Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Kegiatan
Pengaturan SDM Dalam Keadaan Bencana” untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Bencana tepat pada waktunya. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dan kami berterima kasih pada Bapak H. Toto Subiakto, S. Kp, M. Kep selaku Dosen
mata kuliah Manajemen Bencana yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah
ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di waktu
yang akan datang.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Tangerang, 25 Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Neoplasma .......................................................................................... 3
B. Klasifikasi Neoplasma ............................................................................................ 3

C. Sifat Neoplasma...................................................................................................... 6
D. Penyebab Adanya Neoplasma ............................................................................... 8
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kejadian Neoplasma .............. 9
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tumor ........................... 9
G. Dampak Neoplasma ........................................................................................... 9
H. Metabolisme Neoplasma.................................................................................. 10
I. Mekanisme Neoplasma ..................................................................................... 1o
J. Gambaran Klinik Neoplasma ......................................................................... 11
K. Pendekatan Diagnosis Tumor .......................................................................... 11
L. Pencegahan Neoplasma .................................................................................... 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata bencana merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi, bahkan sangat akrab
dengan masyarakat kita. Bencana diartikan sebagai suatu kejadian, secara alami
maupun karena ulah manusia, terjadi secara mendadak atau berangsurangsur,
menimbulkan akibat yang merugikan, sehingga masyarakat dipaksa untuk melakukan
tindakan penanggulangan.
Bencana dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu bencana alam (Natural
Disaster) dan bencana akibat ulah manusia (Man-Made Disaster). Karakteristik
geologis dan geografis menempatkan Indonesia sebagai salah satu kawasan rawan
bencana seperti dibuktikan oleh berbagai bencana yang telah menimpa Indonesia.
Bencana merupakan musibah yang menimpa masyarakat, karena itulah sebenarnya
bencana menjadi tanggung jawab kita semua. Pencegahan jauh lebih penting dari pada
penganggulangan karena itu upaya pencegahan akan memberikan dampak positif
berupa menekan seminim mungkin korban jiwa dan harta benda dari kejadian
bencana. (Subiyantoro, Iwan. 2010 : 63-66).
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3
Tahun 2008 tentang pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
dengan ketentuan Pasal 18 dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah Daerah perlu membentuk Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Badan Penanggulangan Bencana Daerah
memiliki tanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari ancaman dan dampak
bencana, melalui pemberian informasi dan pengetahuan tentang ancaman dan risiko
bencana di wilayahnya, memberikan pendidikan, pelatihan dan peningkatan
keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, perlindungan sosial
dan pemberian 3 rasa aman, khususnya bagi kelompok rentan bencana, pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan, penanganan, darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Dilihat dari data diatas, maka penulis tertarik untuk menulis yang berjudul tentang
Perencanaan Kegiatan Pengaturan SDM Dalam Keadaan Bencana.

A. Tujuan Penulis
a. Tujuan Umum
Dapat mengetahui tentang Perencanaan Kegiatan Pengaturan SDM Dalam Keadaan
Bencana

b. Tujuan Khusus
a. Dapat mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan gangguan system Pernpasan:
Tuberculosis (TBC), Asma, Tonsilitis dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Pernpasan Akibat Peradangan dan Obstruksi: Pneumonia.
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
Pernpasan: Tuberculosis (TBC), Asma, Tonsilitis dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernpasan Akibat Peradangan dan Obstruksi:
Pneumonia.
c. Dapat menentukan perencanaan pada pasien dengan gangguan sistem Pernpasan:
Tuberculosis (TBC), Asma, Tonsilitis dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Pernpasan Akibat Peradangan dan Obstruksi: Pneumonia.
d. Dapat menentukan tindakan pada pasien dengan gangguan sistem Pernpasan:
Tuberculosis (TBC), Asma, Tonsilitis dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Pernpasan Akibat Peradangan dan Obstruksi: Pneumonia.
e. Dapat mengidentifikasi evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem Pernpasan:
Tuberculosis (TBC), Asma, Tonsilitis dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Pernpasan Akibat Peradangan dan Obstruksi: Pneumonia.

B. Ruang Lingkup
Pada makalah ini penulis hanya membahas Perencanaan Kegiatan Pengaturan SDM
Dalam Keadaan Bencana .

C. Manfaat Penulisan
Diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai
sumber informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada
pembelajaran Manajemen Bencana, dengan pembahasan Perencanaan Kegiatan
Pengaturan SDM Dalam Keadaan Bencana Selain itu juga menjadi sebuah nilai
tambah pengetahuan ilmiah dalam bidang kesehatan.

2. Manfaat Penulisan
a. Bagi institusi
Manfaat penelitian bagi institusi khususnya kepada dosen pembimbing yaitu dapat
mengembangkan kualitas pembelajaran menjadi lebih menarik, dapat menjalankan
tugas sebagai pendidik dengan baik yaitu dengan merencanakan pembelajaran
secara matang.
b. Bagi peneliti
Manfaat penulisan bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan dengan
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh secara teoritis di lapangan.
c. Bagi pembaca
Manfaat penulisan bagi pembaca adalah dapat menjadi rujukan, sumber informasi
dan bahan referensi penelitian selanjutnya agar bisa lebih dikembangkan dalam
materi-materi yang lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

D. Sitematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
2. BAB II Tinjauan Teori
3. BAB III Penutup

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Sumber Daya Manusia


1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Amstrong mendefinisikan secara sederhana yaitu, bagaimana orang-orang
dapat dikelola dengan cara yang terbaik dalam kepentingan organisasi (Alan
Price, 1997).

2. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia


Menurut Melayu, pengembangan adalah suatu usaha meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Dimana
pendidikan adalah suatu usaha untuk meningkatkan keahlian teoritis, konseptual
dan moral karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan (Malayu, 2001).
3. Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Tujuan pengembangan hakikatnya menyangkut hal-hal berikut :
a. Produktivitas kerja
b. Efisiensi
c. Kerusakan
d. Kecelakaan
e. Pelayanan
f. Moral
g. Karier
h. Konseptual
i. Kepemimpinan
j. Balas jasa
k. Konsumen

4. Jenis-jenis Pengembangan
a. Pengembangan secara informal
Karyawan atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan diri.
Caranya dengan mempelajari buku-buku literature yang ada hubungannya
dengan pekerjaan/jabatannya (Winarsih, 2014:19).
b. Pengembangan secara formal
Karyawan ditugaskan perusahaan untuk mengikuti pendidikan atau latihan.
Disini diklat bisa dilakukan perusahaan sendiri atau dengan mengirimkan
keluar ke perusahaan lain (Winarsih, 2014:19).

5. Metode-metode Pengembangan
Metode pengembangan terdiri dari :
a. Metode latihan atau training
Beberapa ahli telah mencoba untuk menjelaskan terkait Metode latihan atau
trainning, salah satu ahli mengatakan Andrew F. Sikula (dalam Malayu, 2001),
yang terdiri dari :
1) On the job
2) Vestibule
3) Demonstration and example
4) Simulation
5) Apprenticeship
6) Classroom methods

b. Metode pendidikan atau education


Untuk model latihan atau pengembangan untuk SDM dengan Training
Methods , yang terdiri dari :
1) Under study
2) Job rotation and planned progression
3) Coaching and counseling
4) Junior board of excecutive or multiple management
5) Commitee assigment
6) Business games

B. Manajemen Bencana Alam


1. Pengertian Bencana Alam
Bencana Alam adalah sebagai sesuatu yang tidak bisa di hindari dan harus
terjadi. Gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, gas beracun
dan lainnya. Ini adalah sebuah fenomena yang sudah melekat di bumi sampai
sekarang manusia belum bisa untuk mengatasi munculnya bahaya itu, bencana
merupakan sebuah konstruksi sosial dimana bencana ini adalah bertemunya
sebuah ancaman yang berupa fenomena alam atau buatan, bencana akan terjadi
apabila masyarakat mempunyai tingkat pengetahuan atau kemampuan lebih
rendah dibandingkan dengan ancaman yang mungkin terjadi padanya (Suryono,
2005:2).

2. Pengertian Manajemen Bencana Alam


Manajemen bencana didefinisikan sebagai istilah kolektif yang mencakup
semua aspek perencanaan untuk merespons bencana, termasuk kegiatan-kegiatan
sebelum bencana dan setelah bencana yang mungkin juga merujuk pada
manajemen risiko dan konsekuensi bencana (Kusumasari, 2014:19).
Manajemen Bencana : serangkaian upaya komprehensif dalam pra bencana,
saat bencana dan pasca bencana. Kegiatan dalam pra bencana ditujukan untuk
mengurangi risiko bencana, bersifat preventif seperti: Pencegahan dan Mitigasi
atau penjinakan sedangkan dalam Kesiapsiagaan meliputi peringatan dini dan
perencanaan saat bencana (tanggap darurat) yakni: Pengkajian darurat Rencana
operasi, Tanggap darurat dan Setelah bencana, Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

3. Upaya Manajemen Bencana


Adapun upaya manajemen bencana alam menurut Undang-Undang No. 24
tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu :
a. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman
bencana. (Pasal 1 ayat (6))
b. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna. (Pasal 1 ayat (7))
c. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. (Pasal 1 ayat
(8))
d. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. (Pasal 1 ayat (9))
e. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana. (Pasal 1 ayat (10))
f. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana. (Pasal 1 ayat (11))
g. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. (Pasal 1 ayat (12))

C. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Sebagaimana didefinisikan dalam UU 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Rangkaian kegiatan tersebut apabila digambarkan dalam siklus penanggulangan
bencana adalah sebagai berikut :
Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga tahapan yakni :
1. Pra bencana yang meliputi:
- situasi tidak terjadi bencana
- situasi terdapat potensi bencana
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana

Pra-Bencana
(situasi tidak
Pemulihan
terjadi
bencana

Pra-Bencana
(situasi
Tanggap
potensi
darurat
terjadi
bencana)

Bencana

Tahapan bencana yang digambarkan di atas, sebaiknya tidak dipahami sebagai suatu
pembagian tahapan yang tegas, dimana kegiatan pada tahap tertentu akan berakhir
pada saat tahapan berikutnya dimulai. Akan tetapi harus dipahami bahwa setiap waktu
semua tahapan dilaksanakan secara bersama-sama dengan porsi kegiatan yang
berbeda. Misalnya pada tahap pemulihan, kegiatan utamanya adalah pemulihan tetapi
kegiatan pencegahan dan mitigasi juga sudah dimulai untuk mengantisipasi bencana
yang akan datang

D. Perencanaan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Secara umum perencanaan dalam penanggulangan bencana dilakukan pada
setiap tahapan dalam penyelenggaran penanggulangan bencana
Pemulihan Pencegahan & Mitigasi

Rencana Rencana
Pemulihan Mitigasi

Bencana

Rencana Rencana
Operasi Kontinuensi

Tanggap darurat Kesiapsiagaan

Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, agar setiap kegiatan dalam


setiap tahapan dapat berjalan dengan terarah, maka disusun suatu rencana yang
spesifik pada setiap tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
1. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana ( Disaster Management Plan ), yang
merupakan rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan /
bidang kerja kebencanaan. Secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi
bencana tertentu terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi misalnya
Rencana Mitigasi Bencana Banjir DKI Jakarta.
2. Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan
penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang
didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu ( single hazard ) maka
disusun satu rencana yang disebut Rencana Kontinjensi ( Contingency Plan ).
3. Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana Operasi ( Operational Plan ) yang
merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana
Kontinjensi yang telah disusun sebelumnya.
4. Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan ( Recovery
Plan ) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada
pasca bencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi
kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk /pedoman
mekanisme penanggulangan pasca bencana.

E. Perencanaan Penanggulangan Bencana


Perencanaan penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis
risiko bencana dan upaya penanggulangannya yang dijabarkan dalam program
kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya.
Perencanaan penanggulangan bencana merupakan bagian dari perencanaan
pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan ini merupakan
program/kegiatan yang terkait dengan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang
dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah
(RPJM) maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan.
Rencana penanggulangan bencanaditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh :
1. BNPB untuk tingkat nasional;
2. BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota.
Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau
sewaktu-waktu apabila terjadi bencana

F. Proses Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana


Secara garis besar proses penyusunan/penulisan rencana penanggulangan
bencana adalah sebagai berikut :

Penanggulangan Pengkajian Bahaya

Pengenalan Kerentanan

Analisis Kemungkinan Dampak Bencana

Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana

Mekanisme Dampak Penanggulangan Bencana

Alokasi Tugas dan Peran Instansi

G. Uraian Proses Perencanaan Penanggulangan Bencana


Sebagaimana diuraikan di atas bahwa langkah pertama adalah pengenalan
bahaya / anaman bencana yang mengancam wilayah tersebut. Kemudian bahaya /
ancaman tersebut di buat daftar dan di disusun langkah-langkah / kegiatan untuk
penangulangannya. Sebagai prinsip dasar dalam melakukan Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana ini adalah menerapkan paradigma pengelolaan risiko
bencana secara holistik. Pada hakekatnya bencana adalah sesuatu yang tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan. Pandangan ini memberikan arahan bahwa bencana harus
dikelola secara menyeluruh sejak sebelum, pada saat dan setelah kejadian bencana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Saluran pernafasan merupakan kumpulan sistem organ tubuh yang memiliki kontak
langsung dengan pajanan benda dari luar tubuh yaitu sebagai keluar masuknya udara
oksigen dan karbondioksida, yang memungkinkan masuknya benda asing lain yang
ikut terhirup pada saat pernafasan. Kualitas udara yang buruk atau tidak sehat
beresiko membuat gangguan di saluran pernafasan yang ikut terhirup saat berada
disaluran pernafasan akan diseleksi dengan berbagai mekanisme pertahanan saluran
pernafasan, namun apabila terus menerus dapat mengakibatkan kepekaan mekanisme
pertahanan tersebut menjadi menurun yang kemudian lama-kelamaan dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker nasofaring, kanker laring maupun
kanker paru, selain itu infeksi mikroorganisme juga dapat beresiko menyebabkan
penyakit saluran pernafasan. Dan juga ruda paksa ataupun cedera dada yang dapat
menyebabkan trauma dada. Yang dari semua penyebab dan gangguan saluran
pernafasan diatas, dapat menimbulkan berbagai keluhan, tanda dan gejala yang
dirasakan yang dapat mengganggu kebutuhan dasar manusia dan dapat dikaji untuk
dilakukan intervensi dan penanganan secara benar.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini semoga dapat bermanfat bagi para pembaca, serta
dapat menambah referensi
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai