Anda di halaman 1dari 31

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN INTERNSIF PADA LUKA BAKAR DENGAN EDEMA LARING

1. PENGKAJIAN
1. Pengkajian awal (A,B,C)
Data

Pengkajian
Airway

Objektif

Pasien tampak gelisah


Dispnea
Stridor
Batuk tidak efektif
Produksi sputum
Sputum berwarna gelap.
Luka bakar pada daerah wajah dan

leher.
Oedema laring pada saluran pernafasan.

Subjektif

Pasien mengatakan sulit


bernafas dan menghasilkan
sputum berwarna gelap

Masalah
Bersihan jalan nafas tidak efektif

Breathing

RR meningkat (lebih dari

Pasien mengatakan sesak

Pola nafas tidak efektif

20x/menit)

Nadi meningkat (lebih dari 80x/


menit)

Nafas cuping hidung (+)

Pasien tampak menggunakan otot


bantu pernafasan

Circulation

Hiperventilasi (+)

Dispnea
Tekanan darah menurun (kurang dari
120/80 mmHg)

Oliguri/anuria

Peningkatan BUN/ rasio kreatinin

Pasien tampak menggunakan otot


bantu pernafasan

Sianosis

RR meningkat (lebih dari


20x/menit)

Kerusakan pertukaran gas


PK Syok hipovelemik
PK Anemia
PK. Gagal jantung kongestif
PK. Gagal ginjal akut
PK.Asidosis metabolic
PK.Sindrom kompartemen
Perfusi jaringan tidak adekuat

pO2 menurun (N= 95-100 mmHg)

pCO2 meningkat (N= 35-45 mmHg)

denyut nadi perifer lemah

akral dingin

CRT > 2 detik

tidak ada sensasi

2. Pengkajian dasar (Persistem)


Data

Pengkajian
Breathing

Objektif
RR meningkat (lebih dari 20x/menit)

Subjektif

Pasien

Nadi meningkat (lebih dari 80x/ menit)

mengatakan

Nafas cuping hidung (+)

sesak

Pasien tampak menggunakan otot bantu pernafasan

Hiperventilasi (+)

Masalah
Pola nafas tidak efektif

Dipsnea
Tekanan darah menurun (lkurang dari 120/80

mmHg)

CRT > 2 detik

pO2 menurun (N= 95-100 mmHg)

pCO2 meningkat (N= 35-45 mmHg)

Akral dingin

Sianosis

Blood

Brain

__
Oliguri/anuria
Kateter (+)

Bladder

Bowel

Peningkatan BUN/ rasio kreatinin


Metabolism dalam tubuh ( tampak dari derajat luka
bakar > 40%)
Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus

Bone

Nyeri (+)

Pasien tampak gelisah

Pasien tampak lemah

Tidak ada masalah

PK. Gagal ginjal akut

Pasien mengatakan
tidak BaB

Pasien
mengeluh nyeri

PK Anemia
PK Syock hipovelemik
Kerusakan pertukaran gas
PK. Gagal jantung kongestif
PK. Gagal ginjal akut
PK.Asidosis metabolic
PK.Sindrom kompartemen
Perfusi jaringan tidak adekuat

Pasien
mengatakan

Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan
ileus paralitik

Nyeri

badannya
terasa lemas
Pengkajian tambahana di luar enam system
Data

Pengkajian

Masalah

Data Objektif

Data Subjektif

Pasien tampak gelisah

Gangguan integritas kulit

Terdapat bullae

Defisit perawatan diri

Lesi

Ansietas

Kulit bersisik atau kering

Kulit memerah

Kulit melepuh

kerusakan neuromuscular

penurunan

ketahanan

Pasien
mengatakan
cemas akan

dan

kekuatan

nyeri/ketidaknyamanan

ADL di bantu

Pasien tampak bertanya tentang kondisinya

Pasien tampak cemas

otot,

kondisinya

3. Pengkajian Terus-Menerus : Dikaji saat perawatan pada pasien secara kontinue.

2. Diagnosa keperawatan
1.

Bersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkial, edema mukosa dan hilangnya kerja silia

2.

Pola nafas tidak efektif b/d kebutuhan oksigen meningkat d/d pasien mengeluh susah bernafas, frekuensi napas >20
x/mnt, ada retraksi dada, dispnea.

3.

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi ditandai dengan takikardi,
kelelahan, dispnea, sianosis.

4.

Nyeri akut b/d kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar d/d pasien mengeluh nyeri, wajah pasien tampak
meringis, skala nyeri 7, nadi meningkat sampai 120 x/ mnt

5.

Kerusakan integritas kulit b/d destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam) d/d hilangnya lapisan kulit luar,
kemerahan, nekrosis jaringan

6.

Defisit volume cairan b/d output yang berlebihan d/d turgor kulit menurun, tampak cairan keluar dari luka

7.

Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan atau interupsi aliran darah arteri/vena d/d perubahan jaringan.

8.

Hipotermi b/d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka terbuka d/d penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal (36, 5
- 37, 50C), pasien nampak menggigil, kulit teraba dingin

9.

Gangguan citra tubuh b/d kecacatan, kehilangan barier kulit d/d perasaan negatif tentang diri sendiri,
ketakutan/penolakan berinteraksi dengan orang lain.

10.

Ansietas b/d krisis situasi, ancaman kematian dan kecacatan d/d pasien sering bertanya-tanya, nampak bingung dan
gelisah.

11.

Kerusakan mobilitas fisik b/d edema, nyeri, kontraktur persendian, penurunan ketahanan dan kekuatan otot, terapi
pembatasan d/d penurunan/keterbatasan rentang gerak pasien

12.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d keadaan hipermetabolisme dan kesembuhan luka, katabolisme protein d/d
berat badan menurun, badan nampak kurus

13.

Defisit perawatan diri b/d kerusakan neuromuscular, penurunan ketahanan dan kekuatan otot, nyeri/ketidaknyamanan,
depresi d/d keadaan pasien nampak kotor, bau tidak sedap, penampilan kurang rapi

14.

Risiko tinggi infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan perlindungan kulit, pertahanan sekunder tidak
adekuat, penekanan respon inflamasi

15.

PK ileus paralitik

16.

PK gagal napas akut

17.

PK asidosis metabolik

18.

PK ulkus Curling

19.

PK anemia

20.

PK syok hipovolemik

21.

PK hipoksemia

22.

PK gagal jantung kongestif

23.

PK ketidakseimbangan elektrolit

24.

PK gagal ginjal akut

25.

PK sindrom kompartemen

3. Rencana Perawatan (Intervensi dan Kriteria Evaluasi)


1. Diagnosa : Bersihan jalan napas tidak efektif
Tujuan

: Pemeliharaan saluran napas yang paten dan bersihan saluran napas adekuat

Kriteria hasil : jalan napas paten, sekresi respirasi minimal tidak berwarna dan encer, frekuensi respirasi, pola dan bunyi napas
normal
Intervensi :
Mandiri
a. Auskultasi suara nafas, perhatikan bunyi nafas abnormal
Rasional : Mengidentifikasi kelainan pernafasan berhubungan dengan obstruksi jalan napas
b. Monitor usaha pernafasan, pengembangan dada, dan keteraturannya
Rasional : Menentukan intervensi yang tepat dan mengidentifikasi derajat kelainan pernafasan
c. Observasi produksi sputum, muntahan, atau lidah jatuh ke belakang
Rasional : Merupakan indikasi dari kerusakan jaringan otak
d. Pantau tanda-tanda vital terutama frekuensi pernapasan

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien


e. Ajarkan klien napas dalam dan batuk efektif jika dalam keadaan sadar
Rasional : Batuk efektif akan membantu dalam pengeluaran secret sehingga jalan nafas kembali efektif
f.

Berikan klien air putih hangat sesuai kebutuhan jika tidak ada kontraindikasi
Rasional : Untuk meningkatkan rasa nyaman pasien dan membantu pengeluaran sekret

g. Lakukan suction bila perlu


Rasional : Membantu dalam pengeluaran sekret klien sehingga jalan nafas klien kembali efektif secara mekanik
h. Lakukan pemasangan selang orofaringeal sesuai indikasi
Rasional : Membantu membebaskan jalan napas
Kolaborasi
a. Berikan O2 sesuai indikasi
Rasional : Memenuhi kebutuhan O2
b. Berikan obat sesuai indkasi misalnya bronkodilator, mukolitik, antibiotik, atau steroid.
Rasional : Membantu membebaskan jalan napas secara kimiawi
2. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif
Tujuan

: pertukaran gas adekuat

Kriteria hasil : mempertahankan ventilasi adekuat


Intervensi :

Mandiri
a. Kaji frekuensi, kedalaman bernapas
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Auskultasi bunyi napas
Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi).
c. Pantau tanda vital
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
Kolaborasi
a.

Pemberian O2 sesuai indikasi


Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

3. Diagnosa : Kerusakan pertukaran gas


Tujuan

: pertukaran gas adekuat

Kriteria hasil : tidak ada dispnea, frekuensi respirasi 16-20 kali per menit, pengggunaan otot bantu tidak ada, tidak ada tanda
gelisah dan agitasi, nilai oksimetri > 96%, kadar analisa gas darah dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri
a. Awasi adanya dispnea dan auskultasi paru, perhatikan adanya suara napas abnormal (mengi, stridor, penurunan bunyi
napas)
Rasional : obstruksi jalan napas/distress pernapasan dapat terjadi cepat atau lambat selama 48 jam paska luka bakar.
b. Awasi frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu napas dan sianosis

Rasional : takipnea, penggunaan otot bantu pernapasan dan adanya sianosis menunjukkan distress pernapasan/edema paru
dan membutuhkan intervensi medik
c. Awasi adanya perubahan perilaku/mental (agitasi, gelisah)
Rasional : perubahan kesadaran menunjukka terjadinya atau memburuknya hipoksia
Kolaborasi
d.

Pemberian oksigen yang sudah dilembabkan


Rasional : oksigen yang sudah dilembabkan memberikan kelembaban pada jaringan yang cedera, suplemen oksigen
meningkatkan oksigenasi alveoli

e. Pemantauan oksimetri dan analisa gas darah


Rasional : peningkatan pCO2 dan penurunan pO2 serta saturasi O2 dapat menunjukkan perlunya ventilasi mekanik
4. Diagnosa : Nyeri akut
Tujuan

: Nyeri dapat diatasi atau terkontrol

Kriteria hasil: pasien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri (0-3)/ tingkat tingan, wajah tidak meringis, tidak gelisah, tanda
vital stabil (Tekanan darah 100-140/60-90 mmHg; Nadi 60-100 kali per menit; Napas 16-20 kali per menit; Suhu 36,837,2C)
Intervensi :
Mandiri :
a. Observasi dan catat keluhan, lokasi, beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan nyeri

Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan infomasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit
terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : peningkatan nyeri akan meningkatan tanda-tanda vital
c. Tutup luka sesegera mungkin dan tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodic
Rasional : suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung saraf. Peninggian
dilakukan untuk menurunkan pembentukan edema, menurunkan ketidaknyamanan dan mencegah kontraktur sendi
d. Lakukan penggantian balutan dan debridement setelah pasien diberikan obat dan atau pada hidroterapi
Rasional : menurunkan distress fisik dan emosi ketika penggantian balutan dan debridemen
e. Ajarkan menggunakan tehnik ralaksasi seperti napas dalam atau tehnik distraksi seperti mendengarkan music atau
membaca buku
Rasional : membantu mengonrol atau mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
koping
Kolaborasi
a.

Untuk pemberian obat analgetik (norkotik/non-norkotik) sesuai indikasi


Rasional : penyuntikan preparat analgetik intravena diperlukan karena terjadinya perubahan perfusi jaringan akibat luka

bakar.
5. Diagnosa : Gangguan integritas kulit
Tujuan

: integritas kulit tampak membaik

Kriteria hasil : kulit secara umum tampak utuh dan bebas dari tanda-tanda infeksi, tekanan dan trauma, luka yang terbuka
berwana merah muda, memperlihatkan reepitalisasi dan bebas dari infeksi
Intervensi :
Mandiri
a.

Bersihkan luka, tubuh dan rambut setiap hari


Rasional : pembersihan setiap hari akan mengurangi potensi kolonisasi bakteri

b.

Laksanakan perawatan luka sesuai dengan preskripsi medic


Rasional : perawatan akan mempercepat penyembuhan luka

c.

Oleskan preparat antibiotic topical dan memasang balutan sesuai dengan ketentuan medic
Rasional : perawatan luka akan mengurangi kolonisasi bakteri dan mempercepat kesembuhan

d.

Cegah penekanan, infeksi dan mobilisasi pada autograph


Rasional : tindakan ini akan mempercepat pelekatan graft dan kesembuhan

e.

Lakukan perawatan lokasi donor


Rasional : perawatan mempercepat penyembuhan pada lokasi donor

f.

Berikan dukungan nutrisi yang memadai


Rasional : Nutrisi yang memadai sangat penting untuk pembentuakna granulasi yang normal dan kesembuhan

g.

Kaji luka dan lokasi graft. Laporkan tanda-tanda kesembuhan yang buruk, pelekatan graft yang jelek atau trauma kepada
dokter

Rasional : intervensi dini untuk mengatasi kesembuhan luka atau pelekatan graft yang buruk sangat esensial. Luka bakar
yang menjalani pencangkokan kulit atau yang baru sembuh sangat rentan terhadap trauma
6. Diagnosa : Defisit volume cairan
Tujuan

: Kebutuhan cairan adekuat

Kriteria hasil :Tanda vital stabil, haluaran urine 0,5-,0 ml/kgBB/jam, warna urin kuning dan jernih, kadar elektrolit serum
dalam batas normal, BB stabil
Intervensi :
Mandiri :
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskular. Hipovolemia merupakan
risiko utama yang segera terdapat sesudah luka bakar
b. Pantau haluaran urine tiap jam, perhatikan warna urin dan timbang berat badan tiap hari
Rasional : Haluaran urin dan berat badan memberikan informasi tentang perfusi renal, kecukupan penggantian cairan dan
kebutuhan serta status cairan. Wrna urin merah/hitam menandakan kerusakan otot masif
c. Pertahankan pemberian infuse dan mengatur tetesannya pada kecepatan yang tepat sesuai program medic
Rasional : pemberian cairan yang adekuat diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan da elektrolit serta
perfusi organ vital adekuat
Kolaborasi

a. pengamatan hasil elektrolit serum


Rasional : selama 24 jam pertama paska luka bakar, hemokonsentrasi umum akibat perpindahan cairan ke interstisiil.
Natrium urine kurang dari 10 mEq?L diduga ketidakadekuatan penggantian cairan.
7. Diagnosa : Perubahan Perfusi jaringan.
Tujuan

: aliran darah pasien ke jaringan perifer adekuat

Kriteria hasil : nadi perifer teraba dengan kualitas dan kekuatan yang sama, pengisian kapiler baik,warna kulit normal pada
area yang cedera
Intervensi :
a. Kaji warna, sensasi, gerakan, dan nadi perifer.
Rasional : pembentukan edema dapat terjadi secara cepat menekan PD sehingga mempengaruhi sirkulasi PD ke jaringan
b.
c.
d.

perifer
Tinggikan ekstremitas yang sakit.
Rasional : untuk meningkatkan aliran balik vena dan dapat menurunkan edema
Dorong pasien untuk melakukan latihan rentan gerak mulai dari pasif hingga aktif
Rasional : untuk meningkatkan sirkulasi darah lokal dan sistemik
Pertahankan penggantian cairan
Rasional : untuk meningkatkan volume sirkulasi dan perfusi jaringan

8. Diagnosa : Hipotermi
Tujuan

: suhu tubuh adekuat

Kriteria hasil : suhu tubuh pada rentang normal 36.8-37,2C, tidak ada menggigil atau gemetar

Intervensi :
Mandiri :
a. Berikan lingkungan yang hangat
Rasional : lingkungan yang stabil mengurangi kehilangan panas secara evaporasi
b. Bekerja dengan cepat kalau lukanya terpajan udara panas
Rasional : pajanan yang minimal mengurangi kehilangan panas dari luka
c. Pantau suhu tubuh dengan sering
Rasional : kaji suhu tuuh yang frekuen membantu mendeteksi terjadinya hipotermia

9. Diagnosa : Gangguan citra tubuh


Tujuan

: pasien dapat menerima dirinya apa adanya

Kriteria hasil : menyatakan penerimaan situasi diri, mampu dan mau berbicara dengan keluarga/orang terdekat mengenai
masalah yang dihadapinya, tidak menyatakan diri negative
Intervensi :
Mandiri:
a. Kaji makna kehilangan/perubahan yang terjadi pada pasien dan orang terdekat
Rasional : episode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tak diantisipasi, membuat perasaan kehilangan menjadi
lebih besar, sehingga dengan mengkaji hal tersebut dapat membuat perbaikan yang optimal

b. Lakukan BHSP dan jadilah pendengar yang pasif


Rasional : perasaan diterima dapat menjadi respon normal terhadap apa yang teerjadi sehingga membantu dalam
perbaikan
c. Beri penguatan yang positif terhadap kemajuan dan dorong pasien untuk mau mengikuti tujuan rehabilitasi
Rasional : kata-kata penguat dapat mendukung terjadinya perilaku yang lebih positif
d. Dorong keluarga untuk ikut terlibat dalam rehabilitasi pasien
Rasional : mempertahankan komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien dan keluarga
e. Beri mereka informasi tentang bagaimana mereka dapat membantu pasien
Rasional : meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya orang-orang terdekat untuk ikut dalam membantu penyembuhan
pasien
f.

Kolaborasi dengan ahli psikiatrik


Rasional : membantu dalam indentifikasi cara/alat untuk meningkatkan /mempertahankan kemandirian

10. Diagnosa : Ansietas


Tujuan

:ansietas pasien berkurang/ hilang

Kriteria Hasil :

Pasien tidak cemas lagi/ cemas pasien berkurang, pasien tidak bertanya tanya tentang penyakitnya,

ekspresi wajah tidak sedih


Intervensi :
Mandiri:

a.

Kaji tingkat ansietas


Rasional : untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien.

b.

Jelaskan tindakan/ prosedur yang akan dilakukan


Rasional : memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi
ansietas dan ketakutan

c.

Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap tenang


Rasional : menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar kontrol tapi lingkungan
tetap aman

d.

Berikan kesempatan psien untuk bertanya


Rasional : menambah kepercayaan pasien dan menurunkan kesalahan persepsi/ inetrpretasi informasi

11. Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik


Tujuan

: pencapaian mobilitas fisik yang optimal

Kriteria hasil : pasien menunjukkan tehnik yang memampukan aktivitas, tidak terjadi kontraktur, edema berkurang/tidak
ada, turut berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan
Intervensi :
Mandiri:
a.

Pertahankan posisi tubuh yang tepat dengan dukungan atau belat, khususnya untuk luka bakar di atas sendi
Rasional : meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas dan mencegah kontraktur

b.

Kaji adanya edema dan perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensasi jari secara sering

Rasional : edema dapat mempengaruhi sirkulasi pada eksteimitas mempotensialkan nekrosis jaringan/terjadinya
kontraktur
c.

Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan gerakan pasif kemudian aktif
Rasional : mencegah secara progresif mengencangkan jaringan parut dan kontraktur, meningkatkan pemeliharaan fungsi
otot/sendi dan menurunkan kehilangan kalsium dari tulang

d.

Beri obat sebelum aktivitas/latihan


Rasional : menurukan kekakuan otot/jaringan dan tegangan sehingga memampukan pasien lebih aktif dan membantu
partisipasi

e.

Dorong partisipasi pasien dalam semua aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan individual
Rasional : meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri, dan membantu proses perbaikan

12. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Tujuan : pencapaian status nutrisi anabolik
Kriteria hasil : pertambahan berat badan setiap hari setelah sebelumnya mengalami penurunan berat badan, tidak
memperlihatkan tanda-tanda defisiensi protein, vitamin atau mineral, dapat memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi yang
diperlukan lewat asupan oral
Intervensi :
Mandiri
a.

Auskultasi bising usus


Rasional : sebagai indikator adanya ileus paralitik

b.

Pantau berat badan pasien dan jumlah asupan kalorinya setiap hari
Rasional : tindakan ini membantu menentukan apakah asupan kebutuhan makanan telah terpenuhi

c.

Berikan makanan sedikit tapi sering


Rasional : mencegah distensi gaster dan meningkatkan pemasukan

d.

Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan


Rasional : lingkungan yang kondusif dapat meningkatkan nafsu makan

e.

Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein


Rasional : pasien memerlukan nutrient yang cukup untuk kesembuhan luka dan peningkatan kebutuhan metabolism

f.

Rujuk kapada ahli gizi

Rasional : berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi pasien


13. Diagnosa : Defisit perawatan diri
Tujuan
: kebutuhan perawatan diri pasien dapat terpenuhi
Kriteria hasil : pasien dapat memenuhi ADL secara mandiri, kulit tampak bersih
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan pasien untuk melakukan kebutuhan sehari-hari (skor 0-4)
Rasional : membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan secara mandiri
b. Hindari melakukan sesuatu yang dapat dilakukan pasien sendiri
Rasional : mencegah ketergantungan pasien
c. Beri bantuan pasien dalam memenuhi perawatan diri yang tidak dapat dilakukan
Rasional : diharapkan pemenuhan perawatan diri terpenuhi
d. Libatkan keluarga
Rasional : keluarga dapat meningkatkan motivasi dan dukungan terhadap pasien

14. Diagnosa : Resiko infeksi


Tujuan

: Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda inflamasi (calor, dolor,


terutama

dubor, tumor, fungsi laesea), Tanda-tanda vital normal

suhu (36,8-37,2C).

Intervensi :
Mandiri
a.

Kaji kondisi luka bakar secara rutin


Rasional : infeksi oportunistik seringkali terjadi sehubungan dengan depresi system imun, atau proliferasi flora normal
tubuh selama terapi antibiotic sistemik

b.

Penggunaan teknik aseptik dalam perawatan luka


Rasional : untuk mencegah masuknya mikroorganisme atau untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang

c.

Periksa tanda tanda inflamasi


Rasional : untuk memastikan adanya infeksi dan imflamasi

d.

Kaji tanda tanda vital klien terutama suhu


Rasional : suhu yang tinggi atau demam merupakan salah satu indicator jika sampai terjadi sepsis

e.

Kolaborasi pemberian antibiotik yang diindikasikan


Rasional : mencegah/mengontrol proses inflamasi

15. PK ileus paralitik


Tujuan

: Ileus paralitik tidak terjadi atau teratasi

Kriteria hasil : tidak ada distensi abdomen, bising usus kembali normal dalam 48 jam
Intervensi :
Mandiri:
a.

Pertahankan selang nasogastrik dengan pengisapan intermiten rendah sampai bising usus terdengar kembali
Rasional : tindakan ini akan mengurangi distensi lambung dan abdomen selain mencegah terjadinya vomitus

b.

Lakukan auskultasi untuk mendengar bising usus dan mendeteksi distensi abdomen
Rasional : ketika bising usus terdengar kembali, pemberian nutrisi oral dapat dimulai secara bertahap. Distensi abdomen
mencerminkan tindakan dekompresi yang tidak memadai

16. PK gagal napas


Tujuan

: gagal napas tidak terjadi atau teratasi

Kriteria hasil : pemeriksaan analisis gas darah arteri menunjukkan hasil yang normal, paru-paru memiliki kelenturan yang
normal, tidak adanya gawat pernapasan, membaiknya kadar pO2
Intervensi :
Mandiri:
a.

Kaji gangguan napas, perubahan pada pola pernapasan atau awitan bunyi pernapasan tambahan

Rasional : masalah tersebut mungkin dapat menimbulkan masalah gagal napas yang akut. Komplikasi paru mungkin baru
terlihat24-48 jam setelah luka bakar
b.

Pantau hasil oksimetri nadi dan hasil analisis gas darah areri untuk mendeteksi penurunan saturasi oksigen serta pO2
Rasional : berkurangnya oksigenasi menunjukkan status respirasi yang memburuk

c.

Pantau pasien yang menggunakan ventilasi mekanis untuk mendeteksi penurunan spontan volume tidal dan kelenturan
paru
Rasional : masalah respirasi mencerminkan peningkatan kesulitan ventilasi dan dapat menunjukkan awitan ARDS

17. PK asidosis metabolik


18. PK ulkus Curling
Tujuan

: ulkus curling tidak terjadi atau teratasi

Kriteria hasil : tidak ada distesi abdomen, bising usus yang normal dalam 48 jam, hasil aspirasi lambung dan feses tidak
mengandung darah
Intervensi :
Mandiri :
a.

Kaji hasil aspirasi lambung untuk menentukan Ph dan adanya darah


Rasional : pH yang asam menunjukkan perlunya pemberian preparat antacid atau penyekat histamine. Keberadaan darah
menunjukkan kemungkinan perdarahan lambung

b.

Kaji feses untuk mendeteksi darah okulta


Rasional : darah dalam feses dapat menunjukkan tukak pada lambug atau duodenum

Kolaborasi
a.

Berikan preparat penyekat histamine dan antacid sesuai program medic


Rasional : pengobatan semacam itu akan mengurnagi keasaman lambung dan risiko terjadinya ulserasi

19. PK anemia
20. PK syok hipovolemik
21. PK hipoksemia
22. PK gagal jantung kongestif
Tujuan : gagal jantung kongestif tidak terjadi atau teratasi
Kriteria hasil : paru-paru terdengar bersih pada auskultasi, tidk ada dispnea, ortopnea, distensi vena jugularis dan suara
jantung S3 atau S4, haluaran urine, CVP, tekanan arteri pulmonal, tekanan baji dan curah jantung berada dalam batas-batas
normal
Intervensi :
Mandiri :
a.

Kaji penurunan curah jantung, distensi vena jugularis, atau bunyi jantung S2 atau S4
Rasional : tanda-tanda ini dapat menunjukkan penurunan curah jantung dan awitan gagal jantung kongestif

b.

Pantau peningkatan CVP, tekanan arteri pulmonalis, tekanan baji kapiler pulmonalis atau penurunan curah jantung
Rasional : peningkatan berbagai tekanan tersebut menunjukkan peningkatan preload dan volume intravaskuler

c.

Kaji bunyi ronki pada auskultasi paru, gejala dispnea, ortopnea atau penurunan oksigenasi yang terdeteksi lewat oksimetri
denyut nadi atau analisis gas darah arteri
Rasional : tanda-tanda tersebut dapat menunjukkan progesivitas gagal jantung kogestif menjadi edema pulmoner

d.

Laporkan tanda-tanda dan gejala di atas kepada dokter


Rasional : intervensi medic diperlukan

e.

Atur posisi pasien dengan meninggikan bagian kepala tempat tidur sampai 45-90 derajat jika pasien dapat mentolerir
Rasional : peninggian bagian kepala tempat tidur mempermudah pertukaran gas

Kolaborasi
a.

Berikan preparat diuretic sesuai dengan ketentuan medic. Kaji respon pasien
Rasional : Diuretik meningkatakan haluaran urine dan menurunkan preload jantung serta volume intravaskuler

23. PK ketidakseimbangan elektrolit


24. PK gagal ginjal akut
Tujuan

: gagal ginjal akut tidak terjadi atau teratasi

Kriteria hasil : haluaran urine memadai (0,5-1 ml/kgBBjam), warna urine kuning jernih, kadar BUN dan kreatinin dalam batas
normal
Intervensi :
Mandiri
a. Pantau haluran urine, warna urine, dan kadar BUN dan kreatinin

Rasional : nilai ini mencerminkan fungsi ginjal


b. Laporkan penurunan haluaran urine dan warna urine merah sampai kehitaman atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin
pada dokter
Rasional : nilai laboratorium ini menunjukkan kemungkinan gagal ginjal
Kolaborasi
a. pemberian cairan dengan jumlah yang ditingkatkan menurut prigram medic
Rasional : cairan membantu membilas keluar hemoglobin serta bioglobin dari dalam tubulus renal dan mengurangi
kemungkinan terjadinya gagal ginjal
25. PK sindrom kompartemen
Tujuan

: kompartemen sindrom tidak terjadi atau teratasi

Kriteria hasil : denyut nadi perifer ada, akral hangat, CRT < 2 detik, ada sensasi
Intervensi :
Mandiri:
a. Kaji denyut nadi perifer setiap jam
Rasional : menunjukkan keadekuatan dan karakteristik aliran darah arteri
b. Kaji kehangatan, CRT, sensibilitas dan gerakan ekstremitas jam sekali. Bandingkan yang terbakar dengan ekstremitas
yang normal
Rasional : pengkajian ini menunjukkan karakteristik perfusi perifer

c. Tinggikan ekstremitas yang terbakar


Rasional : mengurangi pembentukan edema
d. Laporkan dengan segera pada dokter jika denyut nadi pasien tidak teraba atau adanya gangguan sensibilitas atau terdapat
nyeri
Rasional : menunjukkan perfusi jaringan yang tidak memadai
e. Bantu dalam pelaksanaan eskarotomi
Rasional : eskarotomi akan mengurangi kontriksi akibat edema di bawah luka bakar yang melingkar dan memperbaiki
perfusi jaringan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi
Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkial, edema mukosa dan hilangnya kerja silia.
S:O:
Pasien tidak tampak gelisah
Tidak ada dispnea
Tidak ada suara napas tamahan (Stridor)
Px mampu batuk efektif

Jalan napas paten


Sekresi respirasi minimal tidak berwarna dan encer
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
Dx 2 : Pola nafas tidak efektif b/d kebutuhan oksigen meningkat d/d pasien mengeluh susah bernafas, frekuensi napas >20
x/mnt, ada retraksi dada, dispnea.
S:O:
Tidak ada dispnea
Tidak ada nafas cuping hidung
Pasien tidak tampak menggunakan otot bantu pernafasan
Ventilasi px adekuat (px tidak mengalami hiperventilasi)
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
Dx 3 : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi ditandai dengan takikardi, kelelahan,
dispnea, sianosis.

S:O:
Tidak ada dispnea
Frekuensi respirasi 16-20 kali per menit
Pengggunaan otot bantu tidak ada
Tidak ada tanda gelisah dan agitasi
Nilai oksimetri > 96%
Kadar analisa gas darah dalam batas normal
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien

Daftar Pustaka

Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga University Press, Surabaya 1993 : 10 19
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC
Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakite Edisi 5. Jakarta : EGC
Santosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika

Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Available at : http://yudhine.wordpress.com/2009/08/28/luka-bakar-penanganannya .html
Available at : http://medicastore.com/penyakit/987/Luka_Bakar.html

Anda mungkin juga menyukai