KELOMOK 3
KELAS IIB
Anggota:
1. ENDAH AYU ISLAMI P27903117062
2. ISNA YUNIAR P27903117073
3. NURUL ALFIYAH P27903117086
4. SANTI NUR BASHIROH P27903117092
Puji syukur kehadirat allah swt atas limpahan rahmat dan anugrah dari-nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan besar kita nabi muhammad saw yang telah menunjukkan kepada
kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi
anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah toksikologi
dengan bahan kajian yang berjudul “Mekanisme Dan Gejala Klinis Keracunan ”. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing
kami. Dan kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak
terdapat kekurangannya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PEDAHULUAN
a. Latar Belakang.......................................................................................................1
b. Rumusan Masalah..................................................................................................1
c. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II ISI
c. Definisi Pestisida....................................................................................................8
f. Toksikologi Tumbuhan...........................................................................................15
g. Toksikologi Hewan................................................................................................18
a. Kesimpulan...............................................................................................................20
b. Saran.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and
Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada
organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi
substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya
efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap
organisme.
Keracunan juga dapat disebabkan oleh kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi), melalui
tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon, kalajengking, dan laba-laba) dan
gigitan ular, melalui makanan yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan kimia
(fermentasi) dan pembusukan karena kerja bakteri (daging busuk) pada bahan makanan,
misalnya ubi ketela (singkong) yang mengandung asam sianida (HCn), jengkol, tempe
bongkrek, dan racun pada udang maupun kepiting, dan keracunan juga dapat disebabkan
karena penyalahgunaan zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimultan
( Amphetamine), depresan (Barbiturat), atau halusinogen (morfin), dan penyalahgunaan
alcohol.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-
zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara
kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di
timbulkannya.Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam
kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi
pada suatu organisme.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat mengakibatkan
cedera dari tubuh dengan adanya rekasi kimia. Arti lain dari racun adalah suatu bahan
dimana ketika diserap oleh tubuh organisme makhluk hidup akan menyebabkan kematian
atau perlukaan. Sedangkan keracunan dapat diartikan sebagai setiap keadaan yang
menunjukkan kelainan multisistem yang tidak jelas. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan meruupakan kondisi
yang berbahaya bagi kesehatan.
Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederatan proses, mulai
dari proses biokimia, fisika, dan biologi yang begitu kompleks. Proses ini pada umumnya
dikelompokkan dalam tiga fase, yaitu :
1. Fase Eksposisi
Jika suatu objek biologis terpapar oleh suatu zat kimia yang asing (kecuali zat
radioaktif), maka efek biologi atau toksin akan muncul setelah zat tersebut
terabsorbsi. Zat kimia yang dapat terabsorbsi umumnya bagian zat yang berada dalam
bentuk terlarut dan molekulnya terdispersi. Penyerapan zat dalam hal ini sangat
bergantung pada konsentrasi dan jangka waktu kontak antara zat dengan permukaan
organisme yang berkemampuan untuk mengabsorbsi zat. Pada obat disebut
3
farmaseutik yaitu bagian dari dosis zat aktif yang tersedia untuk di absrobsi. Selama
fase eksposisi, zat beracun dapat diubah melalui reaksi kimia tertentu menjadi
senyawa yang lebih toksik atau lebih kurang toksik dari senyawa awal.
2. Fase Toksikokinetik
Absorpsi
c) Melalui Kulit
4
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis (lapisan terluar), dermis
(lapisan tengah) dan hypodermis (lapisan paling dalam). Bahan toksik
paling banyak terabsorbsi melalui lapisan epidermis. Absorbsi bahan
toksik melalui epidermis tergantung pada kondisi kulit, ketipisan kulit,
kelarutannya dalam air dan aliran darah pada titik singgung. Akibat
bahan toksik antara lain pengikisan atau pertukaran lemak pada kulit
yang terekspos dengan bahan alkali atau asam dan pengurangan
pertahanan epidermis.
Distribusi
Ekskresi
a) Ekskresi Urin
5
Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme yang serupa
dengan mekanisme yang digunakan untuk membuang hasil akhir
metabolisme faali, yaitu dengan filtrasi glomerulus, difusi tubuler dan
sekresi tubuler.
b) Ekskresi Empedu
c) Ekskresi Paru-Paru
Zat yang pada suhu badan berbentuk gas terutama diekskresikan lewat
paruparu. Cairan yang mudah menguap juga mudah keluar lewat udara
ekspirasi Ekskresi tokson melalui paru-paru terjadi secara difusi
sederhana lewat membran sel.
d) Jalur Lain
6
itu seorang ibu yang sedang menyusui harus berhati-hati dalam hal
makanan terutama kalau sedang mengkonsumsi obat.
