Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A DENGAN GANGGUAN SISTEM


SYARAF (STROKE NON HEMORAGIK) DI PAV. KENANGA RSU
KABUPATEN TANGERANG
Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik KMB 1
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

P27904117018 Febriyanti Shoolihah


P27904117019 Fifi Magfiroh
P27904117020 Fitri Trsinawati
P27904117021 Fiyan Fitri Yanayir
P27904117022 Frety Nagita
P27904117023 Gadis Intanovia Adinda

Tingkat II/IV D4 Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan


neurologis yang utama. Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu keadaan
yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan
terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan terhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Batticaca (2008) stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi
penyebab kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika
Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan. Penyakit ini juga menimbulkan kecacatan terbanyak
pada kelompok usia dewasa yang masih produktif. Tingginya kasus stroke ini
salah satunya dipicu oleh rendahnya kepedulian masyarakat dalam mengatasi
berbagai faktor resiko yang dapat menimbulakan stroke. Penyebab stroke adalah
pecahnya (ruptur) pembuluh darah di otak dan atau terjadinya trombosis dan
emboli. Gumpalan darah akan masuk ke aliran darah sebagai akibat dari penyakit
lain atau karena adanya bagian otak yang cedera dan menutup atau menyumbat
arteri otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan dengan gejala
lemas, lumpuh sesaat, atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan
kematian.

Menurut Anonim (2004) tingkat kejadian stroke pada daerah perkotaan di


Indonesia diperkirakan lima kali lebih besar dari pada tingkat kejadian di daerah

1
pedesaan. Depkes RI (2007) mengatakan bahwa hal ini dapat dilihat dari jumlah
penderita stroke yang di rawat di rumah sakit terutama rumah sakit tipe B yang
merupakan rumah sakit yang berada di daerah perkotaan. Pertambahan kasus
stroke yang tidak diimbangi dengan perbaikan penatalaksanaan di rumah sakit
mengakibatkan dalam sepuluh tahun akhir, stroke menjadi penyebab kematian
nomer satu di rumah sakit di Indonesia. Menurut Depkes (2011), stroke
merupakan penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian.
Dengan proporsi angka kejadian yaitu 15,4%, disusul hipertensi, diabetes,
kanker, dan penyakit paru obstruksi kronis. Penyakit stroke merupakan penyebab
kematian ketiga tersering di negara maju setelah penyakit jantung dan kanker.
Menurut Mansjoer (2000), serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis
yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Menurut Ginsberg (2008)
stroke non hemoragik merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
penanganan segera. Proses asuhan keperawatan mempunyai peranan penting
dalam keberhasilan penyelamatan maupun rehabilitasi klien dengan stroke non
hemoragik di instansi rumah sakit. Hasil dari proses asuhan keperawatan dapat
sesuai dengan yang diharapkan bilamana dilakukan secara 3 professional namun
hasil dapat bertolak belakang dengan tujuan, jika proses asuhan keperawatan
tersebut tidak dilakukan secara professional.

Dari beberapa hal dan data-data diatas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat kasus stroke non hemoragik sebagai karya tulis ilmiah.

1.2 Rumusan masalah

2
1.3 Tujuan
2. Tujuan umum

Mengetahui secara umum tentang penyakit Stroke dan mampu


menerapkanasuhan keperawatan yang komprehensif kepada klien
denganStroke NonHemoragik.

3. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa data pada klien
denganStroke Non Hemoragik.
b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data.
c. Mampu membuat perencanaan pada klien dengan Stroke NonHemoragik.
d. Mampu memberikan implementasi berdasarkan rencana yang
sudahdisusun.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien
denganStroke Non Hemoragik.
f.
1.4 Manfaat penulis
a. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan acuan yang diperlukan dalam meningkatkan
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada pasien dengan
stroke non hemoragik.
b. Bagi Instansi Akademik Sebagai bahan masukan dan referensi dalam
kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pasien dengan
stroke non hemoragik yang dapat digunakan sebagai acuan bagi praktek
mahasiswa keperawatan.
c. Bagi Penulis Melatih penulis untuk menyusun hasil pemikiran, asuhan
keperawatan, dan penelitian yang telah dilakukan yang selanjutnya
dituangkan ke dalam Karya Tulis Ilmiah dengan cara-cara yang lazim
digunakan oleh para ilmuan dalam dunia ilmu pengetahuan.

3
d. Bagi Keluarga Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang stroke
non hemoragik beserta penatalaksanaannya.
e. Bagi Pembaca Sebagai sarana untuk menambah wawasan serta pengetahuan
tentang stroke non hemoragik.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang


diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne,
2002).

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak


yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system
suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2006)

Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul


mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer,
2000)

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli


dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif
Muttaqin, 2008).

B. KLASIFIKASI

Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):

1. Berdasarkan manifestasi klinis


a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)

5
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.

b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological


Deficit (RIND)

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.

c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)

Gejala neurologik makin lama makin berat.

d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)

Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

2. Berdasarkan kausal
a. Stroke Trombotik

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh


darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil,trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis.

b. Stroke Emboli/Non Trombotik

6
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

C. ETIOLOGI

Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan


oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non
hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan
seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan
timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan
infark serebri.

1. Emboli
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat
berasal dari “plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus
yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:

1) Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian


kanan dan bagian kiri atrium atau ventrikel.

2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan


gangguan pada katup mitralis.

3) Fibrilasi atrium

4) Infarksio kordis akut

5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis

6) Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung


miksomatosus sistemik

7
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik

Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun


dari right sided circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya
emboli kardiogenik adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis,
endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark miokard, atrial
fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan
85 persen di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark
miokard.

2. Thrombosis

Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling
sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi
dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan
terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet.

Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel,


defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses
yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya
stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).

8
D. ANATOMI PEMBULUH DARAH OTAK

Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial.

Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi
normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis
interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah
ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang
kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak
disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri
serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk
suatu sirkulus willisi.

Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-


fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area
wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil
yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat
jalan serabut-serabut saraf ke target organ.

Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan


pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan
tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke.

E. PATOFISIOLOGI

9
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis.Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara:

1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran


darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
5. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

1. Keadaan pembuluh darah.

2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran


darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak
menjadi menurun.

3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak


yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar
pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan
perfusi otak.

4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena


lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus,


emboli,perdarahan dan spasme vaskuler) Arterosklerosissering/cenderung

10
sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana
aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklus pada pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti
thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang
sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah
satunya cardiac arrest.

11
Pathway

12
13
F. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):

1. Kehilangan motorik

Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada


salahsatusisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia

2. Kehilangan komunikasi

Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)


atau afasia (kehilangan berbicara).

3. Gangguan persepsi

Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan


penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.

4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).


5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:

1. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah

2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,


gangguan penglihatan

3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.

14
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

Hemisfer kiri Hemisfer kanan

· Mengalami hemiparese · Hemiparese sebelah kiri


kanan tubuh

· Perilaku lambat dan hati- · Penilaian buruk


hati
· Mempunyai kerentanan
· Kelainan lapan pandang terhadap sisi kontralateral
kanan sehingga memungkinkan
terjatuh ke sisi yang
· Disfagia global
berlawanan tersebut
· Afasia

· Mudah frustasi

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral

Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atauM


obstruksi arteri.

2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).

Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).

3. CT scan

15
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.

4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar


terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infark akibat dari hemoragik.

5. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan


dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.

6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.

16
G. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,


komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:

1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah


tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.

2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi


sendi, deformitas dan terjatuh

3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.

4. Hidrocephalus

Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan


melakukan tindakan sebagai berikut:

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan


lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.

b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk


usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

17
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.

e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,

Pengobatan Konservatif

a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,


tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra


arterial.

c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat


reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.

d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya


trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :

a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan


membuka arteri karotis di leher.

b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya


paling dirasakan oleh pasien TIA.

18
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

19
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. U.M DENGAN GANGGUAN SISTEM
SYARAF (STROKE) DIRUANG PAVILIUN KENANGA RSU KAB.
TANGERANG

3.1 PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama : Tn. U.M
Umur : 66 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Pasir Rahong Rt. 006/002 Cibadak
Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2019
Dx medic : Stroke Non Hemoragik
Penanggung jawab : Ny. A

B. Riwayat Sakit dan Kesehatan


1. Keluhan Utama
Ny. A mengatakan pasien dibawa kerumah sakit karena mengalami
kelemahan anggota badan sebelah kiri dan mengalami penurunan
kesadaran.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dirawat dirumah sakit kab. Tangerang diruang kenanga karena
mengalami keluhan lemah pada anggota badan sebelah kiri, mual (-),
muntah (+), nyeri kepala (+), terdapat penurunan kesadaran dan keluhan
timbul secara tiba-tiba.

20
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. A mengatakan bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ny. A mengatakan ayah dari Tn. U.M memiliki penyakit hipertensi dan
meninggal karena penyakit yang sama.

5. Susunan Keluarga

Keterangan :
= meninggal
= pasien
= laki-laki
= perempuan
= tinggal serumah dengan pasien

6. Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi

21
C. Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan (Keyakinan Terhadap Kesehatan &
Sekitarnya)
Pasien dan keluarga menggunakan bahasa indonesia untuk
mempersepsikan kesehatannya, pasien dan keluarga selalu berdoa kepada
Allah SWT, agar pasien lekas diberikan kesembuhan.

2. Pola Aktivitas dan Latihan


a. Kemampuan Perawatan Diri

SMRS MRS
Aktivitas 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi √ √
Berpakaian/Berdandan √ √
Eliminasi/Toileting √ √
Mobilitas di Tempat √ √
Tidur
Berpindah √ √
Berjalan √ √
Naik Tangga √ √
Berbelanja √ √
Memasak √ √
Pemeliharaan Rumah √ √

0 = Mandiri
1 = Alat Bantu
2 = Dibantu Orang Lain
3 = Dibantu Orang Lain & Alat

22
4 = Tergantung/Tidak Mampu
Alat bantu : (√) pispot disamping tempat tidur.

b. Kebersihan Diri
Dirumah Dirumah Sakit
Mandi : 3x /hari Mandi : 1x /hari
Gosok gigi : 3x /hari Gosok gigi : 1x /hari
Keramas : 2x /minggu Keramas : - x /minggu
Potong kuku : 1x /minggu Potong kuku : - x /minggu

c. Aktivitas sehari-hari
Aktivitas pasien sehari-hari adalah sebagai wiraswastawan.
d. Rekreasi
Setiap hari dengan keluarga menonton tv bersama dirumah.
e. Olahraga
Pasien tidak pernah berolahraga karena sibuk berdagang.

3. Pola Istirahat dan Tidur

Di Rumah Di Rumah Sakit


Waktu Tidur : Siang 13.30-13.30 WIB Waktu Tidur : Siang 14.00-15.00 WIB
Malam 22.00-05.00 WIB Malam 23.30-04.00 WIB
Jumlah Jam Tidur : 7 ½ Jam Jumlah Jam Tidur : 5 ½ Jam
Masalah di RS : Terbangun Dini dan insomnia

4. Pola Nutrisi dan Metabolik


a. Pola Makan
Di Rumah Di Rumah Sakit
Frekuensi : 2 x 1 /Hari Frekuensi : 2 x 1 /Hari

23
Jenis : Sayur,Lauk,Nasi,ikan Jenis : Bubur,Lauk,Sayur,Buah
Porsi : 1 Piring Porsi : 1 Piring
Pantangan : Mengandung Tinggi garam Diit Khusus : Rendah Garam
Makanan disukai : Nasi Goreng
Nafsu makan di RS: Normal
Kesulitan Makan : iya
Gigi Palsu : Tidak Ada
NG Tube : Terpasang

b. Pola Minum
Di Rumah Di Rumah Sakit
Frekuensi : ±2000 cc Frekuensi : ±600 cc
Jenis : Air Putih Jenis : Air Putih,Susu
Jumlah : ±8 Gelas /Hari Jumlah : ±4 Gelas /Hari
Pantangan : Kopi,Teh
Minuman disukai : Teh manis

5. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar
Di Rumah Di Rumah Sakit
Frekuensi : 2x sehari Frekuensi : 2x sehari
Konsistensi : lembek Konsistensi : ½ padat
Warna : kuning kecoklatan Warna : kuning
Masalah di RS: diare
Kolostomi : tidak ada

b. Buang Air Kecil


Di Rumah Di Rumah Sakit
Frekuensi : 4-5x sehari Frekuensi : 3x /hari

24
Konsistensi : cair Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih Warna : kuning
Masalah di RS : kurang minum
Kolostomi : (Ya, kateter 500cc/hari)

6. Pola Kognitif Perseptual


Berbicara : tidak jelas
Bahasa sehari-hari : Indonesia
Kemampuan membaca : Bisa
Tingkat ansietas : Sedang, karena rasa nyeri yang dialami pasien nyeri
dibagian kepala
Kemampuan interaksi : Tidak, Pasien mengalami afasia.
Vertigo : tidak ada
Nyeri : ada
Bila ya,
P : nyeri kepala
Q : nyeri sedang
R : nyeri dikepala dibagian zsebelah kiri dan kanan
S : skala nyeri 3-4
T : nyeri hilang dalam waktu 5 menit

7. Pola Konsep Diri

8. Pola Koping
a. Masalah utama selama MRS (Penyakit,Biaya dan Perawatan Diri)
Masalah pasien selama di RS mengenai penyakit dan perawatan
diri. Pasien tidak mampu merawat dirinya sendiri akibat kelemahan
yang terjadi dan penyakit DM tipe II yang memperparah keadaan.

25
b. Kehilang Perubahan yang Terjadi Sebelumnya
Pasien kehilangan kemampuan untuk merawat dirinya sendiri
sepenuhnya dengan kata lain dalam pemenuhan perawatan diri pasien
memerlukan keluarga atau orang lain.

c. Kemampuan Adaptasi
Kemampuan adaptasi pasien baik.

9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Pemeriksaan testis sendiri tiap bulan : tidak
b. Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : pasien tidak
mampu melakukan aktivitas seksual selama sakit

10. Pola Peran-Hubungan


a. Pekerjaan : Wiraswasta
b. Kualitas bekerja : Baik, namun semenjak sakit kualitas
bekerja menurun.
c. Hubungan dengan orang lain : terhambat karena sakit
d. Sistem pendukung : Pasangan
e. Masalah keluarga mengenai perawatan di RS : pasien tidak dapat
tersosialisasi dan berbicara dengan keluarga secara baik, karena
mengalami afasia

11. Pola Nilai-Kepercayaan


a. Agama : Islam
b. Pelaksanaan Ibadah : Terhambat, karena penyakit yang diderita
c. Pantangan Agama : Tidak ada
d. Meminta kunjungan rohaniawan: Tidak

26
D. Pengkajian Persistem
1. Tanda Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 160/90 mmHg
b. Suhu : 36,9 ºC
c. Frekuensi nafas : 26 x/menit
d. Nadi : 98 x/menit
e. Tinggi badan : 165 cm
f. Berat badan : SMRS : 70 kg, MRS : 60 kg

2. Sistem Pernafasan
Pola nafas tidak teratur karena mengalami tachipnea RR : 26x/mnt,
bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, terdapat sekret(+), hidung
kotor, terpasang O² sebanyak 3 litter dsan terapi inhalasi 1x1 ketika pagi
hari.
3. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung berirama S1 dan S2, terdapat hipertensi karena tekanan
darah yaitu 160/90 mmHg
4. Sistem Persarafan
GCS: Eye: 3, Verbal: afasia, Motorik: 5. Sistem syaraf tidak normal
karena mengalami stroke non hemoragik
5. Sistem Perkemihan
Tidak ada nyeri tekan dan terpasang cateter
6. Sistem Pencernaan
Mulut : bibir tidak simetris, mukosa mulut kering, terdapat stomatitis, dan
bau tidak sedap.
Abdomen : terdapat acites, kembung, nyeri tekan tidak ada, hepar tidak
teraba, dan terpasang NGT.
7. Sistem Muskuloskeletal
Ekstermitas atas : jari simetris jumlah 5 akral hangat, kesulitan flexi,
extensi, abduksi, dan adduksi pada lengan sinistra.

27
Ekstermitas bawah : kesulitan bergerak pada bagian kiri
8. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, turgor kulit baik, terdapat
dekubitus di bokong sebelah kanan
9. Sistem Pengindraan
a. Mata: mata simetris, refleks cahaya ½ normal, tidak ada sklera ikterik,
tidak ada konjungtiva anemis, terkadang karena pasien mengalami
afasia pasien mengungkapkan perasaannya melalui mata.
b. Hidung: hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, pasien dapat
membedakan bau-bauan, dan terpasang NGT.
c. Telinga : telinga simetris, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada lesi
10. Sistem Reproduksi dan Genetalia
Genetalia bersih, tidak ada lesi, tidak ada hemoroid

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan lab, termasuk antibodi kardiolipin, anti posfolipid, faktor V
mengalami mutasi, antitrombin III, protein S dan C menunjukan
trombosisi (pengedapan)
2. Photo
- Photo thorax
- Ct-Scan → terdeteksi adanya normalitas struktur
- EKG
F. Terapi
1. Citicolin : 2x500 mg
2. Aspiter : 1x80 mg
3. Cpg : 1x75 mg
4. Mecobalamin : 2x1 amp

28
5. Ranitidin : 2x1 amp
6. IVFD asering : 500 cc/8jam
7. Humalog
8. Terapi inhalasi
3.2 Analisa Data

Nama Klien : Tn. U.M Ruangan/Kamar : Kenanga


Umur : 66 Tahun No.RM : 0002125

No Data (Symptom) Penyebab (etiologi) Masalah (Problem)


1. Ds: Infrak jaringan otak
Ny. A mengatakan ↓
suaminya tidak nafsu Kelemahan pada
makan sejak sakit. nervus V,VII.IX, dan
X
Do : ↓
Terdapat penurunan Penurunan kemampuan Keseimbangan nutrisi
berat badan otak mengunyah kurang dari
SMRS : 70 KG ↓ kebutuhan tubuh
MRS : 66 KG Keseimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

29
2. Ds: Kerusakan pusat
Ny. A mengatakan gerakan motorik di
suaminya suka lobus frontalis
menggaruk badannya hemisphare/hemiplagia
seperti gatal dan ↓
badannya kotor dan Mobilitas menurun
mulutnya berbau. ↓
Tirah baring Deficit perawatan diri
Do: ↓
Pasien tampak kusam Deficit perawatan diri
dan berbau.

3.3 Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Kaji alergi - Untuk dapat
nutrisi kurang dari tindakan makanan dilakukan
kebutuhan tubuh keperawatan selama - Monitor intervensi dalam
berhubungan dengan 2x24 jam nutrisi penurunan berat pemberian
penurunan teratasi dengan badan makanan dan
kemampuan otot kriteria hasil : - Kolaborasi obat-obatan pada
mengunyah ditandai 1. Berat badan dengan ahli gizi pasien
dengan tidak nafsu normal untuk - Jelaskan
makan dan penurunan 2. Nafsu makan menentukan pentingnya
berat badan meningkat jumlah kalori makanan bagi
- Kolaborasi proses
dengan dokter penyembuhan
untuk - Mermbantu
pemasangan dalam
NGT mengidentifikasi
malnutrisi
protein-protein.

30
2. Deficit perawatan diri Setelah dilakukan - Monitor - Dengan
berhubungan dengan tindakan kemampuan mengetahui apa
kelemahan fisik dan keperawatan selama pasien untuk yang mampu
tirah baring ditandai 2x24 jam defisit perawatan diri dilakukan pasien
dengan gatal dan perawatan diri secara mandiri , perawat dapat
tercium bau yang teratasi dengan - Monitor melakukan
tidak sedap kriteria hasil : kebutuhan perawatan
1. Pasien tidak pasien untuk dengan baik
menolak saat alat-alat bantu - Agar mengetahui
dilakukan untuk apa saja yang
tindakan kebersihan diri pasien perlukan
perawatan diri - Jelaskan pada - Keterlibatan
2. Pasien mampua pasien dan keluarga sangat
melakukan keluarga tentang berarti dalam
perawatan diri perawatan diri. proses
secara mandiri penyembuhan
3. Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali tentang
perawatan diri

3.4 Implementasi

No. Waktu, Dignosa Tindakan Tanda


Tanggal Tangan
dan Jam
1. 18-02- Ketidakseimbangan 1. 08:00 1. Mengkaji
2019 nutrisi kurang dari adanya alergi
08:00 - kebutuhan tubuh terhadap
11:00 berhubungan 2. 08:30 makanan
dengan penurunan 2. Memonitoring
kemampuan otot adanya
mengunyah 3. 10:00 penurunan berat
PERAWAT
ditandai dengan badan
tidak nafsu makan 3. Melakukan
dan penurunan 4. 11:00 kolaborasi
berat badan dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori

31
4. Melakukan
kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemasangan NGT
2. 18-02- Deficit perawatan 1. 07:00 1. Memonitoring
2019 diri berhubungan kemampuan
07:00 – dengan kelemahan pasien untuk
10:30 fisik dan tirah 2. 09:30 perawatan diri
baring ditandai 2. Memonitoring
dengan gatal dan alat bantu yang
tercium bau yang 3. 10:30 diperlukan PERAWAT
tidak sedap pasien
3. Menjelaskan
kepada pasien
dan keluarga
cara perawtan
diri yang benar

3.5 Evaluasi

No. Waktu, Dignosa Evaluasi Tanda


Tanggal Tangan
dan Jam
1. 18-02-2019 Ketidakseimbangan S : keluarga pasien
16:00 nutrisi kurang dari mengatakan nafsu makan
kebutuhan tubuh pasien mulai bertambah
berhubungan O:
dengan penurunan - berat badan pasien
kemampuan otot sudah mulai
mengunyah bertambah
PERAWAT
ditandai dengan - terpasang Ngt
tidak nafsu makan - bising usus
dan penurunan berkurang
berat badan A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi

32
2. 18-02-2019 Deficit perawatan S : keluarga pasien
16:30 diri berhubungan mengatakan mengerti apa
dengan kelemahan yang telah dijelaskan oleh
fisik dan tirah perawat
baring ditandai O:
dengan gatal dan - keluarga pasien
tercium bau yang mampu
tidak sedap menjelaskan
kembali cara
melakukan
PERAWAT
perawatan yang
benar
- pasien tidak
menolak ketika
dilakukan
perawatan diri
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi

33
Daftar Pustaka

Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 1996, Perawatan Medikal Bedah
.EGC, Jakarta
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik proses
proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai