TINGKAT : II B
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena dengan rahmat dan
hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah SOP ROM , yang di ajukan untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah KMB II. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca makalah
ini, demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Penyusun
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal.
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan
membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis
horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital,
gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul).
Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan
eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan
supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi
dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan
gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi
karena penyakit, ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk
mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu latihan
rentang gerak pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui rentang gerak
penuh.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Range Of Motion (ROM)
Tindakan mendorong terjadinya latihan fisik untuk mempertahankan tonus otot dan
mobilitas sendi klien merupakan salah satu fungsi penting personel keperawatan. Sendi
merupakan unit fungsional dari sistem muskuloskeletal. Tulang rangka tubuh bersambung di
sendi dan sebagian besar otot rangka menempel pada dua tulang di sendi. Otot-otot ini
dikategorikan menurut tipe gerakan sendi yang dihasilkan pada saat kontraksi (mis., fleksor
dan ekstensor). Otot ileksor lebih kuat daripada otot ekstensor. Oleh karena itu, ketika
seseorang sedang tidak aktif, sendi akan tertarik pada posisi fleksi (bengkok). Jika
kecenderungan ini tidak imbangi dengan cara melakukan latihan fisik dan perubahan posisi,
otot akan menjadi pendek secara permanen dan sendi akan tetap dalam posisi fleksi.
(Kozier, 2009)
Menurut Lukman (2013) Segala aktivitas rutin yang biasa dilakukan individu dalam
kehidupan sehari-hari, seperti mandi, makan, menulis, dan lain-lain yang berhubungan
dengan otot, dan hal tersebut merupakan rentang gerak (ROM). ROM adalah kemampuan
maksimal seseorang dalam melakukan gerakan. Merupakan ruang gerak atau batas-batas
gerakan dari kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot memendek secara
penuh atau tidak, atau memanjang secara penuh atau tidak.
Latihan rentang gerak (ROM), dapat mencegah terjadinya kontraktur, atropi otot,
meningkatkan peredaran darah ke esktremitas, mengurangi kelumpuhan vaskular, dan
memberikan kenyamanan pada klien. Perawat harus mempersiapkan, membantu, dan
mengajarkan klien untuk latihan rentang gerak yang meliputi semua sendi. (Lukman: 2013)
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital,
gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul).
Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan
eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan
supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
(Kusyati: 2012)
1. Pengertian ROM
Pengertian ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi
dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Kusyati: 2012)
ROM adalah latihan isotonik yang dilakukan, baik oleh pasien sendiri atau oleh perawat
pada pasien yang tidak berdaya untuk memobilisasi semua sendi lewat pergerakan dengan
jangkauan penuh. (Jacob: 2014)
Jenis mobilisasi atau latihan rentang gerak terbagi menjadi dua, yaitu ROM aktif dan ROM
pasif. ROM aktif adalah kemampuan klien dalam melakukan pergerakan secara mandiri,
sedangkan ROM pasif adalah pergerakan yang dilakukan dengan bantuan orang lain,
perawat atau alat bantu. (Lukman: 2013)
a. ROM Aktif
ROM aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan
energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah
sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara
aktif. (Kusyati: 2012)
Latihan rentang pergerakan sendi aktif merupakan latihan isotonik dengan klien secara
mandiri meng. gerakkan setiap sendi di tubuhnya melalui RPS yang lengkap, peregangan
seluruh kelompok otot secara maksimal pada setiap bidang di atas sendi. Latihan ini
dimaksudkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan
serta membantu mempertahankan fungsi kardiorespiratori pada klien yang imobilisasi.
Latihan tersebut juga mencegah memburuknya kapsul sendi, ankiolosis, dan kontraktur
sendi. . (Kozier, 2009)
ROM pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat)
atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang
gerak yang normal (klienpasif), dengan kekuatan otot 50 %.(Kusyati: 2012)
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri. (Kusyati: 2012)
Selama latihan RPS pasif, orang lain menggerakkan setiap sendi klien secara lengkap
dan meregangkan seluruh kelompok otot secara maksimal pada setiap bidang sendi.
Karena klien tidak melakukan kontraksi otot, latihan RPS pasif ini tidak berguna untuk
mempertahankan kekuatan otot tetapi berguna dalam mempertahankan fleksibilitas sendi.
Oleh karena itu, latihan RPS pasif harus dilakukan hanya jika klien tidak mampu untuk
melakukan gerakan secara aktif. . (Kozier, 2009)
2. Tujuan ROM
a) Umum
1) Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
2) Menjaga fungsi fisiologis normal.
3) Mencegah komplikasi akibat kontraktur imobilitas.
4) Pasien mampu meningkatkan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
5) Meningkatkan aktivitas fisik.
6) Meningkatkan fleksibilitas sendi.
7) Pasien mampu melakukan prosedur ROM. (Lukman: 2013)
b) Khusus
1) ROM aktif
a) Latihan ini dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot.
b) Mempertahankan fungsi kardiorespiratori.
c) Mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian. (Hidayat, AA, 2006)
2) ROM Pasif
Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian. (Hidayat, AA, 2006)
3. Manfaat ROM
a) Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b) Mengkaji tulang, sendi, dan otot
c) Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d) Memperlancar sirkulasi darah
e) Memperbaiki tonus otot
f) Meningkatkan mobilisasi sendi
g) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan. (Hidayat, AA, 2006)
Menurut Lukman (2013) faktor-faktor yang memengaruhi ROM adalah sebagai berikut.:
5. Indikasi ROM
a) ROM Aktif
Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan
ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis
ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara
manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk
menyelesaikan gerakan).
ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah
yang tidak dapat bergerak. (Hidayat, AA, 2006)
b) ROM Pasif
Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas
atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total.
(Hidayat, AA, 2006)
6. Kontraindikasi ROM
Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses
penyembuhan cedera.
1. Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri
selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan
pemulihan
2. Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk
meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
3. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life
threatening)
4. ROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada sendi
ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan thrombus
5. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada
ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat. (Hidayat, AA, 2006)
1). Latihan ROM pasif dilakukan hanya pada pasien yang tidak dapat melakukannya sendiri.
(Jacob: 2013)
2). Latihan ROM pasif dilakukan dengan tahanan yang ringan. (Jacob: 2013)
3). Jangan pernah melakukan latihan ROM melebihi kemampuan pasien yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pasien. (Jacob: 2013)
4). Gerakkan bagian-bagian tubuh secara mulus, perlahan, dan ritmis. (Jacob: 2013)
5). Denyut nadi dan laju pernapasan harus meningkat selama latihan yang harus kembali ke
tingkat normal dalam 3 menit, bila tidak, berarti latihan tersebut terlalu berat untuk pasien.
(Jacob: 2013)
6). Jika terjadi kram otot selama pergerakan, hentikan gerakan sementara cara dan tekan
bagian otot tersebut secara perlahan sampai otot tersebut relaks, kemudian lanjutkan latihan
ROM (Jacob: 2013)
7). Ulangi latihan ROM sesuai kemampuan/toleransi pasien, maksimum lima kali (Jacob:
2013)
Gerakan ROM bisa dilakukan pada leher, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah.
Latihan rentang gerak pada leher, meliputi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi lateral, dan fleksi
lateral. Menurut Reeves (2001) dalam Lukman (2013) rentang gerak (ROM) standar untuk
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, adalah sebagai berikut.
Ekstremitas Atas
Bahu: adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi, dan hiperekstensi.
Siku: fleksi dan ekstensi.
Lengan depan: pronasi dan supinasi.
Pergelangan tangan: fleksi pergelangan, fleksi radialis, fleksi ulnaris, hiperekstensi
pergelangan.
Ibu jari: fleksi, ekstensi, dan oposisi (ibu jari berhadapan dengan jari kelingking).
Jari-jari: abduksi, adduksi, fleksi, dan ekstensi.
Ekstremitas Bawah
Kaki: fleksi, ekstensi, hiperekstensi, adduksi, abduksi, rotasi internal, dan rotasi
eksternal.
Lutut: fleksi, dan ekstensi.
Pergelangan kaki: dorso fleksi, dan plantar fleksi.
Telapak kaki: supinasi, dan pronasi.
Prosedur pelaksanaan
Perawat memberikan bimbingan dan instruksi atau motivasi kepada klien untuk
menggerakkan persendian-persendian tubuh sesuai dengan rentang geraknya masing-
masing. (Kusyati: 2012)
1). Lakukanlah setiap latihan RPS seperti yang diajarkan sampai pada titik adanya sedikit
tahanan, jangan melampaui, dan jangan pernah sampai ke titik ketidaknyamanan.
2). Lakukan gerakan-gerakan secara sistematis, gunakan urutan yang sama untuk setiap
sesinya,
3). Lakukan setiap latihan sebanyak tiga kali
4). Lakukan setiap seri latihan dua kali sehari (Kozier: 2010)
ROM Pasif
PENGERTIAN
Rom pasif adalah suatu latihan yang diberikan kepada pasien yang tidak mampu
bergerak. Bagian persendian tubuh seperti leher, bahu, siku, pergelangan tangan, jari
tangan, jempol, panggul, lutut, engsel, dan jempol kaki. Harus digerakkan secara rutin untuk
mencegah diformitas dan gangguan untuk menghindari otot yang abnormal. Perawat harus
memastikan bahwa klien melatih semua persendiannya selama dilakukan Rom. Latihan
Rom biasanya dilakukan di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan oleh perawat,
tetapi Rom juga dapat dilakukan di rumah oleh anggota keluarga yang telah mendapatkan
bimbingan dari tenaga kesehatan untuk melakukan Rom
ROM pasif : Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang
gerak yang normal (klien pasif), Kekuatan otot 50 %. ROM aktif : Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Kekuatan otot 75 %. Jenis gerakan
Fleksi Ekstensi Hiper ekstensi Rotasi Sirkumduksi Supinasi Pronasi Abduksi Aduksi Oposisi
(Potter and Perry, 2006).
a. Leher
1) Fleksi 45⁰ gerakan dagu menempel ke dada
2) Ekstensi 45⁰ kembali ke posisi tegak (kepala tegak)
3) Hiperekstensi 10⁰ menggerakkan kepala kearah belakang
4) Rotasi 180⁰ memutar kepala sebanyak 4 kali putaran
5) Fleksi lateral kanan 40-45⁰ dan fleksi lateral kiri 40-45⁰
memiringkan kepala menuju kedua bahu kiri dan kanan
b. Bahu
c. Siku
e. Pergelangan tangan
f. Jari-jari tangan
Panggul
1. Fleksi : menggerakkan kaki dan tungkaike depan dan
keatas sejauh 90⁰-120⁰
2. Ekstensi : menggerakkan kembalikan kaki da tungkai ke
samping tungkai kaki lainnya sejauh 90⁰-120⁰
3. Hiperekstensi : menggerakkan kaki dan tungkai
kebelakang dan keatas sejauh 30⁰-50⁰
Sirkumduksi
(360⁰)
Fleksi
(120⁰-130⁰)
Ekstensi
(120⁰-130⁰)
Pergelangan Kaki
1. Dorsofleksi : menggerakkan punggung kaki kearah atas
sejauh 20⁰-30⁰
2. Plantarfleksi : menggerakkan punggung kaki kebawah
sejauh 45⁰-50⁰
Dorsofleksi Plantarfleksi
(20⁰-30⁰) (20⁰-30⁰)
Jari-jari Kaki
1. Fleksi : menggerakkan jari kaki kebawah dengan rentang
30⁰-60⁰
2. Ekstensi : menggerakkan jari kaki kembali keadaan
semula dengan rentang 30⁰-60⁰
Fleksi (30⁰-
60⁰)
Ekstensi (30⁰-
60⁰)
3. Adbduksi : menggerakkan jari kaki saling menjauh satu
sama lain dengan rentang 15⁰
4. Adduksi : merapatkan kembali jari-jari kaki dengan rentang
15⁰
Dorsofleksi
(20⁰-30⁰)
C. Dokumentasi :
1) Catat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan
2) Awasi tanda-tanda adanya gangguan sistem neurologi
Catat tingkat toleransi gerakan pada pasien
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latihan rentang gerak (ROM), dapat mencegah terjadinya kontraktur, atropi otot,
meningkatkan peredaran darah ke esktremitas, mengurangi kelumpuhan vaskular, dan
memberikan kenyamanan pada klien. Perawat harus mempersiapkan, membantu, dan
mengajarkan klien untuk latihan rentang gerak yang meliputi semua sendi. (Lukman: 2013)
B. Saran
Saran kami semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, AAA. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan
Proses.Jakarta: EGC
Jacob, Annamma, Rekha R. 2014. Buku Ajar: Clinical Nursing Procedures jilid satu.
Tanggerang; Binarupa Aksara
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan
Praktik. Jakarta : EGC
Kozier, Barbara. 2009. Buku ajar praktik klinis keperawatan. Jakarta : EGC
Kusyati, Eni. 2012. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.
Lukman, Ningsih N. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.