Pikun dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah dementia. Istilah ini melukiskan
kemunduran secara perlahan pada fungsi intelektual dan sosial yang dialami seseorang. Makin
lama makin bertamah berat, yang disebabkan oleh gangguan pada jaringan otak. Penyakit pikun
yang disebakan oleh proses degenarasi sel-sel di otak, yang belum dapat dicegah dan masih sulit
disembuhkan, inilah yang disebut Alzheimer yang cukup menjadi momok bagi orang lanjut usia.
Walaupun ada usia muda yang diserang penyakit ini. Tetapi pada umumnya penyakit ini
menyerang pada orang-orang yang berusia 50-70 tahun.
Penyakit Alzheimer adalah suatu kondisi di mana sel-sel saraf di otak mati, sehingga
sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan dengan baik. Seseorang dengan penyakit Alzheimer
mempunyai masalah dengan ingatan, penilaian, dan berpikir, yang membuat sulit bagi penderita
penyakit Alzheimer untuk bekerja atau mengambil bagian dalam kehidupan sehari-hari.
Kematian sel-sel saraf terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun. Mereka yang rentan
terserang kepikunan alzheimer ini adalah para lansia di atas 60 tahun, tetapi orang dewasa muda
juga tak tertutup kemungkinan bila memiliki faktor risiko keturunan. Penderita demensia
alzheimer berusia 40 tahun pernah ditemukan di Indonesia. Deteksi dini adalah hal penting
dalam mengatasi Alzheimer, tetapi faktanya seringkali sulit dilakukan karena gelaja kemunduran
kerap dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Penderita biasanya hanya menunjukkan gejala
biasa seperti lupa, tetapi kemudian berkembang progresif menjadi parah dan memperburuk
fungsi kognitif dan fungsi mental lainnya.
Sejarah Alzheimer
Penyakit ini ditemukan oleh Dr. Alois Alzheimer pada 1907, dinamakan Alzheimer
disesuaikan dengan nama penemunya. Alzheimer menemukan bahwa syaraf otak penderita
Alzheimer tidak hanya mengerut, bahkan dipenuhi gumpalan protein luar biasa yang disebut plak
amiloid dan serat yang berbelit-belit (neuro fibrillary). Amiloid protein yang membentuk sel-sel
plak protein tersebut,dipercaya menyebabkan perubahan kimia otak. Musnahnya sel-sel saraf ini
menyebabkan syaraf otak yang berfungsi menyampaikan pesan dari satu neuron ke neuron lain
terpengaruh. Meskipun sudah ditemukan hampir satu abad yang lalu, Alzheimer tidak seterkenal
penyakit yang lain seperti hipertensi, Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) atau pun penyakit
jantung. Mungkin karena gejala penyakit Alzheimer tidak segera terlihat, berbeda dengan
hipertensi yang dapat dipantau melalui pemeriksaan tekanan darah. Penyakit Alzheimer tidak
terdeteksi karena adanya anggapan bahwa sering lupa adalah hal yang wajar dialami orang
berusia lanjut karena faktor usia. Padahal mungkin saja “sering lupa” tersebut merupakan tanda
awal penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer menjadi lebih dikenal secara meluas setelah
mantan Presiden Amerika Serikat yang ke-40, Ronald Reagan mengemukakan keadaan dirinya
dalam suratnya yang tertanggal 5 November 1994.
Gejala Alzheimer
Tanda dini dari penyakit Alzheimer adalah perubahan dalam emosi. Hal ini terlihat dari
gairah kerja yang menurun, merasa malas atau kehilangan semangat. Pribadi yang tadinya hangat
dan semangat menjadi semakin acuh tak acuh. Seringkali perasaan mudah tersinggung, murung,
cemas tanpa sebab-sebab yang nyata. Tidak itu saja, keluhan jasmaniah terlihat juga dengan
merasa linu-linu, mudah lelah dan seringkali masuk angin. Pada tahap awal, penderita Alzheimer
akan mengalami gejala-gejala seperti orang pelupa alias pikun. Keluhan utama disini adalah
gangguan daya ingat (memori). Yang menjadi sasaran adalah ingatan baru, sedangkan ingatan
lama masih terekam dengan baik. Misalnya sudah membuat rencana untuk esok pagi mau rapat
ke mana dan mau ketemu dengan siapa. Tetapi akhirnya apa yang sudah direncanakan menjadi
bubar semua alias tidak ingat sama sekali
Pada tahap kedua, tanda-tanda di atas kian jelas, baik dalam kegagalan emosi, sosial, dan
intelektualnya. penderita tidak lagi mengelola dirinya sendiri apalagi pekerjaannya. Penyebab
utama adalah hilangnya daya ingat dan hilangnya inisiatif. Gaya bahasanya menjadi monoton
dan lamban. Dalam menyatakan pikirannya tidak dapat to the point, dan banyak kalimat yang
diulang-ulang. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya perbendaharaan kata yang hilang pada waktu
dia mengungkapkannya.
Pada tahap ketiga, kegagalan dalam berbahasa sudah sampai pada puncaknya. Penderita
Alzheimer tidak dapat lagi mengerti ucapan seseorang dan mengekspresikan jalan pikiran
melalui bicaranya.Dia hampir tidak bisa berbicara sama sekali.
Agar kepikunan Alzhemier dapat dicegah sejak dini, berikut beberapa tanda atau gejala yang
patut diwaspadai kemungkinan hadirnya penyakit pembunuh otak :
1. Kemunduran memori/daya ingat.
2. Sulit melaksanakan kegiatan / pekerjaan sederhana
3. Kesulitan bicara dan berbahasa.
4. Disorientasi WTO (Waktu – Tempat – Orang)
5. Sulit dalam berhitung
6. Salah meletakan benda
7. Penampilan buruk karena lupa cara berpakaian atau berhias
8. Perubahan emosi dan perilaku.
9. Gangguan berfikir abstrak. Kemampuan imajinasi penderita terganggu.
10. Hilang minat dan inisiatif. Cenderung menjadi pendiam, tak mau bergaul, menyendiri.
Selain itu, ada beberapa tanda-tanda awal penyakit alzheimer umum, adalah :
1. Kurangnya kebersihan.
Ini adalah tanda paling jelas dari penyakit Alzheimer. Orang-orang yang biasa
berpakaian rapi setiap hari mulai mengenakan pakaian kotor atau berhenti mandi.
2. Kehilangan memori jangka pendek.
Orang dengan demensia mungkin lupa pengalaman baru. Orang normal bisa lupa detil
aktivitas atau percakapan yang baru. Tapi orang dengan demensia bisa lupa seluruh
hal.
3. Pengulangan.
Orang dengan Demensia bisa mengulang cerita. Terkadang kata demi kata. Mereka
mungkin terus bertanya pertanyaan yang sama, tidak peduli berapa kali mereka
menjawab.
4. Masalah bahasa.
Orang dengan demensia dapat memiliki masalah besar mengingat, bahkan mengingat
kata-kata dasar. Cara mereka bicara bisa menjadi kening berkerut dan sulit untuk
dikuti.
5. Perubahan kepribadian.
Orang dengan demensia mungkin memiliki perubahan suasana hati tiba-tiba. Mereka
mungkin menjadi emosional; kesal atau marah tanpa alasan tertentu. Mereka menarik
diri atau berhenti melakukan kegiatan yang biasanya menikmati.
Penyebab Alzheimer
Sejumlah ahli kedokteran menyimpulkan, bahwa gaya hidup sangat berpengaruh terhadap
kepikunan. Gaya hidup yang dimaksud adalah kebiasaan buruk yang sering dilakukan, misalnya
merokok, meminum minuman yang mengandung alkohol, penggunaan obat bius dan sebagainya,
serta makan makanan yang berkadar lemak tinggi dan bila ditelaah lebih lanjut, kebiasaan buruk
tersebut mempercepat munculnya penyakit yang sering dialami oleh orang-orang zaman
sekarang seperti hypertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit
kencing manis, dan obesitas atau kegemukan. Gangguan itu pada gilirannya semakin
meningkatkan resiko penyakit Alzheimer. Selain kebiasaan buruk seperti yang disebutkan di
atas, kepikunan bisa timbul bersamaan dengan keracunan yang terjadi dalam tubuh seseorang,
misalnya akibat gangguan organ hati dan ginjal. Dalam keadaan yang seperti ini, zat-zat yang
semestinya ditawarkan racunnya oleh hati, kemudian dikeluarkan oleh ginjal, tetap berada dalam
aliran darah dan meracuni otak. Begitu pula seorang petinju yang kepalanya sering dihantam
lawan, juga sangat rentan terhadap kepikunan.
Stres juga dapat menjadikan seseorang mudah mengalami kepikunan. Menurut Zevan
Khachanurian dari The National Institute of Aging, Los Angeles, Amerika Serikat, sel-sel di
hippocampus (bagian otak sebelah dalam) terpaksa bekerja lebih keras pada kondisi stres.
Akibatnya, otak menjadi lelah dan mudah rusak. Sedangkan, sel otak Tidak seperti sel-sel tubuh
lainnya, apabila sel otak yang rusak tidak bisa digantikan. Menurut dr. Samino, SpS (K), Ketua
Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), Alzheimer timbul akibat terjadinya proses
degenerasi sel-sel neuron otak di area temporo-parietal dan frontalis. “Dementia (pikun)
Alzheimer adalah penyakit pembunuh otak karena mematikan fungsi sel-sel otak,” ujarnya dalam
study tentang Alzheimer. Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh penderita sendiri, mereka
sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang. Mereka juga sering kali menutup-
nutupi hal itu dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka.
Kejanggalan biasanya akan dirasakan oleh orang-orang di sekitar mereka yang mulai
khawatir akan penurunan daya ingat. Mereka awalnya belum mencurigai adanya problem besar
di balik kepikunan yang dialami penderita, tetapi kemudian tersadar bahwa kondisinya sudah
parah.
Karena penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui, maka tidak ada yang dapat
dilakukan untuk pencegahan. Namun ada beberapa hal yang diyakini bisa mengurangi resiko
terserang penyakit Alzheimer seperti pola makan sehat, berolahraga, berhenti merokok, dan tidak
minum alkohol. Orang yang berisiko menderita Alzheimer :
1. Penderita hipertensi dengan usia di atas 40 tahun.
2. Penderita diabetes.
3. Kurang berolahraga.
4. Kadar kolesterol yang tinggi.
5. Faktor keturunan - memiliki keluarga yang menderita Alzheimer pada usia 50-an.
Obat Alzheimer yang ada saat ini adalah penghambat kolinesterase. Obat ini untuk memperbaiki
daya ingat dan menekan gangguan perilaku, serta peningkatan kualitas hidup.
Para ilmuwan yakin ada dua sebab dan mereka adalah keturunan dan gaya hidup yang
menyebabkan. Meskipun belum terbukti bahwa Alzheimer merupakan penyakit keturunan, tetapi
jika ada sejarah penyakit dalam keluarga, resiko untuk generasi masa depan ada di sana.
Penelitian telah menunjukkan bahwa jika seseorang memiliki gen (ApoE4) untuk Alzheimer, ia
memiliki kesempatan peningkatan didiagnosa menderita penyakit.
Setelah 15 tahun penelitian dilakukan, para ilmuwan akhirnya menemukan 3 gen yang
menyebabkan penyakit alzheimer, yakni clusterin, complement receptor 1 (CR1), dan PICALM,
yang diduga merupakan tipe gen yang paling banyak ditemukan pada 90 persen kasus
Alzheimer. Identifikasi gen ini dilakukan oleh dua kelompok ilmuwan di Wales, Inggris, dan
Perancis. Julie Williams profesor neuropsychological genetic dari Britain's Cardiff University
mengatakan bahwa apabila kita bisa menghilangkan tiga gen yang punya dampak merusak ini,
kita bisa mengurangi risiko terjadinya Alzheimer hingga 20 persen. Gen lain yang juga berkaitan
dengan penyakit yang menyebabkan kepikunan di usia lanjut ini adalah apolipoprotein E (ApoE)
yang diidentifikasi pada tahun 1993 sejak para ahli mengetahui bahwa kemunduran fungsi otak
terkait dengan faktor genetik.
Pada studi terkini yang dilakukan oleh Profesor Williams, ia melakukan pemindaian
terhadap peta genetik pada 16.000 orang dari delapan negara. Akhirnya berhasil diidentifikasi
dua gen, yang disebut clusterin dan PICALM yang meningkatkan risiko terjadinya Alzheimer.
Studi kedua dilakukan oleh Philippe Amouyel dan timnya dari Pasteur de Lille di Perancis, yang
meneliti 6.000 pasien Alzheimer dan 9.000 orang sehat di Perancis, Belgia, Finlandia, Italia, dan
Spanyol. Para peneliti juga berhasil mengidentifikasi clusterin dan gen ketiga yang disebut CR1.
Meski tiga gen ini relatif ditemui pada semua pasien, Amouyel mengatakan bahwa agak sulit
menghitung risiko terjadinya Alzheimer dengan gen. Ia juga menekankan bahwa belum
diketahui, kombinasi gen mana saja dan faktor lingkungan lain apa yang menyebabkan
Alzheimer.
Para ahli mengatakan, clusterin mungkin menyebabkan risiko Alzheimer 10 persen, PICALM
sekitar 9 persen, dan CR1 4 persen. Bila dijumlahkan, risikonya diperkirakan menjadi 20-25
persen.
Tiga variasi gen ini juga berkait dengan gejala awal munculnya Alzheimer yang
diturunkan di keluarga. Karena itu, dengan mengidentifikasi gen ini, para ahli akan lebih mudah
mengenali penyebab penyakit dan menciptakan obat untuk melawannya. Selain itu, obat-obatan
seperti obat jantung, obat tidur, obat penenang, obat aritmia, dan lain-lain dapat memicu
alzheimer juga. Oleh karena itu, disarankan bagi yang senang mengkonsumsi obat, agar
senantiasa dikurangi kecuali jika sudah resep dari dokter.