PENDAHULUAN
1
memasang alat untuk imobilisasi dengan mempertahankan kedudukan tulang yang
patah. Pembalutan luka merupakan tindakan keperawatan untuk melindungi luka
dengan drainase tertutup, kontaminasi mikroorganisme yang dapat dilakukan
dengan menggunakan kasa steril yang tidak melekat pada jaringan luka
(Krisanty,2009).
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PEMBALUTAN
2.1.1Pengertian
Pembalutan merupakan suatu tindakan yang dilakukan sebagai cara
mengurangi resiko kerusakan jaringan yang terjadi dan selanjutnya
mengurangi nyeri, serta mencegah kecacatan dan infeksi (Susilowati, 2015)
Pembalutan merupakan bahan bersih yang digunakan untuk menutup
luka (Purwoko 2007).
2.1.2 Tujuan
a) Menahan sesuatu sebagai penutup luka, pita tali kulit, dan bagian tubuh
yang cidera.
b) Memberikan tekanan, seperti terhadap kecenderungan timbulnya
perdarahan atau hematom
c) Melindungi bagian tubuh yang cidera
d) Memberikan penyokong terhadap bagian tubuh yang cidera
e) Menghindri bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
f) Mecegah terjadinya pembengkakan
g) Mencegah terjadinya kontaminasi
3
2.1.4 Prasyarat Pembalutan
a) Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan, mengetahui seberapa batas
fungsi bagian tubuh yang akan dilakukan balutan
b) Tipis,kuat dan biasanya berwarna putih
c) Ukuran disesuaikan kebutuhan,biasanya bentuk segitiga sama kaki dengan
panjang 90-100 cm
4
1. Pembalutan kepala dengan mitella
Lipat bagian alas segitiga 2 cm sebanyak 2 kali.
Letakkan alas sisi segitiga di belakang kepala, kemudian
kedua sudut ditarik kedepan sedangkan puncak segitiga
berada di dahi.
kedua sudut tarik kearah dahi dan ikat kedua sudut.
sudut puncak segitiga yang berada di depan kepala ditarik ke
atas dan dipasang peniti diatas simpul/dimasukkan ke dalam
simpul.
5
Puncak segitiga tarik ke belakang/ ke punggung, sehingga
bertemu dengan sisa sudut alas segitiga dan ikat.
6
Sudut alas segitiga yang satunya ditarik ke arah kanan leher lalu
ke belakang, sehingga tangan berada dalam mitella dan buat
simpul di belakang leher. Selanjutnya sudut puncak segitiga
dipasang peniti.
7
Lipat alas segitiga 2 kali, pasang alas segitiga pada pingkal paha
lalu ikat, sedangkan puncak segitiga kaitkan dengan pembalut
dasi pada pinggang.
sudut puncak segitiga tarik ke bawah, kemudian penitikan.
Lipat – lipat sisi alas segitiga kira – kira setengah tinggi kain
segitiga.
8
Letakkan ujung puncak segitiga di sebelah atas dari lutut ( kearah
paha).
Sisi alas yang dilipat – lipat harus berada dibawah bagian lutut,
pinggir alas dirapatkan masing – masing ke dua ujungnya kiri dan
kanan menuju ke bawah lipatan lutut.
Kedua ujung alas segitiga disilagkan, kemudian masing – masing
ujungnya tarik kearah atas/ ujung paha.
Buat simpul, sehingga seluruh lutut tertutup.
Lipat – lipat sisi alas kain segitiga sampai 2/3 tinggi kain segitiga.
Letakkan pinggir alas yang sudah dilipat – lipat pada pangkal
tumit/ kearah telapak kaki dan ujung puncak segitiga berada di
belakang betis menutupi tumit.
Ujung sudut alas segitiga yang di pangkal tumit, masing – masing
ditarik ke arah atas menuju ke punggung pergelangan kaki, lalu
buat silang, kemudian masing – masing ditarik ke arah tumit
sbelah atas dan keduanya bertemu dengan menindih puncak
segitiga di persilangan.
Boleh di buat simpul disitu atau masing – masing diteruskan
kembali menuju punggung pergelangan kaki, kalau ujung segitiga
masih panjang, diteruskan ke bawah menuju ke pangkal tumit,
lalu buat simpul.
9
b) Elastis Perban
Menurut Simmers (2009) perban elastis termasuk mudah untuk
diterapkan dan mudah menyesuaikan dengan bentuk tubuh yang cidera.
