Anda di halaman 1dari 62

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplit atau lengkap (Jeffrey m. spivak et al, 1999)
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi, dislokasi ini dapat hanya
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Dislokasi sendi terjadi ketika
tulang bergeser dari posisisnya pada sendi. Dislokasi sendi biasanya terjadi setelah
trauma berat yang mengganggu kemampuan ligament menahan tulang ditempatnya.
Dislokasi sendi dapat juga terjadi secara kongenital: misalnya, panggul kadang
dijumpai pada bayi baru lahir (dysplasia perkembangan panggul).
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga
berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk
kaitan otot-otot kerangka oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh
kita, maka telah semestinya tulang harus dijaga agar terhindar dari trauma atau
benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligament memberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang lama didalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh factor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena
sejak lahir (konginetal).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja anatomi fisiologi dari sistem musculoskeletal?
2. Apa pengertian dari dislokasi?
3. Apa etiologi dari dislokasi?
4. Apa saja klasifikasi dislokasi?
5. Sebutkan patofisiologi dislokasi!
6. Apa manifestasi klinis dislokasi?

1
7. Bagaimana penatalaksaan dari dislokasi?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dislokasi?
9. Apa saja pendidikan kesehatan dari dislokasi?
10. Bagaimana analisis jurnal PICO dari dislokasi?
11. Bagaimana prosedur keperawatan dislokasi?

1.3 Tujuan
1. Mampu mengetahui anatomi fisiologi dari sistem musculoskeletal
2. Mampu memahami pengertian dari dislokasi
3. Mampu mengetahui etiologi dari dislokasi
4. Mampu memahami klasifikasi dislokasi
5. Mampu memahami patofisiologi dislokasi
6. Mampu meahami manifestasi klinis dislokasi
7. Mampu mengetahui penatalaksaan dari dislokasi
8. Mampu melakukan asuhan keperawatan dislokasi
9. Mampu menerapkan pendidikan kesehatan dari dislokasi
10. Mampu menganalisis jurnal PICO dari dislokasi
11. Mampu mengetahui prosedur keperawatan dislokasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Anatomi dan Fisiologi


Sistem muskuloskeletal
merupakan penunjang bentuk tubuh
dan mengurus pergerakan.
Komponen utama sistem
meskuloskeletal adalah jaringan
ikat. Sitem ini terdiri atas tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligamen,
dan jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur
ini.
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam :
1. Tulang panjang : misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus.
Didaerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit
karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak
mengandung pembuluh darah.
2. Tulang pendek : misalnya tulang-tulang karpal.
3. Tulang pipih : misalnya tulang parietal, iga, skapula dan pelvis.
4. Tulang tak beraturan : misalnya tulang vertebra.
5. Tulang sesamoid : misalnya tulang patela
6. Tulang sutura : ada di atap tengkorak.

A. Histologi tulang
1. Tulang imatur : terbentuknya pada perkembangan embrional dan tidak
terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.
2. Tulang matur : ada dua jenis, yaitu tulang kortikal (compact bone) dan
tulang trabekular (spongiosa).

3
Secara histologi, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel,
dan jaringan kolagen.

B. Fisiologi sel tulang


Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel :
osteoblas, osteosit, osteoklas.
1) Osteoblas, membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi.
2) Osteosit, sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas, sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas
mengikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga
kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah.

Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu
tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak yang lebih
banyak terjadi pembentukan dari pada absorpsi tulang. Proses ini penting untuk
fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespons terhadap
tekanan yang meningkat dan mencegah terjadi patah tulang.
Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan mekanis yang
semakin meningkat. Perubahan membantu mempertahankan kekuatan tulang pada
proses penuaan. Matriks organi yang sudah tua berdegenerasi sehingga membuat
tulang relatif menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan
matriks organik baru sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon. Peningkatan kadar hormon
paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang,yang
menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorpsi dan bergerak memasuki serum.
Peningkatan kadar hormon paratiroid secara perlahan meneyebabkan peningkatan
jumlah dan aktivitas osteklas sehingga terjadi demineralisasi. Metabaolisme kalsium

4
dan fosfat sangat berkaitan erat. Tulang mengandung 99% dari seluruh kalsium
tubuh dan 90% dari seluruh fosfat tubuh.
Vitamin D memengaruhi
deposisi dan absorpsi tulang.
Vitamin D dalam jumlah
besar dapat menyebabkan
absropsi tulang seperti yang
terlihat pada kadar hormon
paratiroid yang tinggi. Bila
tidak ada vitamin D,hormon
paratiroid tidak akan
menyebabkan absorpsi
tulang. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit membantu klasifikasi tulang,antara
lain dengan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat oleh usus halus.

C. Anatomi Sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligamen, tendon, fasia, atau otot. Ada 3 tipe sendi sebagai berikut :
1) Sendi fibrosa (sinartrodial),merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan. Tulang yang satu
dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa.
2) Sendi kartilaginosa (amfiartrodia), merupakan sendi yang dapat sedikit
bergerak. Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya
dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen, dan hanya
dapat sedikit bergerak.
3) Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan
dengan bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi
dilapisi tulang rawan hialin.

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan
dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak,
serta sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan

5
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium menghasilkan
cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial
normalnya bening , tidak membeku, dan tidak berwarna, jumlah yang
ditimbulkan dalam tiap-tiap sendi relatif kecil (1-3ml).

Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah,
limfe, atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh
cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen
dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia
bertambah.beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe
satu yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan
hidrofiliknya. Perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan
kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.

Aliran darah ke sendi banyak yang menuju sinovium. Pembuluh darah


mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan
kapiler sangat tebal dibagian sinovium yang menempel langsung pada ruang
sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan didalam plasma berdifusi dengan
mudah kedalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol
disinovium karena didaerah tersebut banyak mendapat aliran darah dan juga
terdapat banyak sel mast dan sel lain serta zat kimia yang secara dinamis
berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respon peradangan.

Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah yang berdekatan


terutama adalah jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan substansi
dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada jaringan penyambung adalah sel-sel
yang tidak dibuat dan tetap berada pada jaringan penyambung (seperti sel mast,
sel palsma, limfosit, monosit, dan leukosit polimorfonuklear).

2.2Konsep Dislokasi
A. Pengertian
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat terjadi hanya komponen tulangnya saja yang bergeser
atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali

6
sehabis membuka mulitnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya,
dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
(Arif Mansyur,dkk 2000). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi
dapat menyebabkan patah tulang disertai dislokasi sendi yang disebut fraktur
dislokasi. Berpindahnya ujung tulang patah karena tonus otot, kontraksi cedera
dan tarikan. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaaan sendi tulang
yang membentuk sendi tak lagi hubungan anatomis. Secara kasar tulang “ lepas
dari sendi”. Subluksasi adalah dislokasi persendian permukaan persendian.
Dislokasi traumatic adalah kedaruratan ortopedia, karena struktur sendi yang
terlibat, pasokan darah, dan saraf rusak susunannya dan mengalam stress berat.
Bila dislokasi tidak segera ditangani segera, dapat terjadi Nekrosis Avaskuler
(kematian jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah) dan paralisis
syaraf (Brunner dan Suddarth 2001)

B. Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain
sky, senam, volley,. Pemain basket dan sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap
bola dari pemain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.
3. Terjatuh
 Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
 Faktor predisposisi (pengaturan posisi)

7
 Trauma akibat kecelakaan
4. Trauma akibat pembedahan ortopedi ( ilmu yang mempelajari tentang
tulang)
5. Terjadi infeksi disekitar sendi.
6. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir

C. Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dislokasi konginetal
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. Misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tualang yang
berkurang.
3. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak, dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (Karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekelilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligament, saraf, dan system vascular. Kebanyakan
terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi:

1. Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2. Dislokasi berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal., maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patella femoral joint. Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh

8
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus
atau kontraksi otot dan tarikan.

D. Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan, humerus
terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulasi.
Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Walau jarang prosesus
akromium dapat mengungkit kaput kebawah dan menimbulkan luksasio erekta
(dengan tangan mengarah lengan ini hamper selalu jatuh membawa kaput ke
posisi dibawah karakoid).

Pathway

Terlampir di lampiran

E. Manifestasi Klinis
Nyeri terasa hebat, pasien menyokong lengan itu dengan tangan
sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja, garis gambar lateral bahu
dapat rata kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat
dibawah klavikula.
 Nyeri
 Perubahan kontur sendi
 Perubahan panjang ekstermitas
 Kehilangan mobilitas normal
 Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
 Deformitas
 Kekauan

F. Penatalaksanaan
1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anestesi jika dislokasi berat

9
2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut,bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4
x sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa peyembuhan

G. Komplikasi
1. Komplikasi dini
 Cedera saraf: saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan
otot deltoid dan mungkin tertdapat daerah kecil yng mati rasa pada otot
tersebut.
 Cedera pembuluh darah:arteri aksilla dapat rusak.
 Fraktur dislokasi
2. Komplikasi lanjut
 Kekakuan sendi bahu : immobilisasi yang lama dapat mengkibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.
Terjadinya kehilngan rotasi lateral, yang secara otomatis membatsi
abduksi.
 Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid
 Kelemahan otot

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sinar-X akan menegakkan diagnosis dan memperlihatkan
kemungkinan adanya fraktur yang terjadi.

2.3Asuhan Keperawatan Dislokasi


A. Pengkajian
1. Identitas klien

10
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
no register, tanggal MRS, diagnose medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakuakan untuk menentukan sebab dari
dislokasi yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pada pegkajian ini ditemikan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyskit yang pernah diderita klien sebelumnya ysng dspst memperparah
keadaan klien dsn menghambat proses penyembuhan.
4. Pemeriksaan fisik
Pada penderita dislokasi pemeriksaan fisik yang diutamakan adalah
nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada
dislokasi anterior bahu.

