Anda di halaman 1dari 23

PAPER TOKSIKOLOGI (P)

MEKANISME DAN GEJALA KLINIS KERACUNAN

KELOMOK 3

KELAS IIB

Anggota:
1. ENDAH AYU ISLAMI P27903117062
2. ISNA YUNIAR P27903117073
3. NURUL ALFIYAH P27903117086
4. SANTI NUR BASHIROH P27903117092

Jurusan Teknologi Laboratorium Medik


Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt atas limpahan rahmat dan anugrah dari-nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan besar kita nabi muhammad saw yang telah menunjukkan kepada
kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi
anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah toksikologi
dengan bahan kajian yang berjudul “Mekanisme Dan Gejala Klinis Keracunan ”. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing
kami. Dan kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak
terdapat kekurangannya.

Tangerang, 05 Februari 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PEDAHULUAN

a. Latar Belakang.......................................................................................................1

b. Rumusan Masalah..................................................................................................1

c. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II ISI

a. Definisi Toksikologi dan Racun.............................................................................3

b. Fase Kerja Toksik...................................................................................................3

c. Definisi Pestisida....................................................................................................8

d. Mekanisme Keracunan Pestisida............................................................................8

e. Gejala Klinis dan Tanda Keracunan Pestisida........................................................9

f. Toksikologi Tumbuhan...........................................................................................15

g. Toksikologi Hewan................................................................................................18

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan...............................................................................................................20

b. Saran.........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and
Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada
organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi
substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya
efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap
organisme.

Toksikologi juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Di antara berbagai macam


pencemaran lingkungan, penggunaan pestisida yang umumnya terbuat dari bahan-bahan
kimia pencemar menjadi masalah dalam industri ini. Penggunaan pestisida untuk mendukung
kemajuan industri pertanian dan menimbulkan beberapa dampak lingkungan seperti
keracunan.

Keracunan juga dapat disebabkan oleh kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi), melalui
tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon, kalajengking, dan laba-laba) dan
gigitan ular, melalui makanan yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan kimia
(fermentasi) dan pembusukan karena kerja bakteri (daging busuk) pada bahan makanan,
misalnya ubi ketela (singkong) yang mengandung asam sianida (HCn), jengkol, tempe
bongkrek, dan racun pada udang maupun kepiting, dan keracunan juga dapat disebabkan
karena penyalahgunaan zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimultan
( Amphetamine), depresan (Barbiturat), atau halusinogen (morfin), dan penyalahgunaan
alcohol.

1.2 Rumusan Masalah


1
1. Apa pengertian dari toksikologi?

2. Bagaimana fase kerja toksikologi?

3. Apa pengertian Peptisida?

4. Bagaimana mekanisme keracunan peptisida?

5. Apa saja gejala klinis dan tanda keracunan peptisida?

6. Apa pengertian dari toksikologi tumbuhan?

7. Apa pengertian dari toksikologi hewan?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari toksikologi

2. Mahasiswa dapat mengetahui fase kerja toksikologi

3. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Peptisida

4. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme keracunan peptisida

5. Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis dan tanda keracunan peptisida

6. Mahasiswa dapat mengetahui tentang toksikologi tumbuhan

7. Mahasiswa dapat mengetahui tentang toksikologi hewan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Toksikologi dan Racun

Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-
zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara
kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di
timbulkannya.Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam
kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi
pada suatu organisme.

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat mengakibatkan
cedera dari tubuh dengan adanya rekasi kimia. Arti lain dari racun adalah suatu bahan
dimana ketika diserap oleh tubuh organisme makhluk hidup akan menyebabkan kematian
atau perlukaan. Sedangkan keracunan dapat diartikan sebagai setiap keadaan yang
menunjukkan kelainan multisistem yang tidak jelas. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan meruupakan kondisi
yang berbahaya bagi kesehatan.