Penggunaan perban elastis yang terlalu ketat atau longgar dapat
menghentikan atau membatasi sirkulasi darah, namun terkadang perban
elastis dapat digunakan dengan tujuan merangsang sirkulasi darah.
10
Caranya: Setelah pembalut dikaitkan dengan 2-3 putaran, maka
pembalut diarahkan ke atas dengan menyudut 45°, lalu di tengah
pembalut tadi dilipat mengarah ke bawah dengan sudut 45° juga,
demikian seterusnya.
11
seterusnya dengan diselang-seling. Plester harus cukup panjang
hingga mencapai kulit yang tak terbalut. Balutan ini harus diganti
setiap 4-6 hari.
Caranya:
Pembalut dilingkarkan di kepala tepat di atas telinga 2-3 kali. Setelah
pembalut mencapai pertengahan dahi, dengan dipegang oleh seorang
pembantu pembalut ditarik ke oksiput dan disini dipegang oleh
pembantu, lalu pembalut kembali ditarik ke dahi. Setelah seluruh
kepala tertutup, ujung-ujung bebas di dahi dan di oksiput ditutup
dengan balutan sirkuler lagi. Lalu diperkuat dengan plester selebar 2-
3 cm mengelilingi dahi sampai oksipital.
12
c) Dasi (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya
sehingga berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan
lebarnya antara 5-10 cm. Pembalut ini biasa dipergunakan untuk
membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak,
lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
Cara membalut dengan dasi
Pembalut mitela dilipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita
dengan masing-masing ujung lancip
Balutkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya
dapat diikat
Diusahakan agar balutan tidak mudah kendur dengan cara sebelum
diikat arahnya saling menarik
Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
13
menyilang dan tumpang tindih antara balutan yang satu dengan
balutanberikutnya
Kemudian ujung yang dalam ditarik dan diikat dengan ujung
yang lain
f) Kassa steril
Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah
disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak
boleh dibuka sebelum digunakan. Kassa steril digunakan untuk menutup
luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah
ditutupisofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
14
g) Pembalut Lainnya
Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka,
dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk
menutup luka-luka lebar.
Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika.
Digunakan untuk menutup luka-luka kecil.
15
8. Pilih jenis balutan yang akan dipergunakan atau dikombinasi
9. Sebelum dibalut, jika luka terbuka, perlu diberi desinfektan atau balut
dengan pembalut yang mengandung obat desinfektan atau
diisolasi/direposisi
10. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan hal berikut :
a. Dapat membatasi gerak pergeseran atau gerak bagian tubuh
lainnya
b. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
c. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan
pokok penderita
d. Tidak mengganggu peredaran darah misalnya pada saat membalut
berlapis-lapis
e. Tidak mudah kendor atau lepas
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan gawat darurat (emergency nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau
sakit yang mengancam kehidupan. Kegiatan pelayanan keperawatan menunjukkan
keahlian dalam pengkajian pasien, setting prioritas, intervensi krisis dan pendidikan
kesehatan masyarakat. Fraktur merupakan salah satu contoh dari kegawatdaruratan.
Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan
adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat terjadi dengan
patahan tulang dimana tulang tetap berada di dalam atau disebut fraktur tertutup
atau di luar dari kulit yang disebut fraktur terbuka. Pada kegawatdaruratan, fraktur
terbuka dan tertutup dapat ditangani dengan pertolongan pertama yaitu pembidaian
dan pembalutan. Pembidaian adalah memasang alat untuk imobilisasi dengan
mempertahankan kedudukan tulang yang patah
Pembidaian atau pembalutan merupakan salah satu proses penting dalam
penatalaksanaan awal korban patah tulang. Memasang bidai / balut adalah
memasang alat untuk immobilisasi atau mempertahankan kedudukan tulang yang
patah. Adapun tujuan dari pembalutan/pembidaian adalah memobilisasi fraktur dan
dislokasi, mengistirahatkan anggota badan yang cedera, mengurangi rasa sakit,
mempercepat penyembuhan.
3.2 Saran
Sebagai penutup dari makalah ini kami selaku penulis menyarankan kepada teman-
teman sesama mahasiswa untuk benar-benar dapat mehamami pengertian
Pembalutan dan pembidaian disertai tindakan dalam memberikan bantuan pada
korban yang membutuhkan pertolongan dengan melalui proses penilaian yang cepat
dan pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian pada pasien gawat darurat.
Dan kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami susun ini
jauh dari kesempurnaan dan masih banyak yang tidak dapat kami jabarkan semua di
dalam makalah ini ,semoga bermanfaat. Terima kasih.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
20