Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul “Melanoma” dapat
terselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar perkuliahan bidang mata
pelajaran Sistem Integumen II di STIKes PERTAMEDIKA.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Jakarta,Maret, 2015
Tim Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melanoma maligna ialah neoplasma maligna yang berasal dari sel melanosit.
Disamping di kulit dapat pula terjadi pada mukosa. Di Amerika Serikat melanoma
maligna merupakan tumor ganas nomor 6 atau 7 terbanyak. Melanoma maligna dapat
terjadi pada semua usia dan paling banyak pada usia 35-55 tahun, insidensi pada pria
sama dengan wanita.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Pembuatan kasus pembelajaran mahasiswa dapat memacu inovasi dan daya pikir
kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah keperawatan asuhan keperawatan
sistem integumen.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini metode yang digunakan yaitu metode deskriftif
yaitu dengan menggambarkan konsep dasar dari penyakit melanoma dan asuhan
keperawatannya dengan literatur yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan (buku
yang terkait dengan kasus) dan internet (jurnal ilmiah yang terkait dengan kasus).
E. Sistematika Penulisan
BAB I: pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
metode penulisan, sistematika penulisan, BAB II : Anatomi dan Fisiologi Sistem
Integumen, BAB III : Tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar penyakit yaitu terdiri
dari pengertian, etiologi, patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik,
komplikasi), pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, BAB IV : Tinjauan kasus
yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, inervensi. BAB V :
Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA.
BAB II ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan
Terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus/ kelenjar minyak Kelenjar
keringat terbagi atas :
a. Kelenjar ekrin
b. Kelenjar apokrin
Terletak lebih dalam, sekresi lebih kental. Banyak terdapat pada axila, areola
mamae, pubis, dan saluran telinga luar
Terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali di telapak tangan dan kaki. Terletak di
samping akar rambut, bermuara pada folikel rambut. Berfungsi untuk memberi
lapisan lemak, bakteriostatik, menahan evaporasi. Masa remaja kelenjar sabasea
lebih produktif.
2. Rambut
Terdiri dari akar rambut dan batang. Menutupi hampir seluruh permukaan tubuh,
diproduksi oleh folikel rambut. Siklus pertumbuhan rambut:
a. Fase Anagen/pertumbuhan : 2-6 tahun dengan kecepataan tumbuh
0,35mm/hari
b. Fase Telogen/istirahat : beberapa bulan
c. Fase Katogen :fase diantara kedua fase
3. Kuku
Merupakan bagian terminal lapisan tanduk yang menebal. Masa pertumbuhan kuku
1mm/minggu dan berfungsi untung melindungi jari tangan.
Terdiri dari:
a. Akar Kuku : Bagian yang terbenam kulit jari.
b. Badan kuku : Bagian di atas jaringan lunak ujung jari.
A. Definisi
Melanoma maligna atau biasa juga disebut sebagai melanoma adalah keganasan
yang terjadi pada melanosit, sel penghasil melanin, yang biasanya berlokasi di kulit
tetapi juga ditemukan di mata, telinga, traktus gastrointestinal, leptomeninges, oral dan
membran mukus genitalia. Karena sebagian besar sel melanoma masih menghasilkan
melanin, maka melanoma seringkali berwarna coklat atau hitam.
Melanoma maligna adalah tahi lalat atau bercak kecoklatan kulit yang ganas dan
merupakan kanker kulit paling berbahaya. Kanker ini berkaitan dengan pajanan yang
berlebihan terhadap radiasi ultra violet paling sering menyerang individu berkulit terang
dan berambut pirang atau merah. Penyakit ini ditandai perubahan dalam warna, bentuk
dan ukuran tahi lalat atau tahi lalat yang berdarah atau gatal. Prognosis bergantung
pada ketebalan breslow penetapan stadium yang melibatkan penentuan status kelenjar
limfe dengan biopsi kelenjar sentinel. Karsinoma sel basal atau ulkus rodens
merupakan kanker kulit yang paling sering penyakit ini umumnya terkait dengan
pajanan terhadap sinar matahari yang berlangsung bertahun-tahun. Misalnya individu
yang bekerja di luar (pekerja bangunan) atau mereka yang berkulit terang dan tinggal di
dekat khatulistiwa meskipun menyebabkan kerusakan lokal yang luas namun kanker ini
tidak pernah bermetastasis. Karsinoma sel skuamosa adalah sel kanker invasit yang
jika dibiarkan dapat bermetastasis. Terapi kanker ini mungkin eksisi yang luas.
