Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan


dalam pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut.

Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mempengaruhi


sistem muskuloskeletal yang dapat terjadi pada tendon, otot, sendi, pembuluh
darah dan atau saraf pada anggota gerak. Gejala dapat berupa nyeri, rasa tidak
nyaman, kebas pada bagian yang terlibat dan dapat berbeda derajat
keparahannya mulai dari ringan sampai kondisi berat, kronis dan lemah (HSE,
2014).
Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah utama
kesehatan diseluruh dunia dengan prevalensi 35 – 50% (Lindgren dkk, 2010).
Pada Nord –Trøndelag County di Norwegia terdapat 45% dari populasi orang
dewasa melaporkan nyeri musculoskeletal kronis selama setahun terakhir
(Hoff dkk, 2008). Gangguan muskuluskeletal diantaranya fraktur,
Osteoporosis, Gout, Osteosarkoma, Multiple Myeloma, Fraktur Dan
Amputasi.
Dikehidupan sehari hari yang semakin padat dengan aktifitas masing-
masing manusia dan untuk mengejar perkembangan zaman, manusia tidak
akan lepas dari fungsi normal musculoskeletal terutama tulang yang menjadi
alat gerak utama bagi manusia, tulang membentuk rangka penujang dan
pelindung bagian tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang
menggerakan kerangka tubuh, namun dari ulah manusia itu sendiri, fungsi
tulang dapat terganggu karena mengalami fraktur. Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di
karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan bagaimana anatomi dan fisiologi system


Muskuloskeletal?
2. Apa pengertian dari Osteoporosis?
3. Apa pengertian dari Gout?
4. Apa pengertian dari Osteosarkoma?
5. Apa pengertian dari Fraktur?
6. Apa pengertian dari Multiple Myeloma?
7. Apa pengertian dari Amputasi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari system Muskuloskeletal serta


anatomi fisiologisnya.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Osteoporosis.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Gout.
4. Untuk mengetahui pengertian dari Osteosarkoma.
5. Untuk mengetahui pengertian dari Fraktur.
6. Untuk mengetahui pengertian dari Multiple Myeloma.
7. Untuk mengetahui pengertian dari Amputasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi sistem muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal adalah sistem tubuh yang teridiri dari otot
(muskulo) dan tulang tulang yang membentuk rangka (skelet) (Histologi
Dasar Anthony;2011). Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang
bentuk tubuh dan mengukur pergerakan.Tulang manusia saling
berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk
memperoleh fungsi system muskuloskeletal yang optimum. Aktivitas
gerak tubuh manusia tergantung pada efektifnya interaksi antara sendi
yang normal unit-unit neuromuskular yang menggerakkannya.
Sistem muskuloskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh
tulang, sendi dan otot, dimana Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang
terbagi dalam 4 kategori :
1) Tulang panjang
2) Tulang pendek
3) Tulang pipih
4) Tulang tidak teratur
Fungsi system skelet sendiri yaitu :
1) Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
2) Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan
paru-paru
3) Tempat melekatnya otot dan tendon
4) Sumber mineral seperti garam dan fosfat
5) Tempat produksi sel darah merah
Selanjutnya, Tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan
sendi atau artikulasi yang memungkinkan berbagai macam gerakan.
Ada 3 macam sendi dalam tubuh manusia yaitu :
1) Sendi sinartrosis
2) Sendi amfiatrosi
3) Sendi diartrosis
Selanjutnya ada sistem otot skelet, Otot ditubuh manusia terdiri dari
40% otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos atau otot
jantung/. Selain itu, Otot dihubungkan oleh tendon tau aponeurosis ke
tulang, jaringan ikat atau kulit
variasi ukuran dan bentuknya bergantung aktivitas yang
dibutuhkan. Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel
(fasikuli) yang terbungkus dalam jaringan fibrus dinamakan
epimisium atau fasia, Otot mengandung sebagian besar mioglobulin
yang berkontraksi lebih lambat dan lebih kuat. Tiap sel otot (serabut
otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas sekelompok sarkomer
(aktin dan myosin) yang merupakan unit kontraktil otot skelet
Otot sendiri berfungsi sebagai :
1) Pergerakan
2) Membentuk postur
3) Produksi panas karna adanya kontraksi dan relaksasi.
Fisiologi Otot :
Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat
dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan
suatu aksi potensial. Ada tiga jenis otot yaitu otot rangka, otot jantung
dan otot polos.
Otot rangka Otot jantung Otot polos
Mempunyai stria, Mempunyai stria, Tidak berstria,
berbentuk multinukleus, hanya
silindris, dan silindris, dan mempunyai
mempunyai bercabang- satu inti dan
banyak inti cabang serta juga tidak
serta berada berkontraksi dibawah
dibawah tidak dibawah pengaruh
control pengaruh kesadaran
kesadaran. kesadaran.
Tight junction RS Gap junction RS Gap junction RS
berkembang kurang kurang
sangat pesat berkembang berkembang

2.2 Konsep Osteoporosis


2.2.1 Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan
tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko
terjadinya fraktur. Keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis,
kecuali apabila telah terjadi fraktur. Pada osteoporosis, terjadi penurunan
kualitas tulang dan kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat
menentukan kekuatan tulang sehingga penderita osteoporosis mudah
mengalami patah tulang atau fraktur. Lokasi kejadian patah tulang
osteoporosis yang paling sering terjadi adalah pada tulang vertebra (tulang
punggung), tulang leher femur, dan tulang gelang tangan (patah tulang
Colles). Adapun frekuensi patah tulang leher femur adalah 20% dari total
jumlah patah tulang osteoporosis.
Di antara semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan
masalah di bidang morbiditas, mortalitas, beban sosioekonomik, dan
kualitas hidup adalah patah tulang leher femur. Bila tidak diambil tindakan
untuk mengatasi osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah
tulang leher femur di seluruh dunia akan mencapai 6, 26 juta dan lebih dari
separuhnya di Asia. Frekuensi tertinggi osteoporosis postmenopause, pada
wanita adalah pada usia 50-70 tahun.

2.2.2 Etiologi
Penyebab primer dari osteoporosis adalah defisiensi estrogen dan
perubahan yang berhubungan dengan penuaan, sedangkan penyebab
sekundernya terdapat beberapa predisposisi, yaitu sebagai berikut:
1. Sejarah keluarga. Sejarah keluarga juga memengaruhi penyakit ini, pada
keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang
dilahirkannya cenderung akan mempunyai penyakit yang sama.
2. Gangguan endokrin, meliputi: hiperparatiroidism, hipogonadism,
diabetes melitus, penyakit Cushing, prolaktinoma, akromegali,
insufisiensi adrenal.
3. Gangguan nutrisi dan gastrointestinal, meliputi: penyakit inflamasi usus
besar (inflammatory bowel disiase), celiac disease, malnutrisi, riwayat
pembedahan gastric bypass, penyakit hari kronis, anoreksia nervosa,
vitamin D atau kalsium defisiensi.
4. Penyakit ginjal, meliputi: gagal ginjal kronik (GGK) dan idiopatik
hiperkalsiuria.
5. Penyakit rematik, meliputi: reumatoid artritis, ankylosing spondylitis,
lupus eritematus sistemik.
6. Gangguan hematologi, meliputi: multipel myeloma, talasemia, leukimia,
limfoma, hemofilia, sickle cell desease, dan mastositosis sistemik.
7. Gangguan genetik, meliputi: cystic fibrosis, osteogenesis imperfekta,
homocystinuria, sindrom Ehlers-Danlos, sindrom Marfan,
hemokromatosis, hipofosfatasia.
8. Gangguan lainnya, meliputi: porfiria, sarcoid, imobilisasi, kehamilan/
laktasi, chronic obstructive pulmonary disease (COPD), nutrisi
parenteral, HIV/ AIDS.
9. Obat-obatan. Beberapa golongan obat yang meningkatkan kehilangan
matriks tulang, meliputi berikut ini:
a. Kortikosteroid: prednison (≥ 5 mg/ hari minimal pemberian ≥ 3
bulan)
b. Antikonvulsan: phenytoin, barbiturates, karbamazepine (agen-agen
ini berhubungan dengan defisiensi vitamin D)
c. Heparin (penggunaan jangka panjang)
d. Kemoterapetik/ obat-obat transplantasi: cyclosporine, tacrolimus,
platinum compounds, cyclophosphamide, ifosfamide, methotrexate.
e. Hormonal/ terapi endokrin: Gonadotropin-Releasing Hormone
(GnRH) agonists, Luteinizing Hormone-Releasing Hormon (LHRH)
analogs, depomedroxyprogesterone, excessive thyroid
supplementation.
f. Lithium
g. Aromatase inhibitors: exemestane, anastrozole.

2.2.3 Patofisiologi
Osteoporosis adalah abnormalitas pada proses remodeling tulang di
mana resorpsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya
massa tulang. Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodeling tulang
digambarkan dengan keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas.
Meskipun pertumbuhan terhenti, remodeling tulang berlanjut. Proses
dinamik ini meliputi resorpsi pada satu permukaan tulang dan deposisi
pembentukan tulang pada tempat yang berlawanan. Hal ini dipengaruhi
oleh beban berat badan dan gravitsi, sama halnya dengan masalah seperti
poenyakit sistemik. Proses seluler dilaksanakan oleh sel tulang spesifik dan
dimodulasi oleh hormon lokal dan sistemik, serta peptida.
Remodeling tulang terjadi pada tiap permukaan tulang dan berlanjut
sepanjang hidup. Jika massa tulang tetap pada dewasa, menunjukkan
terjadinya keseimbangan anatara formasi dan resorpsi tulang.
Keseimbangan ini dilaksanakan oleh osteoblas dan osteoklas pada unit
remodeling tulang. Remodeling dibutuhkan untuk menjaga kekuatan
tulang.
Kondisi osteoporosis merupakan suatu hasil interaksi yang kompleks
menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Berbagai faktor
terlibat dalam interaksi ini dengan menghasilkan suatu kondisi penyerapan
tulang lebih banyak dibandingkan dengan pembentukan yang baru. Kondisi
ini memberikan manifestasi penurunan massa tulang total. Kondisi
osteoporosis yang tidak mendapatkan intervensi akan memberikan
manifestasi penting, di mana tulang menjadi rapuh dan terjadinya kolaps
tulang (terutama area vertebra yang mendapat tekanan tinggi pada saat
berdiri). Hal ini akan berlanjut pada berbagai kondisi dan masalah pada
pasien dengan osteoporosis.
2.2.4 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik didapatkan dari anamnesis untuk mendeteksi adanya faktor


risiko, seperti berikut ini:

1) Usia, jenis kelamin, dan ras


2) Riwayat keluarga tentang osteoporosis , terutama adanya riwayat fraktur
patologis.
3) Faktor reproduksi, seperti riwayat tidak pernah hamil, masa menopause,
dan penggunaan terapi estrogen.
4) Faktor kebiasaan hidup, seperti merokok, konsumsi alkohol, kopi, dan
kurangnya aktivitas fisik.
5) Asupan kalsium dan vitamin D
6) Riwayat fraktur, dengan jenis trauma ringan pada usia di atas 40 tahun.
7) Penggunaan obat-obatan yang memberikan predisposisi seperti pada
etiologi
8) Kelemahan otot-otot ekstremitas

Pada pemeriksaan fisik, beberapa area penting yang perlu diperiksa adalah
sebagai berikut:

1) Berat badan rendah (Indeks Massa Tubuh <19 kg/m2)


2) Tanda adanya perubahan kurvatura tulang belakang
3) Tanda-tanda predisposisi penyebab osteoporosis
4) Tanda-tanda penuaan (perubahan gaya berjalan, hipotensi ortosyayik,
kelemahan otot-otot ekstremitas, penurunan penglihatan, dan perubahan
kognitif)

Diagnosis Banding

1. Hyperparatiroidism
2. Multiple Myeloma
3. Osteomalacia and Renal Osteodystrophy
4. Paget Disease

2.2.5 Pemeriksaan diagnostik


 Laboratorium
Beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi osteoporosis, adalah sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan darah rutin
2) Pemeriksaan kimia darah
3) Pemeriksaan hormon tiroid
4) Pemeriksaan 25-hydroxyvitamin D (25(OH)D)
5) Urinalisis untuk mendeteksi adanya hiperkalsiuria
6) Kadar testosteron
7) Biopsi tulang
 Radiodiagnostik
Dari berbagai metode pengukuran densitas tulang yang digunakan
saat ini, metode yang bedasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray
absorptiometry (DXA)) adalah yang terbanyak digunakan. Teknik ini
secara bertahap menggantikan teknik ionisasi lain yang menggunakan
radiasi gamma. DXA terbukti merupakan teknologi yang paling luas
diterima untuk mengetahui hubungan antara densitas tulang dengan
risiko fraktur. DXA juga merupakan teknik dengan akurasi dan presisi
baik, serta paparan radiasi yang rendah. Oleh karena itu, alat ini
dijadikan sebagai gold standard pemeriksaan massa tulang oleh WHO
karena merupakan pemeriksaan yang validasinya paling luas dalam
menilai fraktur.
2.2.6 Penatalaksanaan
1) Konservatif

Pengobatan osteoporosis difokuskan pada usaha memperlambat


atau menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang,
dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari
perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis
selama hidupnya. Dengan demikian tujuan dari pengobatan ini adalah
mencegah terjadinya fraktur (patah tulang). Intervensi tersebut meliputi
hal-hal sebagai berikut:

 Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal


dengan mendapatkan cukup kalsium (1.000 mg/ hari) dalam dietnya
(minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon),
berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan
normal.
 Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau
pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk
manajemen selanjutnya.
 Olahraga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu
pengobatan. Olahraga yang teratur akan mengurangi patah tulang
akibat osteoporosis. Olahraga yang direkomendasikan termasuk
diantaranya adalah jalan kaki, bersepeda, dan joging.
2) Medikamentosa

Selain dari tata laksana di atas, obat-obatan juga dapat diberikan seperti di
bawah ini:

 Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian


estrogen merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis.
Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan
tulang. Apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause,
maka akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%.
Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau ditempel pada
kulit.
 Kalsium: kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan
kepadatan tulang.
 Konsumsi per hari sebanyak 1.200-1.500 mg (melalui makanan dan
suplemen).
 Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk
meningkatkan kepadatan tulang.
 Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate,
risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat kehilangan
jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatka kepadatan tulang.
Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2
tahun. Sebelum mengonsumsi obat ini, dokter Anda akan memeriksa
kadar kalsium dan fungsi ginjal Anda.
 Hormon lain: hormon-hormon ini akan membentu meregulasi
kalsium dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jaringan
tulang.
 Kalsitonin
 Teriparatide
3) Intervensi Bedah
Intervensi bedah dilakukan untuk penatalaksanaan oeteoporosis dengan
fraktur melalui imobilisasi ketat dan pengembalian fungsi dan aktivitas
tulang.
2.3 Konsep GOUT
2.3.1 Pengertian
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai
akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum
meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang
kurang dari ginjal. Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi
inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat
monohidrat.
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari
pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada
wanita biasanya mendekati masa menopause. Gout arthritis, atau lebih dikenal
dengan nama penyakit asam urat, adalah salah satu penyakit inflamasi yang
menyerang persendian. Gout arthritis disebabkan oleh penimbunan asam urat
(kristal mononatrium urat), suatu produk akhir metabolisme purin, dalam
jumlah berlebihan di jaringan. Penyakit ini sering menyerang sendi
metatarsophalangeal 1 dan prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Kadang-kadang terbentuk agregat kristal besar
yang disebut sebagai tofi (tophus) dan menyebabkan deformitas.
Gout adalah kerusakan metabolic yang ditandai dengan peningkatan
konsentrasi serum asam urat dan deposit kristal asam urat dalam cairan
sinovial dan disekitar jaringan sendi. Gout juga dapat didefinisikan sebagai
kerusakan metabolisme purin herediter yang menyebabkan Peningkatan asam
urat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh dan sendi.Gout merupakan
kelompok keadaan heterogenous yang berdasarkan efek genetic pada
metabolisme purin (hiperuresemia). Pada keadaan ini biasa terjadi over
sekresi asam urat atau detek renal yang mengakibatkan sekresi asam
urat/kombinasi keduanya.
Artritis pirai (gout) adalah jenis artropati kristal yang patogenesisnya
sudah diketahui secara jelas dan dapat diobati secara sempurna. Secara klinis,
artritis pirai merupakan penya-kit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan
artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di
dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbul-kan batu
saluran kemih. Kelainan ini dipengaruhi banyak faktor antara lain gangguan
kinetik asam urat misalhya hiperurikemia. Artritis pirai akut disebabkan oleh
reaksi inflamasi jaring-an terhadap pembentukan kristal monosodium urat
monohidrat. Tidak semua orang dengan hiperurikemia adalah penderita
artritis pirai atau sedang menderita artritis pirai. Akan tetapi risiko terjadi
artritis pirai lebih besar dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah.
2.3.2 klasifikasi
Gout mempunyai empat peringkat yang nyata, yaitu:
1) Asimptomatik
2) Akut
3) Interkritikal
4) Kronik
Dalam peringkat pertama (Asimptomatik), aras asid uric plasma
bertambah, tetapi tanpa sembarang gejala. Serangan gout menandakan
peringkat kedua (Akut). Serangan- serangan yang tidak parah biasanya hilang
dengan cepat, manakala serangan- serangan yang pernah berlangsung
beberapa hari atau juga beberapa minggu. Selepas serangan pertama, penyakit
itu masuk peringkat interkritikal atau jarak waktu yang bebas daripada gejala.
Periode ini mungkin berlangsung selama beberapa bulan atau juga tahun.
Kebanyakan pesakit gout mengalami serangan kedua dalam enam bulan
hingga 2 tahun serangan pertama. Pada tingkat terakhir (kronis), seranagn-
serangan gout menjadi sering dan poliartikular, yaitu serangan itu melibatkan
banyak sendi pada tiap waktu. Tofus- tofus juga tersedia didalam banyak
sendi. Dalam kasus gout kronis yang sudah parah, kerusakan ginjal,
hypertensi dan karang ginjal dapat juga terjadi.
2.3.3 Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan
purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan
hyperuricemia. Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :
1) Pembentukan asam urat yang berlebih.
a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karana penyakit lain, seperti leukemia.
2) Kurang asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal
ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,
misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
3) Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak
penting.
Tetapi beberapa kasus menunjukkan adanya hubungan dengan defek
genetik dalam metabolisme purin. Inkompletnya metabolisme purin
menyebabkan pembentukan kristal asam urat di dalam tubuh atau
menimbulkan over produksi asam urat. Over produksi asam urat ini dapat juga
terjadi secara sekunder akibat beberapa penyakit antara lain: Sickle cell
anemia, kanker maligna, penyakit ginjal.
Penurunan fungsi renal akibat penggunaan obat dalam waktu yang lama
(diuretik) dapat menyebabkan penurunan ekskresi asam urat dari
ginjal.Penyebab Gout dapat terjadi akibat hiperusemia yang di sebabkan oleh
diet yang ketat atau starpasi, asupan makanan kaya purin (terang-
terangan/jeron) yang berlebihan atau kelainan Herediter.

2.3.4 Patofisiologi
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan.
Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan
mengalami serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang
tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka
sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak
menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga
penderita terserang penyakit gout. Karena serangan pertama kali ini singkat
waktunya dan sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang urut dan
waktu sembuh menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan. Padahal,
tanpa diobati atau diurut pun serangan pertama kali ini akan hilang sendiri.
Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout
interkritikal. Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka
waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda.
Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata
berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan
seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout
atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan
penyakit gout.
Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten.
Setelah melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala,
penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang
khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang
jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin
rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang
terserang makin banyak.
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap
ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih.
Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang
berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium
urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di
sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan
mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam
darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase
secara berurutan.
1) Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,
jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal
urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai
macamprotein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil
untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
2) Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan
respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh
leukosit.
3) Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik
lisosom.
4) Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini
menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan
oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5) Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan
jaringan.

2.3.5 Manifestasi Klinis


Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan
pembengkakan pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang sering
terkena adalah persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki. Beberapa sendi
lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari
tangan, dan siku. Pada serangan akut penderita gout dapat menimbulkan
gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya bertahan berjam-jam sampai
seharian, dengan atau tanpa pengobatan. Seiring berjalannya waktu serangan
artritis gout akan timbul lebih sering dan lebih lama.
Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu
ginjal.
Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras tidak nyeri
disekitar sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di sekitar jari
tangan, di ujung siku dan sekitar ibu jari kaki, selain itu dapat ditemukan juga
pada daun telinga, tendon achiles (daerah belakang pergelangan kaki)
dan pita suara (sangat jarang terjadi).
Secara klinis ditandai dengan adnya artritis, tofi dan batu ginjal. Yang
penting diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa.
Yang menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal
monosodium urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh
sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah-daerah telinga,siku,lutut,dorsum
pedis,dekat tendo Achilles pada metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya.
Pada telinga misalnya karena permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah
tertiup angin,kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi.
Demikian pula di dorsum pedis,kalkaneus karena sering tertekan oleh sepatu.
Tofi itu sendiri terdiri dari kristal-kristal urat yang dikelilingi oleh benda-
benda asing yang meradang termasuk sel-sel raksasa. Serangan sering kali
terjadi pada malam hari. Biasanya sehari sebelumnya pasien tampak segar
bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun oleh rasa sakit yang
hebat sekali. Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu
jari sebelah dalam,disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak,
kemerahan dan nyeri ,nyeri sekali bila sentuh. Rasa nyeri berlangsung
beberapa hari sampai satu minggu,lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri
tidak sakit,tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat
predileksi kedua untuk serangan ini. Tofi merupakan penimbunan asm urat
yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia,tulang rawan,bursa dan jaringan
lunak. Sering timbul ditulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini
merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah
serangan artritis akut pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:
1) Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis
2) Nefrolitiasis karena endapan asam urat
3) Pielonefritis kronis
4) Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi
Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam
darah tanpa adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimtomatik.
Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya karena
menjadi faktor resiko dikemudian hari dan kemungkinan terbentuknya batu
urat diginjal.

2.3.6 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajin fungsi muskuluskletal dapat
menunjukan :
1) Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
2) Tofi dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.
3) Laporan episode serangan gout\
2.3.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan
ekskresi.
2) Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama
serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam
batas normal yaitu 5000 – 10.000/mm3.
3) Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat
di persendian.
4) Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan
asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam
asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level
asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan
serum asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin
dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet
purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet
bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
5) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang
tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
6) Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan
tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang
yang berada di bawah sinavial sendi.
2.3.8 Penatalaksanaan Medis
1) Fase akut
Obat yang digunakan :
a. Colchicine (0,6 mg)
Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk
mengobati serangangout akut, dan unluk mencegah serangan gout
Akut di kemudian hari. Obat ini jugadapat digunakan sebagai sarana
diagnosis.Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5mg setiap jam,
sampai gejala-gejala serangan Akut dapat dikurangi atau kalau
ternyata dari berat pasien bersangkutan. Beberapa pasien mengalami
rasa mual yang hebat,muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan
ini pemberian obat harus dihentikan.
b. Fenilbutazon.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk
mengobati artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan
efek samping, maka kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan.
Indometasin juga cukup efektif.
c. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
2) Dilakukan pembedahan
Jika ada tofi yang sudah mengganggu gerakan sendi,karena tofi tersebut sudah
terlalu besar.
3) Obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi pencegahan
seperti:
Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis 100-400 mg
perhari dapat menurunkan kadar asam urat
serum. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya
mereka dapat menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan
dengan dernikian meningkatkan ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam
urat serum berguna untuk menentukan etektivitas suatu terapi.

2.3.8 Penatalaksanaan Keperawatan


1) Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
2) Tirah baring
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.\

2.4 Konsep Osteosarkoma


2.4.1 Pengertian Osteosarkoma
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah tumor maligna
yang berada pada tulang dan merupakan tumor tulang primer maligna
yang paling sering dan paling fatal. Osteosarkoma atau osteogenik sarkoma
ini dipergunakan bukan karna tumor membentuk tulang, tetapi karena
pembentukan tumor ini berasal dari sel osteblastik dari sel-sel mesenkim
primitif. Tumor ini merupakan tumor yang sangat ganas, menyebar secara
cepat pada periostium dan jaringan ikat diluarnya.
Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang dimana
lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growthplate) yang sangat aktif; yaitu
pada distal fermur, proksimal tibia dan fibula,proksial humerus, dan pelvis.
Pada orangtua dengan umur di atas 50 tahun, osteosarkoma dapat terjadi
akibat degenerasi ganas dari penyakit paget, dengan prognosis sangat jelek.

2.4.2 Etiopatogenesis
Penyebab osteosarkoma masih belum jelas diketahui. Adanya
hubungan kekeluargaan menjadi suatu predisposisi, begitu pula adanya
hereditery retinoblastoma. Agen virus dapat menimbulkan osteosarkoma
pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab
langsung osteosarkoma. Dua tumor suppresior gene yang berperan secara
signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma, yaitu protein p53
(kromosom 17) dan Rb (kromosom 13)
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis
osteosarkoma, dimana dapat mulai tumbuh di dalam tulang atau permukaan
tulang dan berlanjut sampai jaringan lunak sekitar tulang. Epifisi dan
tulang rawan sendi bertindak sebagai berier pertumbuhan tumor ke dalam
sendi.
Osteosarkoma mengadakan metasis secara metastasis secara
hematogen, paling sering ke paru atau tulang lainnya dan didapatkan
sekitar 15-20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan.
2.4.5 Stadium Osteosarkoma
Sesuai dengan Enneking system, maka tingkatan dari osteosarkoma adalah
sebagai berikut:
1) Stadium tumor rendah, intracompartmental-I-A.
2) Stadium tumor rendah, extracompartmental-I-B.
3) Stadium tumor tinggi, intracompartmental-II-A.
4) Stadium tumor tinggi, extracompartmental-II-B.
5) Tumor dengan metastasis-III
2.4.6 Manifestasi Klinik

Osteosarkoma sering terdapat didaerah lutut pada anak-anak dan dewasa


muda, terbanyak pada distal dari femur.

Sangat jarang ditemukan pada tulang-tulang kecil dikaki maupun di tangan,


begitu juga pada kolumna vertebaralis. Apabila terdapat pada kaki biasanya
mengenai tulang besar pada kaki bagian belakang yaitu tulang talus dari
kalkaenus, dengan prognosis yang lebih jelek. Sering didapatkan adanya
riwayat adanya fraktur patologis.

Pada anamnesis, keluhan utama yang paling muncul adalah nyeri,


deformasi, dan hambatan mobilitas fisik. Kondisi dari keluhan dirasakan
secara perlahan-lahan disertai adanya nyeri pada sekitar lesi dan kesulitan
dalam menggerakkan ekstermitas yang terlibat. Keluhan nyeri makin lama
makin berat sampai klien terbangun saat tidur karena adanya nyeri.

Keluhan biasanya sudah ada 3 bulan sebelumnya dan sering kali


dihubungkan dengan trauma. Terdapat benjolan pada daerah dekat sendi yang
sering kali sangat besar, nyeri tekan dan tampak tampak pelebaran pembuluh
darah pada kulit dipermukaannya. Tidak jarang menimbulkan efusi pada sendi
yang berdekatan. Sering juga ditemukan adanya patah tulang patologis.
Pada pengkajian regional biasanya akan didapatkan tanda dan keluhan
seperti berikut ini.

Look : terlihat adanya nyeri (kesakitan), pembesaran jaringan dan tanda


tanda peradangan.

Adanya nyeri menunjukan tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke
jaringan sekitarnya, paerdarahan, atau degenerasi.

Pembesaran. Penting untuk diperiksa letak pembesaran, jumlah


benjolan/pembesaran jaringan, dan seberapa diameter ukuran dari
benjolan/pembesaran jaringan tersebut.

Tanda-tanda peradangan seperti kemerahan pada sisi lesi, pembengkakan atau


benjolan pada sisi lesi yang tidak jelas dan tidak mudah bergerak, palpasi
hangat pada pusat lesi secara lokal, keluhan nyeri dan penurunan fungsi
pergerakan ekstermitas yang terlihat baik bagian distal maupun proksimal.

Pembentukan neovaskularisasi pada kulit atas lesi tumor dengan tanda


terlihatnya gambaran vena-vena pada permukaan dari massa.

Feel : keluhan nyeri tekan, jaringan tumor mudah bergerak atau masih bisa
digerakkan dan tumor ganas jaringan biasanya tidak mudah digerakkan
atau bersifat kaku dan tidak bergerak.

Move : keterbatasan pergerakkan dan kelemahan fisik. Keterbatasan


pergerakkan berhubungan dengan penurunan rentang gerak. Gangguan ini
biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri dan makin besarnya benjolan/pembengkakan
pada klien.
2.4.7 Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan alkaline phosphatase


dan lactic dehydroganase, yang mana ini dihubungkan dengan kepastian
diagnosis dan prognosis dari osteosarkoma tersebut.

2) Radiodiagnosis
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan
keganasan relatif dari tumor tulang. Gambaran tepi lesi yang tidak tegas
menandakan bahwa ada proses invasi yang agresif pada derah metafise
tulang panjang. Rusaknya gambaran trabekule tulang dengan batas yang
tidak tegas tanpa reaksi endoosteal.
Tampak juga campuran area radioofak dan radiolusen, oleh karena
adanyaproses destruksi tulang (bone destruction) dan proses pembentukan
tulang (bone formation).
CT scan dan MRI dilakukan untuk mendeteksi adanya ekstensi dari tumor
ke jaringan sekitarnya, termasuk juga pada jaringan neurovaskular atau
invasinya pada jaringan otot.
3) Pemeriksaan biopsi

Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle


aspiration/FNA) dengan melakukan sitodiagnosis, merupakan salah satu
diagnosis pada tumor. Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan
operatif.

2.4.8 Penatalaksanaan
1) Konservatif. Penanganan kanker tulang metasis adalah paliatif, dan
sasaran teraupetiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan
klien sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan
metode yang digunakan untuk menangani kanker asal. Fiksasi interna
profilaksasi. Pembedahan dapat diindikasikan pada fraktur tulang
panjang. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan yang dilakukan
meliputi hidrasi dengan pemberian cairan salin normal intravena,
diuretika, mobilisasi, dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin,
kalsitonin, atau kortikosteroid.
2) Kemotrapi. Merupakan suatu penatalaksanaan tambahan pada tumor
ganas tulang dan jaringan lunak. Obat-obatan yang dipergunakan
adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, dan
sisplatinum. Pemberian kemoterapi biasanya dilakukan pada
pre/pascaoperasi.
3) Radioterapi. Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu acara
untuk eradikasi tumor-tumor ganas yang radiosensitif dan dapat juga
sebagai penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi dilakukan.
Kombinasi radioterapi dapat pula diberikan bersama-sama dengan
kemoterapi. Radioterapi dilakukan pada keadaan-keadaan yang dapat
dioperasi, misal adanya metastasis atau keadaan lokal yang tidak
memungkinkan untuk tindakan operasi.
4) Intervensi bedah. Oleh karena adanya metastasis pada tumor maligna,
maka kombinasi kemoterapi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah
pembedahan sebagai usaha mengeradikasi lesi mikrometastasi.
Harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang
lebih tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil
menurunkan kemugkinan resistensi terhadap obat.
5) Operasi radikal. Operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi luas
ditambah dengan pengeluaran seluruh tulang, serta sendi dan jaringan
sebagai satu bagian yang utuh. Cara ini biasanya berupa amputasi
anggota gerak diatasnya dan disertai pengeluaran sendi diatasnya.
2.5 Konsep Fraktur
2.5.1 Pengertian Fraktur
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang
rawan baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum,
fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau
tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada
fraktur tidak lengkap melibatkan seluruh ketebalan tulang. Pada beberapa
keadaan trauma muskuloskeletal, fraktur dan dislokasi terjadi bersamaan.
Hal ini terjadi apabila disamping kehilangan hubungan yang normal antara
kedua permukaan tulang disertai pada fraktur persendian tersebut.
2.5.2 Proses Fraktur
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami fraktur,
pemeriksa parlu mengenal anatomi dan fisiologi tulang sehingga pemeriksa
mampu lebih jauh mengenal leadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang
dapat menyebabkan tulang patah. Pada beberapa keadaan, kebanyakan
proses fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanaan terutama
tekanan membongkok, memutar, dan tarika. Trauma muskuloskeletal yang
bisa menjadi fraktur dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma
tidak langsung.

Trauma Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang


langsung dan terjadi daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komunikatif dan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan.
Trauma tidakTrauma tidak langsung merupakan suatu dihantarkan ke
langsung daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya,
jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur
pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak
tetap utuh.

Fraktur juga bisa terjadi akibat adanya tekanan yang berlebih dibandingkan
kemampuan tulang dalam menahan tekanan. Tekanan yang terjadi akibat pada
tulang dapat berupa hal-hal berikut:

1) Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik


2) Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur tranversal
3) Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi,
dislokasi atau fraktur dislokasi
4) Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah,
misalnya pada badan vertebrata, talus, atau fraktur buckle pada anak-anak
5) Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan
menyebabkan fraktur oblik , atau fraktur Z
6) Fraktur remuk (brust fracture)
7) Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendon akan menarik sebagian
tulang
2.5.3 Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab, klasifikasi
jenis,klasifikasi klinis dan klasifikasi radiologis.
 Klasifikasi penyebab
1) Klasifikasi traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tida-tiba mengenai tulang dengan
kekuatan yang besar. Tulang tidak nmampu memahan trauma
tersebut sehingga terjadi fraktur.
2) Fraktur patologis
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis didalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-
daerah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses
patologis lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunan
densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam
ini adalah tumor, baik primer mauopun metastasis
3) Fraktur stres
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.
 Klasifikasi Jenis Fraktur
Klasifikasi jenis fraktur dapat dilihat pada gambat 2.5. berbagai jenis fraktur
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Fraktur terbuka
2) Fraktur tertutup
3) Fraktur kompresi
4) Fraktur stres
5) Frakutr avulasi
6) Greenstick Fractue (fraktur lentuk atau salah satubtulang patah
sedang sisi lainnya membengkok)
7) Fraktur tranversal
8) Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen)
9) Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk kedalam tulang
lainnya
 Klasifikasi klinik
Manifestasi dari kelainan akibat trauma pada tulang bervariasi. Klinis yang
didapatkan akan memberikan gambaran pada kelainan tulang. Secara
umum keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
1) Fraktur tertutup (vlose fractur)
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh
fragmentulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan
atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
2) Fraktur terbuka (open fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari
dalam (from within) atau dari luar (from without).
3) Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adlah fraktur yang disertai dengan
komplikasimisalnya mal-union, delayed union, non-union serta infeksi
tulang.
 Klasifikasi Radiologis
Klasifikasi fraktur berdasarkan penilaian radiologis yaitu penilaian
lokalisasi/letak fraktur, meliputi: diafisial, intraartikular, dan fraktur dengan
dislokasi. Estimasi penilaian pada konfigurasi atau sudut patah dari suatu
fraktur dapat dibedakan sesuai dengan Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi radiologi berdasarkan sudut patah
Jenis Deskripsi Radiologis

Fraktur tranversal adalah fraktur yang garis


Fraktur
patahnya tegak lurus terhadap sumbu
Tranversal
panjang tulang. Pada fraktur semacam ini,
segmen-segmen tulang yang patah
direposisi atau direduksi kembali ke
tempatnya semula, dan biasanya dikontrol
dengan gips.
Fraktur komunitif adalah serpihan-seroihan
Fraktur
atau terputusnya keutuhan jaringan dimana
Komunitif
terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis
Fraktur Oblik
patahnya membentuk sudut terhadap
tulang. Fraktur ini stabil dan sulit
diperbaiki.
Fraktur segmental adalah dua fraktur
Fraktur
berdekatan pada satu tulang yang
Segmental
menyebabkan terpisahnya segmen sentral
dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini
sulit ditangani. Biasanya, satu ujung yang
tidak memiliki pembuluh darah akan sulit
sembuh dan mungkin memerlukan
pengobatan secara bedah.
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi. Fraktur
Fraktur Impaksi
kompresi terjadi katika dua tulang
menumbuk tulang yang berbeda
diantaranya, seperti satu vertebra dengan
dua bertebra lainnya (sering disebut
dengan brust facture). Fraktur bpada
korpus vertebra ini dapat didiagnosis
dengan radiogram. Pandangan lateral dari
tulang punggung menunjukkan
pengurangan tinggi vertikal dan sedikit
membentuk sudut pada satu atau beberapa
vertebra.
Fraktur spiral timbul akibat torsi pada
Fraktur Spiral
ekstermitas. Fratur-fraktur ini khas pada
cedera terputar sampai tulang patah. Yang
menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah
energi ini hanya menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak dan cenderung
cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

2.5.4 Penyembuhan Fraktur


Terdapat beberapa faktor yang bisa menentukan lama penyembuhan
fraktur (Tabel 2.3). setiap fraktur akan memberikan pengaruh penting
terhadap proses penyembuhan . faktor yang bisa menurunkan proses
penyembuhan fraktur pada pasien harus sebagai parameter dasar untuk
pemberian intervensi selanjutnya yang lebih komprehensif. Penyembuhan
fraktur berkisar antara tiga minggu sampai empat bulan. Waktu
penyembuhan pada anak secara kasar separuh waktu penyembuhan
daripada dewasa.

Tabel 2.3 Faktor-faktor penyembuhan fraktur

Faktor Deskripsi

Waktu penyembuhan tulang papda anak-anak jauh lebih cepat


Umum penderita
daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena
aktivitas proses osteogenesis pada periosteum dan
endosteum, serta proses remodeling tulang. Pada bayi
proses penyembuhan sangat cepat dan aktif, namun
kemampuan ini makin berkurang apabila umur bertambah.

Lokalisasi fraktur memegang peranan penting. Fraktur


Lokasi dan konfigurasi
metafisis penyembuhannya lebih cepat daripada diafisis.
fraktur
Disamping itu konfigurasi fraktur seperti fraktur tranversal
lebih lambat penyembuhannya dibandingkan dengan
fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.

Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum tidak


Pergeseran awal
bergeser, maka maka penyembuhan dua kali lebih cepat
fraktur
dibandingkan pada fraktur yang bergeser.

Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik,


Vaskularisasi pada
maka penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Namun,
kedua fragmen
apabila salah satu sisi fraktur vaskularisasi buruk, maka
akan menghambat atau bahkan tidak terjadi tautan yang
dikenal dengan noon-union

Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk


Reduksi serta
vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk aslinya.
imobilisasi
Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan
kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu dalam
penyembuhan fraktur.

Jika imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan


Waktu imobilisasi
terjadi tautan (union), maka kemungkinan terjadinya non-
union sangat besar.

Jika ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteum


Ruangan diantara
maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan
kedua fragmen
menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
serta interposisi
oleh jaringan lunak
Infeksi dan keganasan akan memperpanjang proses inflamasi
Faktor adanya infeksi
lokal yang akan menghambat proses penyembuhan dari
dan keganasan
fraktur.
lokal
Pada persendian, dimana terdapat cairan sinovia, merupakan
Caitan sinovia
hambatan dalam penyembuhan fraktur.

Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak dan meningkatkan


Gerakan aktif
dan
vaskularisasi daerah fraktur, tetapi gerakan yang dilakukan
pasif pada anggota
pada daerah fraktru tanpa imobilisasi yang baik juga akan
gerak
mengganggu vaskularisasi.

Asuhan nutrisi yang optimal dapat memberikan suplai


Nutrisi
kebutuhan protein untuk proses perbaikan. Pertumbuhan
tulang menjadi lebih dinamis bila ditunjang dengan asupan
nutrisi yang optimal.

Vitamin D memenuhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin D


Vitamin D
dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi tulang
seperti yang terlihat pada kadar hormon paratiroid yang
tinggi. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit akan
membantu klasifikasi tulang (membantu kerja hormon
paratiroid), antara lain dengan meningkatkan absorpsi
kalsium dan fosfat oleh usus halus.