B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan formitas dan nyeri saat
mobilitas

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan

Nyeri Akut
Definisi :Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association fot the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau
diprediksi
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan

11
 Bukti nyeri dengan menggunakan  Agens cedera biologis (mis infeksi,
standar daftar periksa nyeri untuk iskemia, neoplasma)
pasien yang tidak dapat  Agens cedera fisik (mis., abses,
mengungkapkannya (mis, Neonatal amputasi, luka bakar, terpotong,
Infant Pain Scale, Pain Assessment mengangkat berat, prosedur bedah,
Checklist for Senior with Limited trauma, olahraga berlebihan)
Ability to Communicate)  Agen cedera kimia (mis, luka bakar,
 Diaforesis kapsaisin, metilen klorida, agen
 Dilatasi pupil mustard)
 Ekspresi wajah nyeri (mis., mata
kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap
pada satu fokus, meringis)
 Fokus menyempit (mis., persepsi
waktu, proses berpikir, interaksi
dengan orang dan lingkungan
 Fokus pada diri sendiri
 Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri
(mis., skala Wong-Baker FACES,
skala analog visual skala penilaian
numerik)
 Keluhan tentang karakteristik nyeri
dengan menggunakan standar
instrumen nyeri (mis., McGill Pain
Questionnaire, Brief Pain Inventory)
 Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi asuhan)
 Mengekspresikan perilaku (mis,
gelisah, merengek, menangis,

12
waspada)
 Perilaku distraksi
 Perubahan pada parameter fisiologis
(mis., tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernapasan
saturasi oksigen, dan end- tidal
karbon dioksida [CO2))
 Perubahan posisi untuk menghindari
nyeri
 Perubahan selera makan
 Putus asa
 Sikap melindungi area nyeri
 Sikap tubuh melindungi

NOC

Kontrol Nyeri 1605


Definisi : Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri
160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
160501 Menggambarkan faktor penyebab
160510 Menggunakan jurnal harianuntuk memonitor gejala dari waktu ke waktu
160503 Menggunakan tindakan pencegahan
160504 Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik
160505 Menggunakan analgesik yang di rekomendasikan
160513 Melaporkan perubahan perubahan terhadap gejala nyeri terhadap
profesional kesehatan
160507 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan
160508 Menggunakan sumber daya yang tersedia
160509 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
160511 Melaporkan nyeri yang terkontrol

13
NOC

Tingkat Nyeri 2102


Definisi : Keparahan dari nyeri yang di amati atau dilaporkan
210201 Nyeri yang dilaporkan
210204 Penjangnya episode nyeri
210221 Menggosok area yang terkena dampak
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat
210222 Agitasi
210223 Iritabilitas
210224 Mengernyit
210225 Mengeluarkan keringat
210226 Berkeringat berlebihan
210218 Mondar mandir
210219 Focus menyempit
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
210227 Mual
210228 Intoleransi makanan
210210 Frekuensi nafas
210211 Denyut jantung apical
210220 Denyut nadi radikal
210212 Tekanan darah
210214 Berkeringat

NIC

Manajemen Nyeri 1400


Definisi : Pengurangan ataau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyemanan yang
dapatditerima oleh pasien
Aktivitas-aktivitas  Dukung istirahat atau tidur yang

14
 Lakukan pengkajian nyeri adekuat untuk membantu penurunan
komprehensif yang meliputi lokasi, nyeri
karekteristik,onset/durasi, frekuensi,  Dorong pasien untuk mendiskusikan
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri pengalaman nyerinya sesuai
dan faktor pencetus kebutuhan
 Observasi adanya petunjuk nonverbal  Beri tahu dokter jika tindakan tidak
mengenai ketidak-nyamanan terutama berhasil dan jika keluhan pasien saat
pada mereka yang tidak bisa ini berubah signifikan dari
berkomunikasi secara efektif pengalaman nyeri sebelumnya
 Pastikan perawatan analgesic bagi  Kurangi atau eliminasi faktor-faktor
pasien dilakuka dengan pemantauan yang dapat mencetuskan atau
yang ketat meningkatkan nyeri (misalnya,
 Gunakan strategi komunikasi ketakutan, kelelahan,keadaan
terapeutik untuk mengetahui monoton dan kurang pengetahuan)
pengalaman nyeri dan sampaikan  Pertimbangkan keinginann pasien
penerimaan pasien terhadap nyeri untuk berpartisipasi, kemampuan
 Gali pengetahuan dan kepercayaan berpaartisipasi, kecenderungan,
pasien mengenai nyeri dukungan dari orang terdekat
 Perhatikan pengaruh budaya terhadap terhadap dan kontraindikasi ketika
respon nyeri memilih strategi penurunan nyeri
 Tentukan akibat dari pengalaman nyeri  Pilih dan implementasikan tindakan
terhadap kualitashidup pasien yang beragam
(misalnya, tidur, nafsu makan, (misalnya,farmakologi,
pengertian, perasaan , hubungan nonfarmakologi, interpersonal)
peforma kerja, dan tanggung jawab untuk memfasilitasi penurunan
peran) nyeri, sesuai dengan kebutuhan
 Gali bersama pasien faktor-faktor yang  Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
dapat menurunkan atau memperberat nyeri
nyeri  Pertmbangkan tipe dan sumber
 Evalasi pengalaman nyeri nyeri ketika memilih strategi
dimasalaluyang meliputi riwayat nyeri penurunn nyeri
kronik individu atau keluarga atau  Dorong pasien untuk memonitor

15
nyeri yang menyebabkan nyeri dan menangani nyerinya
disability/ketidakmampuan/kecacatan, dengan tepat
dengan tepat  Ajarkan penggunaan teknik
 Evaluasi bersama pasien dan tim nonfarmakologi (seperti, biofeed
kesehatan lain mengenai efektivitas back. TENS, hypnosis, relaksasi,
tindakan pengontrolan nyer yang bimbingan antisipasif, terapi music,
pernah di lakukan sebelumnya terapi bermain,, terapi aktifitas,
 Bantu keluarga dalam mencari dan akupressur, aplikasi panas/dingin
menyediakan dukungan dan pijatan, sebelum , sesudah dan
 Gunakan metode penilaian yang sesuai jika memungkinkan , ketika
dengan tahapan perkembangan yang melakukan aktifitas yang
memungkinkan untuk meonitoring menimbulkan nyeri, sebelum nyeri
perubahan nyeri yang akan dapat terjadi atau meningkat dan
membantu mengidentifikasi faktor bersamaan dengan tindakan
pencetus actual dan potensial (missal, penurunan rasa nyeri lainnya)
catatan perkembangan dan catatan  Gali penggunaan metode
harian) farmakologi yang di pakai pasien
 Tentukan kebutuhan frekuensi untuk saat ini untuk menurunkan nyeri
melakukan pengkajian  Ajarkan metodefarmakologi untuk
ketidaknyamanan pasien dan menurunkan nyeri
mengimplementasikan rencana monitor  Dorong pasien menggunakan obat-
 Berikan informasi mengenai nyeri , oobatan penurun nyeri yang adekuat
seperti penyebab nyeri, berapa lama  Kolaborasi dengan pasien, orang
nyeri akan dirasakan , dan antisipasi terdekat dan tim kesehatan lainnya
dari ketidak-nyamanan akibat prosedur untuk memilih dan
 Kendalikan faktor lingkungan yang mengimplementasikan tindakan
dapat mempengaaruhi respon pasien penurunan nyeri nonfarmakologi
terhadap ketidaknyamanan (misalnya, sesuai kebutuhan
suhu, ruangan , pencaahayaan, suara  Beriakn individu penurun nyeri
bising) yang optimal dengan peresepan
 Informasikan tim kesehatan lain atau analgesic
anggota keluarga mengenai strategi  Implementasikan penggunaan

16
nonfarmakologi yang sedang di pasien – -terkontrol analgesic
gunakan untuk mendorong pendekatan (PCA), jika sesuai
preventif terkait dengan manajemen  Gunakan tindakan pengontrol nyeri
nyeri sebelum nyeri bertambah berat
 Gunakan pendekatan multi disiplin  Berikan obat sebelum melakukan
untu manajemen nyeri , jika sesuai aktivitas untuk meningkatkan
 Pertimbangkan untuk merujuk pasien partisipasi, namun (lakukan)
keluarga dan orang terdekat pada evaluasi (mengenai) bahaya dari
kelompok pendukung dan sumber- sedasi
sumber lainnya sesuai kebutuhan  Pastikan pemberian analgesic dan
 Berikan informasi yang akurat untuk atau strategi nonfarmakologi
meningkatkan pengetahun dn respon sebelum dilakukan prosedur yang
keluarga terhadap pengalaman nyeri menimbulkan nyeri
 Libatkan keluarga dalam modalitas  Periksa tingkat ketidak nyamanan
penurunan nyeri, jika memungkinkan bersama pasien , catat perubahan
 Monitor kepuasan pasien terhadap pada catatan medis pasien ,
manajeman nyeri dalam interval yang informasikan petugas kesehatan lain
spesifik yang merawat pasien
 Mulai dan modifikasi tindakan  Evaluasi keefektifan dan dari
pengontrolan nyeri berdasarkan respon tindakan pengontol nyeri yang di
pasien pakai selama pengkajian nyeri
dilakukan

NIC

Pemberian analgesik

Definisi : Penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

Aktivitas-aktivitas:  Ajarkan tentang penggunaan


analgesik, strategi untuk menurunkan
 Tentukan lokasi, karakteristik,
efek samping, dan harapan terkait
kualitas dan keparahan nyeri sebelum