(Ensiklopedia keperawatan: 2009 hal 334-335)
B. Etiologi
Penyebab belum diketahui secara pasti namun sinar ultraviolet dari matahari
sangat berperan dan diduga menjadi penyebab utama. Melanoma ditemukan hampir
pada semua usia dan sering ditemukan pada daerah tropik. Umumnya seseorang yang
berkulit putih atau cerah, bermata biru, berambut merah atau pirang dam memiliki
bercak-bercak kecoklatan pada kulitnya. Namun ada beberapa faktor resiko yang
meningkatkan terjadinya melanoma, diantaranya sebagai berikut:
Tahi lalat atau nevus merupakan salah satu tumor jinak pada melanosit. Nevus tersebut
dapat timbul sejak lahir atau saat masa kanank-anak, bisa juga saat remaja. Salah satu
tipe nevus yang dapat berubah menjadi melanoma yaitu dysplastic nevus atau tahi lalat
atipik. Nevus displastic sedikit seperti nevus normal biasa, namun juga terlihat seperti
melanoma. Nevus displastic seringkali merupakan faktor keluarga. Jika seseorang
memiliki seorang anggota keluarga yang mempunyai displastic nevus maka sekitar 50%
kemungkinan nevus tersebut akan berkembang.
Resiko melanoma sekitar 6% sampai dengan 10% pada mereka yang memiliki nevus
displastic, tergantung pada usia, faktor keluarga, jumlah nevus displastic dan faktor-
faktor lainnya. Sedangkan pada mereka yang memiliki nevus melanotik sejak lahir,
resiko berkembangnya melanoma yaitu sekitar 6%.
2. Faktor Keluarga
Resiko akan menjadi lebih besar pada mereka yang memiliki keluarga yang didiagnosa
melanoma pada hubungan keluarga primer, seperti ayah, ibu, kakak, adik atau anak.
Sekitar 10% seseorang dengan melanoma memiliki sejarah keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
3. Fenotipe
Fenotip yaitu ekspresi gen pada diri seseorang. Dan yang dimaksud dalam hal ini yaitu
ekspresi gen seseorang terhadap kulit yang terang, berbintik-bintik, warna mata hijau
atau biru, rambut pirabf dan lain sebagainya.
Orang yang telah diterapi dengan obat-obatan imun supressor, seperti pada pasien-
pasien transplantasi, akan meningkatkan resiko terkena melanoma.
Sumber utama radiasi sinar uv adalah matahari. Sedangkan sumber yang lain yaitu
pada lampu-lampu yang biasanya dipakai di salon-salon kecantikan untuk
menggelapkan kulit.
6. Usia
Sekitar setengah dari kejadian melanoma, terdapat pada orang-orang pada usia lebih
dari 50 tahun.
7. Xeroderma pigmentosum
Xeroderma pigmentosum merupakan penyakit yang diturunkan sebagai hasil dari defek
pada enzim yang memperbaiki kerusakan pada DNA dan jarang ditemukan. Seseorang
dengan xeroderma pigmentosum memiliki resiko tinggi terhadap kanker kulit, baik
melanoma maupun nonmelanoma. Hal ini dikarenakan adanya defek tersebut
menyebabkan kemampuan orang tersebut untuk memperbaiki DNA yang rusak karena
terpajan sinar ultraviolet atau tidak sama sekali.
Orang yang pernah terkena melanoma akan memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
melanoma kembali atau residif.
C. Manifestasi Klinis
Melanoma bisa berawal sebagai pertumbuhan kulit baru yang kecil dan berpigmen
pada kulit yang normal. Paling sering tumbuh pada kulit yang terpapar sinar matahari,
tetapi hampir separuh kasus tumbuh dari tahi lalat yang berpigmen. Melanoma mudah
menyebar ke bagian tubuh yang jauh (metastase), dimana akan terus tumbuh dan
menghancurkan jaringan. (Graham, R. 2005).
(Graham, R. 2005)
Gejala atau tanda yang patut di curigai sebagai tanda keganasan suatu lesi
adalah perubahan warna seperti lebih terang atau lebih gelap, gatal, perubahan bentuk
menjadi tidak teratur atau nevus bertambah luas serta bertambah tebal, pertumbuhan
horizontal dan vertikal, permukaan tidak rata, dan akhirnya pembentukan tukak.
Pendarahan menandakan proses sudah sangat lanjut.
