Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul “Melanoma” dapat
terselesaikan.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar perkuliahan bidang mata
pelajaran Sistem Integumen II di STIKes PERTAMEDIKA.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini penulis harapkan dapat menambah pengetahuan tentang


bagaimana penyakit Integumen II bagi pembacanya.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan di


banyak bagian, untuk itu penulis sangat berterimakasih bila ada pihak-pihak yang
mengkoreksi makalah ini dan memberikan kritik dan saran supaya penulis dapat
memperbaikinya.

Jakarta,Maret, 2015

Tim Penulis
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melanoma maligna ialah neoplasma maligna yang berasal dari sel melanosit.
Disamping di kulit dapat pula terjadi pada mukosa. Di Amerika Serikat melanoma
maligna merupakan tumor ganas nomor 6 atau 7 terbanyak. Melanoma maligna dapat
terjadi pada semua usia dan paling banyak pada usia 35-55 tahun, insidensi pada pria
sama dengan wanita.

Insiden melanoma maligna itu sendiri berbeda-beda di tiap negara, dengan


insiden tertinggi terjadi di Australia dan Selandia Baru. Sebagai kanker kulit yang paling
ganas, pada penemuan kasus kanker yang baru terdiagnosis, melanoma menduduki
urutan ke-6 laki-laki dan urutan ke-7 perempuan di Amerika. Diperkirakan jumlah
maligna kasus baru Melanoma maligna di Amerika pada tahun 2008 sebesar 62.480
kasus terjadi pada laki-laki dan 27.350 pada wanita.

Melanoma merupakan salah satu kanker yang insidennya terus meningkat.


Pada tahun 1930an di Amerika resiko terkena melanoma maligna adalah 1:1.500,
sekarang ini resiko meningkat menjadi 1:74. Selain itu. The Annual Incidence of
invasive cutaneous melanoma melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidens pada
perempuan Caucasian di Amerika Serikat pada usia 15-39 antara tahun 1980-2004
sebesar 50% dibanding ras lainnya.

B. Rumusan Masalah

Adapun di dalam makalah ini akan dibahas tentang :

1. Definisi dan etiologi melanoma


2. Manifestasi klinik dari melanoma
3. Patofisiologi dan patoflow melanoma
4. Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien melanoma
5. Penatalaksanaan medis dan keperawatan pada klien melanoma
6. Asuhan Keperawatan pada klien melanoma

C. Tujuan Penulisan
1. Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan materi pembelajaran mahasiswa khususnya dalam format asuhan


keperawatan gangguan sistem integumen pada klien dengan melanoma.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Pembuatan kasus pembelajaran mahasiswa dapat memacu inovasi dan daya pikir
kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah keperawatan asuhan keperawatan
sistem integumen.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini metode yang digunakan yaitu metode deskriftif
yaitu dengan menggambarkan konsep dasar dari penyakit melanoma dan asuhan
keperawatannya dengan literatur yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan (buku
yang terkait dengan kasus) dan internet (jurnal ilmiah yang terkait dengan kasus).

E. Sistematika Penulisan

BAB I: pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
metode penulisan, sistematika penulisan, BAB II : Anatomi dan Fisiologi Sistem
Integumen, BAB III : Tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar penyakit yaitu terdiri
dari pengertian, etiologi, patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik,
komplikasi), pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, BAB IV : Tinjauan kasus
yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, inervensi. BAB V :
Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA.
BAB II ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

Anatomi Fisiologi Sistem Integumen

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan

Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :


1. Lapisan epidermis/ kutikel tersusun dari beberapa lapisan, yaitu:
a. Stratum korneum / lapisan tanduk
1) Lapisan kulit yang paling luar
2) Terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati
3) Tidak berinti
4) Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin/zat tanduk
5) Terdiri dari 15-30 lapisan sel keratin
b. Stratum lusidum
1) Terdapat langsung di bawah lapisan korneum
2) Lapisan sel terang
3) Lapisan sel gepeng tanpa inti
4) Protoplasma yang berubah menjadi protein (elerdin)
5) Hanya ada pada kulit yang tebal, tampak lebih jelas di telapak tangan dan
kaki
c. Stratum granulosum / lapisan keratohialin
1) Terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng
2) Grainy (lapisan bulir padi)
3) Sitoplasma berbutir kasar (keratohialin), terdapat inti diantaranya.
4) Juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
d. Stratum spinosum / stratum malphigi / pickle cell layer
1) Terdiri dari 5-8 lapisan
2) Lapisan yang paling tebal (0,2 mm)
3) Sel berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya
proses mitosis.
4) Terdapat sel langerhans
5) Lapisan ini memproduksi keratin
6) Keratin merupakan protein yang tidak larut air – menjaga kelembaban kulit
e. Stratum basale
1) Lapisan epidermis yang paling dalam, berkontak dengan dermis
2) Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus/kolumnar
3) Terdiri dari sel pembentuk melanin yang mengandung pigmen.
4) Sel-sel basal mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif
2. Lapisan dermis/ korium, kutis vera, true skin.
a. Berisi 3 jenis jaringan : Kolagen dan serat elastis, Otot, Saraf
b. Mendapat suplai darah dan saraf
c. Lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis.
d. Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri.
e. Terdiri dari dua bagian, yaitu:
1) Pars papilare
2) Pars retikulare
3. Lapisan subkutis/ hipodermis
Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang berfungsi sebagai
cadangan makanan. Dalam lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan getah bening.

Struktur aksesoris kulit terdiri dari:

1. Kelenjar pada Kulit

Terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus/ kelenjar minyak Kelenjar
keringat terbagi atas :
a. Kelenjar ekrin

Merupakan kelenjar kecil-kecil, letaknya dangkal, di lapisan dermis, bermuara di


permukaan kulit. Sekresi kelenjar ekrin dipengaruhi oleh stres emosional, faktor
paanas dan saraf simpatis. Fungsinya untuk pengeluaran keringat, pengaturan suhu
tubuh

b. Kelenjar apokrin

Terletak lebih dalam, sekresi lebih kental. Banyak terdapat pada axila, areola
mamae, pubis, dan saluran telinga luar

c. Kelenjar sebasea atau kelenjar minyak

Terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali di telapak tangan dan kaki. Terletak di
samping akar rambut, bermuara pada folikel rambut. Berfungsi untuk memberi
lapisan lemak, bakteriostatik, menahan evaporasi. Masa remaja kelenjar sabasea
lebih produktif.

2. Rambut
Terdiri dari akar rambut dan batang. Menutupi hampir seluruh permukaan tubuh,
diproduksi oleh folikel rambut. Siklus pertumbuhan rambut:
a. Fase Anagen/pertumbuhan : 2-6 tahun dengan kecepataan tumbuh
0,35mm/hari
b. Fase Telogen/istirahat : beberapa bulan
c. Fase Katogen :fase diantara kedua fase
3. Kuku

Merupakan bagian terminal lapisan tanduk yang menebal. Masa pertumbuhan kuku
1mm/minggu dan berfungsi untung melindungi jari tangan.

Terdiri dari:
a. Akar Kuku : Bagian yang terbenam kulit jari.
b. Badan kuku : Bagian di atas jaringan lunak ujung jari.

Fungsi Kulit adalah sebagai berikut;


BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Melanoma adalah keganasan sel yang menghasilkan pigmen (melanosit) yang


terletak terutama di kulit, tetapi juga ditemukan dimata, telinga, saluran percernaan,
leptomeninges, serta membrane mukosa oral dan kelamin. Melanoma hanya 4% dari
semua kanker kulit, namun hal itu menyebabkan jumlah terbesar kematian terkait
kanker kulit di seluruh dunia. Deteksi dini melanoma kulit adalah cara terbaik untuk
mengurangi kematian. (Arif Muttaqin, 2012)

Melanoma maligna atau biasa juga disebut sebagai melanoma adalah keganasan
yang terjadi pada melanosit, sel penghasil melanin, yang biasanya berlokasi di kulit
tetapi juga ditemukan di mata, telinga, traktus gastrointestinal, leptomeninges, oral dan
membran mukus genitalia. Karena sebagian besar sel melanoma masih menghasilkan
melanin, maka melanoma seringkali berwarna coklat atau hitam.