17
mengobati pasien dengan keterlibatan dalam keputusan
 Cek perintah pengobatan meliputi pengurangan nyerialkan respon
obat, dosis, dan frekuensi obat pasien
analgesik yang diresepkan  Berikan analgesik tambahan dan/atau
 Cek adanya riwayat alergi obat pengobatan jika diperlu kan untuk
 Evaluasi kemampuan pasien untuk meningkatkan efek pengurangan
berperan serta dalam pemilihan nyeri
analgetik, rute dan dosis dan  Pertimbangkan penggunaan infus
keterlibatan pasien, sesuai kebutuhan terus-menerus, baik sendiri atau
 Pilih analgesik atau kombinasi digabungkan dengan opioid bolus,
analgesik yang sesuai ketika lebih untuk mempertahan kan level serum
dari satu diberikan  Jalankan tindakan keselamatan pada
 Tentukan pilihan obat analgesik pasien yang menerima analgesik
(narkotik, non narkotik, atau narkotika, sesuai kebutuhan
NSAID), berdasarkan tipe dan  Mintakan pengobatan nyeri PRN
keparahan nyeri sebelum nyeri menjadi parah
 Tentukan analgesik sebelumnya, rute  lnformasikan pasien yang
pemberian, dan dosis untuk mencapai mendapatkan narkotika bahwa rasa
hasil pengurangan nyeri yang optimal mengantuk kadang terjadi selama 2-3
 Pilih rute intravena daripada rute hari pertama pemberian dan
intramuskular, untuk injeksi selanjutnya akan menghilang
pengobatan nyeri yang se jika  Perbaiki kesalahan pengertian/mitos
memungkinkan yang dimiliki pasien dan anggota
 Tinggalkan narkotik dan obat-obat keluarga yang mungkin keliru tentang
lain yang dibatasi, sesuai dengan analgesik
aturan rumah sakit  Evaluasi keefektifan analgesik
 Monitor tanda vital sebelum dan dengan interval yang teratur pada
setelah memberikan analgesik setiap setelah pemberian khususnya
narkotik pada pemberian dosis setelah pemberian pertama kali, juga
pertama kali atau jika ditemu- kan observasi adanya tanda dan gejala
tanda-tanda yang tidak biasanya efek samping (misalnya, depresi
 Berikan kebutuhan kenyamanan dan pernafasan, mual dan muntah,mulut

18
aktivitas lain yang dapat membantu kering dan konstipasi)
relaksasi untuk memfasilitasi  Dokumentasikan respon terhadap
penurunan nyeri analgesik dan adanya efek samping
 Berikan analgesik sesuai waktu  Evaluasi dan dokumentasikan tingkat
paruhnya, terutama pada nyeri yang sedasi dari pasien yang menerima
berat opioid
 Susun harapan yang positif mengenai  Lakukan tindakan-tindakan untuk
keefektifan analgesik untuk menurunkan efek samping analgesik
mengoptimKolaborasikan dengan (misalnya, konstipasi dan iritasi
dokter apakah obat, dosis, rute pem lambung)
berian, atau perubahan interval
dibutuhkan, buat rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip analgesik

NIC

Manajemen Sedasi 2260

Definisi : Pemberian sedatif, pemantauan respon klien dan pemberian dukungan


psikologis selama prosedur terapi dan diagnostic

Aktivitas-aktivitas:  Berikan instruksi kepulangan secara


tertulis sesuai prosedur
 Review riwayat kesehatan klien dan
 Pastikan peralatan resusitasi gawat
hasil pemeriksaan diagnostik untuk
darurat tersedia ditempat, khususnya
mempertimbangkan apakah klien
sumber pemberian oksigen 100%,
memenuhi kriteria untuk dilakukan
obat-obatan kegawat daruratan dan
pembiusan parsial oleh perawat yang
defibrillator
telah teregistrasi
 Berikan obat-obatan sesuai protokol
 Tanyakan klien atau keluarga
yang diresepkan dokter, titrasi dengan
mengenai pengalaman parsial
hati hati sesuai dengan respon klien
sebelumnya
 Monitor tingkat kesadaran dan tanda-
 Periksa alergi terhadap obat

19
 Pertimbangkan intake cairan dan tanda vital klien, saturasi oksigen dan
intake terakhir makan EKG sesuai dengan panduan protokol
 Review obat-obatan lain yang  Monitor klien mengenai efek lanjut
dikonsumsi klien dan verivikasi ada obat termasuk agitasi, depresi
tidaknya kontraindikasi terhadap pernafasan, hipotensi, mengantuk
pembiusan berlebihan, hipok- semia, aritmia,
 Instruksikan klien dan/atau keluarga apnea, atau eksaserbasi dari kondisi
mengenai efek pembiusan sebelumnya
 Dapatkan persetujuan tertulis  Pastikan ketersediaan dan pemberian
Evaluasi tingkat kesadaran klien dan antagonis sesuai dengan prosedur
reflexs protektif sebelum pembiusan protokol dan di resep kan dokter
 Dapatkan data tanda-tanda vital, dengan benar
saturasi oksigen, EKG, tinggi dan  Pertimbangakan jika pasien
berat badan memenuhi persyaratan untuk
 Inisiasi pemasangan infus dipulangkan atau di pindahkan sesuai
 Dokumentasikan ti dakan dan respon dengan prosedur protokol
klien sesuai prosedur

NIC

Bantuan pasien untuk mengontrol pemberian analgesic 2400

Definisi : Memfasilitasi proses pemberian dan regulasi dalam hal pemberian


analgesik terkontrol

Aktivitas-aktivitas:  Instruksikan pasien dan keluarga


untuk mengatur laju dasar infus yang
 Berkolaborasi dengan dokter, pasien
tepat pada alat PCA
dan anggota keluarga dalam memilih
 Konsultasikan dengan ahli nyeri di
jenis narkotik yang akan digunakan
klinik bagi pasien yang mengalami
 Rekomendasikan pemberian aspirin
kesulitan dalam mencapai
dan obat-obat anti-infla- masi
pengontrolan nyeri
nonsteroid sebagai pengganti
 Bantu pasien dan keluarga untuk
narkotik, sesuai kebutuhan

20
 Rekomendasikan penghentian mengatur interval peng hentian yang
pemberian opioid melalui jalur lain tepat pada alat PCA
 Hindari penggunaan meperidine  Bantu pasien dan keluarga untuk
hydrochloride (Demerol) mengatur dosis tepat yang dibutuhkan
 Pastikan bahwa pasien tidak alergi pada alat PCA
terhadap analgesik yang akan  Konsultasikan dengan pasien, anggota
diberikan keluarga dan dokter untuk
 Instruksikan pasien dan keluarga menyesuaikan interval penghentian,
untuk memonitor intensitas, kualitas laju dasar dan dosis yang dibutuhkan
dan durasi nyeri sesuai dengan respon pasien
 Instruksikan pasien dan keluarga  Instruksikan pasien bagaimana
untuk memonitor laju per-napasan meningkatkan atau menurun kan
dan tekanan darah titrasi dosis, sesuai dengan laju
 Pasang akses nasogastrik, vena, pernapasan, intensitas dan kualitas
subkutan atau spiral, sesuai nyeri dan
kebutuhan  Instruksikan pasien dan anggota
 Validasi bahwa pasien dapat keluarga terkait reaksi efek samping
menggunakan alat PCA (misalnya, dari agen pengurang rasa nyeri
mampu berkomunikasi, memahami  Dokumentasikan nyeri pasien, jumlah
penjelasan dan mengikuti arahan ) dan frekuensi dosis obat dan respon
 Kolaborasi dengan pasien dan terhadap pengobatan nyeri dalam
keluarga untuk memilih tipe alat catatan per kembangannya
infus PCA yang sesuai  Monitor ketat ada tidaknya depresi
 Instruksikan pasien dan anggota pernapasan pada pasien yang berisiko
keluarga mengenai bagaimana cara (misalnya., usia lebih dari 70 tahun;
menggunakan alat PCA riwayat henti napas saat tidur
 Bantu pasien dan keluarga untuk penggunaan bersama PCA dengan
menghitung konsentrasi yang tepat agen penekan fungsi sistem saraf
antara obat dan cairan, menetapkan pusat, obesitas, pembedahan abdo-
jumlah cairan yang mengalir setiap men bagian atas atau pembedahan
jam melalui alat PCA thor pemberian bolus PCA lebih dari
 Bantu pasien bolus analgesik yang 1 mg; riwayat kerusakan ginjal, hati,

21
tepat paru paru dan jantung)
 Rekomendasikan rejimen bowel untuk
menghindari konstipasi

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan formitas dan nyeri saat mobilitas

Hambatan mobilitas fisik 00085


Definisi :Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan
 Dyspnea setelah beraktivitas  Agents farmaseutikal
 Gangguan sikap berjalan  Ansietas
 Gerakan lambat  Depresi
 Gerakan spastik  Disuse
 Gerakan tidak terkoordinasi  Fisik tidak bugar
 Instabilitas postur  Gangguan fungsi kognitif
 Kesulitan membolak-balik posisi  Gangguan metabolism
 Keterbatasan rentang gerak  Gangguan musculoskeletal
 Ketidaknyamanan  Gangguan neuromuscular
 Melakukan aktivitas lain sebagai  Gangguan sensoriperseptual
pengganti pergerakan (misalnya  Gaya hidup kurang gerak
meningkatkan perhatian pada  Indeks massa tubuh diatas persentil
aktivitas orang lain, mengendalikan ke-75 sesuai usia
perilaku focus pada aktivitas  Intoleran sendi
sebelum sakit)  Kaku sendi
 Penurunan kemampuan melakukan  Keengganan memulai pergerakan
keterampilan motorik halus  Kepercayaan budaya tentang
 Penurunan kemampuan melakukan aktivitas yang tepat
keterampilan motorik kasar  Kerusakan integritas struktur tulang
 Penurunan waktu reaksi  Keterlambatan perkembangan
 Tremor akibat bergerak  Kontraktur
 Kurang dukungsn lingkungsn

22
(misalnya fisik atau sosial)
 Kurang pengetahuan tentang nilai
aktivitas fisik
 Malnutrisi
 Nyeri
 Penurunan kekuatan otot
 Penurunan kendali otot
 Penurunan ketahanan tubuh
 Pe nurunan massa otot
 Program pembatasan gerak

NOC :
Ambulasi..............................................................Kode: ( 0200 )
Definisi : Tindakan personal untuk berjalan dari satu tempat ke tempat
lain secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu .

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


tergan tergang tergang tergang tergangg
ggu gu gu gu u
SKALA OUT COME
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA
HAN

INDIKATOR
020001 Menopang 1 2 3 4 5 NA
berat badan

020002 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
dengan langkah
yang efektif
020003 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
dengan pelan
020004 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
dengan
kecepatan
sedang
020005 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
dengan cepat

23
020006 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
menaiki tangga
020007 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
menuruni
tangga
020008 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
menanjak
020009 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
menurun
020010 Berjalan dalam 1 2 3 4 5 NA
jarak yang
dekat (<1
blok/20 meter)
020011 Berjalan dalam 1 2 3 4 5 NA
jarak yang
sedang (>1
blok <5 blok)
020012 Berjalan dalam 1 2 3 4 5 NA
jarak yang jauh
(5blok atau
lebih)
020014 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi
kamar
020015 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi
rumah
020015 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi
rumah
020016 Menyesuaikan 1 2 3 4 5 NA
dengan
perbedaan
tekstur
permukaan/lant
ai
020017 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mengelilingi
rintangan

NOC
Ambulasi: Kursi roda..............................................................Kode: ( 0201)
Definisi : Definisi:tindakan personal untuk berpindah dari satu tempat lain dengan
menggUnakan kursi roda .
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak

24
tergang tergang tergang tergang gangg
gu gu gu gu uan
SKALASKALA
OUTOUTCOME
COME 1 2 3 4 5 NA
HAN
KESELURUHAN

INDIKATOR
020101 Perpindahan 1 2 3 4 5 NA
kedan dari
kursi roda

020102 Menjalankan 1 2 3 4 5 NA
kursi roda
dengan aman
020103 Menjalankan 1 2 3 4 5 NA
kursi roda
dalam jarak
dekat
020104 Menjalankan 1 2 3 4 5 NA
kursi roda
dalam jarak
sedang
020105 Menjalankan 1 2 3 4 5 NA
kursi roda
dalam jarak
jauh
020106 Menjalankan 1 2 3 4 5 NA
kursi roda
melewati
pembatas
lantai
020107 Menjalankan 1 2 3 4 5 NA
kursi roda
melewati
pintu keluar-
masuk
020108 Menjalankan 1 2 3 4 5 NA
kursi roda
melewati
jalan yang
landau/menur
un

NOC : Pergerakan..............................................................Kode: ( 0208 )


Definisi : Definisi:kemampuan untuk bisa bergerak bebas ditempat dengan atau tanpa
alat bantu .
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak

25
tergang tergang tergan tergan ganggu
gu gu ggu ggu an
SKALA OUT COME 1 2 3 4 5 NA
SKALA OUTCOME
HAN
KESELURUHAN
INDIKATOR
020801 Keseimbanga 1 2 3 4 5 NA
n

020809 Koordinasi 1 2 3 4 5 NA
020810 Cara berjalan 1 2 3 4 5 NA
020803 Gerakan otot 1 2 3 4 5 NA
020804 Gerakan 1 2 3 4 5 NA
sendi
020802 Kinerja 1 2 3 4 5 NA
pengaturan
tubuh
020805 Kinerja 1 2 3 4 5 NA
transfer
020811 Berlari 1 2 3 4 5 NA
020812 Melompat 1 2 3 4 5 NA
020813 Merangkak 1 2 3 4 5 NA
020806 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
020814 Bergerak 1 2 3 4 5 NA
dengan
mudah

NIC
Peningkatan Mekanika Tubuh 0140
Definisi : Memfasilitasi penggunaan postur dan pergerakan dalam aktivitas
sehari-hari untuk mencegah kelelahan dan ketegangan atau injuri
moskuloskeletal.
Aktivitas-aktivitas:  Instuksikan untuk menghindari
 Kaji komitemen pasien untuk tidur dengan posisi telungkup
belajar dan menggunakan postur(  Bantu untuk mendemonstrasikan
tubuh) yang benar posisi tidur yang tepat
 Kolaborasikan dengan  Bantu untuk menghindari duduk
fisioterapis dalam dalam posisi yang sama dalam
mengembangkan peningkatan jangka waktu yang lama

26
mekanika tubuh, sesuai indikasi  Instruksikan pasien untuk
 Kaji pemahaman pasien menggerakan kaki terlebih dahulu
mengenai mekanika tubuh dan kemudian badan ketika memulai
latihan (misalnya, berjalan dari posisi berdiri
mendemonstrasikan kembali  Gunakan prinsip mekanika tubuh
teknik melakukan ketika menangani pasien dan
aktivitas/latihan yang benar memindahkan peralatan.
 Informasikan pada pasien tentang  Bantu pasien/keluarga untuk
struktur dan fungsi tulang mengidentifikasi latihan postur
belakang dan postur yang (tubuh) yang sesuai
optimal untuk bergerak dan  Bantu pasien untuk memilih
menggunakan tubuh aktivitas pemanasan sebelum
 Edukasi pasien tentang memulai latihan atau memulai
pentingnya postur (tubuh) yang pekerjaan yang tidak dilakukan
benar untuk mencegah kelelahan, secara rutin sebelumnya.
ketengangan atau injuri.  Bantu pasien melakukan latihan
 Edukasi pasien mengenai fleksi untuk memfasilitasi
bagaimana menggunakan pstur mobilisasi punggung, sesuai
(tubuh) dan mekanika tubuh indikasi
untuk mencegah injuri saat  Edukasi pasien/kelurga tentang
melakukan berbagai aktivitas. frekuensi dan jumlah peng
 Kaji kesadaran pasien tentang  ulangan dari setiap latihan
abnormalitas muskuloskeletalnya  Monitor perbaikan postur
dan efek yang mungkin timbul (tubuh)/mekanika tubuh pasien
pada jaringan otot dan postur  Berikan informasi tentang
 Edukasi penggunaaan kemungkinan posisi penyebab
matras/tempat duduk atau bantal nyeri otot atau sendi
yang lembut, jika diindikasikan.

Terapi latihan : Ambulasi 0221


Definisi : Peningkatan dan bantuan berjalan untuk menjaga atau

27
mengembalikan fungsi tubuh otonom dan volume selama pengobatan dan
pemulihan dari penyakit atau cedera.
Aktivitas-aktivitas:  Gunakan sabuk (untuk) berjalan
 Beri pasien pakaian yang tidak (gait belt) untuk membantu
mengekang perpindahan dan ambulasi, sesuai
 Bantu pasien untuk kebutuhan
menggunakan alas kaki yang  Bantu pasien untuk perpindahan,
memfasilitasi pasien untuk sesuai kebutuhan
berjalan mencegah cedera  Berikan kartu penanda dikepala
 Sediakan tempat tidur tempat tidur untuk memfasilitasi
berketinggian rendah, yang belajar berpindah
sesuai  Terapkan/sediakan alat bantu
 Tempatkan saklar posisi tempat (tongkat, walker, atau kursi roda)
tidur ditempat yang mudah untuk ambulasi, jika pasien tidak
dijangkau stabil
 Dorong untuk duduk ditempat  Bantu pasien dengan ambulasi
tidur, disamping tempat tidur awal jika diperlukan
(menjuntai), atau  Instruksikan pasien/caregiver
dikursi,sebagaimana yang dapat mengenai pemindahan dan teknik
ditoleransi (pasien) ambulasi yang aman
 Bantu pasien untuk duduk disisi  Monitor penggunaan kruk pasien
tempat tidur untuk memfasilitasi atau alat bantu berjalan lainnya
penyesuaian tingkat tubuh  Bantu pasien untuk berdiri dan
 Konsultasikan pada ahli terapi ambulasi dengan jarak tertentu
fisik mengenai rencana ambulasi, dan dengan sejumlah staf tertentu
sesuai kebutuhan  Bantu pasien untuk membangun
 Instuksikan ketersediaan pencapaian yang realistis untuk
perangkat pendukung,jika sesuai ambulasi jarak
 Instruksikan pasien untuk  Dorong ambulasi independen
memposisikan diri sepanjang dalam batas aman
proses pemindahan  Dorong pasien untuk “ bangkit

28
sebanyak dan sesering yang
diinginkan” (up ad lib), jika
sesuai.

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit


Ansietas 0146

Definisi :perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu)
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.

Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan

Perilaku  Ancaman kematian


 Agitasi  Ancaman pada ststus terkini
 Gelisah  Hereditas
 Gerakan ekstra  Hubungan interpersonal
 Insomnia  Kebutuhan yang tidak dipenuhi
 Kontak mata yang buruk  Konflik nilai
 Melihat sepintas  Konflik tentang tujuan hidup
 Mengekspresikan  Krisis maturasi
kekhawatiran karena  Krisis situasi
perubahan dalam peristiwa  Pajanan pada toksin
hidup  Penularan interpersonal

29
 Penurunan produktivitas  Penyalahgunaan zat
 Perilaku mengintai tampak  Perubahan besar (mis ststus
waspada ekonomi, lingkungan, status
Afektif kesehatan, fungsi peran, ststus
 Berfokus pada diri sendiri peran) riwayat keluarga tentang
 Distress ansietas
 Gelisah  stresor
 Gugup
 Kesedihan yang mendalam
 Ketakutan
 Menggemerutukkan gigi
 Menyesal
 Peka
 Perasaan tidak adekuat
 Putus asa
 Ragu
 Sangat khawatir
 Senang berlebihan
Fisiologis
 Gemetar
 Peningkatan keringat
 Peningkatan ketegangan
 Suara bergetar
 Tremor
 Tremor tangan
 Wajah tegang

NOC : Tingkat Kecemasan ……………….………………………(KODE : 1211)


Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
Berat ada

30
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA
INDIKATOR

120101 Tidak dapat 1 2 3 4 5 NA


beristirahat
120102 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mondar-mandir
120103 Meremas-remas 1 2 3 4 5 NA
tangan
120104 Disstres 1 2 3 4 5 NA
120105 Perasaan gelisah 1 2 3 4 5 NA
120106 Otot tegang 1 2 3 4 5 NA
120107 Wajah tegang 1 2 3 4 5 NA
120108 Iritabiitas 1 2 3 4 5 NA
120109 Tidak bisa 1 2 3 4 5 NA
mengabil
keputusan
120110 Mengeluarkan 1 2 3 4 5 NA
rasa marah
secara
berlebihan
120111 Masalah 1 2 3 4 5 NA
perilaku
120112 Kesulitan 1 2 3 4 5 NA
berkonsentrasi
120113 Kesulita dalam 1 2 3 4 5 NA
belajar
120114 Kesulitan dalam 1 2 3 4 5 NA
penyelesaian
masalah
120115 Serangan panic 1 2 3 4 5 NA
120116 Rasa takut yang 1 2 3 4 5 NA

