Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPEAWATAN MENJELANG AJAL

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Kebutuhan Dasar Manusia II


Dosen Pengajar : Lailatul Fadillah S. Kep, Ners, M. Kep

DISUSUN OLEH :

Frety Nagita P27904117022


Ayu Azhaar Aathirah P279041170
Lula Dimah Pangestu P27904117030
Maysita Luiqi Azahra P27904117031
Nia Shinta Wahyuni P27904117034
Leres Margiati P279041170

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN D IV KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2017/201
KATA PENGANTAR

0
Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II tentang
Asuhan Keperawatan Menjelang Ajal. Dalam proses laporan ini penyusun
mendapat bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penyusun
mengucapkan terimakasih kepada Lailatul Fadillah S.Kep, Ners, M.Kep. selaku
dosen pembimbing.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
mendapat kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini.

Tangerang, 16 Maret 2017

Penyusu

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1

1
Daftar Isi 2
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Manfaat Penulisan 2
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1. Tahap Pasien Menjelang Ajal 3
2.2. Faktor Yang Perlu Dikaji4
2.3. Konsep dan Prinsip 5
2.4 . Bimbingan Spritual Pada Pasien dan Keluarga 13
2.5. Merawat jenazah
BAB 3 : PENUTUP
3.1. Kesimpulan 15
3.2. Saran 15
Daftar Pustaka 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yang sedang
menghadapi sakarotul maut tidaklah selamanya muda, klien lanjut usia akan
memberikan reaksi-reaksi yang berbeda –beda, bergantung kepada kepribadian
dan cara klien lanjut usia menghadapi hidup. tetapi bagaimanapun keadaan, situasi
dan kondisinya perawat harus dapat menguasai keadaan terutama terhadap
keluarga klien lanjut usia. Biasanya, anggota keluarga dalam keadaan krisis ini
memerlukan perhatian perawatan karena kematian pada seseorang dapat datang
dengan berbagai cara, dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung
berhari-hari. kadang –kadang sebelum ajal tiba klien lanjut usia ke hilangan
kesadarannya terlebih dahulu.
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan
WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu
unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).Oleh karena itu
dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual
pasien.Karena peran perawat yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa
mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya
dan perawat juga dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien
tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan
kondisinya.Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.Padahal
aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tahap pasien menjelang ajal?


2. Apa faktor yang perlu dikaji?
3. Bagaimana konsep dan prinsip etika keperawatan, norma budaya dalam

3
mengkaji pada pasien menjelang ajal?
4. Bagaimana bimbingan spiritual pada pasien dan keluarga?
5. Bagaimana merawat jenazah?

1.3 Manfaat Penulis

1. Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang tahap menjelang ajal


2. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui tentang faktor yang perlu dikaji
3. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui tentang konsep dan prinsip etika
keperawatan, norma budaya dalam mengkaji pada pasien menjelang ajal
4. Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang bimbingan spiritual pada
pasien dan keluarga
5. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui tentang merawat jenazah

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Tahap Menjelang Aja


Menurut Elizabeth Kubler – Ross (1969) :
1. Tahap 1 – Penolakan
Ini adalah tahap ketidakpercayaan. Adalah hal yag biasa apabila orang
untuk yang pertama kalinya mengetahuinya akan meninggal. Mungkin ini

4
berlangsung sampai kematian atau berlanjut ke tahap berikutnya. Pasien
mungkin berbicara mengenai rencana di masa depan, pengujian dan
diagnosa yang salah atau penolakan terhadap gejala tersebut. Pasien
mungkin melakukan penyangkalan dengan menghadirkan keluarganya
sebagai usaha untik melindunginya, mungkin ia hanya jujur pada perawat
mengenai keseriusan penyakitnya. Reaksinya adalah “bukan, bukan saya!”
2. Tahap 2 – Kemarahan
Pasien mungkin marah pada Tuhan, dokter, perawat,keluarga, atau pada
dirinya sendiri. Reaksinya adalah “mengapa saya!” Pasien mungkin
kembali melakukan penolakan pada waktu-waktu tertentu
3. Tahap 3 – Tawar-menawar
Pasien menyadari bahwa mereka akan meninggal tetapi berusaha membuat
penawaran untuk waktu yang lebih lama. Tawar-menawar sedang
dilakukan pada Tuhan. Biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan
tidak dibicarakan dengan yang lainnya. Reaksinya adalah “ya, saya
tetapi....”
4. Tahap 4 – Depresi
Reaksinya adalah “ya,saya”. Mengakui dan menerima kematiannyasendir
yang sudah dekat. Pasien sering menarik diri dan sedih kehilangan orang-
orang yang dicintainya dan keberadaannya sendiri.
5. Tahap 5 – Penerimaan
Reaksinya adalah “ya, saya tidak apa-apa”. Tidak bisa digambarkan
sebagai perasaan gembira atau sedih. Sering menginginkan seseorang yang
dicintainya tinggal bersama sampai kematian tiba. Seseorang yang dapat
menerima kematian orang lainnya.

2.1. Faktor yang perlu dikaji

5
 Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai
masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada
penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital,
mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien
mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi
kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien
terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan
kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.
 Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat
harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus
bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali
tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien menjelang ajal.
 Faktor Sosial
perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama menjelang ajal karena
pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri mudah tersinggung tidak ingin
berkomunikasi dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan
dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa
mengenali tanda klien mengisolasi diri sehingga klien dapat
memberikandukungan social bisa dari teman dekat kerabat keluarga terdekat
untuk selalu menemani klien.
 Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian

6
bagaimana sikap pasien menghadapi saat saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri pada tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya.
Perawat juga harus mengetahui disaat saat seperti ini apakah pasien
mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat saat terakhirnya.
Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian pasien menjelang ajal
ialah sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural budaya
yangmempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Fatar belakang budaya
mempengaruhiindividu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi
kematian menjelangajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi
pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya sehingga reaksi
menghakimi harus dihindari.Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah ritual
harus diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitif terhadap kebutuhan ritual
pasien yang akan menghadapi kematian sehingga kebutuhan spiritual klien
menjelang kematian dapat terpenuhi.

2.3. Konsep dan prinsip etika keperawatan norma budaya dalam mengkaji
pasien menjelang ajal

Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya yang


mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi
individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi
kematian/menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi
pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi
menghakimi harus dihindari. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual
harus diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui

7
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual
pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien
menjelang kematian dapat terpenuhi.

2.4. Bimbingan spiritual pada pasien dan keluarga

Prosedur Bimbingan Spiritual pada Pasien dan Keluarga Menjelang Ajal Jika
kondisi pasien kritis, dokter akan secara resmi menuliskan namanya di Daftar
kritis. Kemudian keluarga dan pemuka agama akan diberitahu.
1) Jika pasien Katolik tampak sedang menyongsong ajal, seorang pendeta
harus dipanggil untuk melakukan sakramen orang sakit. Akan lebih baik
jika keluarga hadir dan meninggalkan ruangan pada saat dilakukan
pengakuan dosa. Penganut agama Katolik dan keluarga menganggapnya
sebagai suatu keistimewaan karena memiliki kesempatan untuk mengaku
dosa ketika masih memiliki kemampuan. Banyak pasien yang sembuh
dengan sempurna, tetapi harapan ini tidak boleh mencegah penerimaan
sekramen. Pendeta akan memutuskannya setelah berdiskusi dengan
keluarga.
2) Sementara hampir semua agama lainnya tidak memiliki ritual khusus
seperti sakramen ini, oleh sebab itu pemberian privasi pada pasien dan
keluarga adalah hal yang penting. Privasi tidak berarti membiarkan pasien
dan keluarganya sendirian tetapi juga tetap melanjutkan perawatan yang
ditugaskan pada anda yang dengan perilaku yang tenang dan menghargai.
3) Pembacaan kitab suci, jika diminta, dapat menjadi bantuan spiritual untuk
melalui saat-saat kritis ini. Bersikap sopan dan beri privasi jika pemuka
agama pasien berkunjung

2.5.Merawat jenazah

8
Perawatan jenazah dilakukan setelah klien meninggal, meliputi menyiapkan
jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, memindahkan klien kekamar jenazah,
dan melakukan disposisi barang milik klien.
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan waktu kematian klien.
Jika klien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat tindak kriminalitas,
perawatan jenazah dilakukan setelah pemeriksaan autopsi.

Persiapan alat :
1. Kasa atau perban
2. Sarung tangan
3. Gulungan handuk sebagai penahan dagu
4. Bantalan
5. Kapas
6. Kantong jenazah
7. Label identifikasi tiga buah
8. Plester
9. Tas plastik untuk penyimpan barang
10. Baskom berisi air
11. Sabun
12. Handuk
13. Selimut mandi
14. Kain kafan untuk jenazah muslim
15. Daftar barang berharga
16. Peniti
17. Sisir
18. Baju bersih jika perlu
19. Peralatan ganti balutan jika perlu

9
Prosedur pelaksanaan :
1. Siapkan peralatan yang diperlukan dan bawa keruangan
2. Atur lingkungan disekitar tempat tidur. Jika kematian terjadi di ruang
rawat, jaga privasi klien dengan menutup pintu, tirai dan jendela.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
4. Atur ketinggian tempat tidur klien hingga sesui dengan ketinggian kerja
anda dan dalam posisi datar
5. Posisi jenazah telentang
6. Tutup mata jenazah menggunakan kapas, dengan cara mentup perlahan
kelopak mata dan memasang plesterjika mata tidak tertutup
7. Luruskan badan jenazah, dengan pergelangan tangan diletakkan diatas
abdomen dalam posisi menyilang tubuh. Di beberapa rumah sakit, lengan
jenazah kadang diletakkan di sisi tubuh dengan telapak tangan
menghadap kebawah
8. Lepaskan gigi palsu jika perlu, kemudian tutup mulut jenazah. Jika mulut
jenazahtetap tidak tertutup, letakkan gulungan handuk dibawah dagu agar
mulut tertutup. Letakkan bantal dibawah kepala.
9. Lepaskan perhiasan dan barang berharga milik jenazah di hadapan
keluarga. Biasanya, perhiasan dan barang berharga dilepas dan
dimasukkan kedalam tas plastik tempat barang berharga, termasuk
kacamata, kartu identitas, surat berharga, kunci atau barang religius. Beri
tas tersebut label identitas
10. Jaga keamanan barang berharga jenazah. Ikuti kebijakan rumah sakit
mengenai disposisi barang berharga. Jangan meninggalkan barang
berharga tanpa pengamanan. Simpan tas berisi barang berharga jenazah
dikantor perawat hingga dapat disimpan ditempat yang lebih aman atau
diserahkan kepada keluarga. Jika, kemungkinan anjurkan keluarga
membawa pulang seluruh barang berharga sebelum klien meninggal

10
11. Bersihkan badan jenazah menggunakan air bersih. Bersihkan tubuh dan
kotoran, seperti darah, feses, atau muntahan. Jika terjadi pengeluaran
kotoran melalui rektum, uretra, atau vagina, letakkan kasa untuk
menutupi setiap lubang dan letakkan dengan plester untuk mencegah
pengeluaran lebih lanjut. Setelah klien meninggal, sfingter otot akan
relaksasi yang menyebabkan inkontinensia feses dan urine.
12. Rapikan rambut jenazah dengan menyisirnya
13. Lakukakan perawatan drainase dan slang. Jika jenazah akan menjalani
autopsi, slang dibiarkan terpasang. Ambil botol atau kantong drainase
bersama dengan slang yang sudah ditekuk. Lepaskan slang ketika autopsi
dilakukan dan pastikan balon sudah dikempiskan sehingga tidak melukai
jaringan tubuh selama slang dilepas
14. Ganti balutan jika ada. Balutan yang kotor harus diganti dengan yang
bersih. Sisa plester dihilangkan menggunakan minyak atau larutan lain
sesuai kebijakan rumah sakit
15. Kenakan pakaian bersih pada jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga.
Letakkan klien dalam posisis telentang dengan mta tertutup dan lengan
menyilang di atas abdomen. Rapikan tempat tidur jenazah
16. Beri label identitas pada jenazah, yang berisi nama,umur,jenis
kelamin,tanggal kematian,nomor rekam medis,nomor ruangan, dan nama
dokter yang merawat. Sesuai dengan peraturan rumah sakit, ikatkan
labelidentitas pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki jenazah,
atau plester label pada dada depan jenazah
17. Letakkan jenazah pada kain kafan sesuai kebijakan RS. Ikatkan kasa atau
perban dibawah dagu dan sekitar kepala jenazah untuk menjaga dagu
tetap tertutup. Selain itu, ikat pergelangan tangan menyilang diatas
abdomen agar lengan tidak jatuh dari brankar ketika jenazah dipindahkan

11
kekamar jenazah
18. Letakkan jenazah pada kain kafan. Lipat bagian 1 kebawah menutupi
kepala dan bagian 2 ketas menutupi kaki. Lipat bagian 3 dan 4 menutupi
tubuh klien. Peniti atau plester diperlukan untuk memfiksasi kain kafan
19. Beri label identitas pada kain kafan
20. Pindahkan jenazah kekamar jenazah. Beberapa rumah sakit membiarkan
jenazah berada diruangan hingga petugas kamar jenazah datang.
Pindahkan jenazah secara perlahan ke brankar. Tutupi jenazah dengan
kain. Beberapa rumah sakit memiliki kebijakan untuk membuka wajah
jenazah
21. Ikat jenazah dengan pengikat brankar pada bagian dada dan lutut.
Pastikan pengikat tidak terlalu ketat. Pengikat dilakukan untuk mencegah
jenazah jatuh. Memcegah lecet pada jenazah.
22. Rapikan peralatan dan bersihkan ruangan
23. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada catatan
keperawatan. Dokumentasikan waktu dan tanggal jenazah diantar ke
kamar jenazah. Lakukan dokumantasi mengenai disposisi barang
berharga milik jenzah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asuhan terhadap orang yang menjelang ajal telah memasuki dimensi baru,
apa yang sebelumnya dianggap tabu telah muncul sampai tingkat sensitivitas yang
meningkat dan kesadaran akan persamaan publik dan profesional. Ada juga

12
perubahan sosial dalam mengenali kebutuhan unit lansia. Tidak hanya itu, dua
perubahan vital ini telah memengaruhi peran dan tanggung jawab perawat dalam
memberikan asuhan yang kompeten kepada lansia yang menjelang ajal.

3.2 Saran
Sebaiknya klien banyak berdoa kepada Allah SWT karena hidup dan mati kita
telah ditentukan oleh Allah. Dan dengan berdoa dapat memberikan ketenangan
dan kedamaian, tidak ada lagi ketakutan untuk menjelang ajal.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho.Wahyudi. 2008. Kep gerontik dan geriatric. Jakarta : EGC

Patricia, Potter A. 2005. Fundamental


Keperawatan.Jakarta:EGC

Eni Kusyati,dkk.2012.Keterampilan dan Prosedur


Laboratorium Keperawatan Dasar.Jakarta:EGC

13

Anda mungkin juga menyukai