Melanoma maligna adalah tahi lalat atau bercak kecoklatan kulit yang ganas dan
merupakan kanker kulit paling berbahaya. Kanker ini berkaitan dengan pajanan yang
berlebihan terhadap radiasi ultra violet paling sering menyerang individu berkulit terang
dan berambut pirang atau merah. Penyakit ini ditandai perubahan dalam warna, bentuk
dan ukuran tahi lalat atau tahi lalat yang berdarah atau gatal. Prognosis bergantung
pada ketebalan breslow penetapan stadium yang melibatkan penentuan status kelenjar
limfe dengan biopsi kelenjar sentinel. Karsinoma sel basal atau ulkus rodens
merupakan kanker kulit yang paling sering penyakit ini umumnya terkait dengan
pajanan terhadap sinar matahari yang berlangsung bertahun-tahun. Misalnya individu
yang bekerja di luar (pekerja bangunan) atau mereka yang berkulit terang dan tinggal di
dekat khatulistiwa meskipun menyebabkan kerusakan lokal yang luas namun kanker ini
tidak pernah bermetastasis. Karsinoma sel skuamosa adalah sel kanker invasit yang
jika dibiarkan dapat bermetastasis. Terapi kanker ini mungkin eksisi yang luas.
(Ensiklopedia keperawatan: 2009 hal 334-335)

B. Etiologi
Penyebab belum diketahui secara pasti namun sinar ultraviolet dari matahari
sangat berperan dan diduga menjadi penyebab utama. Melanoma ditemukan hampir
pada semua usia dan sering ditemukan pada daerah tropik. Umumnya seseorang yang
berkulit putih atau cerah, bermata biru, berambut merah atau pirang dam memiliki
bercak-bercak kecoklatan pada kulitnya. Namun ada beberapa faktor resiko yang
meningkatkan terjadinya melanoma, diantaranya sebagai berikut:

1. Tahi lalat (Nevus)

Tahi lalat atau nevus merupakan salah satu tumor jinak pada melanosit. Nevus tersebut
dapat timbul sejak lahir atau saat masa kanank-anak, bisa juga saat remaja. Salah satu
tipe nevus yang dapat berubah menjadi melanoma yaitu dysplastic nevus atau tahi lalat
atipik. Nevus displastic sedikit seperti nevus normal biasa, namun juga terlihat seperti
melanoma. Nevus displastic seringkali merupakan faktor keluarga. Jika seseorang
memiliki seorang anggota keluarga yang mempunyai displastic nevus maka sekitar 50%
kemungkinan nevus tersebut akan berkembang.

Resiko melanoma sekitar 6% sampai dengan 10% pada mereka yang memiliki nevus
displastic, tergantung pada usia, faktor keluarga, jumlah nevus displastic dan faktor-
faktor lainnya. Sedangkan pada mereka yang memiliki nevus melanotik sejak lahir,
resiko berkembangnya melanoma yaitu sekitar 6%.

2. Faktor Keluarga

Resiko akan menjadi lebih besar pada mereka yang memiliki keluarga yang didiagnosa
melanoma pada hubungan keluarga primer, seperti ayah, ibu, kakak, adik atau anak.
Sekitar 10% seseorang dengan melanoma memiliki sejarah keluarga yang menderita
penyakit yang sama.

3. Fenotipe

Fenotip yaitu ekspresi gen pada diri seseorang. Dan yang dimaksud dalam hal ini yaitu
ekspresi gen seseorang terhadap kulit yang terang, berbintik-bintik, warna mata hijau
atau biru, rambut pirabf dan lain sebagainya.

4. Supresi Sistem Imun

Orang yang telah diterapi dengan obat-obatan imun supressor, seperti pada pasien-
pasien transplantasi, akan meningkatkan resiko terkena melanoma.

5. Pajanan Terhadap Radiasi Sinar UV yang berlebihan

Sumber utama radiasi sinar uv adalah matahari. Sedangkan sumber yang lain yaitu
pada lampu-lampu yang biasanya dipakai di salon-salon kecantikan untuk
menggelapkan kulit.

6. Usia

Sekitar setengah dari kejadian melanoma, terdapat pada orang-orang pada usia lebih
dari 50 tahun.

7. Xeroderma pigmentosum
Xeroderma pigmentosum merupakan penyakit yang diturunkan sebagai hasil dari defek
pada enzim yang memperbaiki kerusakan pada DNA dan jarang ditemukan. Seseorang
dengan xeroderma pigmentosum memiliki resiko tinggi terhadap kanker kulit, baik
melanoma maupun nonmelanoma. Hal ini dikarenakan adanya defek tersebut
menyebabkan kemampuan orang tersebut untuk memperbaiki DNA yang rusak karena
terpajan sinar ultraviolet atau tidak sama sekali.

8. Riwayat terkena melanoma

Orang yang pernah terkena melanoma akan memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
melanoma kembali atau residif.

C. Manifestasi Klinis
Melanoma bisa berawal sebagai pertumbuhan kulit baru yang kecil dan berpigmen
pada kulit yang normal. Paling sering tumbuh pada kulit yang terpapar sinar matahari,
tetapi hampir separuh kasus tumbuh dari tahi lalat yang berpigmen. Melanoma mudah
menyebar ke bagian tubuh yang jauh (metastase), dimana akan terus tumbuh dan
menghancurkan jaringan. (Graham, R. 2005).

Semakin sedikit pertumbuhan melanoma ke dalam kulit, maka semakin besar


peluang untuk menyembuhkannya. Jika melanoma telah tumbuh jauh ke dalam kulit,
akan lebih mungkin menyebar melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah dan
bisa menyebabkan kematian dalam beberapa bulan atau tahun. (Graham, R. 2005)
Perjalanan penyakit melanoma bervariasi dan tampaknya dipengaruhi oleh
kekuatan pertahanan oleh sistem kekebalan tubuh. (Suriadiredja, 2006). Beberapa
penderita yang keadaan kesehatannya baik, bisa bertahan hidup selama bertahun-
tahun meskipun melanomanya telah menyebar. (Suriadiredja, 2006)
Tanda-tanda terbentuknya melanoma:
1. Bintik atau tahi lalat berpigmen (terutama yang berwarna hitam atau biru tua) yang
semakin membesar
2.  Perubahan warna pada tahi lalat, terutama pigmentasi merah, putih dan biru di kulit
sekelilingnya
3. Perubahan pada kulit diatas bintik yang berpigmen, misalnya perubahan
konsistensi atau bentuk
4. Tanda-tanda peradangan pada kulit di sekitar tahi lalat.

(Graham, R. 2005)

Gejala atau tanda yang patut di curigai sebagai tanda keganasan suatu lesi
adalah perubahan warna seperti lebih terang atau lebih gelap, gatal, perubahan bentuk
menjadi tidak teratur atau nevus bertambah luas serta bertambah tebal, pertumbuhan
horizontal dan vertikal, permukaan tidak rata, dan akhirnya pembentukan tukak.
Pendarahan menandakan proses sudah sangat lanjut.
Bentuk dini sangat sulit dibedakan dengan tumor lainnya. Karena melanoma
maligna merupakan penyakit yang fatal bila telah metastasis jauh, maka kemampuan
untuk mengenali keganasan dini perlu diperdalam. Lokalisasi dilaporkan terbanyak di
ekstremitas bawah, kemudian didaerah badan, kepala/leher, ektremitas atas, kuku.
Kunci penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini, sehingga diagnosis
melanoma harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru
atau adanya tahi lalat yang berubah, seperti: berpigmen, yaitu:
1. Perubahan dalam warna
2. Perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3. Timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar, atau rasa sakit)
4. Terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5. Perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
6. Berkembangnya lesi satelit
7. Akademi dermatologi Amerika menekankan pentingnya ABCD saat mengevaluasi
setiap lesi berpigmen, yaitu Asimetri, Border irregularity, Color variegation,
Diameter yang lebih dari 6 mm