31
disampaikan
secara lisan
120117 Perhatian yang 1 2 3 4 5 NA
berlebihan
terhadaap
kejadian-
kejadian dalam
kehidupan
120118 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
tekanan darah
120120 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
frekuensi nadi
120121 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
frekuensi
pernafasan
120122 Dilatasi pupil 1 2 3 4 5 NA
120123 Berkeringat 1 2 3 4 5 NA
dingin
120124 Pusing 1 2 3 4 5 NA
120125 Fatigue 1 2 3 4 5 NA
120126 Penurunan 1 2 3 4 5 NA
produktivitas
120127 Penurunan 1 2 3 4 5 NA
prestasi sekolah
120128 Menarik diri 1 2 3 4 5 NA
120129 Gangguan tidur 1 2 3 4 5 NA
120130 Perubahan pada 1 2 3 4 5 NA
pola buang air
besar
120131 Perubahan pada 1 2 3 4 5 NA
pola makan

32
NOC :Tingkat Kecemasan Sosial (1216)
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
Berat ada
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA
INDIKATOR

121601 Menghindari 1 2 3 4 5 NA
situasi sosial
121602 Menghindari orang 1 2 3 4 5 NA
yang tidak dikenal
121603 Menghindari pergi 1 2 3 4 5 NA
ke luar rumah
121604 Antisipasi cepas 1 2 3 4 5 NA
pada situasi social
121605 Antisipasi cemas 1 2 3 4 5 NA
dalam menghadapi
orang yang tidak di
kenal
121606 Respon antisipasi 1 2 3 4 5 NA
sistem saraf
simpatis
121607 Persepsi diri yang 1 2 3 4 5 NA
negatif pada
keterampilan social
121608 Persepsi diri yang 1 2 3 4 5 NA
negative terhadap
penerimaan oleh
orang lain
121609 Takut diawasi oleh 1 2 3 4 5 NA
orang lain
121610 Takut berinteraksi 1 2 3 4 5 NA
dengan anggota

33
jenis kelamin yang
berbeda
121611 Takut berinteraksi 1 2 3 4 5 NA
dengan orang yang
lebih unggul
121612 Tidak nyaman 1 2 3 4 5 NA
selama menghadapi
social
121613 Tidak nyaman 1 2 3 4 5 NA
dengan perubahan
yang rutin
121614 Memperhatikan 1 2 3 4 5 NA
tentang penilaian
orang lain setelah
pertemuan social
121615 Gejala panic 1 2 3 4 5 NA
setelah pertemuan
social
121616 Gangguan dengan 1 2 3 4 5 NA
fungsi peran
121617 Gangguan dengan 1 2 3 4 5 NA
hubungan

NIC
Peningkatan Koping 5230
Definisi : Fasilitasi usaha kognitif dan perilaku untuk mengelola stressor yang
dirasakan, perubahan atau ancaman yang menggaanggu aalam rangka memenuhi
hubugan hidup dan peran
Aktivitas-aktivitas:  Eksplorasi pencapaian pasien
 Bantu pasien dalam mengidenti sebelumnya
tujuan jangka pendek dan jangka  Eksplorasi alasan pasien mengkritik
panjang yang tepat
diri

34
 Bantu pasien dalam sumber-sumber  Konfrontasi terhadap perasaan
yang tersedia untuk memenuhi ambivalen pasien (kemarahan atau
tujuan-tujuannya
di tekan)
 Bantu pasien untuk memecah tujuan  Tumbuhkan cara penyaluran
yang kompleks menjadi lebih kecil,
kemaran dan permusuhan yang
dengan langkah yang dapat dikelola
kontruksif
 Dukung dengan orang yang
 Atur situasi yang mendukung
memiliki ketertarikan dan tujuan
yang sama otonomi pasien
 Bantu pasien dalam
 Bantu pasien untuk menyelesaikan
masalah dengan cara yang mengidentifikasi respon positif dari
konstruktif orang lain
 Berikan penilaian (kemampuan)  Dukung identifikasi nilai hidup
penyesuaian pasien terhadap yang spesifik
perubahan-perubahan dalam citra
 Eksplorasi bersama pasien
tubuh, sesuai dengan indikasi
mengenai metode sebelumnya pada
 Berikan penilaian mengenai
saat menghadapi masalah
dampak dari situasi kehidupan
pasien terhadap peran dan kehidupan
hubungan [yang ada]  Mengenalkan pasien dengan orang

 Dukung pasien untuk (atau kelomok) tertentu yang telah


mengidentifikasikan deskripsi yang berhasil melewati pengalaman yang
realistik terhadap adanya perubahan sama
dalam peran
 Dukung penggunaaan mekanisme
 Berikan penilaian mengenai defensive yang tepat
pemahaman pasien terhadap proses
 Dukung verbalisasi perasaan,
penyakit
persepsi dan rasa takut
 Berikan penilaian dan diskusikan
 Diskusikan konsekuensi dari tidak
respon alternatif terhadap situasi
(yang ada] mengatasi rasa bersalah dan malu
 Dukung pasien untuk
 Gunakan pendekatan yang tenang
dan memberikan jaminan mengidentivikasi kekuatan dan
kemampuan diri
 Berikan suasana penerimaan
 Turunkan stimulus yang dapat
 Bantu pasien dalam
diartikan sebagai ancaman dalam
mengembangkan penilaian terkait

35
dengan kejadian dengan lebih suatu lingkungan tertentu
obyektif  Berika penilaian terkait dengan
 Bantu pasien untuk kebutuhan/keinginan pasien yang
mengidentifikasi informasi yang dia terkait dengan dukungan sosial
paling tertarik untuk dapatkan
 Bantu pasien mengidentivikasi
 Sediakan info aktual mengenai sistem dukungan yang tersedia
diagnosis, penanganan dan
 Pertimbangkan resiko pasien
prognosis
melukai diri sendiri
 Sediakan pasien pilihan-pilihan
 Dukung keterlibatan keluarga
yang realistis mengenai aspek
perawatan dengan cara yang tepat
 Dukung keluarga untuk
 Dukung sikap [pasien] terkait
dengan harapan yang realistis memverbalisasi perasaan mengenai
sebagai upaya untuk mengatasi sakitnya anggota keluarga
perasaan ketidakberdayaan
 Berika keterampilan sosial yang
 Evaluasi kemampuan pasien dalam tepat
membuat keputusan
 Bantu pasien untuk
 Cari jalan untuk memahami mengidentifikasi strategi-strategi
perspektif pasien terhadap situasi
positif untuk mengatasi
yang penuh stres
keterbatasan dan mengelola
 Tidak mendukung pembuatan kebutuhan gaya hidup maupun
keputusan saat pasien berada pada
situasi stres yang berat perubahan peran
 Instruksikan pasien untuk untuk
 Dukung kemampuan mengatasi
situasi secara berangsur- angsur menggunakan teknik relaksasi
sesuai dengan kebutuhan
 Dukung kesabaran dalam
mengembangkan suatu hubungan  Bantu pasien untuk (melewati
proses) berduka dan melewati
 Dukung aktivitas-aktivitas sosial
kondisi kehilangan karena penyakit
dan komunitas (agar bisa di-
lakukan] kronik dan/atau kecacatan yang
tepat
 Dukung kemampuan dalam]
penerimaan terhadap keterbatasan  Bantu pasien untuk mengklarifikasi
orang lain kesalahpahaman
 Kenali latar belakang  Dukung pasien untuk mengevaluasi

36
budaya/spiritual pasien perilakunya sendiri
 Dukung penggunaan sumber-
sumber spiritual, jika di inginkan

NIC
Pengurangan Kecemasan 5820
Definisi : mengurangi tekanan, ketakutan, firasat, maupun ketidaknyamanan
terkait dengan sumber-sumber bahaya yang tidak teridentifikasi
Aktivitas-aktivitas :  Minta klien untuk rileks dan
 Gunakan pendekatan yang tenang merasakan sensasi
dan meyakinkan  Berikan ktivitas pengganti yang
 Nyatakan dengan jelas harapan bertujuan untuk mengrangi tekanan
terhadap perilaku klien  Bantu klien mengidntifikasi situasi
 Jelaskan semua prosedur x yang memicu kecemasan
termasuk semua sensasi yang akan  Kontrol stimulasi untuk kebutuhan
di rasakan yang mungkin akan di klien secara tepat
alami klien selama prosedur  Dukung penggunaan mekanisme
(dilakukan) koping yang sesuai
 Pahami situasi krisis yang terjadi  Bantu klien untuk
dari perspektif klien mengartikulasikan deskripsi yang
 Berikan informasi faktual terkait realistis mengenai kejadian yang
diagnosis perawatan prognosis akan datang
 Berada disisi klien untuk  Pertimbangkan kemampuan klien
meningkatkaan rasa aman dan dalam mengambil keputusan
mengurangi ketakutan  Instruksikan klien untuk
 Dorong keluarga untuk menggunakan teknik relaksasi
mendampingi klien dengan cara  Atur penggunaan obat-obat yang
yang tepat mengurangi kecemasan secara tepat
 Berikan objek yang menunjukkan  Kaji untuk tanda verbal dan non
perasaan aman verbal kecemasan
 Lakuakan usapan pada  Dorong verbalisasi perasaan,
punggung/leher dengan cara yang persepsi dan ketakutan

37
tepat  Identifikasi pada saat terjadi
 Ciptakan atmosfir rasa aman untuk perubahan tingkat kecemasan
meningkatkan kepercayaan

