Anda di halaman 1dari 6

DEMENSIA

1. DEFINISI
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit/ gangguan otak yang
biasanya bersifat kronis-progresif, dimana terdapt gangguan fungsi kognitif yang
multipel tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada demensia
adalah intelegensia umum, daya ingat , daya pikir, orientasi, persepsi, perhatian, daya
tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, daya nilai
(judgement), dan kemampuan sosial. Penyakit alzheimer adalah suatu penyakit
degeneratif otak primer yang etiologinya tidak diketahui. Jadi demensia Alzheimer
ialah penyakit gangguan otak yang biasanya bersifat progresif, dimana terdapat
gangguan yang multiple tanpa gangguan kesadaran yang disebabkan oleh penyakit
Alzheimer.1.3

2. EPIDEMOLOGI
Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Di antara orang Amerika yang
berusia 65 tahun, kira-kira 5% menderita demensia berat, dan 15% menderita
demensia ringan. Di antara orang Amerika yang berusia 80 tahun, kira-kira 20%
menderita demensia berat. Dari semua pasien dengan demensia, 50-60% menderita
demensia tipe Alzheimer, yang merupakan tipe demensia yang paling sering. Kira-
kira 5% dari semua orang yang mencapai usia 65 thun menderita demensia tipe
Alzheimer, dibanding dengan 15-25% dari semua orang yang berusia 85 tahun atau
lebih. Tipe demensia yang paling sering kedua adalah demensia vaskuler, yang
berjumlah kira-kira 15-30% dari semua kasus demensia. Demensia vaskuler paling
sering ditemukan pada orang yang berusia ntara 60-70 tahun dan lebih sering pada
laki-laki dibanding wanita. Masing-masing 1-5% kasus adalah demensia yang
berhubungan dengan trauma kepala, berhubungan dengan alkohol, dan berbagai
demensia yang berhubungan dengan pergerakan (misalnya penyakit Huntington dan
penyakit Parkinson).1

3. ETIOLOGI
Demensia mempunyai banyak penyebab, tetapi demensia tipe Alzheimer dan
demensia vaskular secara bersama-sama berjumalah sebanyak 75% dari semua kasus
Penyakit demensia lainnya adalah penyakit Pick , penyakit Creutzfeldt-Jakob penyakit
Huntington, penyakit Parkinson, human immunodeficiency virus (HIV), dan trauma
kepala.1 Pada tabel di bawah ini adalah gangguan/ penyakit yang sering menyebabkan
demensia.

Genetik: autosomal dominan, early onset kromosom 21q & late onset kromosom 19,
sporadic pada kromosom 6

 Gangguan fungsi imunisasi


 Infeksi virus: terdapat antibodi reaktif & neurofibrillary tangles (NFT) (x:
penyakit Creutzfeldt-Jacob & Kuru)→ plak amiloid SSP→gangguan fungsi luhur
 Lingkungan:
 Polusi udara/ industry
 Intoksikasi logam 1

4. GAMBARAN KLINIS DAN PEDOMAN DIAGNOSTIK


Secara umum gambaran klinis demensia yaitu adanya penurunan kemampuan
daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang
(personal activities of daily living) seperti mandi, makan, kebersihan diri, buang air
besar dan kecil. Umumnya disertai, dan ada kalanya diawali, dengan kemerosotan
dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup. Pada demensia tidak
ditemukan gangguan kesadaran (clear consciousness) dan gejala serta distabilitas
sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.3
Pasien dengan demensia biasanya dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya,
polisi atau pengasuh yang mengeluh bahwa pasien yang berkeliaran, bingung,
perilaku yang tidak wajar (misalnya, memegang dan menyentuh dengan maksud
seksual yang tak semestinya, pergi ke luar rumah dengan pakaian yang tidak pantas,
misalnya memakai baju kaos dan celan dalam saja), aresif, depresif, cemas. Pasien
dengan diagnosis demensia biasanya dibawa masuk ke UGD karena perubahan
perilaku yang mendadak.4
Demensia harus dibedakan dari proses menua normal. Pada proses menua
biasa pasien mungkin mengalami gangguan fungsi kognitif, tetapi tidak progresif dan
tidak menyebabkan gangguan fungsi pekerjaan sosial.4
Gambaran klinis:

 Kehilangan daya ingat/ memori, terutama memori jangka pendek. Pada orang tua
normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah
tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya
tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah tetangganya.
 Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa, seperti tidak tahu bagaimana cara
membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan makanan.
 Disorientasi orang, waktu dan tempat.
 Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif, misalnya tidak dapat
memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau sebaliknya.
 Salah menemptkan barang
 Perubahan tingkah laku. Mood dapat berubah-ubah tanpa ada alasan yang jelas
 Mudah curiga dan tersinggung

Tabel 5.1. Pedoman diagnostik untuk Demensia Tipe Alzheimer

 Terdapat gejala demensia


 Onset bertahap (insidous set) dengan deteriotasi lamabat. Onset biasanya sulit
ditentukan waktunya yang persis, tiba-tiba orang lain sudah menyadari adanya
kelainan tersebut. Dalam perjalanan penyakitnya dapat terjadi suatu taraf yang stabil
(plateau) secara nyata.
 Tidak adanya bukti klinis atau temuan dari pemeriksaan khusus, yang menyatakan
bahwa kondisi mental itu dapat menimbulkan demensia (misalnya hipotiroidisme,
hiperkalsemia, definisi vitamin B12,definisi niasin, neurosifilis, hidrosefalus, atau
hematom subdural).
 Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologik kerusakan otak
fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan pandang mata, dan
inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan itu (walaupun fenomena ini
dikemudian hari dapat bertumpang tindih).

Kode didasarkan pada tipe onset dan ciri yang menonjol

Dengan onset dini: demensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun, perkembangan gejala
cepat dan progresif (deteriorasi), adanya riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer
merupakan faktor yang menyokong diagnosis tetapi tidak harus dipenuhi.
Dengan onset lambat: sama tersebut di atas, hanya onset sesudah usia 65 tahun dan perjalan
penyakit yang lamban dan biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran
utamanya.

Dengan tipe tidak khas atau tipe campuran: yang tidak cocok dengan kedua tipe di atas.
Demensia campuran adalah demensia Alzheimer + vaskular.

Demensia pada penyakit Alzheimer YTT (unspecified)

5. DIAGNOSIS BANDING
Pemeriksaan laboratorium yang lengkap harus dilakukan jika memeriksa
pasien dengan demensia, juga dapat dilakukan CT-Scan, MRI, dan SPECT (single
photon emission computed tomography).1
Delirium. Delirium dibedakan dari demensia, yaitu pada delirium onset
penyakit yang cepat, durasi yang singkat, fluktuasi gangguan kognitif lamanya
berhari-hari hingga berminggu-minggu, eksaserbasi noktural dari gejala, gangguan
jelas pada siklus bangun tidur, gangguan perhatian dan persepsi yang menonjol, serta
atensi dan kesadaran amat terganggu.1,4
Depresi. Pada umumnya, pasien dengan disfungsi kognitif yang berhubungan
dengan depresi mempunyai gejala depresi yang menonjol, mempunyai lebih banyak
tilikan terhadap gejalanya dibandingkan pasien demensia, dan seringkali mempunyai
riwayat episode depresif di masa lalu, onsetny cepat, pada pemeriksaan CT-Scan dan
EEG normal.1,4
Skizofrenia. Walaupun skizofrenia mungkin disertai dengan suatu derjat
gangguan intelektual didapat, gejalanya jauh kurang berat dibanding gejala yang
berhubungan dengan psikosis dan gangguan pikiran yang ditemukan pada demensia.1
Penuaan normal. Mudah lupa sebenarnya fenomena biasa pada orang tua.
Sejalan dengan pertambahan usia, otak akan kehilangan puluhan ribu selnya dan
beratnya pun berkurang. Penciutan permukaan otak (korteks) akan terjadi di baagian
temporal (pelipis) dan frontalis (depan) yang berfungsi sebagai pusat daya ingat.
Perubahan struktur anatomi otak itu akan diikuti gangguan fungsi faal otak terutama
daya ingat. Sehingga orang tua mengalami gejala mudah lupa (forgetfulness).1,2
Mudah lupa dianggap wajar jika yang bersangkutan masih bisa mengingat lagi
nama benda atau orn jika dibantu denagan menyebut suku kata depannya, bisa
mengenali jika disebutkan deretan nama atau dijabarkan bentuk dan fungsinya. Atau
setiap waktu lupa, lain kali ingat lagi serta masih bisa hidup mandiri secara normal
dan tidak mengganggu kehidupan sosial atau pekerjaan pasien.

6. PROGNOSIS
Dengan pengobatan psikologis dan farmakologis dan kemungkinan karena
sifat otak yang dapat menyembuhkan diri sendiri, gejala demensia dapat berkembang
dengan lambat untuk suatu waktu atau bahkan membaik sesaaat. Regresi gejala
tersebut jelas merupakan suatu kemungkinan pada demensia yangg reversibel
(misalnya demensia yang disebabkan oleh hipotiroidisme, hidrosefalus tekanan
normal, dan tumor otak) jika pengobatan dimulai. Perjalanan demensia bervariasi dari
kemajuan yang tetap (sering pada demensia tipe Alzheimer) sampai pemburukan
demensia yang bertambah (sering pada demensia vaskular) samapai suatu demensia
yang stabil (misalnya pada demensia yang berhubungan dengan trauma kepala).1
7. TERAPI
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati bila pengobatan dilakukan
tapat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap,pemeriksaan fisik, dan tes
laboratorium termasuk pencitraan otak yang tepat harus dialkukan segera setelah
diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat
diobati,terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar. Pendekatan umum pada
pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis suportif, bantuan
emosional untuk pasein dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala
spesifik, termasuk gejal aperilaku yang mengganggu.1
Pengobatan simtomatik termasuk :pemerliharaan diet gizi, latihan yang tepat,
terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan auditoris, dan
pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus
dekubitus dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus harus diberikan pada
pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah
psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama. Beberapa
ahli klinis menganjurkan penggunaan benzodiazepin yang berdayakerja pendek untuk
mengatasi insomnia dan ansietas pada lansia, tetapi resiko terhadap fungsi kognitif
dan ketergantungan harus dipertimbangkan. Penggunanan benzodiazepin yang
berkonjugasi (oksazepam [Serax] 7,5-15 mg/hari per oral, lorazepam [Ativan] 0,,5-1
mg/hari per oral, termazepam [Resoril] 7,5-15 mg/hari per oral) dianjurkan karena
waktu paruh dari semua zat ini tidak meningkat pada lansia oleh sebab fungsi hati
yang terganggu.1,4,5
Anti depresan (seperti litium, amitriptylin dan trazodon) dan anti konvulsan
dapat digunakan juga, tetapi harus dimulai dengan dosis rendah, dinaikan lembat laun,
dan dipantau dengan pemeriksaan darah rutin. Penghambatan oksidase monoamin
(MAOI) seperti moclobemide (Aourorix) 300-600mg/hari dapat berguna pada depresi
yang berhubungan dengan demensia. 4,5
Antipsikotik seperti klorpromazine(Largaktil 10-600mg/hari), haloperidol
(Serenace 5-15mg/hari), atau clozapine (Clozaril 25-100mg/hari) dapat diberikan
pada pasien dengan waham dan halusinasi. 1,5
Antihistaminika dapat digunakan juga dalam dosis rendah untuk ansietas atau
insomnia, tetapi dapat menyebabkan efek samping antikolinergik yang justru para
lensia amat rentan terhadap masalah ini. 4
Dari segi psikoterapi dan edukasional, pasien sering kali mendapatkan manfaat
karena perjalan penyakitnya diterangkan secara jelas kepada merka. Mereka juga
mendapatkan manfaat dari bantuan dalam kesedihan dan dalam menerima beratnya
ketidakmampuan mereka.5

Anda mungkin juga menyukai