B. Fase Kerja Toksik

Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederatan proses, mulai
dari proses biokimia, fisika, dan biologi yang begitu kompleks. Proses ini pada umumnya
dikelompokkan dalam tiga fase, yaitu :

1. Fase Eksposisi

Jika suatu objek biologis terpapar oleh suatu zat kimia yang asing (kecuali zat
radioaktif), maka efek biologi atau toksin akan muncul setelah zat tersebut
terabsorbsi. Zat kimia yang dapat terabsorbsi umumnya bagian zat yang berada dalam
bentuk terlarut dan molekulnya terdispersi. Penyerapan zat dalam hal ini sangat
bergantung pada konsentrasi dan jangka waktu kontak antara zat dengan permukaan
organisme yang berkemampuan untuk mengabsorbsi zat. Pada obat disebut
3
farmaseutik yaitu bagian dari dosis zat aktif yang tersedia untuk di absrobsi. Selama
fase eksposisi, zat beracun dapat diubah melalui reaksi kimia tertentu menjadi
senyawa yang lebih toksik atau lebih kurang toksik dari senyawa awal.

2. Fase Toksikokinetik

Proses biologik yang terjadi pada fase toksokinetik umumnya dikelompokkan ke


dalam proses invasi dan evesi. Proses invasi terdiri dari absorpsi, transpor, dan
distribusi, sedangkkan evesi juga dikenal dengan eleminasi

 Absorpsi

Absorpsi ditandai dengan masuknya tokson dari tempat kontak (paparan)


menuju sirkulasi sistemnik tubuh atau pembuluh limfe. Jalur utama absorpsi
tokson adalah saluran cerna, paru-paru, dan kulit.

a) Melalui Saluran Cerna

Absorbsi bahan toksik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan


(gastro-intestinal tract). Terdapat beberapa faktor yang mungkin
berpengaruh pada jumlah tokson yang masuk ke dalam tubuh melalui
saluran cerna, seperti : keasaman pada lambung, mikroflora usus,
metabolisme di dinding usus, metabolisme dalam hati, makanan yang
terdapat pada lumen.

b) Melalui Saluran Pernafasan

Faktor yang berpengaruh pada absorpsi bahan toksik dalam sistem


pernapasan adalah bentuk bahan misalnya gas dan uap; aeroso; dan
ukuran partikel; zat yang terlarut dalam lemak dan air. Paru-paru dapat
mengabsorbsi bahan toksik dalam jumlah besar karena area permukaan
yang luas dan aliran darah yang cepat

c) Melalui Kulit

4
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis (lapisan terluar), dermis
(lapisan tengah) dan hypodermis (lapisan paling dalam). Bahan toksik
paling banyak terabsorbsi melalui lapisan epidermis. Absorbsi bahan
toksik melalui epidermis tergantung pada kondisi kulit, ketipisan kulit,
kelarutannya dalam air dan aliran darah pada titik singgung. Akibat
bahan toksik antara lain pengikisan atau pertukaran lemak pada kulit
yang terekspos dengan bahan alkali atau asam dan pengurangan
pertahanan epidermis.

 Distribusi

Setelah tokson mencapai sistem peredahan darah, ia bersama darah akan


diedarkan/ didistribusikan ke seluruh tubuh. Dari sistem sirkulasi sistemik ia
akan terdistribusi lebih jauh melewati membran sel menuju sitem organ atau
ke jaringan-jaringan tubuh. Distribusi suatu tokson di dalam tubuh
dipengaruhi oleh: tercampurnya tokson di dalam darah, laju aliran darah, dan
laju transpor transmembran. Distribusi bahan beracun tersebut :

a) Disimpan dalam tubuh pada hati, tulang dan lemak.

b) Dikeluarkan melalui feses, urine atau pernapasan mengalami


biotransformasi atau metabolisme dimana bentuk akhirnya lebih siap
dikeluarkan.

 Ekskresi

Setelah diabsorpsi dan didistrubusikan di dalam tubuh, tokson dapat


dikeluarkan dengan capat atau perlahan. Tokson dikeluarkan baik dalam
bentuk asalnya maupun sebagai metabolitnya. Jalus ekskresi utama adalah
melalui ginjal bersama urin, tetapi hati dan paru-paru juga merupakan alat
ekskresi penting bagi tokson tertentu. Disamping itu ada juga jalur ekskresi
lain yang kurang penting seperti, kelenjar keringan, kelenjar ludah, dan
kelenjar mamai.

a) Ekskresi Urin
5
Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme yang serupa
dengan mekanisme yang digunakan untuk membuang hasil akhir
metabolisme faali, yaitu dengan filtrasi glomerulus, difusi tubuler dan
sekresi tubuler.

b) Ekskresi Empedu

Hati juga merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi


xenobiotika, terutama untuk senyawa-senyawa dengan polaritas yang
tinggi (anion dan kation), kojugat yang terikat pada protein plasma,
dan senyawa dengan berat molekul lebih besar dari 300. Umumnya,
begitu senyawa tersebut terdapat dalam empedu, mereka tidak akan
diserap kembali ke dalam darah dan dikeluarkan lewat feses. Namun
terdapat pengecualian konjugat glukuronida, dimana konjugat ini oleh
mikroflora usus dapat dipecah menjadi bentuk bebasnya dan
selanjunya akan diserap kembali menuju sistem sirkulasi sistemik.

c) Ekskresi Paru-Paru

Zat yang pada suhu badan berbentuk gas terutama diekskresikan lewat
paruparu. Cairan yang mudah menguap juga mudah keluar lewat udara
ekspirasi Ekskresi tokson melalui paru-paru terjadi secara difusi
sederhana lewat membran sel.

d) Jalur Lain

Jalur ekskresi ini umumnya mempunyai peranan yang sangat kecil


dibandingkan jalur utama di atas, jalur-jalur ekskresi ini seperti,
ekskresi cairan bersama feses, ekskresi tokson melalui kelenjar mamai
(air susu ibu, ASI), keringan, dan air liur. Ekskresi toksikan lewat air
susu ibu (ASI), ditinjau dari sudut toksikologi amat penting karena
lewat air susu ibu ini racun terbawa dari ibu kepada bayi yang
disusuinya. Ekskresi ini terjadi melalui difusi sederhana. Oleh karena

6
itu seorang ibu yang sedang menyusui harus berhati-hati dalam hal
makanan terutama kalau sedang mengkonsumsi obat.

3. Fase Toksodinamik

Dalam fase toksodinamik atau farmakodinamik akan membahas interaksi antara


molekul tokson atau obat pada tempat kerja spesifik, yaitu reseptor dan juga proses-
proses yang terkait dimana pada akhirnya timbul efek toksik atau terapeutik.

a) Lewat interaksi kimia antara suatu zat atau metabolitnya dengan


substrat biologi akibat terbentuknya ikatan kimia kovalen yang tak
bolakbalik atau terjadinya perubahan substrat biologi sebagai
akibat dari suatu perubahan kimia zat.

b) Lewat interaksi yang bolak-balik (reversible) antara zat asing dengan


substrat biologi. Hal ini menyebabkan suatu perubahan fungsional,
yang lazimnya hilang bila zat tersebut dieliminir dari plasma.

(Deretan rantai proses pada fase kerja toksik dalam organisme secara biologik)

C. Definisi Pestisida
7
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Beberapa jenis
hama yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya sebagai
vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara lain malaria,
onkosersiasis. filariasis, demam kuning, riketsia, meningitis, tifus. dan pes. Insektisida
membantu mengendalikan penularan penyakit-penyakit ini.

Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat memberikan akibat samping


keracunan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan penggunaan
pestisida antara lain tingkat pengetahuan. sikap/perilaku pengguna pestisida, penggunaan
alat pelindung, serta kurangnya informasi yang berkaitan dengan resiko penggunaan
pestisida. Selain itu petani lebih banyak mendapat informasi mengenai pestisida
daripetugas pabrik pembuat pestisida dibanding petugas kesehatan.

D. Mekanisme Keracunan Pestisida

Jalan Masuk Pestisida Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit
(dermal), pernafasan (inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan segera diabsorpsi jika
kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung selama pestisida
masih ada pada kulit. Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan
residu pestisida dan suatu bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi
maka akan menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi yang
berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat tinggi
sehingga dapat lebih berbahaya dari pada tertelan. Paparan melalui oral dapat berakibat
serius, luka berat atau bahkan kematian jika tertelan. Pestisida dapat tertelan karena
kecelakaan, kelalaian atau dengan sengaja.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keracunan pestisida antara lain:

 Dosis. Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan


pestisida, karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk
penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang
tertera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan
membahayakan penyemprot itu sendiri.

8
 Toksisitas senyawa pestisida (Kesanggupan pestisida untuk membunuh
sasarannya), Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam
penggunaan dengan kadar yang rendah menimbulkan gangguan lebih
sedikit bila dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah
tetapi dengan kadar tinggi.

E. Gejala Klinis dan Tanda Keracunan Pestisida

No Jenis Pestisida Gejala dan Tanda Keterangan

1. Insektisida: Organokl Mual, muntah, gelisah, pusing, Tidak ada antidot langsung
lemah, rasa geli atau menusuk untuk mengatasi keracunan.
Orin
pada kulit, kejang otot, hilang Obat yang diberikan hanya
koordinasi, tidak sadar mengurangi gejala seperti
anti konvulsi dan pernafasan
buatan

Oraganofosfat dan Lelah, sakit kepala, pusing, Gejala keracunan karbamat


karbamat hilang selera makan, mual, cepat muncul namun cepat
kejang perut, diare, penglihatan hilang jika dibandingkan
kabur, keluar: air mata, keringat, dengan organofosfat. Antidot:
air liur berlebih, tremor, pupil atropin atau pralidoksim
mengecil, denyut jantung
lambat, kejang otot (kedutan),
tidak sanggup berjalan, rasa
tidak nyaman dan sesak, buang
air besar dan kecil tidak
terkontrol, inkontinensi, tidak
sadar dan kejang-kejang.

9
Piretroid sintetik Iritasi kulit: pedih, rasa terbakar, Jarang terjadi keracunan,
gata-gatal, rasa geli, mati rasa, karena kecepatan absorpsi
inkoordinasi, tremor, salivasi, melalui kulit rendah dan
muntah, diare, iritasi pada piretroid cepat hilang
pendengaran dan perasa

Piretroid derivat Alergi, iritasi kulit dan asma Pada umumnya efek muncul
tanaman: piretrum dan 1-2 jam setelah paparan dan
piretrin hilang dalam 24 jam Piretrin
lebih ringan dari pada
piretrum tapi bersifat iritasi
pada orang yang peka

2. Herbisida Iritasi pada kulit, mata, saluran


pencemaan

Herbisida biperidil Pertumbuhan abnormal pada : Akumulasi selama


parakuat paru, lensa dan kornea rnata, menimbulkan kematian 24-72
mukosa hidung, kerusakan paru- jam
paru, ginjal, hati dan otak

Dikuat Gangguan lensa mata dan Lebih ringan dari pada


dinding saluran usus, gelisah, parakuat
mengurangi sensiti vitas
terhadap rangsangan.

Dikuat atau parakuat Iritasi pada membran mukosa Dosis Tinggi


mulut, kerongkongan dan perut,
muntah, iritasi kulit dan rasa
terbakar, mimisan, radang pada
mulut dan saluran pernafasan
atas.

Klorfenoksi herbisida Iritasi tingkat sedang pada kulit Kontak dalam jangka lama

10
dan membran mukosa, rasa akan menghilangkan pigmen
terbakar pada hidung, sinus dan kulit. Dalam tubuh hanya
dada,. batuk, pusing. Iritasi tinggal dalam waktu singkat
perut, muntah, perut dan dada
sakit, diare, pusing, bingung,
bizar, tidak sadar

Herbisida arsenik : Pertumbuhan berlebih pada Oral Keracunan berat: Bau


epidermis, pengelupasan, bawang putih pada
Ansar & motar kulit
produksi cairan berlebih pada pemafasan dan Gejala mulai
muka, kelopak mata dan muncul 1-3 jam sejak
pergelangan kaki, garis putih paparan. Kematian terjadi
pada kuku, kehilangan kuku, setelah 1-3 hari kemudian
rambut rontok, bercak merah biasanya akibat kegagalan
pada membran mukosa. sistem sirkulasi
Kerusakan saluran pencernaan:
radang mulut dan kerongkongan,
perut rasa nyeri terbakar, haus,
muntah, diare berdarah.
Kerusakan sistem saraf pusat:
pusing, sakit kepala, lemah,
kejang otot, suhu tubuh turun,
lamban, mengigau, koma,
kejang-kejang Kerusakan hati:
kulit kuning Kerusakan darah:
pengurangan set darah merah,
putih dan platelet darah.

