Anda di halaman 1dari 6

PENYAKIT AKIBAT KERJA

A. Pengertian
Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul karena berhubungan dengan kerja atau yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Berdasarkan Permennaker Nomor. Per. 01/Men/1981, Penyakit Akibat Kerja/PAK (Occupational
Diseases) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja yang akan
berakibat cacat sebagian maupun cacat total. Cacat sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya
sebagian anggota tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya. Sedangkan cacat total adalah
keadaan tenaga kerja tiadak mampu bekerja sama sekali untuk selama-lamanya
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Work Related Diseases) yaitu penyakit yang dicetuskan,
dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan. Penyakit ini disebabkan secara tidak langsung oleh
pekerjaan dan biasanya penyebabnya adalah berbagai jenis faktor.

B. Jenis Penyakit Akibat Kerja


Terdapat 31 penyakit yang termasuk dalam golongan penyakit akibat kerja sesuai dengan Kepres RI
Nomor 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja, pasal 4, yaitu:
peneumokoniosis; bronchopulmoner; ashma akibat kerja; alveolitis allergika; penyakit akibat berilium
atau persenyawaan beracun; penyakit akibat kadmium; penyakit akibat fosfor; penyakit akibat krom;
penyakit akibat mangan; penyakit akibat arsen; penyakit akibat raksa; penyakit akibat timbal; penyakit
akibat fluor; penyakit akibat karbon; penyakit akibat derivat halogen; penyakit akibat benzen; penyakit
akibat derivat nitro dan amina dari benzen; penyakit akibat nitrogliserin; penyakit akibat alkohol, glikol
atau keton; penyakit akibat gas atau uap; kelainan pendengaran akibat kebisingan; kelainan
pendengaran akibat getaran mekanik; penyakit akibat tekanan udara tinggi; penyakit akibat radiasi
elektromagnetik dan radiasi mengion; penyakit kulit akibat fisik, kimiawi, atau biologik; penyakit kulit
epitelioma primer; kanker paru akibat asbes; penyakit infeksi akibat virus, bakteri, atau parasit;
penyakit akibat suhu tinggi atau rendah; dan penyakit akibat bahan kimia lainnya termasuk bahan
obat.

C. Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja


Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditimbulkan membuat perusahaan
melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah
untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan
yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1
(1990)1. Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:
1. Cidera fatal (fatality)
Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja
2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)
Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan hari kerja
selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung
sebagai kehilangan hari kerja.
3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)
Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja karena cidera,
tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera
yang kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja
alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220 kehilangan hari kerja
dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)
Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya dan
ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif
termasuk perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja yang
ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang memiliki kualifikasi untuk memberikan
pertolongan pada kecelakaan.
6. Cidera ringan (first aid injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani menggunakan alat pertolongan
pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.

D. Penyebab Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja pada dasanya karena terpapar dengan faktor penyebab berupa golongan fisik,
kimia, biologi (mikroba, parasit, virus, jamur, binatang, tanaman), fisiologi/ergonomi,
mental/psikologis, lingkungan (cuaca, suhu), dan radiasi. Terjadinya penyakit atau kecelakaan akibat
kerja karena expose (keterpaparan) dengan benda/bahan tersebut, dikarenakan beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi atau mendukung terjadinya penyakit akibat kerja digolongkan menjadi
dua kelompok besar, yaitu:
1. Unsafe actions atau karena tindakan salah (faktor tenaga kerja/manusia)
a. Manajemen keamanan salah
b. Disiplin pekerja kurang misalnya karena posisi & cara kerja salah
c. Diklat tidak mamadai
d. Salah menggunakan alat
e. Tidak menggunakan alat pelindung
2. Unsafe condition atau karena faktor lingkungan terdiri dari:
a. Fisik (bising, radiasi, penerangan, getaran mekanis, iklim kerja)
b. Kimia (iritan, asfeksia, anestesia, carsinoma)
c. Biologik (virus, bakteri, parasit, serangga, jamur, binatang buas)
d. Psikologis (monoton, hubungan kerja, kondisi kerja, pekerjaan tak cocok, kesejahteraan)

E. Kerugian Karena Penyakit Akibat Kerja


Tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan dengan memperkecil pengeluaran biaya,
diantaranya dengan menekan biaya perawatan atau pengobatan akibat kecelakaan atau penyakit
akibat kerja. Dengan banyaknya karyawan yang mengalami kecelakaan atau sakit akibat kerja, maka
perusahaan akan mengeluarkan biaya perawatan dan pengobatan karyawan, dengan banyaknya
karyawan yang mengalami kecelakaan atau sakit, secara langsung akan menurunkan produktifitas
perusahaan sehingga perusahaan akan merugi.