NIC
Terapi Relaksasi 6040
Definisi :Penggunaaan teknik-teknik untuk mendorong dan memperoleh relaksasi
demi tujuan mengurangi tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri,
kaku otot dan ansietas.
Aktivitas-aktivitas:  Gunakan suara yang lembut
dengan irama yang lambat untuk
 Gambarkan rasionalisasi dan
setiap kata
manfaat relaksasi serta jenis
 Tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi yang tersedia (misalnya,
relaksasi pada klien klien untuk
musik, meditasi, bernafas dengan
mengulan praktik teknik relaksasi,
ritme, relaksasi rahang dan
jika memungkinkan
relaksasi otot progresif
 Antisipasi kebutuhan penggunaan
 Uji penurunan tingkat energi saat
relaksasi
ini, ketidakmampuan untuk
 Berikan informasi tertulis
konsentrasi, atau gejala lain yang
mengenai persiapan dan
mengiringi yang mungkin
keterlibatan di dalam teknik
mempengaruhi kemampuan
relaksasi
kognisi untuk berfokus pada teknik
relaksasi  Dorong pengulangan teknik
praktik-praktik tertentu secara
 Tentukan apakah ada intervensi
berkala.
relaksasi dimas lalu yang sudah
memberikan manfaat  Berikan waktu yang tidak
terganggu karena mungkin saja
 Pertimbangkan keinginan individu
klien tertidur
untuk berpartisipasi, ke mampuan
berpartisipasi, pilihan,  Dorong kontrol sendiri ketika

pengalamana masa lalu dan relaksasi dilakukan

kontraindikasi sebelum memilih  Evaluasi laporan individu terkait


dengan releksasi yang dicapai

38
strategi relaksasi tertentu secara teratur, dan monitor
 Berikan deskripsi detail terkait ketegangan otot secara periodik,
intervensi relaksasi yang dipilih denyut nadi, tekanan darah dan
 Ciptakan lingkungan yang tenang suhu tubuh dengan tepat
dan tanpa dengan lampu yang  Kembangkan kaset teknik
redup dan suhu lingkungan yang relaksasi untuk digunakan individu
nyaman, jika memungkinkan dengan tepat
 Dorong klien untuk mengambil  Gunakan relaksasi sebagai strategi
posisi yang nyaman dengan tambahan dengan (peng- gunaan]
pakaian longgar dan mata tertutup obat-obatan atau sejalan dengan
pesifikkan isi intervensi relaksasi terapi lainnya dengan tepat
(misalnya, dengan meminta saran  Evaluasi dan dokumentasikan
perubahan) respon terhadap terapi relaksasi
 Dapatkan perilaku yang
menunjukkan terjadinya relaksasi
dalam, pernafasan perut, atau
bayangan yang menenangkan
terjadi

D. Evaluasi
1) Nyeri berkurang
2) Pasien tidak cemas
3) Kebutuhan mobilitas pasien terpenuhi secara aktif maupun pasif

2.4Pendidikan Kesehatan
Waspada dan berhati-hati dalam setiap aktivitas merupakan cara utama untuk
menghindari dislokasi. Langkah ini bisa dilakukan dengan cara:
 Menghindari aktivitas atau gerakan yang menjadi penyebab dislokasi.
 Menggunakan pelindung saat berolahraga, misalnya helm saat bersepeda.
 Memastikan rumah Anda merupakan lingkungan yang ramah anak,
misalnya tidak membiarkan barang-barang berserakan di lantai agar tidak
ada yang tersandung.

39
 Senantiasa memperhatikan dan mengawasi anak Anda.
 Mengajarkan sikap hati-hati dan kewaspadaan pada anak Anda, misalnya
untuk berpegangan pada pagar tangga saat naik atau turun tangga.

2.5Jurnal Penelitian
Judul Jurnal

1. Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular


Indri Seta Septadina Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Sriwijaya, Palembang
2. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DISLOKASI
TEMPORALMANDIBULA JOINT POST TONSILEKTOMY DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Problem:
1. Sulitnya untuk menentukan Indeks yang digunakan dalam memudahkan metode
reduksi manual untuk mengembalikan kondilus ke posisi normal pada kasus
dislokasi akut atau kronis menahun dan secara langsung berkaitan dengan posisi
kepala condylar dan ketinggian dari eminensia artikular. Selain itu, frekuensi
dislokasi rekuren dan kemampuan reduksiberbanding terbalik dengan ketinggian
eminensia artikular.
2. Dislokasi mandibula merupakan pergerakan kondilus kearah depan dari
eminensia artiklare. Dislokasi dapat terjadi satu sisi (Unilateral) atau dua sisi
(Bilateral), Dislokasi mandibula penyakit kelainan pada tulang
temporomandibula joint yang ditandai dengan bunyi clik, rasa sakit serta adanya
keterbatsan gerak untuk membuka mulut. Penyebab utama dari dislokasi ini
adalah membuka mulut terlalu lebar, adanya benturan yang terlalu keras,
perawatan gigi serta melakukan operasi pengangkatan amandel.

Intervention:

40
1. Penulis telah mengklasifikasikan dislokasi berdasarkan hubungan kepala
kondilus mandibula ke artikular eminensia terlihat pada evaluasi Clinico-
radiological menjadi tiga jenis (I-III).
Tipe I - kepala kondilus langsung di bawah ujung eminensia
Tipe II - kepala kondilus di depan ujung eminensia
Tipe III - kepala kondilus tinggi di depan dasar eminensia tersebut.
2. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
pemberian IR, massage dan terapi latihan untuk mengurangi nyeri dan
menambah lingkup gerak sendi temporomandibul, menguatkan otot penggerak
rahang bawah serta mengurangi spasme
Comparison:
1. Penelitilain telah memanfaatkan konsep pembatasan gerak kondilus dengan
melakukan pelepasan tendon pterygoid lateral melalui pendekatan internal atau
eksternal atau dengan melakukan condylotomy terbuka atau tertutup di bawah
perlekatan pterygoideus lateralis
2. Pasien setelah menjalankan terapi sebanyak 11 kali menggunakan infra red
terjadi penurunan nyeri karena infra red menghasilkan panas yang mempunyaai
efek sedatif pada saraf sensoris karena adanya peningkatan ambang nyeri
Menurut Schug (2004) pemberian IR membuat relaksasi otot. Relaksasi akan
mudah dicapai apabila suatu jaringan otot dalam keadaan hangat dan tidak ada
rasa nyeri.

Outcome:

1. Metode pengobatan yang lebih kompleks dan invasif belum tentu memberikan
pilihan dan hasil pengobatan terbaik, oleh karena itu pendekatan konservatif
harus dimanfaatkan secara tepat sebelum melakukan teknik bedah yang lebih
invasif yang harus dilakukan setelah penilaian menyeluruh dan rencana
perawatan. Oleh karena itu, pembedahan harus didasarkan pada jenis,
mekanisme, patogenesis dan faktor predisposisi / morfologi sendi, usia,
ketersediaan bahan dan keterampilan tenaga kerja.
2. Dislokasi mandibula adalah kondisis dimana seseorang mengeluhkan adanya
rasa nyeri dan kekakuan serta keterbatasan gerak pada rahang bawah untuk

41
membuka mulut, penurunan kekuatan otot depressor anguli oris, depressor labii
inferior dan masseter. Uraian dari hasil pemberian terapi yang telah dilakukan
sebelas kali dengan modalitas yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan
hasil sebagai berikut:
1. Adanya pengurangan rasa nyeri
2. Bertambahan lingkup gerak sendi pada rahang bawah
3. Bertambahnya kekuatan otot
4. Adanya pengurangan spasme

2.6Prosedur Keperawatan
a. Body Mechanic/Body Movement
1. Pengertian
Body Mechanic (mekanika tubuh) adalah suatu usaha mengoordinasikan
sistem muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan
keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat,
membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas. Penggunaan mekanika
tubuh yang tepat dapat mengurangi risiko cedera sistem muskuloskeletal.
Mekanika tepat juga memfasilitasi pergerakan tubuh yang memungkinkan
mobilisasi fisik tanpa terjadi ketegangan otot dan penggunaan energi otot
yang berlebihan.

2. Tujuan
Mekanika tubuh adalah usaha untuk mengkoordinasi sistem
muskuloskeletal dan saraf sehingga individu bergerak, mengangkat,
membungkuk, berdiri, duduk, berbaring, dan melakukan aktivitas sehari-hari
dengan sempurna.
3. Konsep Teori
a. Kesejąjaran tubuh (Body Alignment)
Kesejajaran tubuh dan pustur merupakan istilah yang sama dan mengacu
pada posisi sendi, tendon, ligamen dan otot selama berdiri, duduk dan
berbaring. Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada

42
struktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus (ketegangan) otot secara
kuat dan menunjang keseimbangan.
 Keseimbangan tubuh
Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa
keseimbangan ini, gravitasi akan berubah, meningkatkan gaya gravitasi,
sehingga menyebabkan risiko jatuh dan cedera. Keseimbangan tubuh
diperoleh jika dasar penopang luas, pusat gravitasi berada pada dasar
penopang, dan garis vertikal dapat ditarik dari pusat gravitasi ke dasar
penopang. Keseimbangan tubuh dapat juga ditingkatkan dengan postur
dan merendahkan pusat gravitasi, yang dicapai dengan posisi jongkok.
Semakin sejajar postur tubuh, semakin besar keseimbangannya (Perry
dan Potter, 1994). Keseimbangan dibutuhkan untuk mempertahankan
posisi, memperoleh kestabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi
lain, melakukan aktivitas sehari-hari, dan bergerak bebas di komunitas.
Kemampuan untuk mencapai keseimbangan dipengaruhi oleh
penyakit, gaya, berjalan yang tidak stabil pada toddler, kehamilan,
medikasi dan proses menua.Gangguan pada kemampuan ini merupakan
ancaman untuk keselamatan fisik dan dapat menyebabkan ketakutan
terhadap keselamatan seseorang dengan membatasi diri dalam
beraktivitas (Bergetal, 1992)
 Koordinasi Gerakan
Berat adalah gaya tubuh yang digunakan terhadap gravitasi.
Ketika suatu obyek diangkat, pengangkat harus menguasai berat obyek
dan mengetahui pusat gravitasinya. Karena manusia tidak mempunyai
bentuk geometris yang sempurna, maka pusat gravitasinya biasanya
berada pada 55 % sampai 57 % tinggi badannya ketika berdiri dan berada
ditengah.
Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang
berlawanan dengan arah gerakan benda.Misalnya menggerakkan klien
diatas tempat tidur maka akan terjadi friksi.Perawat dapat mengurangi
friksi dengan mengikuti beberapa prinsip dasar.Semakin besar area
permukaan suatu obyek yang bergerak, semakin besar friksi.Klein pasif

43
atau immobilisasi akan menghasilkan friksi yang lebih besar untuk
bergerak.Friksi dapat juga dikurangi dengan mengangkat, bukan
mendorong klien.Mengangkat merupakan komponen gerakan keatas dan
mengurangi tekanan antara klien dan tempat tidur atau kursi.

b. Prinsip Body Mechanic


Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini
mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar
diperlukan untuk mendukung tingkat kesehatan dan mencegah kecacatan
serta untuk menjaga keselamatan kliern. Disamping itu, mekanika tubuh juga
bertujuan untuk, menghibur pasien yaitu dengan meningkatkan kenyamanan
dan kerjasama. Dalam hal ini, perawat menggunakan berbagai kelompok
otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde
keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien dan
menggerakkan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi
pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat
meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat
mengganggu kemampuan perawat untuk mengangkat, memindahkan, dan
mengubah posisi klien (Owen dan Garg, 1991) Perawat juga
menggabungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada
mobilisasi dan kesejajaran tubuh.

b. Ambulasi Dini

1. Definisi
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari
tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi
pasien (Roper, 2002).
Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan dengan hati-hati tanpa
tergesa-gesa untuk memperbaiki sirkulasi dan mencegah flebotrombosis (Hin
Chiff, 1999)

44
2. Tujuan
Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :

1) Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi


yang terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahąn
turgor kulit.
2) Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban
kerja jantung, hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
3) Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter
maksimal, penurunan ventilasi / perfusi setempat, mekanisme batuk yang
menurun.
4) Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
5) Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine,
infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria
6) Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis,
pemendekan serat otot
7) Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan
syaraf pada bagian distal, nyeri yang hebat.