2.5.5 Komplikasi Fraktur


Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan komplikasi
lama.
 Komplikasi Awal
1) Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Hal ini biasanya terkjadi pada fraktur. Pada
beberapa kondisi tertentu, syok neurogenik sering terjadi pada
fraktur femur karena rasa sakit yang hebat pada pasien.
2) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh: tidak adanya
nadi; CRT (Capillary Refill Time)menurun; sianosis bagian distal;
hematoma yang lebar; serta dingin pada ektermitas yang disebabkan
oleh tindakan emergensi pembidaian, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.
3) Sindrom kompartemen
Sindrom komparetemen adalah suatu kondisi dimana terjadi
terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh darah dalam jaringan
perut akibat suatu pembengkakan dari edema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf dan pembuluh darah. Kondisi sindrom
kompartemen akibat komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur
yang dekat dengan persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah
tulang. Tanda khas untuk sindrom kompartemen adalah SO, yaitu
pain (nyeri lokal), parsentesia (tanda ada sensai) dan pulsesessness
(tidak ada denyut nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak baik, dan
CRT >3 detik pada bagian distal kaki).
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma ortopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan
masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan kain dalam
pembedahan seperti pin (ORIF dan OREF) atau plat.
5) Avaskular nekrosis
Avaskular nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusuk atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkkamn’s Ischemia.
6) Sindrom emboli lemak
Sindrom emboli lemak (fat embolism syndrom – FES) adalah
komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktru tulang
panjang, FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan sumsum
tulang kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernapasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.

Tanda-tanda Sindrom Kompartemen 5P

Pain (nyeri lokal),

Paralysis (kelumpuhan tungkai),

Pallor (pucat bagian distal),

Parestesia (tidak ada sensai),

Pulsesessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi,


perfusi yang tidak baik dan CRT >3 detik pada bagian
distal kaki.

 Komplikasi Lama
1) Delayed Union
Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk sembuh atau
tersambung dengan baik. Ini disebabkan karena penurunan suplai
darah ke tulang. Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh
setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas
dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
2) Non-union
Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu
antara 6-8 bulan dan tidak terjadi konsolidasi sehingga terdapat
pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa
tanpa infeksi dapat juga terjadi bersama infeksi yang disebut
sebagai infected pseudoarthrosis.
3) Mal-union
Mal-union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada
saatnya, tatapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi,
virus/valgus, pemendekan, atau menyilang, misalnya pada fraktur
radius-ulsna.
2.6 Konsep multititple myloma
2.6.1 Definisi
Multiple myeloma, juga dikenal sebagai myeloma, adalah jenis
kanker sumsum tulang. Sumsum tulang adalah jaringan sepon di
pusat beberapa tulang yang menghasilkan sel darah tubuh. Ini disebut
multiple myeloma karena kanker sering menyerang beberapa area
tubuh, seperti tulang belakang, tengkorak, panggul, dan tulang rusuk.
2.6.2 Gejala multiple myeloma
Pada tahap awal, myeloma mungkin tidak menyebabkan gejala
apa pun. Seringkali hanya dicurigai atau didiagnosis setelah tes darah
atau urin rutin.
 Akhirnya, myeloma menyebabkan berbagai masalah,
termasuk: sakit tumpul yang persisten atau daerah yang terasa
nyeri di tulang Anda
 tulang lemah yang mudah patah (patah) kelelahan, kelemahan
dan sesak napas - disebabkan oleh anemia
 infeksi berulang
 masalah ginjal
 pendarahan memar dan tidak biasa seperti mimisan, gusi
berdarah tapi itu jarang terjadi
 Myeloma biasanya tidak menyebabkan benjolan atau tumor.
Sebaliknya, itu merusak tulang dan mempengaruhi produksi
sel darah yang sehat.

2.7 konsep Amputasi


2.7.1 definisi amputasi
Amputasi merupakan proses pemisahan (pemotongan) ekstremitas
dari tubuh. Proses yang drastic ini selalu menjadi upaya terakhir,
ketika seluruh tindakan untuk mendorong pemulihan atau
mengembalikan aliran darah ke ekstermitas telah gagal. Amputasi
dilakukan pada area paling distal yang akan pulih dan seluruh upaya
dilakukan untuk mempertahankan sendi sehingga gaya berjalan
pasien akan lebih normal dan sedikit kecatatan.
2.7.2 Penyebab Dan Rasional
Setiap kondisi yang menyebabkan iskemia pada ekstermitas
dapat mengakibatkan kematian otot dan sel tulang, nekrosis dan
berakibat gangren, serta cedera traumatic, yang dapat mengganggu
kehidupan dan ekstermitas sehingga memerlukan amputasi:
1) Komplikasi gips: jika gips dipasang terlalu ketat untuk
memungkinkan pembengkakan jaringan, atau cekungan yang
memberi tekanan pada saraf dan pembuluh darah sehingga
memotong sirkulasi.
2) Sindrom kompartemen, yang tidak teratasi pada saat yang
tepat, menyebabkan anoksia jaringan.
3) Kerusakan vascular, seperti yang terjadi pada diabetes, yaitu
aliran darah distal terganggu.
4) Penyakit vascular perifer (peripheral vascular disease, PVD)
5) Penyumbatan arteri akibat tromboemboli atau emboli lemak,
yang menghentikan aliran darah secara total ke ekstermitas.
6) Pemulihan luka yang buruk akibat kerusakan vascular,
penurunan suplai oksigen, dan nutrient untuk memdukung
pemulihan.
7) Sakit yang mengancam jiwa, seperti kanker tulang, atau
penyakit yang menggerogoti daging (fasiitis nekrotik yang
disebabkan oleh bakteri).
8) Trauma : Cedera remuk yang menghancurkan jaringan dan
tidak dapat diperbaiki serta amputasi traumatik, yaitu
ekstermitas terpisah pada saat cedera.
2.7.3 Pemeriksaan
Setiap pemeriksaan berikut dapat diindentifikasikan untuk pasien
yang mengalami PVD :
1) Tes Allen (untuk mendeteksi ketidak adekuatan arteri di tangan)
2) Angiografi (visualisasi radiografi pembuluh darah menggubakan zat
warna radiopaque) untuk mengidentifikasikan penyumbatan arteri
3) Angkle branchial indeks (ABI)membandingkan tekana darah sistolik
dengan tekanan darah sistolik pada ekstraminitas yang sakit.
4) Pemeriksaan aliran doopler CW (continuous wave)mengkaji aliran
darah melalui pembulih darah
5) Sinar - X dapat mengidentifikasikan keberadaan atau ketiadaan beda
asing, osteomeolitis, gas di dalam jaringan lunak, penyebaran proses
penyakit ke tulang/ sendi sekitarnya.
6) Ultrasonografi Duplex untuk mengukur kecepatan aliran darah.
7) Pemindain CT dengan kontras atau MRI dapat mendiagnosis abses
yang secara klinis tidak tampak
2.7.4 Tanda Dan Gejala Serta Rasional
Pasien dapat mengalami cedera mulyiple selain cedera remuk
ekstamitas dengan seluruh system vascular hancur, atau amputasi
traumatik yang mendadak
1) Syok hipovolekik dapat terjadi , yang ditandai dengan hipotensi ,
takikardi, kulit lembab dan dingin, serta perasaan akan terjadi masalah
2) Horror, ketakuran, ansietas,merupakan respon psikologis terhadap
amputasi traumatic,terurama ketika ekstramintas yang rusak dan terpotong
menyertai pasien ke rumah sakit
3) Penyangkalan merupakan kondisi yang lazim ketika mendapat berita
bahawa amputasi adaah pilihan yang direkomendasikan
4) pasien yang lebih lazim mengalami amputasi pembedahan adalah pasien
diabetic dengan ulserasi yang telah mengalami infeksi
5) Penurunan atau tidak adanya pedal
6) Nekrosis yang tampak atau berbau tidak sedap
7) Lesi ganggren atau jari kaki yang hitam dan keras (ganggren hitam )\
8) Keterlibatan jaringan lunak dan tulang tampak menyerupai cekungan
dalam dengan tendon, kapsul sendi, atau tulag tampak dari luar
9) Ulkus dapat tersamarkan dari pembentukan kalus yang tebal diatasnya
10) Area di antara jari tangan dan jari kaki dapat memiliki jaringan
hiperkeratotik yang tebal dan padat
11) Nyeri mungkin tidak dirasakan karena neuropati perifer ekstensif
12) Jika pasien mengalami neuropati dan nyeri mungkin terjadi abses dalam
atau infeksi yang mendasar
13) Respon sistemik tehadap infeksi ekstamitas dapat meliputi adanya :
14) Menggigildan dan demam
15) Mual dan muntah
16) Malaise
17) Hipotensi dan takikardi
18) Hiperglikemia yang tidak dapat dijelaskan (tidak berkaitan dengan diet
perubahan dalam tingkat aktivitas dan sebagainya )
2.7.5 Hal Yang Membahayakan Pasien
Ketika pasien diabetik yang mengalami gangguan imun dating
dengan ekstremitas yang terinfeksi, pasien dapat mengalami
komplikasi yang mengancam jiwa dan ekstremitas:
1) Sepsis yang menyebabkan ketidakstabilan metabolic dan syok sepsis
2) Fasiitis nekrotik
3) Gangrene gas
4) Selulitis asending
5) Osteomyelitis
6) Sindrom kompartemen
7) Hemoragi sekunder akibat pemotongan pembuluh darah besar.
8) Infeksi dari kontaminasi luka setelah trauma
9) Nyeri fantom pada ekstremitas sekunder akibat pemotongan saraf
perifer.
10) Kontraktur sendi karena deformitas fleksi dan posisi protektif akibat
nyeri tidak digunakan.
11) Ulkus decubitus yang disebabkan oleh kondisi prosthesis yang tidak
terpasang dengan pas atau tidak tepat.
12) Maladaptasi psikososial dapat terjadi karena adanya/ketidakefektifan
intervensi krisis pada saat trauma, atau tidak adanya atau tertundanya
berduka.

2.7.6 Intervensi Dan Rasional

Perawat yang merawat pasien amputasu traumatik harus bertindak dengan


cepat untuk membatasi aliran darah :

 Tetap tenang ketika memberi bantuan pertana karena tindaka tersebt dapat
membantu menenangkan korban.
 Kaji jalan napas dan pernapasan untuk mengetahui apakah ada masalah
yang lebih akut, danselanjutnya berikan tekanan yang tegas dan langsung,
dengan lapisan balutan kering pada ekstremitas residual.
 Berikan tekanan pada arteri di atas ekstremitas yang mengalami
perdarahan jika tekanan langsung tidak menghentika perdarahan.
 Tetap tahan balutan yang kotor dengan menggunakan lebih banyak
balutan kering, tetapi jangan angkat balutan yang jenuh agar tidak
melepaskan bekuan yang telah terbentuk.
 Pasang pembungkus kompresi elastrik atau kembangkan manset tekanan
darah di atas ekstremitas yang diamputasi jika tekanan langsung tidak
mengehntikan perdarahan.
 Bersiap untuk memasang torniket sebgai upaya terakhir jika metode
sebelumnya tidak ada yang efektif menghentikan perdarahan.
 Periksa tanda-tanda vital sambil mengumpulkan informasi mengenai
setiap kondisi kesehatan atau pengobatan yang dapat meningkatkan
perdarahan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Fraktur

a. Pengkajian
- Aktivitas/ Istirahat
Tanda : Keterbatasan gerak/ kehilangan fungsi motorik pada bagian yang
terkena (dapat segera atau sekunder, akibat pembengkakan/ nyeri)
- Sirkulasi
Tanda :
 Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/
ansietas)atau hipotensi (hipovolemia).
 Takikardia (respons stres, hipovolemia)
 Penurunan/ tak teraba nadi distal, pengisian kapiler lambat (capillary
refill), kulit dan kuku pucat/ sianotik
 Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera
- Neurosensori
Gejala : Hilang gerak/ sensasi, spasme otot
Kebas/ kesemutan (parestesi)

Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,


krepitasi, spasme otot, kelemahan/ hilang fungsi.