F. Ganti Rugi
Ganti kerugian pada karyawan yang mengalami sakit akibat kerja, sama dengan ganti kerugian pada
kecelakaan, yaitu:
1. Biaya pengangkutan ke rumah sakit
2. Biaya pengobatan dan perawatan
3. Biaya penguburan, bila meninggal dunia
4. Uang tunggu, yang terdiri dari:
a. tunjangan sementara tidak mampu kerja
b. tunjangan selama-lamanya tidak mampu bekerja sebagian
c. tunjangan bercacat badan selama-lamanya yang tidak disebutkan dalam lampiran
undang-undang kecelakaan
d. tunjangan selama-lamanya tidak mampu bekerja sama sekali

G. Diagnosis dan Penilaian Cacat


Untuk menetapkan diagnosis dan penilaian cacat, tanaga medis bisa menggunakan pedoman
diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja nomor:
Kep.62A/MEN/1992, atau menggunakan pedoman evaluasi cacat karena kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang dibuat oleh Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional bersama
FKUI/RSCM.

H. Penyakit/Kelainan Akibat Kerja pada Sistem Pernapasan

1. Peradangan Akut
Penyakit/gangguan ini pertama-tama disebabkan oleh gas dan uap iritan, seperti amoniak, klorin,
sulfur dioksida, nitrit oksida, fluorin, dan ozon
2. Asma
Asma jenis ini disebabkan oleh berbagai jenis debu baik yang reaksi cepat atau lambat. Asma
akibat kerja diperkirakan 2-15% dari seluruh asma. Diagnosis asma ini dilakukan dengan uji skin
prick dan serologi, sedangkan terapinya yaitu pemindahan subjek dari pemajanan dan
pengobatan non spesifik gejala asma. Pencegahan dapat dilakukan dengan pengendalian
hygiene tempat kerja, substitusi bahan alergen dengan kurang allergen, alat pelindung
pernapasan, dan pemeriksaan kesehatan berkala
3. Bissinosis
Gangguan ini dikenal sebagai sejenis asma namun lebih luas dan lebih rumit dari asma di atas
yang disebabkan oleh pajanan debu kapas dan serat yang menyebabkan sesak napas akut dan
obstruksi saluran napas reversibel. Gejala ini lebih hebat bila konsentrasi debu makin tinggi.
4. Pneumokoniosis
Pneumokoniosis berarti “paru berdebu”, namun dalam praktinya pneumokoniosis dibatasi pada
keadaan yang menyebabkan perubahan menetap struktur paru setelah menghirup debu, seperti
silika (kuarsa), batu bara, atau debu asbes.
a. Silikosis
Terjadi setelah menghirup silika bebas terjadi pada pekerja penghancuran besi,
pertamabangan, dan pembuatan terowongan batu yang mengandung kuarsa (silika) misalnya
pada pertambangan emas. Selain itu silikosis dapat terjadi pula pada pekerjaan seperti
penggerindaan, penyemprotan pasir, pembuatan gelas, pemotong dan pengukir batu,
pengecoran, dan iIndustri keramik

b. Asbestosis
Penyakit saluran napas akibat menghirup debu asbes (asbestos)
c. Barytosis
Penyakit saluran napas akibat menghirup debu barium
d. Stannosis
Penyakit saluran napas akibat menghirup debu timah
e. Siderosis
Penyakit saluran napas akibat menghirup debu besi
5. Keganasan
Keganasan dapat terjadi akibat menghirup bahan carsinogen dalam waktu lama dengan
konsentrasi rendah atau dalam masa cepat dalam konsentrasi tinggi.