3. Prosedur

A. Persiapan
Persiapan Iatihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki
kemampuan ambulasi, antara lain :
a. Latihan otot-otot Quadriceps Femoris dan otot-otot Gluteal :
1) Kerutkan otot-otot quadriaps sambil berusaha menekan daerah
popliteal, seolah-olah ia menekan lututnya ke bawah sampai masuk
ke lutut sementara kakinya naik ke atas.
2) Hitung sampai hitungan kelima.
3) Ulangi latihan ini 10- 15 kali.
b. Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstrimitas atas dan lingkar bahu :
1) Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang
berat traksi atau benda yang beratnya berangsur-angsur ditambah

45
dan junlah pengulangannya. Ini berguna untuk menambah kekuatan
otot ekstrimitas atas.

2) Menekan balon karet.Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan


genggaman

3) Angkat kepal dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan


tangan sejauh mungkin

4) Duduk di tempat tidur, angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama
genggaman.sejauh mungkin.beberapa menit (Asmadi), 2008)

B. Alat

1) Kruk
a. Terbuat dari logam dan kayu
b. Biasanya digunakan pada pasien Fraktur hip dan Ekstremitas bawah
2) Canes (tongkat)
Adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang,
terbuat dari kayu dan logam
3) Walker
Adalah alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi
pinggang, terbuat dari pipa logam dan mempunyai empat penyangga
yang kokoh.
C. Pelaksanaan
1) Sebelum pasien berdiri dan berjalan, nadi, pernafasan dan tekanan
darah pasien harus diperiksa dahulu.

2) Jika pasien merasakan nyeri, perawat harus memberikan medikasi


pereda nyeri. 20 menit sebelum berjalan, karena penggunaan otot
untuk berjalan akan menyebabkan nyeri. (Wahyuningsih, 2005)

3) Pasien diajarkan duduk di tempat tidur, menggantungkan kakinya


beberapa menit dan melakukan nafas dalam sebelum berdiri.
Tindakan ini bertujuan untuk menghindari rasa pusing pada pasien.

46
4) Selanjutnya pasien berdiri disamping tempat tidur selama beberapa
menit sampai pasien stabil. Pada awalnya pasien mungkin hanya
mampu berdiri dalam waktu yang singkat akibat hipotensi ortostatik

5) Jika pasien dapat berjalan sendiri, perawat harus berjalan dekat


pasien sehingga dapat membantu jika pasien tergelincir atau merasa
pusing (Wahyu Ningsih, 2005; Steven S. et al. 2000)

6) Perawat dapat menggandeng lengan bawah pasien dan berjalan


bersama, jika pasien tampak tidak mantap, tempatkan satu lengan
merangkul pinggul pasien untuk menyokong pasien pada siku.

7) Setiap penolong harus memegang punggung lengan atas pasien


dengan satu tangan dan memegang lengan bawah dengan tangan
yang lain.

8) Bila pasien mengalami pusing dan mulai jatuh, perawat


menggenggam lengan bawah dan membantu pasien duduk di atas
lantai atau di kursi terdekat (Wahyuningsih, 2005)

9) Pasien diperkenankan berjalan dengan walker atau tongkat biasanya


dalam satu atau dua hari setelah pembedahan.Sasarannya adalah
berjalan secara mandiri.

10)Pasien yang mampu mentoleransi aktifitas yang lebih berat, dapat


dipindahkan ke kursi beberapa kali sehari selama waktu singkat
(Brunner & Suddarth, 2002).

c. Range Of Motion (ROM)

1) Definisi
Range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar
untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas
gerakan sendi yang abnormal.
2) Tujuan

47
a. Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kemampuan dan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap.
b. Meningkatkan massa otot dan tonus otot.
c. Mennetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas
gerakan sendi yang abnormal.
d. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot
e. Memelihara mobilitas persendian.
f. Merangsang sirkulasi darah.
g. Mencegah kelainan bentuk.
h. Mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan.
3) Indikasi ROM
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitas fisik
d. Klien dengan tirah baring lama
4) Kontraindikasi ROM
a. Trombus/emboli dan keradangan pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imbolisasi karena kasus penyait ( jantung )
d. Trauma baru dengan kemungkinan ada fraktur yang
tersembunyi/luka dalam
e. Nyeri berat
f. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak
5) Prinsip Dasar Latihan ROM
a. ROM harus diulangi sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali
sehari
b. ROM dilakukan perlahan dan hati – hati sehingga tidak
melelahkan pasien
c. Dengan merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur
pasien, diagnosa, tanda – tanda vital dan lamanya tirah baring
d. Bagian – bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah
leher, jar, lengan siku,bahu,tumit,kaki dan pergelangan kaki

48
e. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau pada bagian –
bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit
f. Melakukan ROM harus sesuai waktuya, misalnya setelah mandi
atau perawatan rutin telah dlakukan.
6) Prosedur Range Of Montion (ROM)
a. Leher,spina,servikal
Fleksi Menggerakkan dagu menempel ke dada rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperkstensi Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin,
rentang 40° - 45°
Fleksi Memiringkan kepala sejauh mungkin,kearah setiap
Lateral bahu, rentang 40° - 45°
Rotasi Memutar kepala ejauh mungkin dalam gerakan
sirkuler, rentang 180°

b. Bahu
Fleksi Menaikkan lengan dari posisi disamping tubuh ke
depan ke posisi di atas epala, rentang 180°
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi disamping
tubuh,rentang 180°
Hiperekstensi Menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap
lurus, rentang 45-60°
Abduksi Menaikkan lengan keposisi samping di atas kepala
dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang
180°
Adduksi Menurunkan lengan samping dan menyilang tubuh
sejauh mungkin, rentang 320°
Rotasi dalam Dengan siku pleksi,memutar bahu dengan
menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke
dalam dan ke belakang, rentang 90°
Rotasi luar Dengan siklus fleksi, menggerakkan lengan sampai
ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90°

49
Sirkumduksi Menggerakkan lengan dengan lingkaran penuh,
rentang 360°

c. Siku
Fleksi Menggerakan siku sehingga lengan bahu bergerak ke
depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang
150°
Ekstensi Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang
150°

d. Lengan bawah
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan seingga telapak
tangan menghadap ke atas, rentang 70-90°
Pronasi Memutar lengan ke bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah, rentang 70-90°

e. Pergelangan tangan
Fleksi Menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam
lengan bawah, rentang 80-90°
Ekstensi Menggerakkan jari – jari tangan sehingga jari – jari
tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama,
rentang 80-90°
Hiperekstensi Membawa permukaan tanagan dorsal ke belakang
sejauh mungkin, rentang 89-90°
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari,
rentang 30°
Adduksi Menekuk pergelangn tangan miring e arah lima jari,
rentang 30-50°

f. Jari – jari tangan


Fleksi Membuat gangguan, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari – jari tangan, rnetang 90°

50
Hiperekstensi Menggerakkan jari – jari tangan ke belakang sejauh
mungkin, rentang 30-60°
Abduksi Merenggangkan jari – jari tangan yang satu dengan
yang lain, rentang 30°
Adduksi Merepatkan kembali jari – jari tangan, rentang 30°

g. Ibu jari
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak
tangan, rentang 90°
Ekstensi Menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan,
rentang 90°
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Menggerakkan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°

h. Pinggul
Fleksi Menggerakkan tungkai ke adepan dan atas, rentang
90-120°
Ekstensi Menggerakkan kembali ke samping tungkai yang
lain, rentang 90-120°
Hiperekstensi Mengerakkan tungkai ke belakang tubuh, rentang
30-50°
Abduksi Menggerakkan tungkai ke samping menjauh tubuh,
rentang 30-50°
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan
melebihi jika mungkin, rentang 30-50°

i. Lutut
Fleksi Mengerakan tumit e arah belakang paha, rentang 120-
130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°

j. Mata kaki

51
Dorsifleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – jari kaki menekuk
ke atas, rentang 20-30°
Plantarfleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – jari kaki menekuk
ke bawah, rentang 45-50°

k. Kaki
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, renang 10°

l. Jari-jari kaki
Fleksi Menekukkanjari-jari kaki kebawah, rentang 30-60o
Ekstensi Meluruskanjari-jari kaki, rentang 30-60o
Abduksi Menggerakkanjari-jari kakisatudengan yang lain,
rentang 15o
Abduksi Merapatkankembalibersama-sama 15o

7) Latihan ROM aktifdanpasif


Pasien yang mobilitasnyaterbatasKarenapenyakit, diabilitasatau
trauma memperlukanuntukmengurangibahayamobilitas.
Latianberikutdilakukanuntukmemeliharadanmempertahankankekuatan
ototsertamemeliharamobilitaspersendian.

a. Fleksidanekstensipergelangantangan
Cara:
1. Jelakanprosedur yang akandilakukan
2. Aturposisilenganpasiendenganmenjauhisisitubuhdansiku
menekudenganlengan
3. Pegangtanganpasiendengansatutangandantangan lain
memegangpergelangantanganpasien
4. Tekuktanganpasiensejauhmungkin
5. Catatperubahan yang terjadi
b. Fleksidanekstensisiku

52
Cara:
1. Jelaskanprosedur yang akandilakukan
2. Aturposisilenganpasiendenganmenjauhisisitubuhdengan
telapaktanganmengarahketubuhnya
3. Letakkantangandiatassikupasieandanpegangtangannya
dengantanganlainnya
4. Tekuksikupasiensehinggatangannyamendekatbahu
5. Lakukandankembalikandiposisisebelumnya
6. Catatperubahan yang terjadi
c. Pronasidansupinasilenganbawah
Cara:
1. Jelaskanprosedur yang akandilakukan
2. Aturposisilenganbawahmenjauhitubuhpasiendengansiku
menekuk
3. Letakkansatutanganperawatpadapergelanganpasiendan
pegangtanganpasiendengantanganlainnya
4. Putarlenganbawahpasiensehinggatelapaktangan menjauhinya
5. Kembalikankeposisisemula
d. Abduksidanadduksi
Cara:
1. Jelaskanprosedur yang akandilakukan
2. Aturposisilenganpasiendisampingbadannya
3. Letakkansatutanganperawat di ataspasiendanpegangtangan
pasiendengantanganlainnya
4. Gerakanlenganpasienmenjauhdaritubuhnyakaarahperawat
5. Kembalikankeposisisemula
6. Catatperubahan yang terjadi
e. Fleksidanekstensijari-jari
Cara:
1. Jelaskanprosedur yang akandilakukan
2. Pegangjari-jari kaki pasiendengansatutangan, sementar
atangan lain memegang kaki

53
3. Bengkokkan (tekuk) jari-jarikebawah
4. Luruskanjari-jari kaki kebelakang
5. Kembalikankeposisisemula
6. Catatperubahan yang terjadi
f. Fleksidanekstenpergelangan kaki siku
Cara:
1. Jelaskanprosedur yang akandilakukan
2. Letakkansatutanganperawatpadatelapak kaki pasiendan
satutangan yang lain di ataspergelangan kaki. Jaga kaki lurus
danrileks
3. Tekukpergelangan kaki, arahkandiatassikupasien
4. Perubahan yang terjadi
g. Rotasipangkalpaha
Cara:
1. Jelaskanprosedur yang dilakukan
2. Letakkansatutanganperawatpadapergelangan kaki
dansatutangan lain di ataslutut
3. Putar kaki menjauhiperawat
4. Kembalikankeposisisemula
5. Catatperubahan yang terjadi
h. Evaluasikeperawatan
Evaluasi yang diharapkandarihasiltindakankeperawatanuntuk
mengatasigangguanmobilitasadalahsebagaiberikut:
1. Peningkatanfungsitubuh
2. Peningkatankekuatandanketahanan
3. Peningkatanfleksibilitassendi

8) Perhatian
1. Monitor keadaanumumklaendantanda-tanda vital sebelumdan
setelahlatian
2. Tanggapterhadapresponketidaknyamanan
3. Ulangigerakansebanyaktiga kali

54
d. FIKSASI DAN IMOBILISASI
1) Pengertian

Jadi immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang


disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi
secara teraupetik (Potter & Perry, 2006). Immobilisasi adalah keadaan
dimana pasien berbaring lama ditempat tidur, tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktifitas).
Immobilisasi pada pasien tersebut dapat disebabkan oleh penyakit
yang dideritanya, trauma, fraktur pada ekstremitas, atau menderita
kecacatan (Asmadi, 2008). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan
cara pemasangan bidai, gips dan traksi
1. Macam tehnik imobilisasi :
a) Gips
Alat imobilisasi eksternal yang kaku dicetak sesuai kontur
tubuh yang dipasang.
Bertujuan untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dan
memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang
terletak didalamnya.
Bahan merupakan mineral yang terdapat dialam dengan
formula CaSO4 + H2O. Dikenal KALSIKUS (Latin), PLASTER
OF PARIS (Inggris), GIPS POWDER (Belanda).
Kegunaan :
1) Mengimobilisasi Fraktur yang telah direduksi.
2) Memberi dukungan dan stabilitas sendi yang terjadi
dislokasi
3) Memberikan koreksi cacat tulang (CTEV)
4) Mencegah patah tulang ( Spondilitis TBC)
Macam :
1) Gips Sirkuler : dibalutkan penuh pada tubuh yang digips.

55
2) Gips Spal/Splint : dibalutkan sebagian kemudian dibalut
dengan verband gulung /elastic banded.
Persiapan alat :

1) Velband/softband/Stokinet (melindungi kulit dari gips)

2) Gips

3) Gunting verband

4) Meja untuk pasang

5) Baskom /Timba berisi air

6) Handuk dan waslap

7) Sabun dan talk

8) Pensil/spidol ( untuk memberi tanggal pemasangan pada


gips)

9) Alas/plastic

10) Gergaji / gunting gips ( untuk memotong kelebihan gips)

Tehnik pemasangan

1) Jelaskan pada pasien tentang tujuan, lamanya, serta hal-hal


yang akan terjadi seiama pemasangan gips

2) Peralatan dan pasien disiapkan

3) Daerah yang akan dipasang gips di bersihkan dengan


sabun, dikeringkan, dan diberi talk.

4) Pasang padding (softband ) pada daerah yang akan digips


untuk 8 mencegah kontak langsung antara gips dengan
kulit, pada bagian yang menonjol beri padding
lebih tebal.

56
5) Yakinkan bahwa bagiab yang akan digips dalam posisi
yang benar, kemudian celup gips pada air sesaat

6) Lama pencelupan tergantung jenis gips, biasanya sampai


gelembung keluar kemudian dibalutkan secara melingkar
(digulirkan saja)

7) Menjelang gips mengeras lakukan moulding (


pembentukan ) untuk membentuk sesuai keinginan serta
meratakan agar kelihatan rapi.(ketebalan gips antara 8-14
lapis)

8) Setelah selesai sokong gips dengan bantal sampai kering


betul agar tidak terjadi lekukan, jangan ditutup

9) Bersihkan bagian tubuh disekitar yang digips terutama


bagian distal dari bekas gips untuk observasi kelancarab
vaskuler

10) Bereskan peralatan.

Hal yang diperhatikan :

1) Usahakan seanatomis mungkin

2) Tiap setting harus homogen

3) Bila akan menghaluskan gips harus searah balutan.

4) Nilai keindahan

5) Tulis tanggal, nama pemasang dan pemasangan keberapa.

6) Observasi vaskularisasi bagian distal yang terpasang gips


terutama dalam 24 jam pertama. Gejala gangguan
neurovaskular (Compartemen Syndrome) yaitu 4P (Pain :
Nyeri berat yang tidak berkurang dengan ekstremitas

57
ditinggikan dan analgesik, Pallor: Pucat, Pulslessnes: nadi
tak teraba, Paralysis : tak dapat digerakan)

b) Traksi

Pengertian :

Pemasangan gaya tarikan kebagian tubuh yang berguna untuk :

1) Meminimalkan spasme otot

2) Mereduksi, mensejajarkan dan mengimobilisasi fraktur

3) Mengurangi deformitas

4) Menambah ruangan diantara kedua patahan tulang.

Pasien dengan traksi memerluka MRS karena perlu perawatan


khusus, namun mempunyai keuntungan :

1) Nyata mempertahankan reduksi

2) Mudah diobservasi terhadap kemungkinan gangguan


sirkulasi neurovaskuler.

3) Perawatan luka mudah.

Faktor penting dalam mempertahankan traksi :

1) Tali utama harus menimbulkan gaya tarik yang segaris


dengan sumbu panjang normal tulang panjang yang
fraktur

2) Kontratraksi dipertahankan dengan menggunakan posisi


tempat tidur/tarikan berat yang diatur

3) Tali traksi harus dapat bergerak bebas melalui katrol

4) Tulang menonjol harus diberi bantalan

5) Pemberat/ beban harus cukup tinggi dari lantai

58
Jenis traksi :

1) Traksi Kulit : Penerapan langsung kekuatan tarikan pada


kulit dan jaringan lunak.

Prinsip pemasangan:

a. Kulit yang akan dipasang plester harus dilapisi benzoid baik


laterl maupun medial kemudian diplester lebar

b. Ujung plester diberi balok untuk mencegah penekanan


maleolus oleh plester

c. Pasang elastic bandage menutupi plester untuk memperkuat


ikatan

d. Pasang tali dari balok hingga menjulur melalui katrol


menuju kaki tempat tidur

e. Pasang beban pada ujung tali. Beban untuk anak-anak 2 kg,


sedang dewasa < 5 kg. Jangan lebih dari ketentuan karena
dapat merusak kulit dan jaringan lunak

Komplikasi :

i. Perban elastic yang melingkar dapat mengganggu sirkulasi

ii. Alergi kulit terhadap plester

iii.Bila beban berlebih kulit dapat nekrosis akibat tarikan.

2) Traksi Skeletal :

Tarikan langsung yang kontinyu pada tulang dengan


menggunakan pen, kawat yang ditusukan ke tulang.

Prinsip pemasangan :

i. Pasien harus dengan anaesthesi. Jadi perlu persiapan.


ii. Antiseptik bagian yang akan ditusuk

59
iii. Tulang yang dikehendaki ditusuk menggunakan Steinman
Pin atau Kirschner Wire dengan bantuan bor / drill
iv. Rawat dan tutup luka pada bekas tusukan
v. Pin /kawat dihubungkan dengan pengait, tali, katrol dan
beban Lindungi ujung pin / kawat yang tajam /
runcing agar tidak melukai
vi. Berat beban 5-7 kg (literature lain 1/7 kgBB)

60
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat terjadi hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali
sehabis membuka mulitnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya,
dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
(Arif Mansyur,dkk 2000). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi
dapat menyebabkan patah tulang disertai dislokasi sendi yang disebut fraktur
dislokasi. Berpindahnya ujung tulang patah karena tonus otot, kontraksi cedera
dan tarikan. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu memahami dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan dislokasi sesuai prosedur yang berlaku.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik yang membangun bagi makalah ini dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

61
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta : EGC, 2011

Rosyidi kholid,2013, Muskoloskeletal, Jakarta Timur:TIM

Wahid Abdul,2013, Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal,


Jakarta: TIM

62

Anda mungkin juga menyukai