Agitasi berhubungan dengan nyeri, ansietas, trauma lain


- Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/ kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak
ada nyeri akibat kerusakan saraf.
Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi)
- Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, dan perubahan warna
kulit.
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

- Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ trauma, dan
jenis fraktur.
2. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI: memperlihatkan tingkat keparahan
fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan jaringa lunak.
3. Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskular.
4. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
multipel trauma). Peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal
setelah trauma.
5. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multipel atau cedera hati.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah ke
jaringan
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi
restriktif
5. Resiko infeksi b.d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasiv
6. Resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur)

c. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut NOC NIC
Definisi: Pengalaman sensori  Pain Level Pain Manajemen
dan emosional yang tidak  Pain control  Lakukan pengkajian
menyenangkan yang  Comfort level nyeri secara
muncul akibat kerusakanKriteria Hasil: komprehensif
jaringan yang aktual atau  Mampu mengontrol termasuk lokasi,
potensial atau nyeri (tahu karakteristik,
digambarkan dalam hal penyebab nyeri, durasi, frekuensi,
kerusakan sedemikian mampu kualitas dan faktor
rupa (International menggunakan presipitasi
Association for the Study tekhnik  Observasi reaksi
of Pain): awitan yang nonfarmakologi nonverbal dari
tiba-tiba atau lambat dari untuk mengurangi ketidaknyamanan
intensitas ringan hingga nyeri, mencari  Gunakan teknik
berat dengan akhir yang bantuan) komunikasi
dapat diantisipasi atau  Melaporkan bahwa terapeutik untuk
diprediksi dan nyeri berkurang mengetahui
berlangsung <6 bulan. dengan pengalaman nyeri
Batasan Karakteristik: menggunakan pasien
 Perubahan selera manajemen nyeri  Kaji kultur yang
makan  Mampu mengenali memengaruhi
 Perubahan tekanan nyeri (skala, respon nyeri
darah intensitas,  Evaluasi
 Perubahan frekuensi frekuensi, dan pengalaman nyeri
jantung tanda nyeri) masa lampau
 Perubahan frekuensi  Menyatakan rasa  Evaluasi bersama
pernapasan nyaman setelah pasien dan tim

 Laporan isyarat nyeri berkurang kesehatan lain

 Diaforesis tentang

 Perilaku distraksi ketidakefektifan

(misalnya; berjalan kontrol nyeri masa

mondar-mandir lampau

mencari orang lain  Bantu pasien dan

dan atau aktivitas keluarga untuk

lain, aktivitas yang mencari dan

berulang) menemukan

 Mengekspresikan dukungan

perilaku (misalnya;  Kontrol lingkungan

gelisah, merengek, yang dapat

menangis) memengaruhi nyeri

 Masker wajah seperti suhu

(misalnya; mata ruangan,

kurang bercahaya, pencahayaan dan

tampak kacau, kebisingan

gerakan mata  Kurangi faktor

berpancar atau tetap presipitasi nyeri

pada satu fokus  Pilih dan lakukan

meringis) penaganan nyeri

 Sikap melindungi area (farmakologi, non

nyeri farmakologi dan


 Fokus menyempit interpersonal)
(misalnya; gangguan  Kaji tipe dan
persepsi nyeri, sumber nyeri untuk
hambatan proses menentukan
berfikir, penurunan intervensi
interaksi dengan  Ajarkan tentang
orang dan teknik non
lingkungan) farmakologi
 Indikasi nyeri yang  Berikan analgetik
dapat diamati untuk mengurangi
 Perubahan posisi nyeri
untuk menghindari  Evaluasi keefektifan
nyeri kontrol nyeri

 Sikap tubuh  Tingkatkan istirahat

melindungi  Kolaborasikan

 Dilatasi pupil dengan dokter jika

 Melaporkan nyeri ada keluhan dan

secara verbal tindakan nyeri tidak

 Gangguan tidur berhasil

Faktor yang berhubungan:  Monitor

 Agen cedera penerimaan pasien

(misalnya; biologis, tentang

zat kimia, fisik, manejemen nyeri

psikologis) Analgesic Administration


 Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih
dari satu
 Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
 Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala

2. Ketidakefektifan perfusi NOC NIC


jaringan perifer  Circulation status Peripheral Sensation
Definisi: penurunan sirkulasi  Tissue perfusion: Management
darah ke perifer yang cerebral (Manajemen sensasi
dapat mengganggu Kriteria Hasil: perifer)
kesehatan. Mendemonstrasikan  Monitor adanya
Batasan Karakteristik: status sirkulasi yang daerah tertentu
 Tidak ada nadi ditandai dengan: yang hanya peka
 Perubahan fungsi  Tekanan systole terhadap panas /
motorik dan diastole dalam dingin/ tajam/
 Perubahan rentang yang tumpul
karakteristik kulit diharapkan  Monitor adanya
(warna, elastisitas,  Tidak ada paretese
rambut, kelembapan, ortostatik  Instruksikan
kuku, sensasi, suhu) hipertensi keluarga untuk

 Indek ankle brakhial  Tidak ada tanda- mengobservasi

<0,90 tanda peningkatan kulit jika ada isi

 Perubahan tekanan tekanan atau laserasi

darah di ekstremitas intrakranial (tidak  Gunakan sarung

 Waktu pengisisan lebih dari tangan untuk

kapiler >3 detik 15mmHg) proteksi

 Klaudikasi Mendemonstrasikan  Batasi gerakan

 Warna tidak kembali kemampuan kognitif pada kepala, leher

ke tungkai saat yang ditandai dengan: dan punggung

tungkai diturunkan  Berkomunikasi  Monitor

 Kelambatan dengan jelas dan kemampuan BAB

penyembuhan luka sesuai dengan  Kolaborasi

perifer kemampuan pemberian


 Menunjukkan analgetik
 Penurunan nadi
perhatian,  Monitor adanya
 Edema
konsentrasi dan tromboplebitis
 Nyeri ekstremitas
orientasi  Diskusikan
 Bruit femoral
 Memproses mengenai
 Pemendekan jarak informasi penyebab
total yang ditempuh  Membuat perubahan sensasi
dalam uji berjalan keputusan dengan
enam menit benar
 Pemendekan jarak Menunjukkan fungsi
bebas nyeri yang sensori motori cranial
ditempuh dalam uji yang utuh: tingkat
berjalan enam menit kesadaran membaik,
 Perestesia tidak ada gerakan-

 Warna kulit pucat gerakan involunter

saat elevasi
Faktor yang Berhubungan:
 Kurang pengetahuan
tentang faktor
pemberat (misalnya;
merokok, gaya hidup
monoton, trauma,
obesitas, asupan
garam, imobilitas)
 Kurang pengetahuan
tentang proses
penyakit (misalnya;
diabetes,
hiperlipidemia)
 Diabetes melitus
 Hipertensi
 Gaya hidup monoton
 Merokok
3. Kerusakan integritas kulit NOC NIC
Definisi: Perubahan/  Tissue Integrity: Pressure Management
gangguan epidermis dan/ Skin and Mucous  Anjurkan pasien
atau dermis  Membranes untuk
Batasan karakteristik:  Hemodyalis akses menggunakan
 Kerusakan lapisan Kriteria Hasil: pakaian longgar
kulit (dermis)  Integritas kulit  Hindari kerutan
 Gangguan permukaan yang baik bisa pada tempat tidur
kulit (epidermis) dipertahankan  Jaga kebersihan
 Invasi struktur tubuh (sensasi, elastisitas, kulit agar tetap
Faktor yang berhubungan: temperatur, bersih dan kering
 Eksternal: hidrasi,  Mobilisasi pasien
- Zat kimia, Radiasi pigmentasi) (ubah posisi pasien)
- Usia yang ekstrim  Tidak ada luka/ lesi setiap dua jam
- Kelembapan pada kulit sekali
- Hipertermia,  Perfusi jaringan  Monitor kulit akan
Hipotermia baik adanya kemerahan
- Faktor mekanik  Menunjukkan  Oleskan lotion atau
(misalnya; gaya pemahaman dalam minyak/ baby oil
guntung, shearing proses perbaikan pada daerah yang
forces) kulit dan tertekan
- Medikasi mencegah  Monitor aktivitas
- Lembab terjadinya cedera dan mobilisasi
- Imobilitasi fisik berulang pasien
 Internal:  Mampu  Monitor status
- Perubahan status melindungi kulit nutrisi pasien
cairan dan  Memandikan
- Perubahan mempertahankan pasien dengan
pigmentasi kelembaban kulit sabun dan air
- Perubahan turgor dan perawatan hangat
- Faktor alami Insision site care
perkembangan  Membersihkan,
- Kondisi ketidak memantau dan
seimbangan meningkatkan
nutrisi (misalnya; proses
obesitas, emasiasi) penyembuhan pada
- Penurunan luka yang ditutup
imunologis dengan jahitan, klip
- Penurunan atau straples
sirkulasi  Monitor proses
- Kondisi gangguan kesembuhan area
metabolik insisi
- Gangguan sensasi  Monitor tanda dan
- Tonjolan tulang gejala infeksi pada
area insisi
 Bersikan area
sekitar jahitan atau
staples,
menggunakan lidi
kapas steril
 Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
 Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut)
sesuai program
Dialysis Acces
Maintenance
4. Hambatan mobilitas fisik NOC NIC
Definisi: Keterbatasan pada  Joint Movement: Exercise therapy:
pergerakan fisik tubuh Active ambulation
atau satu atau lebih  Mobility Level  Monitor vital sign
ekstremitas secara  Self care: ADLs sebelum/ sesudah
mandiri dan terarah.  Transfer latihan dan lihat
Batasan karakteristik: performance respon pasien saat
 Penurunan waktu Kriteria Hasil: latihan
reaksi  Klien meningkat  Konsultasikan
 Kesulitan membolak- dalam aktivitas dengan terapi fisik
balik posisi fisik tentang rencana
 Melakukan aktivitas  Mengerti tujuan ambulasi sesuai
lain sebagai dari peningkatan dengan kebutuhan
pengganti pergerakan mobilitas  Bantu klien untuk
(misalnya;  Memverbalisasikan menggunakan
meningkatkan perasaan dalam tongkat saat
perhatian pada meningkatkan berjalan dan cegah
aktivitas orang lain, kekuatan dan terhadap cedera
mengendalikan kemampuan  Ajarkan pasien atau
perilaku, fokus pada berpindah tenaga kesehatan
aktivitas sebelum  Memperagakan lain tentang teknik
sakit) penggunaan alat ambulasi

 Dispnea setelah  Bantu untuk  Kaji kemampuan

beraktivitas mobilisasi (walker) pasien dalam

 Perubahan cara mobilisasi

berjalan  Latih pasien dalam

 Gerakan bergetar pemenuhan


 Keterbatasan kebutuhan ADLs
kemampuan secara mandiri
melakukan sesuai kemampuan
keterampilan motorik  Dampingi dan bantu
halus pasien saat
 Keterbatasan mobilisasi dan bantu
kemampuan penuhi kebutuhan
melakukan ADLs ps
keterampilan motorik  Berikan alat bantu
kasar jika klien
 Keterbatasan rentang memerlukan
pergerakan sendi  Ajarkan pasien

 Tremor akibat bagaimana merubah

pergerakan posisi dan berikan

 Ketidakstabilan bantuan jika

postur diperlukan

 Pergerakan lambat
 Pergerakan tidak
terkoordinasi

Faktor yang berhubungan :


 Intoleransi aktivitas
 Perubahan
metabolisme selular
 Ansietas
 Indeks massa tubuh
diatas perentil ke-75
sesuai usia
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Kepercayaan budaya
tentang aktivitas
sesuai usia
 Fisik tidak bugar
 Penurunan
ketahanan tubuh
 Penurunan kendali
otot
 Penurunan massa
otot
 Malnutrisi
 Gangguan
muskuloskeletal
 Gangguan
neuromuskular,
Nyeri
 Agens obat
 Penurunan kekuatan
otot
 Kurang pengetahuan
tentang aktivitas fisik
 Keadaan mood
depresif
 Keterlambatan
perkembangan
 Ketidaknyamanan
 Disuse, Kaku sendi
 Kurang dukungan
lingkungan (misalnya;
fisik atau sosial)
 Keterbatasan
ketahanan
kardiovaskular
 Kerusakan integritas
struktur tulang
 Program pembatasan
gerak
 Keengganan memulai
pergerakan
 Gaya hidup monoton
 Gangguan sensori
perseptual
5. Resiko Infeksi NOC NIC
Definisi: Mengalami  Immune Status Infection Control (Kontrol
peningkatan resiko  Knowledge: Infeksi)
terserang organisme Infection control  Bersihkan
patogenik.  Risk control lingkungan setelah
Kriteria Hasil: dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko:  Klien bebas dari  Pertahankan teknik
 Penyakit kronis tanda dan gejala isolasi
- Diabetes melitus infeksi  Batasi pengunjung
- Obesitas  Mendeskripsikan bila perlu
 Pengetahuan yang proses penularan  Instruksikan pada
tidak cukup untuk penyakit, faktor pengunjung untuk
menghindari yang mencuci tangan saat
pemajanan patogen mempengaruhi berkunjung dan
 Pertahanan tubuh penularan serta setelah berkunjung
primer yang tidak penatalaksanaan menginggalkan
adekuat nya pasien
- Gangguan  Menunjukkan  Gunakan sabun
peritalsis kemampuan antimikroba untuk
- Kerusakan untuk mencegah cuci tangan
integritas kulit timbulnya infeksi  Cuci tangan setiap
(pemasangan  Jumlah leukosit sebelum dan
kateter intravena, dalam batas sesudah tindakan
prosedur invasif) normal keperawatan
- Perubahan sekresi  Menunjukkan  Gunakan baju,
pH perilaku hidup sarung tangan
- Penurunan kerja sehat sebagai alat
siliaris pelindung
- Pecah ketuban  Pertahankan
dini lingkungan aseptik
- Pecah ketuban selama pemasangan
lama alat
- Merokok  Ganti letak IV perifer
- Statis cairan dan line central dan
tubuh dressing sesuai
- Trauma jaringan dengan petunjuk
(misalnya; trauma umum
destruksi jaringan)  Gunakan kateter
 Ketidakadekuatan intermiten untuk
pertahanan sekunder menurunkan infeksi
- Penurunan kandung kemih
hemoglobin  Tingkatkan intake
- Imunosupresi nutrisi
(misalnya;  Berikan terapi
imunitas didapat antibiotik bila perlu
tidak adekuat, Infection Protection
agen (proteksi terhadap
farmaseutikal infeksi)
termasuk  Monitor tanda dan
imunosupresan, gejala infeksi
steroid, antibodi sistemik dan lokal
monoklonal,  Monitor hitung
imuno-mudulator) granulosit, WBC
- Supresi respon  Monitor kerentanan
inflamasi terhadap infeksi
 Vaksinasi tidak  Batasi pengunjung
adekuat  Sering pengunjung
 Pemajanan terhadap terhadap penyakit
patogen menular
 Lingkungan  Pertahankan teknik
meningkat asepsis pada pasien
- Wabah yang beresiko

