu tanpa pengobatan. Karena sangat menular
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 24
24

diantara anggota keluarga lain & teman sekolah, maka diperlukan teknik mencuci tangan yang
baik dan pemisahan handuk bagi orang yang terjangkit. Dan jangan bertukar bantal atau sprei.
 Kompres hangat pada mata dapat mengangkat rabas
 Konjungtivitis akibat virus biasanya diobati dengan kompres hangat. Untuk mencegah
penularan, diperlukan teknik mencuci tangan yang benar.
 Konjungtivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin, dan pemberian tetes
mata yang mengandung antihistamin atau steroid untuk mengurangi gatal dan peradangan
 Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya. Sebaiknya
diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet karena bersifat toksik bagi kornea
 Terapi yang dapat diberikan misalnya vasokonstriksi lokal pada keadaan akut (epinefrin 1:1000),
astringen, steroid topikal dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya.
Untuk pencegahan diberikan natrium kromoglikat 2%
topikal 4 kali sehari untuk mencegah degranulasi sel mast. Pada kasus yang berat dapat
diberikan antihistamin dan steroid sistemik. Penggunaan steroid berkepanjangan harus dihindari
karena bisa terjadi infeksi virus, katarak, hingga ulkus
kornea oportunistik. Antihistamin sistemik hanya sedikit bermanfaat.
 Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari.
Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi
steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik.

ANAMNESA GANGGUAN SISTEM INDERA


Data Demografi dan Biografi
Data demografi relevan terhadap pengkajian okular termasuk umur dan jenis kelamin. Insiden
katarak, mata kering, ablasia retina, glaukoma, esotropia (mata mengarah keluar) meningkat dengan
umur. Defisit penglihatan heriditer lebih lazim pada pria dibanding wanita.

KELUHAN UTAMA
Perubahan ataupun kehilangan penglihatan Keluhan bisa kurang spesifik seperti nyeri kepala atau
mata lelah Beberapa klien mungkin tidak dapat mengutarakan keluhannya.

MANIFESTASI KLINIS
Dibagi menjadi tiga kategori dasar : penglihatan, penampakkan dan sensasi nyeri dan
ketidaknyamanan. Manifestasi klinis dideskripsikan berdasarkan onset, lokasi, durasi dan
karakteristik seperti frekuensi dan derajat. Suasana sekitar onset dan respon klien pada pengobatan
sangat penting.

PENGKAJIAN MATA
1) Nyeri mata
 Sensasi benda asing menimbulkan nyeri tajam superfisial
 Rasa gatal dalam dapat mengindikasikan glaukoma, inflamasi, spasme otot atau infeksi
2) Penglihatan abnormal
 Perubahan kemampuan visual dapat terjadi akibat abnormalitas pada mata atau sepanjang
jarak visual
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 25
25

3) Penampakan mata abnormal


 Mata merah, lesi, edema,ptosis, dan posisi mata abnormal
TINJAUAN SISTEM
1) Riwayat penyakit dahulu
 Diabetes melitus, arthritis reumatoid, gangguan tiroid, hipertensi, sklerosis multipel,
miastenia gravis, trauma kepala, trauma mata
 Jika klien menggunakan kacamata atau lensa kontak, tanyakan pemeriksaan dan perubahan
ukuran terakhir
2) Riwayat pembedahan
 Laser Assisted in Situ Keratomielusis (LASIK), keratotomi radial (RK), pengangkatan
katarak, terapi glaukoma atau koreksi otot mata
3) Riwayat pembedahan otak atau wajah
4) Alergi
 Alergi pengobatan (tetes mata) dan substansi lain seperti inhalan (debu, bahan kimia, atau
serbuk bunga) dan kontak lingkungan (kosmetik atau serbuk bunga)
 Mata merah, lakrimasi dan rasa gatal
5) Medikasi
 Tanyakan secara spesifik mengenai tetes mata simptomatik: tetes mata dengan antihistamin
dan dekongestan yang dapat membuat permukaan okuler menjadi kering
 Catat juga obat sekarang dan medikasi sistemik dan gangguan mata dulu s/d sekarang
6) Kebiasaan makan
Diet kaya buah, sayur dan ikan atau suplemen antioksidan C, E dan beta karoten memiliki
potensi untuk mengurangi insiden masalah visual dan degenerasi makular
7) Riwayat sosial
 Kacamata sinar penting karena berkas sinar ultraviolet dapat merusak mata
 Merokok berhubungan dengan peningkatan degenerasi makular
 Pekerjaan, hobi, rekreasi, perilaku hidup sehat
8) Riwayat Kesehatan Keluarga
Strabismus, glaukoma, miopia, hipermiopia, diabetes melitus, retinoblastoma, retinitis
pigmentosa dan degenerasi makular