3 Fungisida Iritasi pada membran mukosa Dermal, inhalasi, oral

Pengawet kayu Kreosot Iritasi kulit hingga dermatitis, Oral, Dermal

11
(coal tar) Iritasi mata dan saluran
pemafasan, kerusakan hati
parah, Sakit kepala, pusing,
mual, muntah, timbul bercak
biru kehitaman-hijau kecoklatan
pd kulit.

Pentaklorofenol Iritasi kulit, mata dan saluran Dermal


pemafasan menimbulkan rasa
Oral
kaku pada hidung, tenggorokan
gatal, keluar air mata,
berjerawat. Demam, sakit
kepala, mual, berkeringat
banyak, hilangnya koordinasi,
kejang-kejang, demam tinggi,
kejang otot dan tremor, sulit
bernafas, konstriksi dada, nyeri
perut dan muntah, gelisah,
eksitasi dan bingung, haus hebat,
kolaps

Arsenik Mual, sakit kepala, diare, nyeri Berdampak pada sistem saraf
perut, pusing, kejang otot, pusat, paru-paru, jantung dan
mengigau, kejang-kejang hati. Gejala muncul 1-
beberapa jam setelah
paparan. Kematian terjadi
setelah 1-3 hari setelah
paparan (tergantung dosis)

Rodentisida: Kumarin Kronis: sakit kepala menetap,


sakit perut, salivasi, demam
iritasi saluran pemafasan atas.
Perdarahan pada hidung, gusi,
kencing berdarah, feses
12
berlendir, timbul bercak biru
kehitaman-hijau kecoklatan pd
kulit.

4. Indadion Kerusakan saraf, jantung dan


sistem sirkulasi, hemoragi,
kematian pada hewan. Pada
manusia belum ada dampak
yang dilaporkan

Seng sulfat Diare, nyeri perut, mual,


muntah, sesak, tereksitasi, rasa
dingin, hilang kesadaran, edema
paru, iritasi hebat, kerusakan
paru-paru, hati, ginjal dan sistem
saraf pusat, koma kematian

Strikhnin Kerusakan sistem saraf dalam


20-30 menit: kejangkejang
hebat, kesulitan pemafasan,
meninggal

Fumigan Sakit kepala, pusing. mual,


muntah

5. Sulfur florida Depresi, sempoyongan, gagap,


mual, muntah, nyeri lambung.
gelisah, mati rasa, kedutan,
kejang-kejang, nyeri dan rasa
dingin di kulit, kelumpuhan
pemafasan

13
Fosfm Rasa dingin, nyeri dada, diare,
muntah, batuk, dada sesak, sukar
bernafas. lemas, haus dan
gelisah,nyeri lambung,
hilangnya koordinasi, kulit
kebiruan, nyeri tungkai,
perbesaran pupil, timbul cairan
pada paruparu, pingsan, kejang-
kejang, koma dan kematian

Halokarbon Kulit kemarahan, melepuh dan


pecah-pecah menimbulkan kulit
kasar dan iuka. Nyeri perut,
lemah, gagap, bingung, tremor,
kejangkejang seperti epilepsi

Tanda Peringatan pada Label Kemasan Pestisida

No Tanda peringatan Label kemasan

1. I.a. Sangat berbahaya Coklat tua


sekali

2 I.b. Sangat berbahaya Merah tua

3. II. Berbahaya Kuning tua

4. III. Cukup berbahaya Biru muda

F. Toksikologi Tumbuhan

Banyak spesies tumbuhan di dunia tidak dapat dimakan karena kandungan racun yang
dihasilkannya. Proses domestikasi atau pembudidayaan secara berangsur-angsur dapat
menurunkan kadar zat racun yang dikandung oleh suatu tanaman sehingga tanaman pangan

14
yang kita konsumsi mengandung racun dengan kadar yang jauh lebih rendah daripada
kerabatnya yang bertipe liar (wild type).