 Prosedur invasif  Pertahankan teknik

 Malnutrisi isolasi k/p


 Berikan perawatan
kulit pada area
epidemia
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
 Inspeksi kondisi
luka/ insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur
positif
6. Resiko Syok NOC NIC
Definisi: Beresiko terhadap  Syok prevention Syok prevention
ketidakcukupan aliran  Syok management  Monitor status
darah ke jaringan tubuh,Kriteria Hasil: sirkulasi BP, warna
yang dapat  Nadi dalam batas kulit, suhu kulit,
mengakibatkan disfungsi yang diharapkan denyut jangtung,
seluler yang mengancam  Irama jantung HR, dan ritme, nadi
jiwa dalam batas yang perifer, dan kapiler
Faktor resiko: diharapkan refill
 Hipotensi  Frekuensi nafas  Monitor tanda
 Hipovolemi dalam batas yang inadekuat
 Hipoksemia diharapkan oksigenasi jaringan

 Hipoksia  Irama pernapasan  Monitor suhu dan

 Infeksi dalam batas yang pernapasan

 Sepsis diharapkan  Monitor input dan

 Sindrom respons  Natrium serum output

inflamasi sistemik dbn  Pantau nilai


 Kalium serum dbn laboratorium: HB,
 Klorida serum dbn HT, AGD, dan
 Kalsium serum dbn elektrolit
 Magnesium serum  Monitor
dbn hemodinamik invasi
 PH darah serum yang sesuai
dbn  Monitor tanda dan
Hidrasi gejala asites
Indikator:  Monitor tanda awal
 Mata cekung tidak syok
ditemukan  Tempatkan pasien
 Demam tidak pada posisi supine,
ditemukan kaki elevasi untuk
 TD dbn peningkatan
 Hematokrit DBN preload dengan
tepat
 Lihat dan pelihara
kepatenan jalan
napas
 Berikan cairan IV
dan atau oral yang
tepat
 Berikan vasodilator
yang tepat
 Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok
 Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
langkah untuk
mengatasi gejala
syok
Syok management
 Monitor fungsi
neurologis
 Monitor fungsi
renal (e.g BUN dan
Cr Lavel)
 Monitor tekanan
nadi
 Monitor status
cairan, input output
 Catat gas darah
arteri dan oksigen
di jaringan
 Monitor EKG, sesuai
 Memanfaatkan
pamantauan jalur
arteri untuk
meningkatkan
akurasi pembacaan
tekanan darah,
sesuai
 Menggambar gas
darah arteri dan
memonitor jaringan
oksigenasi
 Memantau tren
dalam parameter
hemodinamik
(misalnya; CVP,
MAP, tekanan
kapiler pulmonal/
arteri)
 Memantau faktor
penentu
pengiriman jaringan
oksigen (misalnya;
PaO2 kadar
hemoglobin SaO2,
CO), jika tersedia
 Memantau tingkat
karbon dioksida
sublingual dan/
atau tonometry
lambung, sesuai
 Memonitor gejala
gagal pernapasan
(misalnya; rendah
PaO2 peningkatan
PaCO2 tingkat,
kelelahan otot
pernapasan)
 Monitor nilai
laboratorium
(misalnya; CBC
dengan diferensial)
koagulasi profil,
ABC, tingkat laktat,
budaya, dan profil
kimia)
 Masukkan dan
memelihara
besarnya
kebosanan akses IV

A. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteoporosis


a. Pengkajian
Dasar pengkajian keperawatan meliputi promosi kesehatan, identifikasi
individu dengan risiko mengalami osteoporosis, dan penemuan masalah yang
berhubungan dengan osteoporosis. Wawancara meliputi pertanyaan mengenai
terjadinya osteoporosis dalam keluarga, terjadi fraktur sebelumnya, diet
konsumsi kalsium harian, pola aktivitas latihan harian, awitan menopause,
penggunaan obat kortikosteroid, asupan alkohol, rokok, dan kafein. Perawat
perlu mengkaji gejala yang dialami klien, seperti sakit pinggang, konstipasi, dan
gangguan citra diri.
Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya fraktur, kifosis vertebra
torakalis atau pengurangan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan
dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Inaktivitas dapat
menyebabkan terjadinya konstipasi.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d fraktur dan spasme otot
2. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuluskeletal
3. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan muskuluskeletal, penurunan kekuatan
otot
4. Defisiensi pengetahuan b.d proses osteoporosis dan program terapi
5. Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan (osteoporosis)
6. Resiko jatuh b.d penurunan aktivitas dan kekuatan otot

c. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri akut NOC NIC
Definisi: Pengalaman  Pain Level Pain Manajemen
 Pain control
sensori dan emosional  Lakukan
 Comfort level
pengkajian nyeri
yang tidak Kriteria Hasil:
secara
menyenangkan yang  Mampu komprehensif
mengontrol nyeri termasuk lokasi,
muncul akibat
(tahu penyebab karakteristik,
kerusakan jaringan yang nyeri, mampu durasi, frekuensi,
menggunakan kualitas dan faktor
aktual atau potensial
tekhnik presipitasi
atau digambarkan nonfarmakologi  Observasi reaksi
untuk mengurangi nonverbal dari
dalam hal kerusakan
nyeri, mencari ketidak nyamanan
bantuan)  Gunakan teknik
sedemikian rupa  Melaporkan bahwa komunikasi
nyeri berkurang terapeutik untuk
(International
dengan mengetahui
Association for the menggunakan pengalaman nyeri
manajemen nyeri pasien
Study of Pain): awitan
 Mampu mengenali  Kaji kultur yang
yang tiba-tiba atau nyeri (skala, memengaruhi
intensitas, respon nyeri
lambat dari intensitas
frekuensi, dan  Evaluasi
ringan hingga berat tanda nyeri) pengalaman nyeri
 Menyatakan rasa masa lampau
dengan akhir yang
nyaman setelah  Evaluasi bersama
dapat diantisipasi atau nyeri berkurang pasien dan tim
kesehatan lain
diprediksi dan
tentang
berlangsung <6 bulan. ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
Batasan Karakteristik:
lampau
 Perubahan selera  Bantu pasien dan
makan keluarga untuk
 Perubahan tekanan mencari dan
darah menemukan
 Perubahan frekuensi dukungan
jantung  Kontrol lingkungan
 Perubahan frekuensi yang dapat
pernapasan memengaruhi
 Laporan isyarat nyeri seperti suhu
 Diaforesis ruangan,
 Perilaku distraksi pencahayaan dan
(misalnya; berjalan kebisingan
mondar-mandir  Kurangi faktor
mencari orang lain presipitasi nyeri
dan atau aktivitas  Pilih dan lakukan
lain, aktivitas yang penaganan nyeri
berulang) (farmakologi, non
 Mengekspresikan farmakologi dan
perilaku (misalnya; interpersonal)
gelisah, merengek,  Kaji tipe dan
menangis) sumber nyeri
 Masker wajah untuk menentukan
(misalnya; mata intervensi
kurang bercahaya,  Ajarkan tentang
tampak kacau, teknik non
farmakologi
gerakan mata  Berikan analgetik
berpancar atau untuk mengurangi
tetap pada satu nyeri
fokus meringis)  Evaluasi
 Sikap melindungi keefektifan kontrol
area nyeri nyeri
 Fokus menyempit  Tingkatkan
(misalnya; gangguan istirahat
persepsi nyeri,  Kolaborasikan
hambatan proses dengan dokter jika
berfikir, penurunan ada keluhan dan
interaksi dengan tindakan nyeri
orang dan tidak berhasil
lingkungan)  Monitor
 Indikasi nyeri yang penerimaan pasien
dapat diamati tentang
 Perubahan posisi manejemen nyeri
untuk menghindari Analgesic Administration
nyeri  Tentukan lokasi,
 Sikap tubuh karakteristik,
melindungi kualitas, dan
 Dilatasi pupil derajat nyeri
 Melaporkan nyeri sebelum
secara verbal pemberian obat
 Gangguan tidur  Cek instruksi
Faktor yang berhubungan: dokter tentang
 Agen cedera jenis obat, dosis,
(misalnya; biologis, dan frekuensi
zat kimia, fisik,  Cek riwayat alergi
psikologis)  Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih
dari satu
 Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik pertama
kali
 Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala
2. a. Defisit perawatan diri
NOC NIC
berpakaian  Self care status Self Care Assistance:
 Self care: Dressing
Definisi: Hambatan Dressing/ Grooming
 Activity tolerance
kemampuan untuk  Fatigue level  Pantau tingkat
Kriteria Hasil: kekuatan dan
melakukan atau
toleransi aktivitas
 Mampu melakukan
menyelesaikan aktivitas  Pantau
tugas fisik yang
peningkatan dan
berpakaian dan berias paling mendasar
penurunan
dan aktivitas
untuk diri sendiri kemampuan untuk
perawatan pribadi
berpakaian dan
Batasan Karakteristik secara mandiri
melakukan
dengan atau tanpa
 Ketidakmampuan perawatan rambut
alat bantu
mengancingkan  Pertimbangkan
 Mampu untuk
pakaian budaya pasien
mengenakan
 Ketidakmampuan pakaian dan
ketika
mendapatkan mempromosikan
berhias sendiri
pakaian aktivitas
secara mandiri
 Ketidakmampuan atau tanpa alat
perawatan diri
mendapatkan  Pertimbangkan
bantu
atribut pakaian usia pasien ketika
 Mampu
 Ketidakmampuan mempertahankan
mempromosikan
mengenakan sepatu aktivitas
kebersihan pribadi
 Ketidakmampuan perawatan diri
dan penampilan
mengenakan kaos yang rapi secara  Bantu pasien
kaki mandiri dengan memilih pakaian
 Ketidakmampuan atau tanpa alat yang mudah
melepaskan atribut bantu dipakai dan dilepas
pakaian  Mengungkapkan  Sediakan pakaian
 Ketidakmampuan kepuasan dalam pasien pada
melepas sepatu berpakaian dan tempat yang
 Ketidakmampuan menata rambut mudah dijangkau
melepas kaos kaki  Menggunakan alat (di samping
 Hambatan memilih bantu untuk tempat tidur)
pakaian memudahkan  Fasilitasi pasien
 Hambatan dalam berpakaian untuk menyisir
mempertahankan  Dapat memilih rambut, bila
penampilan yang pakaian dan memungkinkan
memuaskan mengambilnya dari  Dukung
 Hambatan lemari atau laci kemandirian dalam
mengambil pakaian baju berpakaian,
 Hambatan  Mampu berhias, bantu
mengenakan meresleting dan pasien jika
pakaian pada bagain mengancing diperlukan’
tubuh bawah pakaian  Pertahankan
 Hambatan  Menggunakan privasi saat pasien
mengenakan pakaian secara rapi berpakaian
pakaian pada bagian dan bersih  Bantu pasien untuk
tubuh atas  Mampu menaikkan,
 Hambatan melepaskan mengancingkan,
memasang sepatu pakaian, kaos kaki, dan meresleting
dan sepatu pakaian jika
 Hambatan
 Menunjukkan diperlukan
memasang kaos kaki
rambut yang rapi  Gunakan alat
 Hambatan melepas
dan bersih bantu tambahan
pakaian
 Menggunakan tata (misal sendok,
 Hambatan melepas
rias pengait kancing
sepatu
dan penaring
 Hambatan melepas
resleting) untuk
kaos kaki
menarik pakaian
 Hambatan jika diperlukan
menggunakan alat  Beri pujian atas
bantu usaha untuk
 Hambatan berpakaian sendiri
menggunakan  Gunakan terapi
resleting fisik dan okupasi
Faktor yang Berhubungan sebagai sumber
dalam
 Gangguan kognitif perencanaan
 Penurunan motivasi tindakan pasien
 Ketidaknyamanan dalam perawatan
 Kendala lingkungan pasien dengan alat
 Keletihan dan bantu
kelemahan
 Gangguan
muskuloskeletal
 Gangguan
neuromuskular
 Nyeri
 Gangguan persepsi
 Ansietas berat
2. b. Defisit perawatan diri
NOC NIC
eliminasi  Activity intoleranceSelf-Care Assistance:
 Mobility: physical
Definisi: Hambatan Toileting
impaired
kemampuan untuk  Fatique level  Pertimbangkan
 Anxiety self control budaya pasien
melakukan atau
 Ambulation ketika
menyelesaikan aktivitas  Self care deficit mempromosikan
toileting aktivitas
eliminasi sendiri
 Self care deficit perawatan diri
Batasan Karakteristik hygiene  Pertimbangkan
 Urinary usia pasien ketika
 Ketidakmampuan
incontinence: mempromosikan
melakukan hygiene
functional aktivitas
eliminasi yang tepat
Kriteria Hasil: perawatan diri
 Ketidakmampuan
 Lepaskan pakaian
menyiram toilet  Pengetahuan yang penting untuk
atau kursi buang air perawatan
memungkinkan
(commode) Ostomy: tingkat
penghapusan
 Ketidakmamopuan pemahaman yang
 Membantu pasien
naik ke toilet atau ditunjukkan
ke toilet/
commode tentang
commode/
 Ketidakmampuan pemeliharaan
bedpan/ fraktur
memanipulasi ostomi untuk
pan/ urinoir pada
pakaian untuk eliminasi
selang waktu
eliminasi  Perawatan diri:
tertentu
 Ketidakmampuan ostomi: tindakan
 Pertimbangkan
berdiri dari toilet pribadi untuk
respon pasien
atau commode mempertahankan
terhadap
 Ketidakmampuan ostomi untuk
kurangnya privasi
untuk duduk di toilet eliminasi  Menyediakan
atai commode  Perawatan diri: privasi selama
Faktor yang Berhubungan Aktivitas eliminasi
kehidupan sehari-  Memfasilitasi
 Gangguan kognitif
hari (ADL) mampu kebersihan toilet
 Penurunan motivasi untuk melakukan setelah selesai
 Kendala lingkungan aktivitas eliminasi
 Keletihan perawatan fisik  Ganti pakaian
 Hambatan mobilitas dan pribadi secara pasien setelah
 Hambatan mandiri atau eliminasi
kemampuan dengan alat bantu  Menyiram toilet/
berpindah  Perawatan diri membersihkan
 Gangguan hygiene: mampu penghapusan alat
muskuloskeletal untuk (commode, pispot)
 Gangguan mempertahankan  Memulai jadwal ke
neuromuskular kebersihan dan toilet, sesuai
 Nyeri penampilan yang  Memulai pasien/
 Gangguan persepsi rapi secara mandiri tepat lain dalam
 Ansietas berat dengan atau tanpa toilet rutin
 kelemahan alat bantu  Memulai
 Perawatan diri mengelilingi kamar
eliminasi: mampu mandi, sesuai dan
untuk melakukan dibutuhkan
aktivitas eliminasi  Menyediakan alat
secara mandiri bantu (misalnya,
atau tanpa alat kateter eksternal
bantu atau urinal), sesuai
 Mampu duduk dan  Memantau
turun dari kloset integritas kulit
 Membersihkan diri pasien
setelah eliminasi
 Mengenali dan
mengetahui
kebutuhan
bantuan untuk
eliminasi

2. c. Defisit perawatan diri NOC NIC


makan  Activity Self-Care Assistance:
Intolerance
Definisi: Hambatan Feeding
 Mobility: Physical
kemampuan untuk Impaired - Memonitor pasien
 Self care Deficit kemampuan untuk
melakukan atau Hygiene menelan
 Self Care Deficit - Identifikasi diet
mnyelesaikan aktivitas
Feeding yang diresepkan
makan sendiri Kriteria Hasil - Mengatur nampan
makanan dan meja
Batasan Karakteristik  Status nutrisi:
menarik
ketersedian zat gizi
 Ketidakmampuan - Ciptakan
untuk memenuhi
mengambil makanan lingkungan yang
kebutuhan
dan memasukkan menyenangkan
metabolik
kemulut selama waktu
 Status nutrisi:
 Ketidakmampuan asupan makanan
makan (misalnya,
mengunyah pispot
dan
makanan menempatkan,
 Cairan: kuantitas
 Letidakmampuan makanan dan
urinal, dan
menghaboiskan peralatan
cairan yang diasup
makanan penyedotan keluar
kedalam tubuh
 Ketidakmampuan selama perode 24
dari pandangan)
menempatkan - Pastikan posisi
jam
makanan pasien yang tepat
 Perawatan diri:
keperlengkapan untuk
aktivitas
makanan memfasilitasi
kehidupan sehari-
 Ketidakmampuan mengunyah dan
hari (ADL) mampu
menggunakan menelan
untuk melakukan
perlengkapan - Memberikan
aktivitas
makanan bantuan fisik,
perawatan fisik
 Ketidakmampuan sesuai kebutuhan
dan pribadi secara
memakan makanan - Menyediakan
mandiri atau
dlam cara yang untuk
dengan alat bantu
dapat diterima menghilangkan
 Perawatan diri:
secara sosial rasa sakit yang
malan:
 Ketidakmampuan memadai sebelum
 Kemampuan untuk
memakan makanan makan, sesuai
menyiapkan dan
dengan aman - Menyediakan
memakan
 Ketidakmampuan kesehatan mulut
makanan dan
makan makanan sebelum makan
cairan secara
dalam jumlah - Perbaiki makanan
mandiri dengan
memadai dinampan, yang
atau yanpa alat
 Ketidakmampuan diperlukan, seperti
bantu
memotong daging
memanipulasi  Status menelan:
makanan dalam atau mengupas
perjalanan
mulut telur
makanan padat
- Buka makanan
 Ketidakmampuan atau cairan secara
kemasan
membuka wadah aman dari mulut
- Hindari
makan ke lambung menempatkan
 Ketidakmampuan  Mampu makan makanan disisi
mengambil gelas secara mandiri seorang yang buta
atau cangkir  Mengungkapkan - Jelaskan lokasi
 Ketidakmampuan kepuasan makan makanan diatas
menyiapkan dan terhadap nampan untuk
makanan untuk kemampuan untuk orang dengan
dimakan makan sendiri gangguan
 Ketidakmampuan  Menerima suapan penglihatan
menelan makanan dari pemberi - Tempatkan pasien
 Ketidakmampuan asuhan dalam posisi
menggunakan alat nyaman makan
bantu - Lindungi dengan
Faktor yang berhubungan bib/kain alas dada,
sesuai
 Gangguan kognitif - Menyediakan
 Penurunan motivasi sedotan, sesuai
 Ketidaknyamanan kebutuhan atau
 Kendala lingkungan yang diinginkan
 Keletihan - Menyediakan
 Gangguan makanan pada
muskuloskeletal suhu yang paling
 Gangguan selera
neuromuskular - Menyediakan
 Nyeri makanan pada
 Gangguan persepsi suhu yang paling
 Ansietas berat selera
 Kelemahan - Menyediakan
makanan dan
minuman yang
disukai, sesuai
- Memantau berat
badan pasien, yang
sesuai
- Memonitor status
hindari pasien,
sesuai
- Dorong pasien
untuk makan
diruang makan,
jika tersedia
- Menyediakan
interaksi sosial
yang sesuai
- Menyediakan
perangkat adaptif
untuk
memfasilitasi diri
makan pasien
(misalnya, panjang
menangani,
menangani dengan
lingkar yang besar,
atau tali kecil pada
peralatan), sesuai
kebutuhan
- Menggunakan
cangkir dengan
pegangan yang
besar, jika perlu
- Gunakan piring
yang berbahan
tidak mudah pecah
- Memberikan
isyarat sering dan
pengawasan yang
ketat
2. d. Defisit perwatan diri mandiNOC NIC
Definisi: hambatan  Activity Self-Care Assistance:
Intolerance
kemampuan untuk Breathing/Hygiene
 Mobility : physical
melakukan atau impaired - Pertimbangan
 Self Care Deficit budaya pasien
menyelesaikan
Hygiene ketika
mandi/aktivitas  Sensory mempromosikan
perception, aktivitas
perawatan diri untuk
Auditory disturbed perawatan diri
diri sendiri Kriteria Hasil: - Pertimbangan
usia pasien ketika
Batasan karakteristik :  Perawatan diri
mempromosikan
ostomi: tindakan
 Ketidakmampuan aktivitas
pribadi
untuk mengakses perawatan diri
mempertahankan
kamar mandi - Menentkan
ostomi untuk
 Keidakmampuan eliminasi
jumlah dan jenis
mengeringkan tubuh  Perawatan diri: bantuan yang
 Keridakmampuan aktivitas
dibutuhkan
mengambil - Tempat handuk,
kehidupan sehari-
perlengkapan mandi hari (ADL) mampu sabun, deodoran,
 Keridakmampuan untuk melakukan alat pencukur,
menjangkau sumber aktivitas dan aksesoris
air perawatan fisik lainnya yang
 Ketidakmampuan dan pribadi secara dibutuhkan
mengatur air mandi mandiri atau disamping
 Ketidakmampuan dengan alat bantu tempat tidur atau
mambasuh tubuh  Perawatan diri dikamar mandi
Faktor yang berhubungan: hygiene: mampu - Menyediakan
untuk artikel pribadi
 Gangguan kognitif mempertahankan yang diinginkan
 Penurunan motivasi kebersihan dan (misalnya,
 Kendala lingkungan pemampilan yang deodoran, sikat
 Ketidakmampuan rapi secara mandiri gigi, sabun
merasakan bagian dengan atau tanpa mandi, sampo,
tubuh alat bantu totion dan
 Ketidakmampuan  Perawatan diri produk
merasakan gygiene: mampu aromaterapi)
hubungan spasial untuk - Menyediakan
 Gangguan mempertahankan lingkungan yang
muskuloskeletal kebersihan dan teraupetik
 Gangguan oenampilan yang dengan
neuromuskular rapi secara mandiri memastikan
 Nyeri dengan atau tanpa hangat, santai,
 Gangguan persepsi alat bantu pengalaman
 Ansietas berat  Perawatan diri pribadi dan
hygiene oral: personal
mampu untuk - Memfasilitasi gigi
merawat mulut pasien menyikat,
dan gigi secara sesuai
mandiri dengan - Memfasilitasi diri
atau tanpa alat mandi pasien,
bantu sesuai
 Mampu - Memantau
mempertahankan pembersihan
mobilitas yang kuku, menuntut
diperlukan untuk kemampuan
ke kamar mandi perawatan diri
dan menyediakan pasien
perlengkapan - Memantau
mandi integritas kulit
 Membersihkan pasien
dan mengeringkan - Memantau
tubuh integriras kulit
 Mengungkapkan pasien
secara verbal - Menjaga
kepuasan tentang kebersihan ritual
kebersihan tubuh - Memfasilitasi
dan hygiene oral pemeliharaan
rutin yangbiasa
pasien tidur,
isyarat sebelum
tidur/alat peraga
dan benda-benda
asing (misalnya,
untuk anak-anak,
cerita
selimut/mainan,
goyang, dot, atau
favorit, untuk
orang dewasa,
sebelum buku
untuk membaca
atau bantal dari
rumah
- Mendorong
orang
tua/keluarga
partisipasi dalam
kebiasaan tidur
biasa
- Memberikan
bantuan sampai
pasien
sepenuhnya
dapat
mengasumsikan
perawatan diri
3. Hambatan Mobilitas Fisik NOC NIC
Definisi: keterbatasan pada  Joint Movement : Excercise therapy :
Active
pergerakan fisik tubuh ambulation
 Mobility level
atau satu atau lebih  Self care : ADLs - Monitoring vital
 Transfer sign
ekstermitas secara
performance sebelum/sesudah
mandiri dan terarah. Kriteria Hasil : latihan dan lihat
respon pasien saat
 Klien meningkat
Batasan Karakteristik: dalam aktivitas latihan
fisik - Konsultasikan
 Penurunan waktu
 Mengerti tujuan dengan terapi fisik
reaksi
dari peningkatan tentang rencana
 Kesulitan
mobilitas ambulasi sesuai
membolak-balik
 Memverbalisasikan dengan keutuhan
posisi perasaan dalam - Bentu klien untuk
 Melakukan aktivitas meningkatkan menggunakan
lain sebagai kekuatan dan tongkat saat
pengganti kemampuan berjalan dan cegah
pergerakan (mis, berpindah terhadap cidera
meningkatkan  Memperagakan - Ajarkan pasien
perhatian pada penggunaan alat atau tenaga
aktivitas orang lain,  Bantu mobilisasi kesehatan lain
mengendalikan (walker) tentang teknik
perilaku, fokus pada ambulasi
ketundayaan/aktivit - Kaji kemampuan
as sebelum sakit. pasien dalam
 Dispnea setelah mobilisasi
beraktivitas - Latih pasien dalam
 Perubahan cara pemenuhan
berjalan kebutuhan ADLs
 Gerakan bergetar secara mandiri
 Keterbatasan sesuai kemampuan
kemampuan - Dampingi dan
melakukan bantu pasien saat
keterampilan mobilisasi dan
motorik halus bantu penuhi
 Keterbatasan kebutuhan ADLs
kemampuan ps.
melakukan - Berikan alat bantu
keterampilan jika klien
motorik kasar. memerlukan
 Keterbatasan - Ajarkan pasien
rentang pergerakan bagaimana
sendi merubah posisi
 Tremor akibat dan berikan
pergerakan bantuan jika
 Ketidakstabilan diperlukan
postur
 Pergerakan lambat
 Pergerakan tidak
terkoordinasi
Faktor yang berkubungan:
 Intoleransi aktivitas
 Perubahan
metabolisme selular
 Ansietas
 Indeks masa tubuh
diatas perentil ke 75
sesuai usia
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Kepercayaan budaya
tentang aktivitas
sesuai usia
 Fisik tidak bugar
 Penurunan
ketahanan tubuh
 Penurunan kendali
otot
 Penurunan massa
otot
 Malnutrisi
 Gangguan
muskuloskeletal
 Gangguan
neuromuskular,
Nyeri
 Agens obat
 Penurunan kekuatan
otot
 Kurang pengetahuan
tentang aktivitas
fisik
 Keadaan mood
depresif
 Keterlambatan
perkembangan
 Ketidaknyamanan
 Disuse, kaku sendi
 Kurang dukungan
lingkungan (mis, fisik
dan sosial)
 Keterbatasan
ketahanan
kardiovaskuler
 Kerusakan integritas
struktur tulang
 Program
pembatasan gerak
 Keengganan
memulai pergerakan
 Gaya hidup
monoton
 Gangguan sensori
perseptual
4. Defisit pengetahuan NOC NIC
Definisi : ketiadaan atau  Knowledge: Teaching : disease Process
disease process
defisiensi informasi - Berikan penilaian
 Knowledge : health
tentang tingkat
kognitif yang berkaitan Behavior
pengetahuan
Kriteria Hasil:
dengan topik tertentu. pasien tentang
 Pasien dan proses penyakit
Batasan karakteristik :
keluarga yang spesifik
 Perilaku hiperbola menyatakan - Jelaskan
 Ketidakakuratan pemahaman patofisiologi dari
mengikuti perintah tentang penyakit, penyakit dan
 Ketidakakuratan kondisi, prognosis bagaimana hal ini
melakukan tes dan program berhubungan
 Perilaku tidak tepat pengobatan dengan anatomi
(mis, histeria,  Pasien dan dan fisiologi,
bermusuhan agitasi, keluarga mampu dengan cara yang
apatis melaksanakan tepat.
 Pengungkapan prosedur yang - Gambarkan tanda
masalah dijelaskan secara dan gejala yang
Faktor yang benar biasa muncul pada
 Pasien dan penyakit, dengan
berhubungan: keluarga mampu cara yang tepat.
 Keterbatasan menjelaskan - Identifikasi
kognitif kembali apa yang kemungkinan
 Salah interpretasi dijelaskan penyebab, dengan
informasi perawat/tim cara yang tepat
 Kutang pajanan kesehatan lainnya - Sediakan informasi
 Kurang minat dalam pada pasien
belajar tentang kondisi,
dengan cara yang
 Kurang dapat
mengingat tepat
 Tidak familier - Hindari jaminan
dengan sumber yang kosong
informasi - Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
- Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan
penyakit
- Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
- Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
- Rujuk pasien pada
grup atau agensi
dikomunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
- Instruksikan pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi
perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat.
5. Ansietas NOC NIC
Definisi : perasaan tidak  Anxiety self- Anxiety Reduction
control
nyaman atau (penurunan
 Anxiety level
kekhawatiran yang  Coping kecemasan)
Kriteria Hasil:
samar disertai respon - Gunakan
 Klien mampu pendekatan yang
autonom (sumber yang
mengidentifikasi menenangkan
sering kali tidak spesifik dan - Nyatakan dengan
mengungkapkn jelas harapan
atau tidak diketahui
gejala cemas terhadap perilaku
oleh individu); perasaan  Mengidentifikasi, pasien
mengungkapkan - Jelaskan semua
takut yang disebabkan
dan menunjukkan prosedur dan apa
oleh antisipasi terhadap teknik untuk yang dirasakan
mengontrol cemas selama prosedur
bahaya, hal ini
 Vital sign dalam - Pahami perspektif
merupakan isyarat batas normal pasien terhadap
 Postur tubuh, situasi stres
kewaspadaan yang
ekspresi wajah, - Temani pasien
memperingatkan bahasa tubuh dan untuk memberikan
tingkat aktivitas keamanan dan
individu akan adanya
menunjukkan mengurangi takut
bahaya dan berkurangnya - Dorong keluarga
kecemasan untuk menemani
memampukan individu
anak
untuk bertindak - Lakukan back/neck
rub
menghadapi ancaman
- Dengarkan dengan
Batasan Karakteristik penuh perhatian
- Identifikasi tingkat
 Perilaku:
kecemasan
- Penurunan
- Bantu pasien
produktivitas
mengenal situasi
- Gerakan yang
yang menimbulkan
ireleven
kecemasan
- Gelisah
- Dorong pasien
- Melihat sepintas
untuk
- Insomnia
mengungkapkan
- Kontak mata
perasaan,
yang buruk
ketakutan,
- Mengekspresikan
persepsi
kekhawatiran
- Instruksikan pasien
karena menggunakan
perubahan dalam teknik relaksasi
peristiwa hidup - Berikan obat untuk
- Agitasi mengurangi
- Mengintai kecemasan
- Tampak waspada
 Afektif:
- Gelisah, distres
- Kesedihan yang
mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak
adekuat
- Berfokus pada
diri sendiri
- Peningkatan
kewaspadaan
- Iritabilitas
- Gugup senang
berlebihan
- Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaa
n
- Peningkatan rasa
ketidakberdayaa
n yang persisten
bingung,
Menyesal
- Ragu/tidak
percaya diri
- Khawatir
 Fisiologis:
- Wajah tegang,
tremor tangan
- Peningkatan
keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Gemetar, tremor
- Suara bergetar
 Simpatik:
- Anoreksia
- Eksitasi
kardiovaskular
- Diare, mulut
kering
- Wajah merah
- Jantung
berdebar-debar
- Peningkatan
tekanan darah
- Peningkatan
denyut nadi
- Peningkatan
reflek
- Peningkatan
frekuensi
pernapasan,
pupil melebar
- Kesulitan
bernapas
- Vasokontriksi
superfisial
- Lemah, kedutan
pada otot
 Parasimpatik:
- Nyeri abdomen
- Penurunan
tekanan darah
- Penurunan
denyut nadi
- Diare, mual,
vertigo
- Letih, gangguan
tidur
- Kesemutan pada
ektermitas
- Sering berkemih
- Anyang-
anyangan
- Dorongan secara
berkemih
 Kognitif:
- Menyadari gejala
fisiologis
- Bloking pikiran,
konfusi
- Penurunan
lapangan
persepsi
- Kesulitan
berkonsentrasi
- Penurunan
kemampuan
untuk belajar
- Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
- Kekuatan
terhadap
konsekuensi yang
tidak spesifik
- Lupa, gangguan
perhatian
- Khawatir,
melamun
- Cenderung
menyalahkan
orang lain
Faktor Yang Berhubungan:
 Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran)
 Pemanjaan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan
interpersonal
 Penularan penyakit
interpersonal
 Krisis maturasi, krisis
situasional
 Tress, ancaman
pada (status
ekonomi, lingkungan
status kesehatan,
pola interaksi, fungsi
peran, status peran,
konsep diri)
 Konflik tidak
didasarai mengenai
tujuan penting hidup
 Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial/penting
 Kebutuhan yang
tidak terpenuhi
6. Resiko Jatuh NOC NIC
Definisi : peningkatan  Trauma Risk for Fall Prevention
 Injury risk for
kerentanan untuk jatuh - Mengidentifikasi
Kriteria Hasil:
defisit kognitif
yang dapat
 Keseimbangan: atau fisik pasien
menyebabkan bahaya kemampuan untuk yang dapat
mempertahankan meningkatkan
fisik
ekuilibrum potensi jatuh
Faktor resiko  Gerakan dalam lingkungan
terkoordinasi tertentu
 Dewasa
kemampuan otot - Mengidentifikasi
- Usia 65 tahun
perilaku dan
atau lebih untuk bekerja
faktor yang
- Riwajat jatuh
sama secara mempengaruhi
- Tinggal sendiri
resiko jatuh
- Pronsthesis volunter untuk
- Mengidentifikasi
ektermitas
melakukan gerkan perilaku dan
bawah
faktor yang
- Penggunaan alat yang bertujuan
mempengaruhi
bantu (mis,
 Perilaku resiko jatuh
walker, tongkat)
pencegahan jatuh: - Mengidentifikasi
- Penggunaan kursi
tindakan individu karakteristik
roda
atau pemberi lingkungan yang
 Anak
asuhan untuk dapat
- Usia dua tahun meminimalkan meningkatkan
atau kurang faktor resiko yang potensi untuk
- Tempat tidur dapat memicu jatuh (misalnya,
yang terletak
jatuh dilingkungan lantai yang licin
disekat jendela
individu. dan tangga
- Kurangmya
penahan/pengek  Kejadian jatuh: terbuka)
ang kereta tidak ada kejadian - Sarankan
dorong jatuh nperubahan
- Kurangnya/longg  Pengetahuan: dalam gaya
arnya pagar pada pemahaman berjalan kepada
tangga pencegahan jatuh pasien
- Kurangnya pengetahuan: - Mendorong
penghalang atau keselamatan anak pasien untuk
tali pada jendela fisik menggunakan
- Kurang  Pengetahuan: tongkat atau alat
pengawasan keamanan pribadi pembantu
orang tua  Pelanggaran berjalan
- Jenis kelamin perlindungan - Kunci roda dari
laki-laki yang tingkat kursi roda,
berusia <1 tahun kebingungan akut tempat tidur,
- Bayi yang tidak  Tingkat agitasi atau brankar
diawasi saat  Komunitas tingkat selama transfer
berada kekerasan pasien
dipermukaan  Gerakan - Tempat artikel
yang tinggi (mis, terkoordinasi mudah dijangkau
tempat  Kecenderungan dari pasien
tidur/meja) risiko pelarian - Ajarkan pasien
 Kognitif untuk kawin bagaimana jatuh
- Penurunan status  Kejadia terjun untuk
mental  Mengasuh meminimalkan
 Lingkungan keselamatan fisik cidera
- Lingkungan yang remaja - Memantau
tidak  Mengasuh: kemampuan
terorganisasi bayi/balita untuk
- Ruang yang keselamatan fisik mentransfer dari
memiliki  Perilaku tempat tidur Ke
pencahayaan keselamatan kursi dan
yang redup pribadi demikian pula
- Tidak ada materi  Keparahan cedera sebaliknya
yang antislip fisik - Gunakan teknik
dikamar mandi  Pengendalian yang tepat untuk
- Tidak ada materi risiko mrntransfer
yang antislip  Pengendalian pasien ke dan
dikamar mandi risiko: penggunaan dari kuri roda,
pancuran alkohol, narjoba tempat tidur,
- Pengekangan  Pengendalian toilet dan
- Karpet yang tidak risiko: sebagainya
rata/terlipat oencahayaan sinar - Menyediakan
- Ruang yang tidak matahari toilet ditinggikan
dikenal  Deteksi risiko untuk
- Kondisi cuaca  Lingkungan rumah memudahkan
(mis, lantai aman transfer
basah, es)  Aman berkeliaran - Menyediakan
 Medikasi  Zat penarikan kursi dari
- Penggunaan keparahan ketinggian yang
alkohol  Integritas jaringan: tepat, dengan
- Inhibitor enzyme kulit & membran sandaran dan
pengubah mukosa sandaran tangan
angiotensin  Perilaku kepatuhan untuk
- Agen anti visi memudahkan
ansietas transfer
- Agen anti - Menyediakan
hipertensi tempat tidur
- Deuretik kasur dengan
- Hipotonik tepi yang erat
- Narkotik/opiate untuk
- Obat penenang memudahkan
- Antidepresan transfer
trisiklik - Gunakan rel sisi
 Fisiologis panjang yang
- Sakit akut sesuai dan tinggi
- Anemia untuk mencegah
- Arthritis jatuh dari tempat
- Penurunan tidur, sesuai
kekuatan kebutuhan
ektermitas - Memberikan
bawah pasien
- Diare tergantung
- Kesulitan gaya dengan sarana
berjlan bantuan
- Vertigo saat pemanggilan
mengekstensikan (misalnya, bel
leher atau cahaya
- Masalah kaki panggilan) ketika
- Kesulitan pengasuh tidak
mendengar hadir
- Gangguan - Membantu ke
keseimbangan toilet seringkali,
- Gangguan inteval
mobilitas fisik dijadwalkan
- Inkotinensia - Menandai
- Neoplasma (mis, ambang pintu
letih/mobilitas dan tepi langkah,
terbatas) sesuai kebutuhan
- Neuropati - Hapus dataran
- Hipotensi rendah
ortostatisk perabotan
- Kondisi (misalnya,
postoperatif tumpuan dan
- Perubahan gula tabel) yang
darah post menimbulkan
prandial bahaya
- Defisit tersandung
proprioseptif - Hindari
- Ngantuk kekacauan pada
- Berkemih yang permukaan lantai
mendesak - Memberikan
- Penyakit vaskuler pencahayaan
- Kesulitan yang memadai
melihat. untuk
meningkatkan
visibilitas
- Menyediakan
lampu malam
disamping
tempat tidur
- Menyediakan
pegangan tangan
terlihat dan
memegang tiang
- Menyediakan
jalur anti
tergelincir,
permukaan lantai
nontrip/tidak
tersandung
- Menyediakan
permukaan
nonslip/anti
tergelincir di bak
mandi atau
pancuran
menyediakan
kokoh, tinja
curam
nonslip/anti
tergelincir untuk
memfasilitasi
jangkauan
mudah
- Pastikan pasien
yang memakai
sepatu yang pas,
kencangkan
aman, dan
memiliki sol tidak
mudah tergelincir
- Anjurkan pasien
untuk memakai
kacamata, sesuai,
ketika keluar dari
tempat
tidurmendidik
anggota keluarga
tentang faktor
resiko yang
berkontribusi
terhadap jatuh
dan bagaimana
mereka dapat
menurunkan
resiko tersebut
- Sarankan
adaptasi rumah
untuk
meningkatkan
keselamatan
- Instruksikan
keluarga pada
pentingnya
pegangan tangan
untuk kamar
mandi tangga
dan trotoar
- Sarankan alas
kaki yang aman
- Mengembangkan
cara untuk pasien
untuk
berpartisipasi
keselamatan
dalam kegiatan
rekreasi
- Lembaga
program latihan
rutin fisik yang
meliputi berjalan
- Tanda-tanda
posting untuk
mengingatkan
staf bahwa
pasien yang
beresiko tinggi
untuk jatuh
- Berkolaborasi
dengan anggota
tim kesehatan
lain untuk
meminimalkan
efek samping dari
obat yang
berkontribusi
terhadap jatuh
(misalnya,
hipotensi
ortostatik dan
kiprah goyah)
- Memberikan
pengawasan
yang ketat
dan/atau
perangat
menahan
(misalnya bayi,
kursi dengan
sabuk pengaman)
ketika
menempatkan
bayi/atau anak-
anak muda pada
permukaan
ditinggikan
(misalnya, meja
dan kursi tinggi).

Anda mungkin juga menyukai