Bentuk dini sangat sulit dibedakan dengan tumor lainnya. Karena melanoma
maligna merupakan penyakit yang fatal bila telah metastasis jauh, maka kemampuan
untuk mengenali keganasan dini perlu diperdalam. Lokalisasi dilaporkan terbanyak di
ekstremitas bawah, kemudian didaerah badan, kepala/leher, ektremitas atas, kuku.
Kunci penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini, sehingga diagnosis
melanoma harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru
atau adanya tahi lalat yang berubah, seperti: berpigmen, yaitu:
1. Perubahan dalam warna
2. Perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3. Timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar, atau rasa sakit)
4. Terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5. Perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
6. Berkembangnya lesi satelit
7. Akademi dermatologi Amerika menekankan pentingnya ABCD saat mengevaluasi
setiap lesi berpigmen, yaitu Asimetri, Border irregularity, Color variegation,
Diameter yang lebih dari 6 mm
D. Klasifikasi
2. Nodular Melanoma
E. Patofisiologi
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Diagnostik
Selain biopsi dari dugaan lesi, laboratori dan tes diagnostik digunakan menentukan
keadaan tumor apakah telah metastase. Karena malignan melanoma dapat metastase
pada beberapa organ atau jaringan dari tubuh, dilakukan macam-macam tes.
1. Tes laboratorium
a. Tes fungsi liver untuk menentukan keadaan tumor yang telah metastasis pada
liver. Kombinasi dari elevasi LDH, alkaline phosphatase, dan SGOT
mempengaruhi liver.
b. Menghitung jumlah darah yang dilakukan untuk menentukan abnormalitas
hematologi.
c. Tes serum darah dilakukan untuk mengindentifikasi elektrolit mineral yang
abnormal).
2. Tes diagnostik dapat meliputi juga seperti ini:
a. Biopsi lesi adalah hanya metode definitif pada diagnosa malignan melanoma.
Eksisi biopsy adalah prosedur diagnostik dari pilihan karena dibawah ini lebih
komplit histologic evaluasi dan tingkat mikroskop. Biopsi tidak harus dilakukan jika
terduga melanoma, karena ketebalan dan dalamnya lesi tidak dapat di kaji,
membuat keputusan tentang prognosis dan pengobatan sangat sulit.
b. CT–scan liver menentukan jika enzim hati abnormal dan menentukan luasnya
metastasis dari hati lebih akurat.
c. X-ray dada dilakukan jika klien sulit bernafas atau hemoptisis, dimana rangsangan
paru-paru menjadi metastasis.
d. Scan tulang dilakukan untuk menentukan metastatik karena tidak dapat
menentukan nyeri tulang.
e. CT scan atau MQI dari otak yaitu menentukan pengkajian dari metastasis jika
klien sakit kepala, seizure, atau defisit neurology.
f. Biopsi jaringan dari limpa tulang belakang atau lesi kulit lain dilakukan untuk
mengidentifikasi metastasis.
H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Eksisi dilakukan seluas 1 cm di luar tumor. Eksisi dengan menyertakan fasia
profunda tidak mempengaruhi prognosis, demikian juga di seksi getah bening
regional pada tumor yang belum menunjukkan tanda metastasis jauh.
2. Perfusi
Setelah eksisi melanoma di ekstremitas, dapat di lakukan perfusi untuk pembertian
sitostatik ajuvan. Perfusi merupakan tindakan bedah yang agak besar sebab
ekstremitas harus di kosongkan dari peredaran darah sehingga harus di kerjakan
dengan pompa pengatur suhu dan oksigenator (mesin jantung paru).
3. Imunologi
Melanoma memperlihatkan reaksi yang tidak di mengerti yang di duga berdasarkan
pengaruh imunologik. Penggunaan vaksin sebagai terapi seperti vaksin BCG kadang
menyebabkan regresi parsial untuk waktu terbatas tetapi tidak mempengaruhi
prignosis. Setelah pembedahan perlu ditekankan pentingnya pengawasan berkala
karena walaupun di temukan pada derajat satu, kemungkinan kambuh cukup besar.
4. Operasi Eksisi
5. Diseksi limfonodi
Lymphoscintigraphy untuk mengidentifikasi cairan nodus.
6. Kemoterapi
1) Topical atau sistemik.
2) 5-fluorouracil, doxorubicin, atau cisplatin.
3) Mencegah penyebaran tumor dan terkadang mengurangi gejala.
4) Tidak dapat mengobati melanoma yang sudah metastasis.
5) Efek samping : imunodefisiensi.
7. Radioterapi
1) Menggunakan energy tinggi dengan dosis rendah untuk melanoma dengan
kedalaman yang bervariasi.
2) Teletherapy (external source), untuk terapi jangka panjang dan efektif sebagai
paliatif.
3) Sebagai terapi adjuvant.
8. Imunoterapi
1) Non-spesifik stimulan
2) BCG, Corynebacterium parvum, levimasole.
3) Interferon a-2b gives a 24% improvement in 5 YSR
4) Vaccines
5) Viral oncosylates
6) Gangliosides
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
I. Anamnesa
Dari anamnesa yang dilakukan, diharapkan diketahui informasi tentang keluhan
umum pasien, dan riwayat perjalanan keluhan umum tersebut. Perubahan sifat dari
nervus merupakan keluhan umum yang paling sering ditemukan pada pasien dengan
melanoma, dan hal ini merupakan peringatan awal melanoma. Perubahan tersebut
diantaranya peningkatan dalam hal diameter, tinggi atau batas yang asimetris pada
suatu lesi berpigmen memberikan data 80% pada pasien saat melanoma di
tegakkan. Dari perjalanan penyakit tersebut juga ditanyakan awal mulanya lesi pada
kulit tersebut muncul, dan kapan terjadi perubahan pada lesi tersebut. Tentang tanda
dan gejala melanoma, seperti adanya perdarahan, gatal, ulserasi, dan nyeri pada lesi.
Pada anamnesa tersebut juga ditanyakan tentang adanya faktor–faktor resiko pada
pasien.
J. Pemeriksaan Fisik
Yang perlu dilakukan saat pemeriksaan fisik ini yaitu memperhatikan lebih detail
dengan inspeksi, palpasi, dan bila perlu inspeksi dengan bantuan kaca pembesar. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui ukuran, bentuk, warna, dan tekstur dari nervus dan
mencari adanya perdarahan atau ulserasi. Pemeriksaan terhadap kelenjar limfe yang
berada dekat dengan lesi juga perlu dilakukan. Adanya pembengkakan atau biasa
disebut dengan limfadenopati menunjukkan kemungkinan adanya penyebaran
melanoma.
Pemeriksaan ditempat tubuh yang lain dapat silakukan jika terdapat kecurigaan
atau untuk evaluasi dari pemeriksaan yang lalu dengan faktor resiko. Di luar negeri,
evaluasi terhadap seluruh tubuh sudah dilakukan, yaitu dengan cara
mendokumentasikan nevus–nevus yang ada di seluruh tubuh. Dengan demikian,
perubahan akan lebih cepat terdeteksi dengan membandingkannya dengan
dokumentasi terdahulu.
Pemeriksaan di tempat yang menjadi predileksi pada macam–macam bentuk
klinis melanoma juga dilakukan. Misalnya pada melanoma superfisial dan
melanoma nodular yang biasanya berada di trunkus tubuh dan tungkai, sedangkan
melanoma maligna bentuk lentigo lebih banyak muncul di telapak tangan, telapak
kaki dan di bawah kuku.
1) Aktivitas atau istirahat
Tanda: keterbatasan mobilisasi atau kehilangan pada bagian yang terkena
(mungkin segera karena nyeri, pembengkakan setelah tindakan aksisi dan graft
kulit).
2) Sirkulasi
Hipertensi (kadang–kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau ansietas),
takikardia (respon stress, hipovolemia), lesi cenderung sirkuler dengan bagian
luar yang tidak teratur.
3) Neurosensori
Tanda: penurunan refleks tendon dalam pada cedera ekstermitas.
4) Nyeri atau kenyamanan
Gejala: nyeri berat saat tindakan eksisi dan graft kulit (mungkin terlokasi pada
area lesi yang di eksisi lokal yang luas dan pada graft kulit).
5) Keamanan
Tanda: lesi semakin menonjol, perdarahan lesi, perubahan lokal, pada warna
nodul (biasanya relatif licin serta berwarna biru hitam yang seragam, dapat
meningkatkan atau berubah secara bertahap), serta nodul yang menebal, bersisik
dan berulserasi.
6) Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala: lingkungan trauma, aktifitas perawatan dini dan tugas pemeliharaan atau
perawatan rumah
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
5. Gangguan konsep diri atau harga diri rendah berhubungan dengan pembentukan
ulserasi atau tumor
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA