Disusun Oleh :
1
pedesaan. Depkes RI (2007) mengatakan bahwa hal ini dapat dilihat dari jumlah
penderita stroke yang di rawat di rumah sakit terutama rumah sakit tipe B yang
merupakan rumah sakit yang berada di daerah perkotaan. Pertambahan kasus
stroke yang tidak diimbangi dengan perbaikan penatalaksanaan di rumah sakit
mengakibatkan dalam sepuluh tahun akhir, stroke menjadi penyebab kematian
nomer satu di rumah sakit di Indonesia. Menurut Depkes (2011), stroke
merupakan penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian.
Dengan proporsi angka kejadian yaitu 15,4%, disusul hipertensi, diabetes,
kanker, dan penyakit paru obstruksi kronis. Penyakit stroke merupakan penyebab
kematian ketiga tersering di negara maju setelah penyakit jantung dan kanker.
Menurut Mansjoer (2000), serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis
yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Menurut Ginsberg (2008)
stroke non hemoragik merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
penanganan segera. Proses asuhan keperawatan mempunyai peranan penting
dalam keberhasilan penyelamatan maupun rehabilitasi klien dengan stroke non
hemoragik di instansi rumah sakit. Hasil dari proses asuhan keperawatan dapat
sesuai dengan yang diharapkan bilamana dilakukan secara 3 professional namun
hasil dapat bertolak belakang dengan tujuan, jika proses asuhan keperawatan
tersebut tidak dilakukan secara professional.
Dari beberapa hal dan data-data diatas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat kasus stroke non hemoragik sebagai karya tulis ilmiah.
2
1.3 Tujuan
2. Tujuan umum
3. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa data pada klien
denganStroke Non Hemoragik.
b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data.
c. Mampu membuat perencanaan pada klien dengan Stroke NonHemoragik.
d. Mampu memberikan implementasi berdasarkan rencana yang
sudahdisusun.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien
denganStroke Non Hemoragik.
f.
1.4 Manfaat penulis
a. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan acuan yang diperlukan dalam meningkatkan
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada pasien dengan
stroke non hemoragik.
b. Bagi Instansi Akademik Sebagai bahan masukan dan referensi dalam
kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pasien dengan
stroke non hemoragik yang dapat digunakan sebagai acuan bagi praktek
mahasiswa keperawatan.
c. Bagi Penulis Melatih penulis untuk menyusun hasil pemikiran, asuhan
keperawatan, dan penelitian yang telah dilakukan yang selanjutnya
dituangkan ke dalam Karya Tulis Ilmiah dengan cara-cara yang lazim
digunakan oleh para ilmuan dalam dunia ilmu pengetahuan.
3
d. Bagi Keluarga Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang stroke
non hemoragik beserta penatalaksanaannya.
e. Bagi Pembaca Sebagai sarana untuk menambah wawasan serta pengetahuan
tentang stroke non hemoragik.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):
5
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
2. Berdasarkan kausal
a. Stroke Trombotik
6
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
C. ETIOLOGI
1. Emboli
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat
berasal dari “plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus
yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
3) Fibrilasi atrium
7
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik
2. Thrombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling
sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi
dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan
terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet.
8
D. ANATOMI PEMBULUH DARAH OTAK
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi
normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis
interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah
ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang
kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak
disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri
serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk
suatu sirkulus willisi.
E. PATOFISIOLOGI
9
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis.Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara:
10
sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana
aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklus pada pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti
thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang
sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah
satunya cardiac arrest.
11
Pathway
12
13
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Kehilangan motorik
2. Kehilangan komunikasi
3. Gangguan persepsi
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
1. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
14
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
· Mudah frustasi
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3. CT scan
15
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
5. EEG
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
16
G. KOMPLIKASI
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
H. PENATALAKSANAAN
17
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
Pengobatan Konservatif
Pengobatan Pembedahan
18
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. U.M DENGAN GANGGUAN SISTEM
SYARAF (STROKE) DIRUANG PAVILIUN KENANGA RSU KAB.
TANGERANG
3.1 PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama : Tn. U.M
Umur : 66 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Pasir Rahong Rt. 006/002 Cibadak
Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2019
Dx medic : Stroke Non Hemoragik
Penanggung jawab : Ny. A
20
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. A mengatakan bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya.
5. Susunan Keluarga
Keterangan :
= meninggal
= pasien
= laki-laki
= perempuan
= tinggal serumah dengan pasien
6. Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi
21
C. Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan (Keyakinan Terhadap Kesehatan &
Sekitarnya)
Pasien dan keluarga menggunakan bahasa indonesia untuk
mempersepsikan kesehatannya, pasien dan keluarga selalu berdoa kepada
Allah SWT, agar pasien lekas diberikan kesembuhan.
SMRS MRS
Aktivitas 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi √ √
Berpakaian/Berdandan √ √
Eliminasi/Toileting √ √
Mobilitas di Tempat √ √
Tidur
Berpindah √ √
Berjalan √ √
Naik Tangga √ √
Berbelanja √ √
Memasak √ √
Pemeliharaan Rumah √ √
0 = Mandiri
1 = Alat Bantu
2 = Dibantu Orang Lain
3 = Dibantu Orang Lain & Alat
22
4 = Tergantung/Tidak Mampu
Alat bantu : (√) pispot disamping tempat tidur.
b. Kebersihan Diri
Dirumah Dirumah Sakit
Mandi : 3x /hari Mandi : 1x /hari
Gosok gigi : 3x /hari Gosok gigi : 1x /hari
Keramas : 2x /minggu Keramas : - x /minggu
Potong kuku : 1x /minggu Potong kuku : - x /minggu
c. Aktivitas sehari-hari
Aktivitas pasien sehari-hari adalah sebagai wiraswastawan.
d. Rekreasi
Setiap hari dengan keluarga menonton tv bersama dirumah.
e. Olahraga
Pasien tidak pernah berolahraga karena sibuk berdagang.
23
Jenis : Sayur,Lauk,Nasi,ikan Jenis : Bubur,Lauk,Sayur,Buah
Porsi : 1 Piring Porsi : 1 Piring
Pantangan : Mengandung Tinggi garam Diit Khusus : Rendah Garam
Makanan disukai : Nasi Goreng
Nafsu makan di RS: Normal
Kesulitan Makan : iya
Gigi Palsu : Tidak Ada
NG Tube : Terpasang
b. Pola Minum
Di Rumah Di Rumah Sakit
Frekuensi : ±2000 cc Frekuensi : ±600 cc
Jenis : Air Putih Jenis : Air Putih,Susu
Jumlah : ±8 Gelas /Hari Jumlah : ±4 Gelas /Hari
Pantangan : Kopi,Teh
Minuman disukai : Teh manis
5. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar
Di Rumah Di Rumah Sakit
Frekuensi : 2x sehari Frekuensi : 2x sehari
Konsistensi : lembek Konsistensi : ½ padat
Warna : kuning kecoklatan Warna : kuning
Masalah di RS: diare
Kolostomi : tidak ada
24
Konsistensi : cair Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih Warna : kuning
Masalah di RS : kurang minum
Kolostomi : (Ya, kateter 500cc/hari)
8. Pola Koping
a. Masalah utama selama MRS (Penyakit,Biaya dan Perawatan Diri)
Masalah pasien selama di RS mengenai penyakit dan perawatan
diri. Pasien tidak mampu merawat dirinya sendiri akibat kelemahan
yang terjadi dan penyakit DM tipe II yang memperparah keadaan.
25
b. Kehilang Perubahan yang Terjadi Sebelumnya
Pasien kehilangan kemampuan untuk merawat dirinya sendiri
sepenuhnya dengan kata lain dalam pemenuhan perawatan diri pasien
memerlukan keluarga atau orang lain.
c. Kemampuan Adaptasi
Kemampuan adaptasi pasien baik.
9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Pemeriksaan testis sendiri tiap bulan : tidak
b. Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : pasien tidak
mampu melakukan aktivitas seksual selama sakit
26
D. Pengkajian Persistem
1. Tanda Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 160/90 mmHg
b. Suhu : 36,9 ºC
c. Frekuensi nafas : 26 x/menit
d. Nadi : 98 x/menit
e. Tinggi badan : 165 cm
f. Berat badan : SMRS : 70 kg, MRS : 60 kg
2. Sistem Pernafasan
Pola nafas tidak teratur karena mengalami tachipnea RR : 26x/mnt,
bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, terdapat sekret(+), hidung
kotor, terpasang O² sebanyak 3 litter dsan terapi inhalasi 1x1 ketika pagi
hari.
3. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung berirama S1 dan S2, terdapat hipertensi karena tekanan
darah yaitu 160/90 mmHg
4. Sistem Persarafan
GCS: Eye: 3, Verbal: afasia, Motorik: 5. Sistem syaraf tidak normal
karena mengalami stroke non hemoragik
5. Sistem Perkemihan
Tidak ada nyeri tekan dan terpasang cateter
6. Sistem Pencernaan
Mulut : bibir tidak simetris, mukosa mulut kering, terdapat stomatitis, dan
bau tidak sedap.
Abdomen : terdapat acites, kembung, nyeri tekan tidak ada, hepar tidak
teraba, dan terpasang NGT.
7. Sistem Muskuloskeletal
Ekstermitas atas : jari simetris jumlah 5 akral hangat, kesulitan flexi,
extensi, abduksi, dan adduksi pada lengan sinistra.
27
Ekstermitas bawah : kesulitan bergerak pada bagian kiri
8. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, turgor kulit baik, terdapat
dekubitus di bokong sebelah kanan
9. Sistem Pengindraan
a. Mata: mata simetris, refleks cahaya ½ normal, tidak ada sklera ikterik,
tidak ada konjungtiva anemis, terkadang karena pasien mengalami
afasia pasien mengungkapkan perasaannya melalui mata.
b. Hidung: hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, pasien dapat
membedakan bau-bauan, dan terpasang NGT.
c. Telinga : telinga simetris, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada lesi
10. Sistem Reproduksi dan Genetalia
Genetalia bersih, tidak ada lesi, tidak ada hemoroid
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan lab, termasuk antibodi kardiolipin, anti posfolipid, faktor V
mengalami mutasi, antitrombin III, protein S dan C menunjukan
trombosisi (pengedapan)
2. Photo
- Photo thorax
- Ct-Scan → terdeteksi adanya normalitas struktur
- EKG
F. Terapi
1. Citicolin : 2x500 mg
2. Aspiter : 1x80 mg
3. Cpg : 1x75 mg
4. Mecobalamin : 2x1 amp
28
5. Ranitidin : 2x1 amp
6. IVFD asering : 500 cc/8jam
7. Humalog
8. Terapi inhalasi
3.2 Analisa Data
29
2. Ds: Kerusakan pusat
Ny. A mengatakan gerakan motorik di
suaminya suka lobus frontalis
menggaruk badannya hemisphare/hemiplagia
seperti gatal dan ↓
badannya kotor dan Mobilitas menurun
mulutnya berbau. ↓
Tirah baring Deficit perawatan diri
Do: ↓
Pasien tampak kusam Deficit perawatan diri
dan berbau.
30
2. Deficit perawatan diri Setelah dilakukan - Monitor - Dengan
berhubungan dengan tindakan kemampuan mengetahui apa
kelemahan fisik dan keperawatan selama pasien untuk yang mampu
tirah baring ditandai 2x24 jam defisit perawatan diri dilakukan pasien
dengan gatal dan perawatan diri secara mandiri , perawat dapat
tercium bau yang teratasi dengan - Monitor melakukan
tidak sedap kriteria hasil : kebutuhan perawatan
1. Pasien tidak pasien untuk dengan baik
menolak saat alat-alat bantu - Agar mengetahui
dilakukan untuk apa saja yang
tindakan kebersihan diri pasien perlukan
perawatan diri - Jelaskan pada - Keterlibatan
2. Pasien mampua pasien dan keluarga sangat
melakukan keluarga tentang berarti dalam
perawatan diri perawatan diri. proses
secara mandiri penyembuhan
3. Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali tentang
perawatan diri
3.4 Implementasi
31
4. Melakukan
kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemasangan NGT
2. 18-02- Deficit perawatan 1. 07:00 1. Memonitoring
2019 diri berhubungan kemampuan
07:00 – dengan kelemahan pasien untuk
10:30 fisik dan tirah 2. 09:30 perawatan diri
baring ditandai 2. Memonitoring
dengan gatal dan alat bantu yang
tercium bau yang 3. 10:30 diperlukan PERAWAT
tidak sedap pasien
3. Menjelaskan
kepada pasien
dan keluarga
cara perawtan
diri yang benar
3.5 Evaluasi
32
2. 18-02-2019 Deficit perawatan S : keluarga pasien
16:30 diri berhubungan mengatakan mengerti apa
dengan kelemahan yang telah dijelaskan oleh
fisik dan tirah perawat
baring ditandai O:
dengan gatal dan - keluarga pasien
tercium bau yang mampu
tidak sedap menjelaskan
kembali cara
melakukan
PERAWAT
perawatan yang
benar
- pasien tidak
menolak ketika
dilakukan
perawatan diri
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
33
Daftar Pustaka
Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 1996, Perawatan Medikal Bedah
.EGC, Jakarta
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik proses
proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta
34