D. Klasifikasi

Klasifikasi secara klinis, Melanoma maligna ada 4 macam tipe, yaitu:

1. Superficial Spreading Melanoma

Merupakan tipe melanoma yang sering terjadi di Amerika Serikat, yaitu


sekitar 70% dari kasus yang didiagnosa sebagai melanoma. Dapat terjadi pada
semua umur namun lebih sering pada usia 30-50 tahun, sering pada wanita
dibanding pria dan merupakan penyebab kematian akibat kanker tertinggi pada
dewasa muda.
Pada stadium awal, tipe ini bisa berupa bintik yang datar yang kemudian
pigmentasi dari lesi mungkin menjadi lebih gelap atau mungkin abu-abu, batasnya
tidak tegas, dan terdapat area inflamasi pada lesi. Area di sekitar lesi dapat menjadi
gatal. Kadang-kadang pigmentasi lesi berkurang sebagai reaksi imun seseorang
untuk menghancurkannya. Tipe ini berkembang sangat cepat. Diameter pada
umumnya lebih dari 6mm. Lokasi pada wanita di tungkai bawah, sedangkan laki-
laki di badan dan leher.
Gambaran histologis Superficial Spreading Melanoma, pada epidermis didapatkan
melanosit berbentuk epiteloid, dapat tersusun sendiri – sendiri atau berkelompok,
pada umumnya sel – sel tersebut tidak tampak pleomorfik. Pada dermis terlihat
sarang – sarang tumor yang padat dan dengan melanosit berbentuk epiteloid yang
besar serta berkromatin yang atipik, di dalam sel – sel tersebut terdapat butir – butir
kromatin, kadang – kadang dapat di temukan melanosit berbentuk kumparan dan
sel – sel radang.

2. Nodular Melanoma

Merupakan tipe melanoma yang paling agresif. Pertumbuhannya sangat cepat


dan berlangsung dalam waktu mingguan sampai bulanan. Sebanyak 15%-30%
kasus melanoma yang terdiagnosa sebagai melanoma merupakan nodular
melanoma. Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering pada individu
berusia 60 tahun ke atas. Tempat predileksinya adalah tungkai dan tubuh.
Melanoma ini bermanifestasi sebagai papul coklat kemerahan atau biru hingga
kehitaman, atau nodul berbentuk kubah, atau setengah bola (dome shaped) atau
polopoid dan aksofitik yang dapat timbul dengan ulserasi dan berdarah dengan
trauma minor, timbul lesi satelit. Secara klinik bisa berbentuk amelanotik atau tidak
berpigmen. Fase perkembangannya tidak dapat dilihat dengan mudah, dan sulit di
identifikasi dengan deteksi ABCDE.
Gambaran histologis Nodular melanoma pada epidermis didapatkan
melanosit berbentuk epiteloid, dan kumparan atau campuran, dapat ditemukan
pada daerah dermo – epidermal. Gambaran dermis terlihat sel – sel melanoma
menginvasi ke lapisan retikuler dermis, pembuluh darah dan subcutis.

3. Lentigo Maligna Melanoma


Sebanyak 4-10 % kasus melanoma merupakan tipe Lentigo Maligna
melanoma. Terjadi pada kulit yang rusak akibat terpapar sinar matahari pada usia
pertengahan dan lebih tua, khususnya pada wajah, leher dan lengan. Melanoma
tipe ini pada tahap dini terdiagnosa sebagai bercak akibat umur atau terpapar
matahari. Karena mudah sekali terjadi salah diagnosa maka tipe ini dapat tidak
terdeteksi selama bertahun-tahun dan cukup berbahaya. Pertumbuhan tipe ini
sangat lambat yaitu sekitar 5-20 tahun.
Pada tahap in situ lesinya luas (>3cm) dan telah ada selama bertahun-tahun.
Karakteristik invasinya ke kulit berupa macula hiperpigmentasi coklat tua sampai
hitam atau timbul nodul yang biru kehitaman. Pada permukaan dijumpai bercak-
bercak warna gelap (warna biru) tersebar tidak teratur, dapat menjadi nodul biru
kehitaman invasive agak hiperkeratonik.
Pada epidermis di dapatkan melanositik atipik sepanjang membrane basalis,
berbentuk pleomorfik dengan inti yang atipik. Sel – sel yang di jumpai berbentuk
kumparan. Sedangkan pada dermisnya terdapat Infiltrasi limfosit dan makrofag
yang mengandung melanin.

4. Acral Lentigineous Melanoma


Tipe ini paling sering menyerang kulit hitam dan Asia yaitu sebanyak 29-72%
dari kasus melanoma dan karena sering terlambat terdiagnosis maka prognosisnya
buruk. Sering disebut sebagai ”hidden melanoma” karena lesi ini terdapat pada
daerah yang sukar untuk dilihat atau sering diabaikan, yaitu terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, tumit, ibu jari tangan, atau dibawah kuku.
Melanoma subungual bisa terlihat sebagai diskolorasi difus dari kuku atau
pita longitudinal berpigmen di dasar kuku. Melanoma ini memiliki bentukan yang
sama dengan benign junctional melanotic nevus. Pigmen akan berkembang dari
arah proksimal menuju ke arah lateral kuku yang disebut sebagai tanda
Hutchinson, sebuah tanda yang khusus untuk melanoma akral. Pada permukaan
timbul papul, nodul, ulcerasi, kadang-kadang lesi tidak mengandung pigmen.
Gambaran yang paling khas paling baik di lihat pada daerah macula berpigmen.
Tampak adanya gambaran proliferasi melanosit atipikal sepanjang lapisan basal.
a.  Klasifikasi menurut kedalaman (ketebalan) Tumor menurut Breslow:
 Golongan I : Kedalaman (ketebalan) tumor <0,76 mm
 Golongan II : Kedalaman (ketebalan) tumor 0,76-1,5 mm
 Golongan III : Kedalaman (ketebalan) tumor >1,5 mm

c.  Klasifikasi tingkat invasi menurut Clark.

 Tingkat I: sel melanoma terletak di atas membrane basalis


epidermis(melanoma in situ/ intra epidermal)
 Tingkat II: invasi sel melanoma samapi dengan lapisan papilaris dermis
(dermis superfisial), tetapi tidak mengisi papila dermis.
 Tingkat III: Sel melanoma mengisi papila dermis dan meluas sampai taut
dermis papiler dan retikuler.
 Tingkat IV: Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan retikularis dermis.
 Tingkat V: Invasi sel melanoma sampai dengan jaringan subkutan

d.   Klasifikasi yang merupakan variasi dari sistem TNM (National Comprehensive


Cancer Network).

 Stage 0: melanoma insitu, yang berarti hanya melibatkan lapisan epidermis


dan belum menyebar ke dermis. Dalam klasifikasi menurut Clark tingkat I.
 Stage 1: melanoma memiliki ketebalan kurang dari 1 mm atau sekitar 1/25
inch. Dalam klasifikasi Clark, sesuai dengan tingkat II atau III.
 Satge I-II: melanoma memiliki ketebalan antara 1-4 mm atau menurut
klasifikasi Clark sesuai dengan tingkat IV dengan ketebalan berapapun.
Tingkat ini masih terlokalisasi di kulit dan belum ditemukan penyebaran
pada kelenjar limfe atau organ lain yang jauh.
 Stage III: melanoma sangat tebal, lebih dari 4 mm, atau jika dalam klasifikasi
Clark, sesuai dengan tingkat V dan atau nodul melanoma ditemukan dalam
2 cm dari tumor utama. Atau melanoma telah menyebar ke kelenjar limfe
terdekat, tapi masih belum ada penyebaran jauh.
 Stage IV: melanoma telah menyebar luas disamping ke regio sekitarnya,
seperti ke paru-paru, hati, otak, dll.

E. Patofisiologi
F. Komplikasi

G. Pemeriksaan Diagnostik
Selain biopsi dari dugaan lesi, laboratori dan tes diagnostik digunakan menentukan
keadaan tumor apakah telah metastase. Karena malignan melanoma dapat metastase
pada beberapa organ atau jaringan dari tubuh, dilakukan macam-macam tes.
1. Tes laboratorium
a. Tes fungsi liver untuk menentukan keadaan tumor yang telah metastasis pada
liver. Kombinasi dari elevasi LDH, alkaline phosphatase, dan SGOT
mempengaruhi liver.
b. Menghitung jumlah darah yang dilakukan untuk menentukan abnormalitas
hematologi.
c. Tes serum darah dilakukan untuk mengindentifikasi elektrolit mineral yang
abnormal).
2. Tes diagnostik dapat meliputi juga seperti ini:
a. Biopsi lesi adalah hanya metode definitif pada diagnosa malignan melanoma.
Eksisi biopsy adalah prosedur diagnostik dari pilihan karena dibawah ini lebih
komplit histologic evaluasi dan tingkat mikroskop. Biopsi tidak harus dilakukan jika
terduga melanoma, karena ketebalan dan dalamnya lesi tidak dapat di kaji,
membuat keputusan tentang prognosis dan pengobatan sangat sulit.
b. CT–scan liver menentukan jika enzim hati abnormal dan menentukan luasnya
metastasis dari hati lebih akurat.
c. X-ray dada dilakukan jika klien sulit bernafas atau hemoptisis, dimana rangsangan
paru-paru menjadi metastasis.
d. Scan tulang  dilakukan untuk menentukan metastatik karena tidak dapat
menentukan nyeri tulang.
e. CT scan atau  MQI dari otak yaitu menentukan pengkajian dari metastasis jika
klien sakit kepala, seizure, atau defisit neurology.
f. Biopsi jaringan dari limpa tulang belakang atau lesi kulit lain dilakukan untuk
mengidentifikasi metastasis.

H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Eksisi dilakukan seluas 1 cm di luar tumor. Eksisi dengan menyertakan fasia
profunda tidak mempengaruhi prognosis, demikian juga di seksi getah bening
regional pada tumor yang belum menunjukkan tanda metastasis jauh.
2. Perfusi
Setelah eksisi melanoma di ekstremitas, dapat di lakukan perfusi untuk pembertian
sitostatik ajuvan. Perfusi merupakan tindakan bedah yang agak besar sebab
ekstremitas harus di kosongkan dari peredaran darah sehingga harus di kerjakan
dengan pompa pengatur suhu dan oksigenator (mesin jantung paru).
3. Imunologi
Melanoma memperlihatkan reaksi yang tidak di mengerti yang di duga berdasarkan
pengaruh imunologik. Penggunaan vaksin sebagai terapi seperti vaksin BCG kadang
menyebabkan regresi parsial untuk waktu terbatas tetapi tidak mempengaruhi
prignosis. Setelah pembedahan perlu ditekankan pentingnya pengawasan berkala
karena walaupun di temukan pada derajat satu, kemungkinan kambuh cukup besar.
4. Operasi Eksisi

Bre Batas Eksisi


slo
w
Thi
ckn
ess
0.75 1 cm
mm
or
less
0.76 2 cm
to 4.0
mm
4.0 3
mm to
and
great
er

5. Diseksi limfonodi
Lymphoscintigraphy untuk mengidentifikasi cairan nodus.

6. Kemoterapi
1) Topical atau sistemik.
2) 5-fluorouracil, doxorubicin, atau cisplatin.
3) Mencegah penyebaran tumor dan terkadang mengurangi gejala.
4) Tidak dapat mengobati melanoma yang sudah metastasis.
5) Efek samping : imunodefisiensi.

7. Radioterapi
1) Menggunakan energy tinggi dengan dosis rendah untuk melanoma dengan
kedalaman yang bervariasi.
2) Teletherapy (external source), untuk terapi jangka panjang dan efektif sebagai
paliatif.
3) Sebagai terapi adjuvant.

8. Imunoterapi
1) Non-spesifik stimulan
2) BCG, Corynebacterium parvum, levimasole.
3) Interferon a-2b gives a 24% improvement in 5 YSR
4) Vaccines
5) Viral oncosylates
6) Gangliosides
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
I. Anamnesa
Dari anamnesa yang dilakukan, diharapkan diketahui informasi tentang keluhan
umum pasien, dan riwayat perjalanan keluhan umum tersebut. Perubahan sifat dari
nervus merupakan keluhan umum yang paling sering ditemukan pada pasien dengan
melanoma, dan hal ini merupakan peringatan awal melanoma. Perubahan tersebut
diantaranya peningkatan dalam hal diameter, tinggi atau batas yang asimetris pada
suatu lesi berpigmen memberikan data 80% pada pasien saat melanoma di
tegakkan. Dari perjalanan penyakit tersebut juga ditanyakan awal mulanya lesi pada
kulit tersebut muncul, dan kapan terjadi perubahan pada lesi tersebut. Tentang tanda
dan gejala melanoma, seperti adanya perdarahan, gatal, ulserasi, dan nyeri pada lesi.
Pada anamnesa tersebut juga ditanyakan tentang adanya faktor–faktor resiko pada
pasien.

J. Pemeriksaan Fisik
Yang perlu dilakukan saat pemeriksaan fisik ini yaitu memperhatikan lebih detail
dengan inspeksi, palpasi, dan bila perlu inspeksi dengan bantuan kaca pembesar. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui ukuran, bentuk, warna, dan tekstur dari nervus dan
mencari adanya perdarahan atau ulserasi. Pemeriksaan terhadap kelenjar limfe yang
berada dekat dengan lesi juga perlu dilakukan. Adanya pembengkakan atau biasa
disebut dengan limfadenopati menunjukkan kemungkinan adanya penyebaran
melanoma.
Pemeriksaan ditempat tubuh yang lain dapat silakukan jika terdapat kecurigaan
atau untuk evaluasi dari pemeriksaan yang lalu dengan faktor resiko. Di luar negeri,
evaluasi terhadap seluruh tubuh sudah dilakukan, yaitu dengan cara
mendokumentasikan nevus–nevus yang ada di seluruh tubuh. Dengan demikian,
perubahan akan lebih cepat terdeteksi dengan membandingkannya dengan
dokumentasi terdahulu.
Pemeriksaan di tempat yang menjadi predileksi pada macam–macam bentuk
klinis melanoma juga dilakukan. Misalnya pada melanoma superfisial dan
melanoma nodular yang biasanya berada di trunkus tubuh dan tungkai, sedangkan
melanoma maligna bentuk lentigo lebih banyak muncul di telapak tangan, telapak
kaki dan di bawah kuku.
1) Aktivitas atau istirahat
Tanda: keterbatasan mobilisasi atau kehilangan pada bagian yang terkena
(mungkin segera karena nyeri, pembengkakan setelah tindakan aksisi dan graft
kulit).
2) Sirkulasi
Hipertensi (kadang–kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau ansietas),
takikardia (respon stress, hipovolemia), lesi cenderung sirkuler dengan bagian
luar yang tidak teratur.
3) Neurosensori
Tanda: penurunan refleks tendon dalam pada cedera ekstermitas.
4) Nyeri atau kenyamanan
Gejala: nyeri berat saat tindakan eksisi dan graft kulit (mungkin terlokasi pada
area lesi yang di eksisi lokal yang luas dan pada graft kulit).
5) Keamanan
Tanda: lesi semakin menonjol, perdarahan lesi, perubahan lokal, pada warna
nodul (biasanya relatif licin serta berwarna biru hitam yang seragam, dapat
meningkatkan atau berubah secara bertahap), serta nodul yang menebal, bersisik
dan berulserasi.
6) Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala: lingkungan trauma, aktifitas perawatan dini dan tugas pemeliharaan atau
perawatan rumah

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena


destruksi lapisan kulit

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan krisis, situasi dan kecacatan

5. Gangguan konsep diri atau harga diri rendah berhubungan dengan pembentukan
ulserasi atau tumor

6. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan penyakit

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya metatastase

3. Intervensi dan Rasional

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai