OLEH
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). Manifestasi
infeksi HIV ditandai dengan tanda dan gejala gangguan sistem imun yang ringan
sampai manifestasi yang menunjukkan kelainan sistem imun yang berat
(Smeltzer, 2001).
HIV menyerang sel imun penjamu (terutama sel yang memiliki molekul CD4 +)
sehingga individu yang terinfeksi HIV akan mengalami penurunan daya tahan
tubuh secara progresif. Dengan demikian, penderita HIV sangat rentan terhadap
infeksi mikroorganisme sehingga muncul berbagai gejala penyakit yang
bermanifestasi sebagai AIDS (Nursalam, 2007).
AIDS
20665
8339
304
29308
AIDS
Heteroseksual
17267
Homo-Biseksual
948
Penasun
10165
Transfusi Darah
70
Transmisi Perinatal
846
Tak Diketahui
1134
Provinsi
Prevalensi
Papua
157.73
BALI
66.36
DKI Jakarta
53.27
Kalimantan Barat
28.87
3. Etiologi
AIDS disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan agen
viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang
kuat terhadap limfosit T.
Ada berbagai strain HIV. HIV 2 merupakan yang prevalen di Afrika, sedangkan strain
HIV 1 dominan di Amerika Serikat dan bagian dunia lainnya. Transmisi horizontal HIV
terjadi melalui kontak seksual yang intim atau pajanan parenteral dengan darah atau
cairan tubuh lain yang mengandung HIV. Transmisi perinatal (vertikal) terjadi ketika ibu
hamil yang terinfeksi HIV meneruskan infeksi kepada bayinya. Tidak terdapat bukti yang
menunjukan bahwa kontak secara sepintas antara orang yang terinfeksi dan yang tidak
terinfeksi dapat menyebarkan virus tersebut (Corwin, 2000).
4. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi di kelenjar limfe,
limpa, dan sumsum tulang. HIV menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer
CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4
terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka HIV menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon
imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel THelper. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang
dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah,
500 /ml
200-499
< 200
29%
14-28%
< 14 %
Kategori Klinis
A
B
(Asimtomatik)
(Simtomatik, bukan
kondisi A atau C)
A.1
B.1
A.2
B.2
A.3
B.3
C
(Indikator AIDS)
C.1
C.2
C.3
Angiomatosis baksilaris
Kandidiasis orofaring/vulvaginal
Displasia servik
Herpes zoster
Listeriosis
Neuropati peripir
Koksidiodomikosis ektrapulmoner/diseminata
Kriptokokosis ekstrapulmoner
Retinitis cytomegalovirus
Sarkoma Kaposi
Limfoma Burkitt
Pneumonia rekuren
Toksoplasmosis otak
III
IV
GAMBARAN KLINIS
1.Asimtomatik
2.Limpadenopati generalisata
1.BB menurun < 10%
2.Kelainan kulit dan mukosa yang ringan, seperti:
dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus
oral rekuren, kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.
4. Infeksi saluran nafas bagian atas, seperti sinusitis
bakterialis.
1.BB menurun > 10%
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
3.Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
4.Kandidiasis orofaringeal.
5.Oral hairy leukoplakia
6.TB paru dalam tahun terakhir.
7.Infeksi bakterial yang berat, seperti pneumonia,
piomiositis.
1.HIV wasting syndrome, seperti yang didefinikan
oleh CDC.
2.PCP (Pnemonia Pneumocytis Carnii)
3.Toksoplasmosis otak
4.Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan.
5.Kriptokokus ekstra pulmonal.
6.Retinitis virus sitomegalo.
7.Herper simpleks mukokutan > 1 bulan.
8.Leukoensefalopati multi fokal progresif .
9.Mikosis diseminata, seperti histoplasmosis.
10.Kandidiasis di esophagus, trakea, bronkus dan
paru.
11.Mikobakteriosis atipikal diseminata.
12.Septisemia salmonelosis non tifoid.
13.Tuberkulosis ekstrapulmoner.
14.Limfoma.
15.Sarkoma kaposi
16.Ensefalopati HIV.
SKALA AKTIFITAS
Asimtomatik
aktivitas
normal
Simptomatik
aktivitas
normal.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit AIDS pada dasarnya mengenai setiap sistem organ.
Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV atau penyakit AIDS adalah akibat terjadi
infeksi, malignansi atau akibat dari efek langsung HIV itu sendiri. Berikut adalah
manifestasi klinis dari penyakit AIDS:
a. Sistem respiratori
Gejala yang timbul seperti, napas pendek, sesak napas (dispnea), batuk-batuk,
nyeri dada, dan demam yang disebabkan infeksi yang terjadi pada paru-paru.
afasia, paresis .
e. Sistem integument
Gejala klinisnya timbul vesikel pada kulit akibat infeksi Herpes Zoster atau
hesper simpleks, terdapat ruam, kulit bersisik, kulit kering, mengelupas.
(Smeltzer, 2001).
Selain itu, terdapat pula gejala HIV sesuai dengan fase-fase infeksi:
Tabel 3. Gejala HIV sesuai dengan fase-fase infeksi
Fase
1. .Periode jendela
2. Infeksi
HIV
primer akut
Lamanya
fase
4mg-6bln
setelah
infeksi
1-2
minggu
Antibodi
yang
terdeteksi
Tidak
Tidak ada
Ya
Kemungkinan
Ya
Gejala-gejala
Dapat
ditularkan
3. Infeksi
asimtomatik
1-15
tahun atau
lebih
Ya
Tidak ada
Ya
4. Supresi imun
simtomatik
Sampai 3
tahun
Ya
Ya
5. AIDS
Bervariasi
1-5 tahun
dari
penentuan
kondisi
AIDS
Ya
Ya
Kelenjar getah bening: limfadenopati generalisata, kelenjar yang asimetris (kirikanan tidak sama) atau yang cepat membesar dapat menunjukkan infeksi atau
kanker yang mendasari
Pemeriksaan kelamin dan dubur untuk mencari luka dalam atau luar misalnya
herpes atau kondilomata
Pemeriksaan kulit untuk mencari lesi kulit terkait HIV yang bermakna, termasuk
dermatitis seborea, psoriasis, folikulitis, sarkoma kaposi, kutil umum, dan
moluskum kontagiosum.
Perkusi untuk mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dimana bunyi dapat
timpani (normal), pekak, redup.
Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositif.
(b) Pelacakan HIV: antigen p24, reaksi rantai polimerasi (PCR), kultur sel
mononuclear darah perifer untuk HIV-1, kultur sel kualitatif, kultur plasma
kuantitatif, mikroglobulin B2, neopterin serum.
(c) Status Imun: sel-sel CD4+, % sel-sel CD4+, rasio CD4:CD8, hitung sel
darah putih, kadar immunoglobulin, tes fungsi sel CD4+, reaksi
sensitivitas pada tes kulit.
b. Pemeriksaan sitologis urine, feses, cairan spinal, sputum dan sekresi untuk
mengidentifikasi infeksi protizoa,jamur,bakteri,viral.
c. Pemeriksaan darah umum: DL, SGOT, SGPT, BUN/SC, Protein total, albumin,
globulin, kolestrol, AGD, elektrolit
d. Radiologi: Thorak foto ,USG
e. Pemeriksaan neurologist: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
f. Biopsi
g. Bronkoskopi
9. Diagnostik
Diagnosis didasarkan pada riwayat klinis, identifikasi faktor risiko, pemeriksaan fisik,
bukti laboratorium yang menunjukkan disfungsi kekebalan, identifikasi antibodi HIV,
tandatanda serta gejala dan infeksi atau malignansi yang termasuk dalam sistem
klasifikasi CDC untuk infeksi HIV.
10. Pencegahan
Program pencegahan penyebaran HIV dipusatkan pada pendidikan masyarakat
mengenai cara penularan HIV dengan tujuan merubah kebiasaan orang-orang yang
berisiko tinggi tertular:
a. Untuk orang sehat
-
Abstinens (tidak melakukan hubungan sex) dengan orang yang terinfeksi HIV
Abstinens
Sex aman
Mencegah kehamilan
3)
MAC: Rifabutin
4)
Meningitis: amfoterisin B IV
5)
6)
7)
8)
b.
c.
d.
1)
2)
3)
1)
Terapi spiritual atau psikologis: terapi humor, hypnosis, faith healing, afirmasi
positif
2)
3)
4)
Human
Immunodeficiency
Virus
(HIV),
leukoplakia
b) Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
reaksi
terapeutik,
hipoksia,
hipoglikemia,
maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh HIV.
c) Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
Carinii,
cytomegalovirus,
virus
influenza,
bisa
tidak
menampakkan
gejala
selama
lebih
dari
10
tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 % untuk menjdi AIDS pada
beberapa tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya.
Resiko terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%.
Sebelum diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan menjadi AIDS.
Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan
meningkatkan angka harapan hidup penderita.
Kombinasi beberapa jenis obat berhasil menurunkan jumlah virus dalam darah sampai
tidak
dapat
terdeteksi.
Tapi
belum
ada
penderita
yang
terbukti
sembuh.
Teknik penghitungan jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti Polymerase
Chain Reaction (PCR) dan Branched Deoxyribonucleid Acid (bDNA) test membantu
dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis penderita.
Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus sampai lebih dari sejuta
virus RNA/mL plasma. Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera mengalami
penurunan kualitas hidupnya setelah dirawat di rumah sakit. Hampir semua penderita
akan meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS. Dengan perkembangan obat-obat
antivirus terbaru dan metode-metode pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik
yang terus diperbarui, penderita bisa mempertahankan kemampuan fisik dan mentalnya
sampai bertahun-tahun setelah terkena AIDS. Sehingga pada saat ini bisa dikatakan
bahwa AIDS sudah bisa ditangani walaupun belum bisa disembuhkan.
radiasi,
defisiensi
nutrisi, penuaan,
Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat /
sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan
jumlah, warna, dan karakteristik urine.
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,
kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,
tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentan gerak,
pincang.
Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada
dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit
defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan, herpes genetalia
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya
trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
Penyuluhan / Pembelajaran
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati
normal
Tes PHS
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan
Ketidakefektifan
Intervensi
1.
Kaji
jumlah/kedalaman
1.
kem
dengan
dila
eksudat
2.
Auskultasi
daerah
paru-paru,
2.
yan
sesak
bro
yang
sisa
sekresi, infeksi akibat
napas
crac
suara
mycobaterium
ronchi)
resp
dan
Batuk (-)
tertahan/
tuberculosis
nafas
tambahan
seperti
3.
tambahan
Elevasi
seperti
kepala,
ronchi,
pad
sering
ubah
3.
posisi.
mem
dad
pen
4.
4.
napas
pen
dalam.
par
mek
dib
salu
tegak lurus.
mem
keti
aka
batu
5.
5.
salu
yan
dik
pen
6.
6.
mem
sek
hangat.
Kolaborasi
7.
Kaji
7.
efek
dari
pemberian
sek
efek
dise
dan
alve
postural
tindakan
drainage.
selang
diantara
Lakukan
waktu
dar
kem
den
ekspoktoran,
dib
den
teta
9.
9.
Berikan
cairan
suplemen
keh
mem
10.
efek
keb
11.
11.
Bantu
dengan
bronchoscopy/thoracentesis
2
Ketidakefektifan pola
napas
berhubungan
dengan hiperventilasi.
1.
diindikasikan.
Kaji
men
jika
jumlah/kedalaman
pur
1.
kem
efektif
Dengan kriteria hasil:
dila
2.
2.
atas
sesak
mem
3.
Aukultasi
suara
nafas.
Catat
3.
oto
naf
suara
nafas
adventisius
(ronchi,
mengi, krekels)
4.
4.
par
kom
pne
men
dap
Kolaborasi :
5.
terj
5.
oks
per
ren
kom
6.
lok
oksigen,
per
masker,
intubasi
dan
sebagainya.
per
spin
3
PK Anemia
cairan
dengan
cairan
volume
berhubungan
kehilangan
berlebih
adanya
tanda
tanda 1.
keade
adanya
mene
sklera ikterik
Pasien
mengetakan
kelemahan
2.
konjungvita
anemis
Prioritaskan
jadwal
keperawatan
istirahat.
3.
atau
2.
17,50 g/dL
Kekurangan
Kaji
berkurang
1.
untuk
Pilih
istirahat
3.
pemeriksaan
oksig
menu
Detek
cairan adekuat.
bila
merupakan
kontraindikasi)
3.
x/mnt)
Haluaran
urine
adekuat
kebu
4.
menc
meningkatkan
periode
Lakukan
asuhan
(0,5- 5.
1cc/kgBB/24 jam)
cairan
Inform
kerjas
Catata
dini k
Catata
dini k
Penim
mend
dehidrasi
ringan.
Pertimbangkan
kehilangan
cairan 6.
Halua
sebelu
meng
mata.
filtras
adeku
denga
BUN
7.
Kolaborasi
dengan
dokter
untuk 7.
Propu
meng
munta
elektr
hemoglobin
8.
5
Hipertermia
Setelah
berhubungan
dengan
diberikan
tindakan 1.
antigen antibodi).
Kriteria Hasil :
Memu
segera
Mengeta
suhu tubuh
2.
Bantu m
36,5 37,20C
keringat
4.
Sirkulasi
Dapat m
Keletihan berhubungan
Setelah
penyakit,
malnutrisi,
peningkatan kelelahan
tindakan 1.
Pasien
2.
pemberian
obat
dokter
dalam
penurun
panas
Dapat m
mem
Ajarkan
keluarga
untuk 2.
dapat
melakukan 3.
dengan
higiene
fisik
diberikan
Kolaborasi
Perawat/keluarga
pasie
Mengkaji
Dilak
dapat
Intoleransi
aktivitas
pasien
Setelah
diberikan
tindakan 1.
frekuensi
nadi
pasien, 1.
berhubungan
dengan
kelem
kelemahan
umum,
tinda
secara normal.
pasie
Dengan kriteria :
pingsan.
Untu
dapat
antar
Untu
ketidakseimbangan
antara
suplai
dan
kebutuhan oksigen ke
jaringan.
diukur
aktivitas
dalam
toleransi
3.
Tekanan
darah
pasien
secara bertahap
normal
meni
berak
penin
4.
5.
Untu
pasien
kebut
Tetap
membantu
mobilisasi
dan
aktivitas pasien
8
dan 1.
tulan
Berg
Kaji
jam
dapat
luasn
kebutuhan
tepat
Mem
kebu
berhubungan
tubuh
dengan
ketidakmampuan
menelan
makanan,
ketidakmampuan untuk
mencerna
mengabsorpsi nutrien
keing
peningkatan
Mukosa bibir lembab dan tidak 3.
masu
pucat
Mem
dan karbohidrat
kelem
makanan,
ketidakmampuan untuk
2.
oral
Untu
mukosa
5.
Ketidakseimbangan
diharapkan
integritas
pengh
protein
dalam
batas
normal
dari
4.
5.
4.
6.
menu
dan d
5.
Berg
Mem
kebu
6.
Nilai
menu
7.
9
Nyeri
berhubungan
akut
dengan
Setelah
diharapkan
pada
berkurang
esophagus,
dan
1.
suplemen
tambahan/
multivitamin
Kaji nyeri (skala, intensitas, waktu,
perub
7. Mem
1. Unt
kualitas)
2.
2.
3.
3.
Risiko
infeksi
Setelah
Tek
nyer
Dengan kriteria
lambung)
tindakan
diberikan
Berikan
diberikan
tindakan 1.
1.
Dap
dengan
penyakit
kronis,
pertahanan
tubuh
adekuat
(mis.penurunan
hemoglobin,
3.
baru
supresi/penurunan
respon
normal(5-10 x 109/liter)
invasif,
malnutrisi,
kerusakan
Tanda
normal,
jaringan kulit
pasien
mencegah
adanya
prosedur
Anjurkan
leukopenia,
inflamasi),
infeksi
vital
(TD:
pato
3.
terhadap
4.
oportunis,
dalam
terpapar
metoda
2.
5.
peng
5.
indikasi.
tera
batas
110-120/60-
60-80x/mnt,
S:
36,5-
37,20C)
11
Kerusakan
kulit
integritas
berhubungan
penurunan
dengan
imunologis.
berkurang
Catat warna 1.
Mene
pada
melak
2. Secara teratur ubah posisi, ganti seprai 2.
sesuai
kebutuhan.Lindungi
penonjolan
tulang
dengan
Meng
menig
bantal,
menig
Friks
berke
dan p
4. Gunting kuku secara teratur
4.
Kuku
risiko
5. Dorong untuk ambulansi / turun dari 5.
12
cedera
Setelah
berhubungan
dengan
Pertahankan
cedera
terjat
Untu
kepala,
kontr
sensorik.
disfungsi
dalam
tindakan 1.
Risiko
malnutrisi,
diberikan
Menu
perawatan
intensif.
Dengan kriteria:
Pasien
3.
tidak
mengalami
tanda-tanda cedera.
4.
papan
agar
kaki,
tempat
jika
interv
tidur 2.
pasien
Menc
mengalami agitasi.
agitas
Untu
pasie
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth.J.Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Hudak & Gallo.1996. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Nanda.2010.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:EGC
Smelzer & Bare. 2001. Buku Ajar: Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC.