DISUSUN OLEH :
Iman Sadewa 27904117024
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Setiap Rumah Sakit harus memiliki peraturan internal dan
organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 49
Pasal 50
(1) Dalam rangka pengelolaan Rumah Sakit, pemilik Rumah
Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2)
dapat melakukan kerja sama dengan pihak ketiga.
Pasal 51
(1) Setiap Rumah Sakit wajib terakreditasi.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan paling lama setelah beroperasi 2 (dua)
tahun sejak Rumah Sakit memperoleh Izin Operasional
pertama kali sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 52
(1) Peningkatan kelas Rumah Sakit dapat dilakukan sesuai
dengan kriteria klasifikasi Rumah Sakit.
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
SNARS
PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN RUANG ICU
1. Pelayanan ICU adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang dalam keadaan sakit
berat dan perlu dirawat khusus, serta memerlukan pantauan ketat dan terus menerus serta
tindakan segera.
2. Pelayanan ICU adalah pelayanan yang harus mampu memberikan tunjangan ventilasi
mekanis lebih lama, mampu melakukan tunjangan hidup yang lain tetapi tidak terlalu
kompleks sifatnya.
3. Ruang ICU terletak dekat dengan kamar operasi, ruang perawatan lainnya, dan memiliki
akses yang mudah ke IGD, Radiologi dan ke Laboratorium.
4. Area pasien :
a. Unit terbuka 12-16 m2/ tempat tidur.
b. Jarak antara tempat tidur 2 meter.
c. Mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur.
d. Outlet oksigen 1 / tempat tidur.
e. Stop kontak 4 / tempat tidur.
5. Indikasi pasien masuk ICU :
1. Prioritas 1 :Pasien yang mengalami gangguan akut pada organ vital yang
memerlukan tindakan dan terapi yang intensif cepat yaitu utamanya pada pasien
dengan gangguan pada sistem Pernafasan (B1), Sirkulasi Darah (B2), Susunan syaraf
pusat (B3) yang tidak stabil
2. Prioritas 2 :Pasien yang memerlukan pemantauan alat canggih utamanya pada pasien
yang mengalami pasca pembedahan mayor
3. Prioritas 3 :Pasien yang dalam kondisi kritis dan tidak stabil yang mempunyai
harapan kecil untuk disembuhkan atau manfaat dari tindakan yang didapat sangat
kecil. Pasien ini hanya memerlukan terapi intensif pada penyakit akutnya tetapi tidak
dilakukan intubasi atau Resusitasi Kardiopulmoner.
6. Pasien yang masuk ke ICU boleh dari IGD, Poliklinik, Ruang rawat inap, Kamar Operasi,
Rujukan / pindahan dari RS lain dan dari dokter praktek, asalkan sesuai dengan kriteria
pasien masuk ICU berdasar prioritas 1,2,3 di atas.
7. Yang menentukan pasien bisa masuk ICU adalah dokter kepala ICU.
8. Apabila ICU dalam keadaan kosong, maka semua dokter diperkenankan untuk merawat
pasien di ruang ICU sesuai dengan kriteria pasien masuk ICU berdasarkan Prioritas 1, 2,
3 diatas.
9. Indikasi Pasien Keluar ICU :
Pada pasien yang dengan terapi atau pemantauan intensif tidak diharapkan atau tidak
memberikan hasil, sedangkan pasien pada waktu itu tidak menggunakan alat bantu
mekanis ( ventilator ) yaitu :
a. Pada pasien yang telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak memerlukan terapi
atau pemantauan intensif lebih lanjut.
b. Pasien yang hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada pasien yang
lebih gawat dan lebih memerlukan terapi atau pemantauan intensif lebih lanjut.
c. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU / pulang paksa.
10. Apabila ICU tidak terisi penuh, maka yang menentukan pasien keluar ICU adalah dokter
primer yang merawat pasien tersebut.
11. Pasien bisa keluar ICU selain berdasar kriteria 1,2,3 diatas adalah apabila pasien /
keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar paksa).
12. Apabila ICU terisi penuh, maka pengaturan pasien masuk dan keluar ICU dilakukan oleh
dokter Kepala ICU
13. Apabila dokter Kepala ICU berhalangan, maka koordinasi penggunaan ruang ICU
dilaksanakan oleh dokter jaga
14. Jadwal jaga ICU dibuat oleh Kepala ICU
15. Cara Pengisian Status ICU berdasarkan JUKNIS pengisian status ICU.
16. Berkas Status ICU dimasukkan dalam berkas status rawat inap kemudian disimpan di
rekam medis paling lambat 2 x 24 jam setelah pasien tersebut pulang atau rujuk ke RS
yang lebih tinggi tingkat kemampuannya, atau pasien tersebut pulang paksa, atau pindah
RS lain.
17. Bila pasien keluar ICU tetapi masih dirawat di ruang perawatan lain dalam RS , maka
berkas status ICU disertakan dalam status rawat inap pasien tersebut.
18. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan ICU ditulis dalam Buku Register Pasien,
buku laporan harian tiap shif dan sensus harian.
19. Evaluasi hasil perawatan pasien dilakukan dengan melakukan analisa berdasarkan kasus
10 penyakit terbanyak ICU, berdasarkan pasien meninggal lebih dari 24 jam serta kurang
dari 24 jam, dan berdasar data kunjungan pasien per tahun.
20. Tersedianya obat – obat emergency yang memadai untuk menunjang life saving, seperti
Sulfas Atropin, Adrenalin, Cordaron, lidokain. Obat – obat tersebut diletakkan di troley
Emergency untuk memudahkan dalam penggunaan saat tindakan Emergency ke pasien.