Penurunan kadar senyawa racun pada tanaman yang telah dibudidaya antara lain
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Karena racun yang dihasilkan oleh
tanaman merupakan salah satu cara untuk melawan predator, maka tidak mengherankan bila
tanaman pangan modern jauh lebih rentan terhadap penyakit. Beberapa kelompok racun yang
ditemukan pada tanaman yang biasa kita konsumsi, ada beberapa yang larut lemak dan dapat
bersifat bioakumulatif. Ini berarti bila tanaman tersebut dikonsumsi, maka racun tersebut
akan tersimpan pada jaringan tubuh, misalnya solanin pada kentang. Kadar racun pada
tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh keadaan lingkungan
tempat tanaman itu tumbuh (kekeringan, suhu, kadar mineral, dll) serta penyakit.

Beberapa contoh racun yang terdapat dalam bahan pangan, diantaranya :

Racun Terdapat Pada Tanaman Gejala Keracunan

Fitohemaglutinin Kacang merah Mual, muntah, nyeri perut, diare

Glikosida Singkong, rebung, biji buah- Penyampaian saluran nafas, mual,


Sianogenik buahan muntah, sakit kepala.
(apel,aprikot,pir,plum,ceri,peach)

Glikoalkaloid Kentang, tomat hijau Rasa terbakar di mulut, sakit


perut, mual, muntah.

Kumarin Parsnip,seledri Sakit perut, nteri pada kulit jika


terkena sinar matahari.

Kukurbitasin Zucchini Muntah, kram perut, daire,


pingsan

Asam Oksalat Bayam, rhubarb,the Kram, mual, muntah, sakit kepala.

1. Fitohemaglutinin

15
Fitohemaglutinin (phytohaemagglutinin) merupakan racun alami yang
terkandung dalam kacang merah, yang termasuk golongan lektin. Keracunan
makanan oleh racun ini biasanya disebabkan karena konsumsi kacang merah
dalam keadaan mentah atau yang dimasak kurang sempurna. Gejala keracunan
yang ditimbulkan antara lain adalah mual, muntah, dan nyeri perut yang diikuti
oleh diare. Telah dilaporkan bahwa pemasakan yang kurang sempurna dapat
meningkatkan toksisitas sehingga jenis pangan ini menjadi lebih toksik daripada
jika dimakan mentah. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan
akibat konsumsi kacang merah, sebaiknya kacang merah mentah direndam dalam
air bersih selama minimal 5 jam, air rendamannya dibuang, lalu direbus dalam air
bersih sampai mendidih selama 10 menit, lalu didiamkan selama 45-60 menit
sampai teksturnya lembut.

2. Glikosida Sianogenik

Glikosida sianogenik adalah senyawa hidrokarbon yang terikat dengan gugus CN


dan gula. Beberapa tanaman tingkat tinggi dapat melakukan sianogenesis, yakni
membentuk glikosida sianogenik sebagai hasil sampingan reaksi biokimia dalam
tanaman. Senyawa glikosida sianogenik yang paling terkenal diantaranya adalah
amigdalin dan Linamarin. Tanaman yang mengandung glikosida sianogenik,
diantaranya : Singkong, rebung, biji buah-buahan
16
(apel,aprikot,pir,plum,ceri,peach). Kandungan total glikosida sianogenik pada
tanaman ditentukan oleh umur dan varietas tanaman. Gejala keracunan sianida
seperti yang terdapat pada singkong diantaranya penyempitan kerongkongan,
mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan
kematian.

3. Glikoalkaloid

Glikoalkaloid merupakan racun utama yang dapat ditemukan pada kentang dan
juga tomat hijau, dengan dua racun utama yaitu solanin dan chaconine. Biasanya
racun yang dikandung oleh kentang berkadar rendah dan tidak menimbulkan efek
yang merugikan bagi manusia. Meskipun demikian, kentang yang berwarna
hijau, bertunas, dan secara fisik telah rusak atau membusuk dapat mengandung
kadar glikoalkaloid dalam kadar yang tinggi. Sedangkan pada tomat hijau, racun
ini menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikonsumsi. Kadar glikoalkanoid
yang tinggi dapat menimbulkan rasa pahit dan gejala keracunan berupa rasa
seperti terbakar di mulut, sakit perut, mual, dan muntah.

G. Toksikologi Hewan

Berikut ini senyawa toksin yang terdapat pada hewan antara lain :
1. Tetrodotoxin (TTX)

Racun tetrodotoxin biasa ditemukan dalam ikan puffer, kadal, dan bakteri dan telah
dipelajari secara ekstensif. Tetrodotoxin adalah racun saraf yang sangat kuat,
mematikan pada dosis sekitar 10g/kg.
17
Gejala klinis yang terjadi, adalah : kesemutan di mulut diikuti dalam 10-45 menit
dengan otot inkoordinasi, air liur, kulit mati rasa, muntah, diare, dan kejang-kejang

2. Chlorotoxin (Cltx)

Chlorotoxin adalah senyawa yang aktif yang di temukan di racun kalajengking.


Memiliki kemmapuan untuk menghambat konduktansi saluran klorida. Gejala klinis
yang terjadi, adalah : Dapat menyebabkan kelumpuhan serta lama kelumpuhan
tersebut tergantung banyaknya Chlorotoxin yang masuk kedalam tubuh.
(kalajengking)

3. Conotoxin

Conotoxin adalah salah satu senyawa beracun dari kelompok peptida neurotoxin yang
diisolasi dari racun Gastropoda laut, Genus Conus; kerang kerucut. Gejala klinis yang
terjadi, ialah : rasa terbakar hebat, pusing-pusing, lumpuh, atau tidak dapat
menggerakkan anggota badan sampai yang paling fatal yaitu kematian.

4. Apitoxin

Apitoxin adalah madu racun lebah, adalah cairan tak berwarna dan pahit. Bagian aktif
dari racun adalah campuran kompleks protein, yang menyebabkan peradangan lokal
dan bertindak sebagai antikoagulan. Gejala : Kemerahan, Pembengkakan, Sakit,

18
bahkan timbul reaksi anafilaksis ( mengeluhkan sesak nafas, penurunan tekanan
darah, dan tidak sadar)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Penggunaan pestisida
yang tidak tepat dapat memberikan akibat samping keracunan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketidaktepatan penggunaan pestisida antara lain tingkat pengetahuan.
sikap/perilaku pengguna pestisida, penggunaan alat pelindung, serta kurangnya informasi
yang berkaitan dengan resiko penggunaan pestisida

Penurunan kadar senyawa racun pada tanaman dan hewan yang telah dibudidaya antara
lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Karena racun yang
dihasilkan oleh tanaman dan hewan merupakan salah satu cara untuk perlindungan diri
terhadap musuh. Contoh racun dari tumbuhan yaitu, Fitohemaglutinin, Glikosida
sianogenik dan Glikoalkaloid. Contoh racun dari hewan yaitu Racun tetrodotoxin,
Chlorotoxin, Conotoxin, dan Apitoxin

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis berharap agar setiap pembaca agar lebih memahami
mengenai pestisida, toksikologi tumbuhan dan hewan. Serta dapat memperhatikan racun-
racun yang ada setiap tumbuhan dan hewan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan.

19
3.3 DAFTAR PUSTAKA

Ariwulan, RR. Dyah Roro. 2013. TOKSIKOLOGI HEWAN, TANAMAN DAN


BAKTERI. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin : Makassar.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Penerbit ITB : Bandung

Raini, Mariana. 2007. TOKSIKOLOGI PESTISIDA DAN PENANGANAN


AKIBAT KERACUNAN PESTISIDA. Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3
Tahun 2007

Sary, Freshy Mayang, dkk. 2017. Makalah Toksikologi dan Higinie Toksikan
Alami I. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada : Yogyakarta

Wirasuta, I Made Agus Gelgel., Rasmaya Niruri. 2006. Buku Ajar Toksikologi
Umum. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Udayan : Bali

20

Anda mungkin juga menyukai