PEMERIKSAAN FISIK INDIVIDU SEHAT


Inspeksi
1) Ketajaman penglihatan 20/20
2) Alis penuh, dapat digerakkan
3) Bulu mata melengkung keluar menjauhi bola mata
4) Tidak ada ptosis
5) Kelopak mata tanpa lesi/ inflamasi
6) Mata lembab
7) Konjungtiva palpebra merah muda, konjungtiva bulbi jernih, warna sklera normal, tanpa
kemerahan
8) Reflek cahaya kornea simetris
9) PERRLA (pupil equal, round, reactive to light and accomodation) bulat, simetris, reaktif terhadap
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 26
26

cahaya, dan akomodasi


10) Kornea halus, lensa dan kamera okuli anterior jernih
11) Iris terwarnai sempurna
12) EOMs (extraokular movements) penuh, tanpa nystagmus (juling)
13) Gerakan konjugat
14) Tidak strabismus (mengarah ke arah yg sama bersdamaan)
15) Lapang pandang konfrontasi penuh

Palpasi
1) Bola mata lunak
2) Orbita tanpa edema
3) Tidak ada regurgitasi punkta
4) Tidak nyeri pada aparatus lakrimalis

Pemeriksaan Funduskopi
1) Reflek merah tervisualisasi
2) Rasio AV sekitar 2:3
3) Pembuluh darah tanpa pelebaran, penyempitan, pulsasi atau kedutan
4) Tepi diskus rata, tidak ada percekungan
5) Rasio cekungan : diskus = 1:3
6) Tanpa bukti perdarahan retina, bercak, plak
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 27
27

MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL :


1) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan
2) Resiko cedera
3) Resiko jatuh
4) Defisit pengetahuan
5) Ansietas
6) Nyeri (akut atau kronis)
7) Intoleransi aktivitas b/d kemunduran visus
8) Dll
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 28
28

3. SISTEM PENDENGARAN

A) ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

B) PEMBAGIAN TELINGA
1) Telinga Bagian Luar (Auris Externa):
a) Aurikula (pinna/daun telinga)
b) Meatus Akustikus externus (Liang telinga)
c) Membrana tympani
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 29
29

2) Telinga Bagian Tengah (Auris Media) :


a) Kavum Timpani
b) Tuba Eustachius
c) Tulang Pendengaran
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 30
30

3) Telinga Bagian Dalam ( Auris Interna/Labyrin ) :


a) Vestibulum
b) Canalis Spiralis cokhlea
c) Canalis semicirkularis ( 3 buah )
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 31
31

C) FISIOLOGI
MENDENGAR

Mendengar merupakan sensasi akibat ransangan pada area Auditorius korteks cerebri lobus
temporalis
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 32
32

D) PENGKAJIAN
1) Identitas Pasien,
2) Riwayat sebelumnya:
a) adanya kelainan nyeri,
ADULT NURSINGIII / ARIANTIKA EKA P / 012222010 / 001 33
33

b) riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang,


c) riwayat alergi.
3) Sedangkan pengkajian fisik meliputi antara lain :
a) Nyeri telinga,
b) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran,
c) Suhu tubuh Meningkat,
d) Malaise,
e) Nausea Vomiting,
f) Vertigo,
g) Ortore,
h) Pemeriksaan dengan otoskop

4) Pengkajian psikososial meiputi :


Nyeri otore berpengaruh pada interaksi:
a) Aktifitas terbatas,
b) Takut menghadapi tindakan pembedahan.
c) Pemeriksaan penunjang untuk melihat dampak dari adanya gangguan pada telinga
meliputi :
 Tes Audiometri : pendengaran menurun,
 X ray : terhadap kondisi patologi

E) MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1) Nyeri (akut/ kronis);
2) Perubahan sensori / persepsi auditorius;
3) Gangguan citra tubuh;
4) Defisit pengetahuan;
5) Aniseta.

Anda mungkin juga menyukai