21. Tersedianya Alkes, cairan infus dan alat – alat yang menunjang untuk kebutuhan
emergency yang diletakkan di troley Emergency, seperti : Nasopharing, Oropharing,
Laringoscop, Endotrakeal Tube, alat ventilasi manual, masker oksigen, infus RL, Nacl
0,9 %, Hes 6 %, dan juga spuit dari ukuran 1 cc hingga 50 cc beserta water injeksi .
22. Prosedur penyediaan obat dan alkes dilakukan dengan mengajukan budjet pada Direktur
RS, dengan tembusan pada ka.sie keperawatan dan ka. keuangan dan program.
23. Pemeriksaan laboratorium ICU terpusat di laboratorium dan bisa dilakukan 24 jam on
site.
a. Bila ada pemeriksaan laborat, maka petugas ICU memberitau ke petugas Laborat
tentang pemeriksaan yang diminta.
b. Petugas ICU membuatkan surat permintaan pemeriksaan laborat pada lembar
pemeriksaan laborat, sesuai dengan permintaan dokter.
c. Petugas laborat datang ke ICU untuk melakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan laborat sesuai dengan surat permintaan tersebut.
d. Petugas laborat menuliskan rekening pemeriksaan pada lembar rekening pasien.
e. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas laborat mengantarkan hasilnya ke
ICU.
f. Bila ada pemeriksaan radiologi maka petugas ICU memberitaukan ke petugas
radiologi tentang pemeriksaan radiologi yang diminta.
g. Khusus untuk Thorax foto, petugas radiologi datang ke ICU kemudian melakukan
pemeriksaan thorax foto (alatnya bisa mobile)
h. Petugas radiologi menuliskan di rekening pasien tentang pemeriksaan yang
dilakukan.
i. Untuk pemeriksaan selain Thorax foto, dilakukan di radiologi karena alatnya tidak
mobile
j. Bila pemeriksaan dilakukan di radiologi, maka petugas ICU mengantarkan pasien ke
radiologi untuk dilakukan pemeriksaan
k. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas radiologi mengantar hasilnya ke
ICU.
l. Petugas ICU harus memakai skort , alas kaki dan masker khusus ruang ICU.
m. Petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
n. Untuk tindakan-tindakan tertentu petugas harus memakai sarung tangan steril.
o. Perlindungan dari penyakit menular bagi petugas ICU dilakukan sesuai prosedur.
p. Tersedianya APAR di ruang ICU
q. Karena sebagian besar alat ICU menggunakan listrik, maka dilakukan pemeliharaan
rutin untuk mencegah terjadinya lonjatan listrik baik ke petugas maupun ke pasien.
24. Pemeriksaan Radiologi terpusat di radiologi dan bisa dilakukan 24 jam on site.
25. Pelaksanaan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana (K3) :
1. Peralatan yang berupa set instrumen, alat kesehatan disposible harus dalam keadaan
steril.
2. Resterilisasi alat ICU dilakukan setiap 3 x 24 jam sekali.
3. Instrumen, alat – alat suction, sirkuit ventilator bila aelesai dipakai pada pasien direndam
dengan cairan desinfektan baru kemudian disterilkan di ruang sterilisasi.
4. Setiap pasien yang memerlukan suction harus mempunyai slang suction sendiri-sendiri
dan diganti dalam waktu 1 x 24 jam.
5. Penggunaan kom untuk suction diganti dalam waktu 1 x 24 jam dan tiap-tiap pasien
sendiri-sendiri
III. FASILITAS DAN PERALATAN
1. Tersedia peralatan meliputi :
a. Tempat tidur khusus yang bisa dirubah posisinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
b. Alat pengukur tekanan darah monitor
c. Pulse oxymetri dewasa, anak, dan bayi
d. ECG 12 lead
e. Alat pengukur tekanan Vena Central
f. Alat Pengukur suhu tubuh pasien.
g. Alat penghisap (suction) tidak sentral tetapi tekanannya bisa diatur berdasarkan
kebutuhan.
h. Alat ventilasi manual dewasa, anak dan bayi dan alat penunjang jalan nafas.
i. Peralatan akses vaskuler
j. Ventilator
k. Oksigen sentral
l. Lampu untuk melakukan tindakan
m. Defibrilator Biphasic
n. Peralatan drain thoraks
o. Troley emergency yang berisi alat dan obat – obat untuk emergency
p. Infus pump dan syringe pump
q. Peralatan portable untuk transportasi pasien
r. Hemodialisa
s. Semua peralatan diatas dapat berfungsi dengan baik disertai adanya program kalibrasi
dan pemeliharaan masing-masing alat
t. Penggunaan alat dicatat dalam buku pemakaian peralatan dan masing – masing alat ada
buku pemakaiannya sendiri-sendiri
u. SOP penggunaan Alat – alat sudah terpasang pada masing – masing alat tersebut.
v. Pemeliharaan Peralatan dilakukan setiap selesai dipergunakan, dan pemeliharaan rutin
satu kali seminggu, kemudian dicatat dalam lembar pemeliharaan alat. Masing – masing
alat punya catatan pemeliharaan sendiri.
w. Program Perencanaan peralatan dilakukan pada awal tahun dan apabila ada hal – hal yang
insidentil dan mendesak bisa dilaksanakan pada saat itu.
x. Peremajaan peralatan dilakukan bekerjasama dengan IPS RS dan Pihak Suplier alat
tersebut.
IV. KEPALA ICU
Kepala ICU adalah seorang dokter spesialis Anesthesi.