Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS

A.

Defenisi

Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan gradual. Pertama kali menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan selanjutnya bagian otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah laku, sehingga seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi dan depresi. Etiologi Otak merupakan organ yang sangat kompleks. Di otak terdapat area-area yang mengurus fungsi tertentu, misalnya bagian depan berkaitan dengan fungsi luhur seperti daya ingat, proses berpikir dsb, otak bagian belakang berkaitan dengan fungsi penglihatan dan sebagainya. Dari hasil riset yang dilakukan, diketahui bahwa pada Penyakit Alzheimer terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan.

B.

Manifestasi klinis

1. Lupa kejadian yang baru dialami. Lupa akan nama teman, nomor telepon rekan bisnis dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat dikatakan normal karena biasanya kita masih dapat mengingatnya lagi beberapa saat kemudian. Orang dengan kepikunan / demensia mengalami kelupaan yang sangat sering sehingga mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, dan mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali.

2. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang penuh kesibukan bisa saja meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan dan baru ingat untuk menghidangkan dan merapikannya setelah hampir selesai makan. Seseorang dengan demensia Alzheimer mungkin dapat menyiapkan makanan di dapur tetapi kemudian bukan hanya tidak ingat untuk menghidangkannya di meja makan bahkan ia juga lupa bahwa ia telah memasak makanan didapur. 3. Salah menaruh barang-barang. Setiap orang bisa saja lupa dimana menaruh kunci atau dompet. Seseorang dengan penyakit Alzheimer mungkin dapat meletakkan benda-benda di tempat yang tidak seharusnya misalnya seterika ditaruh di dalam kulkas, atau arloji diletakkan di dalam panci. 4. Perubahan suasana perasaan dan perilaku. Setiap orang bisa merasa sedih dan murung dari waktu ke waktu. Seorang penderita Alzheimer dapat memperlihatkan perubahan suasana perasaaan dalam waktu singkat, dari tenang-tenang tiba-tiba menjadi menangis atau marah tanpa suatu alasan yang jelas. 5. Perubahan kepribadian. Meskipun usia dapat berpengaruh terhadap perubahan kepribadian, namun seseorang dengan penyakit Alzheimer menunjukkan perubahan kepribadian yang drastis, misalnya menjadi pencuriga, penakut atau mudah bimbang dan kebingungan. 6. Kehilangan inisiatif. Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah tangga, aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal bila setelah beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang dengan Alzheimer dapat menjadi sangat pasif dan apatis sehingga diperlukan usaha keras dan untuk menarik minatnya agar mau ikut beraktivitas.

Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain : a. Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari informasi yang baru atau me-recall informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Gangguan berbahasa (aphasia). c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik meskipun fungsi organ motorik masih utuh (apraxia). d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik masih utuh. (agnosia).

e. Gangguan dalam kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, berpikir sekuensial dan abstrak (gangguan fungsi eksekutif). D. pembagian Alzheimer Dalam perjalanannya, penyakit Alzheimer dapat dibagi dalam 3 fase meliputi : Fase awal (Ringan). Pada tahap ini pasien mulai mengalami kehilangan memori maupun fungsi kognitif lainnya, tapi pasien masih dapat mengkompensasinya dan masih dapat berfungsi secara normal dan independen dengan sedikit pertolongan. Sikap apati dan kecenderungan menarik diri yang merupakan gambaran di semua fase, mulai timbul di fase ini. Ciri-cirinya : a. Gangguan Kognitif dan memori : Bingung, lupa nama dan kata-kata dan menghindar berbicara untuk mencegah kesalahan. Mengulang pertanyaan dan kalimat. Lupa kisah hidup mereka sendiri dan peristiwa yang baru terjadi. Kurang mampu untuk mengorganisasikan dan merencanakan sesuatu serta untuk berpikir logik. Menarik diri dari lingkungan sosial dan tantangan-tantangan mental. Disorientasi waktu dan tempat ; dapat tersesat di tempat-tempat yang 2. Fase menengah (sedang). Gambaran utama dari fase ini adalah penurunan fungsi dari berbagai sistem tubuh pada saat yang bersamaan dan membuat ketergantungan pada orang lain yang merawat menjadi meningkat. Gangguan kognitif dan memori makin memberat, kepribadian mulai berubah dan masalah-masalah fisik mulai meningkat. Muncul sikap agresif, halusinasi dan paranoid. Ciri-cirinya : a. Gangguan Kognitif dan memori yang signifikan: Lupa kisah hidupnya sendiri dan peristiwa yang baru terjadi.. Mengalami kesulitan untuk mengingat nama dan wajah teman dan keluarga. Tapi masih dapat membedakan wajah yang familiar dengannya dari yang tidak dikenalnya. Masih mengingat nama sendiritapi kesulitan untuk mengingat alamat dan nomer telefon.. Tidak dapat berpikir logik secara jernih. Tidak dapat mengatur pembicaraan mereka

sendiri Tidak dapat lagi mengikuti instruksi oral maupun tulisan. Masalah keuangan dan aritmetika semakin meningkat.. Terputus dari realitas. Tidak mengenal diri sendiri di depan cermin dan dapat menganggap suatu cerita di televisi sebagai suatu kenyataan.. Disorientasi cuaca, hari dan waktu.. b. Gangguan berkomunikasi : Mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca dan menulis. Mengulang-ulang cerita, kata-kata, pertanyaan dan bahasa tubuh. Masih dapat membaca tapi tidak berespon dengan tepat terhadap materi bacaannya. Kesulitan menyelesaikan kalimat c. Perubahan kepribadian mulai signifikan : Apatis, menarik diri, curiga, paranoid (seperti menuduh pasangan berhianat atau anggota keluarga ada yang mencuri). Cemas, agitasi dan iritabel, agresif dan mengancam Halusinasi dan delusi muncul. Dapat melihat, mendengar, mencium dan 3. Fase Lanjut (berat). Pada fase ini dapat dijumpai kemunduran kepribadian, gejala kognittif dan fisik memberat. Tingkah laku yang liar di fase awal perkembangan penyakit berubah menjadi lebih tumpul. Beberap ciri khasnya : a. Kognitif dan memori yang makin memburuk : Tidak mengenali lagi orang yang familiar, termasuk istri dan anggota keluarga yang lain. b. Kemampuan komunikasi benar-benar lenyap : Tampak merasa tidak nyaman. Tapi dapat berteriak bila disentuh ataupun bergerak. Tidak mampu untuk tersenyum dan berkata-kata, atau berbicara cengan inkoheren. Tidak dapat menulis dan memahami material bacaan. c. Kontrol sadar terhadap tubuh hilang : Tidak dapat mengontrol gerakan, otot-otot terasa kaku. Inkontinensia urin dan fecal komplit. Tidak dapat berjalan, berdiri, sit up, ataipunmengangkat kepala tanpa bantuan orang lain. Tidak dapat menelan makanan dengan mudah, sering tersedak C. Patofisiologi

Penyakit alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Perkiraan terakhir menyatakan bahwa sekitar 10% orang dalam kelompok usia itu menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas dalam kalangan populasi usia lanjut, dan di perkirakan bahwa tahun 2050 akan ada 14 juta penderita penyakit ini. Penyakit ini bukan saja menimbulkan dampak pada sistem pelyanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan kesehatan rawat jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut , dan dana riset), tetapi juga akan menimbulkan sters bagi para anggota keluarga yang harus merawatnya. Secara patologis, pasien dengan penyakit alzheimer mengalami kehilangan banyak neuron-neuron hipokampus dan korteks tanpa disrtai kehilangan parenkim otak. Selain itu juga dapat kekusutan neurofibrilar yang difus dan di plak senilis ( makin banyakmplak senilis makin berat gejala gejalnya ). Kedua perubahan patologik terakhir ini bukan merupakan ciri khas dari penyakit alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati timah dan sindrom down. Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan dengan kelainan neurotransmiter dan enzim-enzim yang berkaitan dengan metabolisme neurotransmiter tersebut. Tampaknya ada penurunan dari asetitransferase ( enzim yang mensintesis asetilkolin). Otopsi otak penderita penyakit alzheimr menunjukan pengurangan neurotransmiter asetilkolin yang bermakna : beberapa otak bahkan hanya mengandung 10% dari kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung dengan penurunan asetikolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas pada korteks serebri,hipokampus dan damigdala. Hal lain yang masih terus diselidiki oleh para penelti adalah neurotransmiter peptida,oleh karena somatostatin menurun pada otak penderita penyakit alzheimer. Faktor tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotoksisitas dari aluminiu. Crapper et al ( 1979) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam siste transpor membran pada pasien pasien penyakit alzheimer, yang memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromati yang menyebabkan perubahan patologik dalam sintesis protein dan perubahan neuropibrilar. D. Etiologi dan Factor resiko

Penyebab dari Alzheimer masih belum diketahui secara pasti, tapi perpaduan berbagai faktor resiko diduga sebagai penyebabnya. Faktor-faktor tersebut antara lain : - Bertambahnya usia, riwayat keluarga yang positif, dan cedera kepala. - Toksin dari lingkungan.

- Stres, kecemasan dan sikap pesimis yang berlebihan. - Genetik : - Lipoprotein E-epsilon 4 yang rapuh dan gampang mengalami mutasi. - Protein prekursor amiloid (APP) pada kromosom 21. - Trisomi kromosom 21 (downs syndrom). Pasien dengan sindrom down cenderung terkena alzheimer onset dini pada usia di atas 30 tahun. - Gen presenilin I yang terdapat di kromosom 14. Mutasi pada gen inilah yang berkaitan erat dengan Alzheimer familial. - Gen presenilin II pada kromosom 1. Mutasi pada gen ini berkaitan erat dengan penyakit Alzheimer yang terjadi pada penduduk di daerah sungai Volga, Rusia. E. Pencegahan: 1. 2. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur merokok maupun mengkonsumsi alkohol. dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh. 3. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan. G. Terapi Terapi medis untuk Alzheimer meliputi : Obat-obatan Psikotropik dan intervensi perilaku Berbagai intervensi farmakologis dan perilaku dapat memperbaiki gejala klinik penyakit Alzheimer, seperti : kecemasan, agitasi dan perilaku psikotik, yang memang pendekatan terbaiknya adalah secara simptomatis saja. Obat-obatan ini sangat berguna meski keefektifannya sedang dan bersifat sementara saja dan tidak mampu untuk mencegah perkembangan penyakit dalam jangka waktu yang lama.. Beberapa obat psikotik yang dianjurkan untuk digunakan oleh banyak praktisi adalah : haloperidol, risperidone, olanzapine dan quetiapine. Obat-obatan ini diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif untuk meminimalisir efek samping, oleh karena sebagian besar pasien adalah mereka yang berusia lanjut. Cholinesterase Inhibitors (ChEIs) Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala alzheimer adalah mengganti kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks serebri.

H.

Prognosis

Angka survival rata-rata setelah munculnya onset awal dari gejala Alzheimer adalah sekitar 8-10 tahun. Faktor-faktor yang membantu progresivitas penyakit adalah adanya gejala ekstrapiramidal, adanya gejala-gejala psikotik, onset pada usia muda dan disfungsi kognitif yang dini.

KONSEP KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ALZHEIMER Pengkajian a. Gejala Tanda aktivitas/istrahat : Merasa lelah : Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur. Letargi:

penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biasa, hoby, ketidak mampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca / mengikuti acara program televisi gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa di lakukannya,gerakan yang sangat bermanfaat b. Gejala Sirkulasi : Riwayat penyakit vaskulerserebral, sistemik, hipertensi, episode emboli ( merupakan factor predisposisi ) Tanda c. Gejala Tanda : Eliminasi :Dorongan berkemih,(dapat mengindekasikan kehilangan tonus otot ) : Inkontenensia urine/ feses; cenderung konstipasi / impaksi dengan diare

d. Gejala

Integritas ego : Curiga atau takut terhadap situasi / orang khayalan Kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang. Penimbunan objek ; menyakini bahwa objek yans salah penempatannya telah di curi. Kehingan multipel, perubahan citra tubuh dan harga diri yang di rasakan

Tanda

:Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alas an tidak mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan memmbuka buku namun tanpa membacanya) Duduk dan menonton yang lain Aktivitas utama mungkin menumpuk benda tidak bergerak, barang-barang , atau berjalan-jalan. Emosi labil : mudah menangis, tertawa tidak pada tempatnya;perbahan alam perasaan ( apatis, letargi, gelisah, lapang pandang sempit, peka rangsang ); marah yang tiba-tiba di ungkapakan. ( reaksi katastrofik): depresi yang kuat , delusi, paranoia lengket pada seseorang. gerakan tidak

berulang ( melipat, membuka melipat-lipat kembali kain,)menyembunyikan

e. Gejala

makanan / cairan : Riwayat episode hipoglikemia ( merupakan factor predisposisi) perubahan dalam pengecapan, Nafsu makan, menginkari terhadap rasa lapr/kebutuhan untuk makan. Keilangan berat badan

Tanda

:kehilangan kemampuan untuk mengunyah Menghindari/menolak makan ( mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan ) Tampak kurus ( tahap lanjut )

f. Neurosensori , Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,dan/ atau gambar yang kabur, keluhan hipokondrial tentang kelelahan , diare, pusingatau kadang-kadang sakit kepala.adanya keluhan dalam penurunan kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang baru berlalu, penurunan tingkah laku ( di observasi oleh orang terdekat) Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh / bagian tubuh dalam ruang tertentu) Adanya riwayat penyakit serebral vascular/sistemik, emboli/hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagi factor predisposisi) Aktivitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan Otak Tanda : Kerusakan komunikasi,afasia dan disfasia , kesulitan dalam menemukan kata-kata yang benar, bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal atau bicaranya tidak terdengar Kehilangan kemampuan untuk membaca atau menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus )

g. Gejala

Kenyamanan : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi faktor predisposisi / faktor akselerasinya ) Tanda Trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya )

Tanda

: Ekimosis, laserasi Rasa bermusuhan / mnyerang orang lain

h.

Interaksi sosial

Gejala : Merasa kehilangan kekuatan Faktor psikososial sebelumnay; pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku Tanda : Kehilangan kontrol sosial, perilaku tidak tetap

Diagnosa keperawatan
1. perubahan proses berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron iriversibel 2. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis 3. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik

INTERVENSI
Dx 1;roses perubahan berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron ineversibel Kriteria hasil : o o ntervensi Mandiri 1.kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi terhadap orang, tempat, waktu, rentang perhatian, kemampuan berfikir R : Memberikan dasar untuk evaluasi / perbandin gan yang akan datang dan menpengaruhi pilihan terhadap intervensi. 2. pertahankan lingkungan yang menyenagkan dan tenang R : kebisingan,keramaian,orang banyak biasanya merupakan sensori yang berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron. 3. lakukan pendekatan dengan cara perahan dan tenang R : Pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien bingung yang mengalami kesalahan persepsi atau perasaan terancam oleh imajinasi orang dan situasi tertenu. mampu mengenali perubahan dalam berfikir/tingkah laku dan faktor-faktor mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak di inginkan : penyebab jika memungkinkan ancaman dan kebingungan

kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi : 1. Antisiklotik, seperti halopiridol (Haldol),tioridazin (Mallril) R : Dapat digunakan untuk mengontrol agitasi, halusinasi. Mallarir jarang digunakan karena adanya beberapa efek samping yang bersifat ekstrapiramidal ( mis,distonia,akatisia) meningkatkan kekacauan mental ; masalah penglihatan dan terutama gangguan berdiri dan berjalan. 2. Vasodilator, seperti siklandelat ( Cyclospasmol) R : Dapat meningkatkan kesadaran menta tetapi memerlukan penelitian lebih lanjut. 3. Ergoloid mesila (Hydergine LC ) R : Peningkatan metabolisme ( meningkatkan kemampuan otak untuk melakukan metabolisme glukosa dan menggunakan oksigen ) yang mempunyai beberapa efek samping. Dx 2 : perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis Kriteria hasil : o o Intervensi Mandiri 1. Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal Mampu mendemonstrasikan respons yang meningkat/sesuai dengan Pemberian asuhan akan mampu mengidentifikasi/ mengontrol faktor-faktor : stimulasi eksternal yang berperan terhadap perubahan dalam kemampuan persepsi sensori

tersebut mempengaruhi individu yang termasuk di dalamnya adalah penurunan penglihatan / pendengaran. R : Katena keterlibatan otak biasanya global, yaitu dalampersentase yang kecil mungkin memperlihatkan masalah yang bersifat asimetrik yang menyebabkan pasien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuhnya ( gangguan unulateral ). 2. Anjurkan untuk menggunakan kaca mata, alat bantu pendengaran sesuai keperluan. R : Dapat meningkatkan masukan sensori,membatas / menurunkan kesalahan interprestasi stimulasi.

3. Pertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan. R : Menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping terhadap prustasi karena salah persepsi dan disorientasi. 4. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika di perlukan seperti musik, yang lembut,gambar dinding cat sederhana. R : Membantu untuk menghindari masukan sensori pengihatan /pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas yang tenang ,konsisten. 5. Berikan sentuhan dalam cara perhatian R : dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri 6. Ajak piknik sederhana ,jalan jalan keliling rumah sakit.pantau aktivitas. R : Piknik menunjukkan realita dan memberikan stimulasi sensori yang menyenangkan yang dapat menurunkan perasaan curiga / halusinasi yang disebabkan oleh perasaan terkekang. 7. Tingkatkan keseimbangan fungsi fisiologi dengan menggunakan bola lantai,tangan menari dengan disertai musik. R : Menjaga mobilitas ( yang dapat menurunkan resiko terjadinya atrofi otot /osteoporosis pada tulang ). Dx 3 : kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik Kriteria hasil : o o Intervensi Mandiri 1. identifikasi kesulitan dalam berpakaian /perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik : apatis / depresi; penurunan kognitif ( apraksia )atau teemperatur ruangan ( dingin untuk mengenakan pakaian ). R : memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan intervensi /strategi. Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan pakaian atau munkin memerlukan konsultasi dari ahli lain. Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi / : kemampuan diri sendiri komunitas yang dapat memberikan bantuan

2. identifikasi kebutuhan akan kebersian diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan ranbut /kuku/kulit. Bersihkan kaca mata dan gosok gigi. R : sesuai dengan perkembangan penyakit, kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin dilupakan. 3. Perhatiakan adanya tanda-tanda non verbal yang fisiologis. R : kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan pasien mengunkapkan kebutuhan perawtan diri dengan cara non verbal. 4. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas R : waktu yang cukup dan ketenangan dapat menurunkan kekacauan yang di akibatkan karena mencoba untuk menghindari / mempercepat proses ini. 5. Bantu untuk mengenakan pakaian yang rapi/berika pakaian yang rapi dan indah. R : meningkatkan kepercayaan,dapat menurunkan perasaan kehilangan dan meningkatkan kepercayaan untuk hidup. 6. izinkan tidur untuk menggunakan kaus kaki atau sepatu atau pakaian tertentu atau menggunakan dua set pakaian jika pasien membutuhkan. R:memberikankeamanan,mengubah,mengurangi,memberontakan dan memungkinkan pasien untuk istirahat. mandiri 1. kaji kebutuhan /kemampuan pasien secara individual R; metode alternatif perlu diciptakan pada keadaan tertentu untuk memfasilitasi kebutuhan akan masa intimasi ( keinginan untuk melakukan hubungan seksual ) dan kedekatan 2. amjurkan pasangan untuk memperlihatkan penerimaan / perhatiannya R; seseorang denagn gangguan konitif biasanya tidak kehilangan kebutuhan dasarnya pada afektif, rasa cinta, perasaan diterima , dan ekspresi seksual 3. 4. berikan jaminan terhadap privasi gunakan distraksi sesuai dengan kebutuhan, ingatkan pasien bahwa R; tingkah laku ekspresi seksual ungkin berbeda ni merupakan tempat umum( tempat masyarakat banyak ) dan tingkahlak yang dilakukan saat ini tidak dapat diterima R; merupakan suatu alat yang paling bemanfaat ketiak ada tingkah laku yang tidak sesuai, seperti membuka pakaian ( telanjang)

5.

berikan waktu yang cukup untuk menjelaskan / mendiskusikan

perhatian dari orang terdekat R: mungkin memerlukan informasi / konseling mengenai alternatif tertentu dalam melakukan aktivitas/agresi seksual intervensi mandiri 1. libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien dirumah R:dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi dirumah 2. buat prioritas R: membantu untuk membuat suatu pesan tertentu dan memfasilitasi pemecahan masalah yang ada 3. realistis dan tulus dalam mengatasi semua permasalahan yang ada R: menurukan stres yang menyellimuti harapan yang keliru, seperti individu tersebut dapat menemukan kembali tingkat kemampuan pada masa lalu setelah penggunaan obat tertentu :

DAFTAR PUSTAKA

Doenges. E. Marylin Dkk, 2008. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN. Edisi 3, EGC : Jakarta Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.PATOFISIOLOGI konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 6 volume 2. EGC: Jakarta Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.PATOFISIOLOGI konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 4 buku 2. EGC : Jakarta Suddarth dan brunne, 2000. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Edisi 8 volume 3, EGC : Jakarta www. Google. Com

Anda mungkin juga menyukai