I. Upaya Pencegahan

1. Upaya terhadap tempat kerja berupa pengendalian


a. Eliminasi
b. Substitusi
c. Ventilasi
d. Hygiene sanitasi

2. Upaya terhadap tenaga kerja


a. Pendidikan & pelatihan
b. Alat pelindung diri
c. Pemeriksaan kesehatan
d. Sanitasi perorangan

J. Pelayanan Kesehatan Kerja


Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03 tahun 1982, upaya pelayanan
kesehatan kerja, meliputi:
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
3. Pembinaan & pengawasan lingkungan kerja
4. Pembinaan & pengawasan sanitasi
5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja
6. Pencegahan terhadap penyakit umum & Penyakit Akibat Kerja
K. Peran Perawat dalam K3

1. Provider of Nursing Care = pelaksana asuhan keperawatan


2. Health educator = pendidik kesehatan
3. Health monitor = pengamat kesehatan
4. Coordinator of services = coordinator pelayanan kesehatan
5. Organisator = pengorganisir pelayanan kesehatan
6. Role model = panutan
7. Fasilitator = tempat bertanya/konsultasi dalam bidang kesehatan
8. Manager = pengelola pelayanan kesehatan/keperawatan

L. Fungsi Perawat dalam K3

Dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya, perawat perusahaan menggunakan pendekatan
proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah, yaitu:

1. Mengkaji masalah kesehatan pekerja


a. Mengumpulkan data pekerja mencakup biodata, riwayat kesehatan dan penyakit yang lalu,
masalah kesehatan dan perawatan saat ini
b. Menganalisa data / masalah kesehatan dan keperawatan
c. Menentukan masalah kesehatan pekerja
d. Menyusun prioritas masalah
2. Merencanakan asuhan keperawatan
a. Merumuskan tujuan
b. Menyusun rencana tindakan
c. Menyusun kriteria keberhasilan
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan/keperawatan
a. Pendidikan kesehatan
b. Memberikan asuhan keperawatan di klinik perusahaan
c. Kolaborasi dengan dokter perusahaan
d. Melakukan rujukan kepada instansi kesehatan yang lebih tinggi
4. Menilai hasil kegiatan
a. Mengukur hasil asuhan keperawatan
b. Membandingkan hasil dengan tujuan dan standar yang ditetapkan
c. Menetapkan kesimpulan

M. Tugas Perawat

1. Bekerjasama dengan dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja


2. Merencanakan tindakan/pelayanan keperawatan pekerja
3. Melaksanakan tindakan/pelayanan keperawatan:
a. Asuhan keperawatan sesuai masalah yang dihadapi pekerja
b. Pendidikan kesehatan termasuk K3
c. Pendidikan kesehatan tentang KB
d. Pendidikan kesehatan tentang upaya kesehatan pekerja
4. Merencanakan dan melaksanakan “home visite dan home care”
5. Melaksanakan penilaian kesehatan pekerja
6. Pengawasan terhadap lingkungan perusahaan pekerja
7. Bekerjasama dengan unit lain dalam upaya K3 perusahaan
8. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan

N. Kegiatan Berdasarkan Tingkat Pencegahan

1. Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)


a. Pendidikan kesehatan pekerja
b. Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja
c. Pembinaan mental pekerja
d. Penyediaan perumahan pekerja
e. Rekreasi pekerja
f. Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat
g. Pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala
h. Perhatian/pengawasan terhadap faktor-faktor keturunan

2. Perlindungan Khusus (Specipic Protection)


a. Imunisasi
b. Hygiene pekerja
c. Sanitasi lingkungan kerja yang sehat
d. Perlindungan diri dari bahaya pekerjaan
e. Pengendalian bahaya akibat kerja
f. Perlindungan dari bahan carsinogen
g. Perlindungan dari bahan allergen
h. Kesesuaian pekerja dengan tempat/alat kerja

3. Diagnosa dini dan Pengobatan yang tepat (Early Diagnosis and Promptreatment)
a. Mencari (screening) pekerja yang mengalami gangguan kesehatan
b. General chek up berkala dengan tujuan:
 Mengobati dan mencegah proses penyakit
 Mencegah penularan penyakit
 Mencegah komplikasi
c. Penjaringan kasus

4. Pembatasan Ketidakmampuan dan Kecacatan (Disability Limitation)

a. Pengobatan adekwat (tepat)


b. Perawatan yang baik, tepat dan cepat
c. Penyediaan fasilitas untuk membatasi kecacatan dan mencegah kematian dini

5. Pemulihan (Rehabilitation)

a. Latihan dan pendidikan untuk latihan kemampuan yang ada


b. Pendidikan masyarakat untuk mengunakan tenaga yang cacat
c. Penempatan tenaga cacat secara selektif
d. Terapi kerja di rumah sakit
e. Menyediakan tempat kerja yang dilindungi

Anda mungkin juga menyukai