3. Fase Toksodinamik
(Deretan rantai proses pada fase kerja toksik dalam organisme secara biologik)
C. Definisi Pestisida
7
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Beberapa jenis
hama yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya sebagai
vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara lain malaria,
onkosersiasis. filariasis, demam kuning, riketsia, meningitis, tifus. dan pes. Insektisida
membantu mengendalikan penularan penyakit-penyakit ini.
Jalan Masuk Pestisida Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit
(dermal), pernafasan (inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan segera diabsorpsi jika
kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung selama pestisida
masih ada pada kulit. Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan
residu pestisida dan suatu bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi
maka akan menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi yang
berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat tinggi
sehingga dapat lebih berbahaya dari pada tertelan. Paparan melalui oral dapat berakibat
serius, luka berat atau bahkan kematian jika tertelan. Pestisida dapat tertelan karena
kecelakaan, kelalaian atau dengan sengaja.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keracunan pestisida antara lain:
8
Toksisitas senyawa pestisida (Kesanggupan pestisida untuk membunuh
sasarannya), Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam
penggunaan dengan kadar yang rendah menimbulkan gangguan lebih
sedikit bila dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah
tetapi dengan kadar tinggi.
1. Insektisida: Organokl Mual, muntah, gelisah, pusing, Tidak ada antidot langsung
lemah, rasa geli atau menusuk untuk mengatasi keracunan.
Orin
pada kulit, kejang otot, hilang Obat yang diberikan hanya
koordinasi, tidak sadar mengurangi gejala seperti
anti konvulsi dan pernafasan
buatan
9
Piretroid sintetik Iritasi kulit: pedih, rasa terbakar, Jarang terjadi keracunan,
gata-gatal, rasa geli, mati rasa, karena kecepatan absorpsi
inkoordinasi, tremor, salivasi, melalui kulit rendah dan
muntah, diare, iritasi pada piretroid cepat hilang
pendengaran dan perasa
Piretroid derivat Alergi, iritasi kulit dan asma Pada umumnya efek muncul
tanaman: piretrum dan 1-2 jam setelah paparan dan
piretrin hilang dalam 24 jam Piretrin
lebih ringan dari pada
piretrum tapi bersifat iritasi
pada orang yang peka
Klorfenoksi herbisida Iritasi tingkat sedang pada kulit Kontak dalam jangka lama
10
dan membran mukosa, rasa akan menghilangkan pigmen
terbakar pada hidung, sinus dan kulit. Dalam tubuh hanya
dada,. batuk, pusing. Iritasi tinggal dalam waktu singkat
perut, muntah, perut dan dada
sakit, diare, pusing, bingung,
bizar, tidak sadar
11
(coal tar) Iritasi mata dan saluran
pemafasan, kerusakan hati
parah, Sakit kepala, pusing,
mual, muntah, timbul bercak
biru kehitaman-hijau kecoklatan
pd kulit.
Arsenik Mual, sakit kepala, diare, nyeri Berdampak pada sistem saraf
perut, pusing, kejang otot, pusat, paru-paru, jantung dan
mengigau, kejang-kejang hati. Gejala muncul 1-
beberapa jam setelah
paparan. Kematian terjadi
setelah 1-3 hari setelah
paparan (tergantung dosis)
13
Fosfm Rasa dingin, nyeri dada, diare,
muntah, batuk, dada sesak, sukar
bernafas. lemas, haus dan
gelisah,nyeri lambung,
hilangnya koordinasi, kulit
kebiruan, nyeri tungkai,
perbesaran pupil, timbul cairan
pada paruparu, pingsan, kejang-
kejang, koma dan kematian
F. Toksikologi Tumbuhan
Banyak spesies tumbuhan di dunia tidak dapat dimakan karena kandungan racun yang
dihasilkannya. Proses domestikasi atau pembudidayaan secara berangsur-angsur dapat
menurunkan kadar zat racun yang dikandung oleh suatu tanaman sehingga tanaman pangan
14
yang kita konsumsi mengandung racun dengan kadar yang jauh lebih rendah daripada
kerabatnya yang bertipe liar (wild type).
Penurunan kadar senyawa racun pada tanaman yang telah dibudidaya antara lain
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Karena racun yang dihasilkan oleh
tanaman merupakan salah satu cara untuk melawan predator, maka tidak mengherankan bila
tanaman pangan modern jauh lebih rentan terhadap penyakit. Beberapa kelompok racun yang
ditemukan pada tanaman yang biasa kita konsumsi, ada beberapa yang larut lemak dan dapat
bersifat bioakumulatif. Ini berarti bila tanaman tersebut dikonsumsi, maka racun tersebut
akan tersimpan pada jaringan tubuh, misalnya solanin pada kentang. Kadar racun pada
tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh keadaan lingkungan
tempat tanaman itu tumbuh (kekeringan, suhu, kadar mineral, dll) serta penyakit.
1. Fitohemaglutinin
15
Fitohemaglutinin (phytohaemagglutinin) merupakan racun alami yang
terkandung dalam kacang merah, yang termasuk golongan lektin. Keracunan
makanan oleh racun ini biasanya disebabkan karena konsumsi kacang merah
dalam keadaan mentah atau yang dimasak kurang sempurna. Gejala keracunan
yang ditimbulkan antara lain adalah mual, muntah, dan nyeri perut yang diikuti
oleh diare. Telah dilaporkan bahwa pemasakan yang kurang sempurna dapat
meningkatkan toksisitas sehingga jenis pangan ini menjadi lebih toksik daripada
jika dimakan mentah. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan
akibat konsumsi kacang merah, sebaiknya kacang merah mentah direndam dalam
air bersih selama minimal 5 jam, air rendamannya dibuang, lalu direbus dalam air
bersih sampai mendidih selama 10 menit, lalu didiamkan selama 45-60 menit
sampai teksturnya lembut.
2. Glikosida Sianogenik
3. Glikoalkaloid
Glikoalkaloid merupakan racun utama yang dapat ditemukan pada kentang dan
juga tomat hijau, dengan dua racun utama yaitu solanin dan chaconine. Biasanya
racun yang dikandung oleh kentang berkadar rendah dan tidak menimbulkan efek
yang merugikan bagi manusia. Meskipun demikian, kentang yang berwarna
hijau, bertunas, dan secara fisik telah rusak atau membusuk dapat mengandung
kadar glikoalkaloid dalam kadar yang tinggi. Sedangkan pada tomat hijau, racun
ini menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikonsumsi. Kadar glikoalkanoid
yang tinggi dapat menimbulkan rasa pahit dan gejala keracunan berupa rasa
seperti terbakar di mulut, sakit perut, mual, dan muntah.
G. Toksikologi Hewan
Berikut ini senyawa toksin yang terdapat pada hewan antara lain :
1. Tetrodotoxin (TTX)
Racun tetrodotoxin biasa ditemukan dalam ikan puffer, kadal, dan bakteri dan telah
dipelajari secara ekstensif. Tetrodotoxin adalah racun saraf yang sangat kuat,
mematikan pada dosis sekitar 10g/kg.
17
Gejala klinis yang terjadi, adalah : kesemutan di mulut diikuti dalam 10-45 menit
dengan otot inkoordinasi, air liur, kulit mati rasa, muntah, diare, dan kejang-kejang
2. Chlorotoxin (Cltx)
3. Conotoxin
Conotoxin adalah salah satu senyawa beracun dari kelompok peptida neurotoxin yang
diisolasi dari racun Gastropoda laut, Genus Conus; kerang kerucut. Gejala klinis yang
terjadi, ialah : rasa terbakar hebat, pusing-pusing, lumpuh, atau tidak dapat
menggerakkan anggota badan sampai yang paling fatal yaitu kematian.
4. Apitoxin
Apitoxin adalah madu racun lebah, adalah cairan tak berwarna dan pahit. Bagian aktif
dari racun adalah campuran kompleks protein, yang menyebabkan peradangan lokal
dan bertindak sebagai antikoagulan. Gejala : Kemerahan, Pembengkakan, Sakit,
18
bahkan timbul reaksi anafilaksis ( mengeluhkan sesak nafas, penurunan tekanan
darah, dan tidak sadar)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Penggunaan pestisida
yang tidak tepat dapat memberikan akibat samping keracunan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketidaktepatan penggunaan pestisida antara lain tingkat pengetahuan.
sikap/perilaku pengguna pestisida, penggunaan alat pelindung, serta kurangnya informasi
yang berkaitan dengan resiko penggunaan pestisida
Penurunan kadar senyawa racun pada tanaman dan hewan yang telah dibudidaya antara
lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Karena racun yang
dihasilkan oleh tanaman dan hewan merupakan salah satu cara untuk perlindungan diri
terhadap musuh. Contoh racun dari tumbuhan yaitu, Fitohemaglutinin, Glikosida
sianogenik dan Glikoalkaloid. Contoh racun dari hewan yaitu Racun tetrodotoxin,
Chlorotoxin, Conotoxin, dan Apitoxin
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap agar setiap pembaca agar lebih memahami
mengenai pestisida, toksikologi tumbuhan dan hewan. Serta dapat memperhatikan racun-
racun yang ada setiap tumbuhan dan hewan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan.
19
3.3 DAFTAR PUSTAKA
Sary, Freshy Mayang, dkk. 2017. Makalah Toksikologi dan Higinie Toksikan
Alami I. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada : Yogyakarta
Wirasuta, I Made Agus Gelgel., Rasmaya Niruri. 2006. Buku Ajar Toksikologi
Umum. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Udayan : Bali
20