FARMAKOLOGI DASAR
“ ALZHEIMER “
Disusun oleh :
Nonik Mutmainah
2173117
A. PENGERTIAN ALZHEIMER
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofi siologi : konsep klinis proses- proses
penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak
dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun. (Perawatan Medikal Bedah :
jilid 1 hal 1003) Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif
yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat diri.
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit progesif yang ditandai oleh kematian luas
neuron-neuron otak terutama didaerah otak yang disebut nukleus basalis. Saraf-saraf dari
daerah ini biasanya berproyeksi melalui kemusfer serebrum ke daerah-daerah otak yang
bertanggung jawab untuk ingatan dan pengenalan. Saraf-saraf ini mengeluarkan asetikolin,
yang penting peranannya dalam membentuk ingatan jangka pendek di tingkat biokimiawi.
Penyakit Alzheimer kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer atau demensia
senil jenis Alzheimer, dibandingkanmerekan yang meninggal akibat sebab-sebab lain, pada
otak pasien yang meninggal akibat penyakit Alzheimer terjadi penurunan sampai 90% kadar
enzim yang berperan dalam pembentukan asetikolin, kolin asetiltransferase. Dengan demikian,
dengan tidak adanya asetilkolin paling tidak ikut berperan menyebabkan penyakit Alzheimer
.Pada para pengidap penyakit ini, neurotransmitter lain juga tampaknya berkurang.
B. GEJALA PENYAKIT ALZHEIMER
Tingkat kecepatan berkembangnya gejala penyakit Alzheimer berbeda-beda pada tiap
penderita, tapi umumnya gejala akan berkembang secara perlahan-lahan selama beberapa
tahun.
Berikut ini adalah gejala demensia alzheimer pada umumnya :
1. Gangguan daya ingat
Penderita alzheimer kerap lupa kejadian yang baru terjadi selain itu,cenderung
mengulang-ulang cerita yang sama. Memiliki frekuensi lupa sangat tinggi.
2. Sulit fokus
Penderita alzheimer sulit untuk melakukan perhitungan sederhana dan membutuhkan
waktu lebih lama dari biasannya untuk melakukan suatu pekerjaan.
3. Sulit melakukan kegiatan yang familiar
Kesulitan untuk merencanakan atau menyelesaikan tugas sehari-hari. Mereka juga
kesulitan melakukan hal biasa dilakukan seperti : memasak, menulis, menghitung.
4. Disorientasi
Penderita alzheimer biasanya lupa tanggal dan hari penting. Mereka juga tidak tahu
sedang berada dimana dan bagaimana jalan pulang.
5. Kesulitan memahami visuospasial
Umumnya mereka tidak mengenali suatu benda hingga salah sebut atau tidak pas
meletakkan sesuatu. kesulitan membedakan warna, dan tidak mengenali wajah sendiri
6. Gangguan komunikasi
Penderita kesulitan berbicara dan mencari padanan kata yang tepat. Mereka juga kerap
berhenti ditengah pembicaraan, dan binggung melanjutkannya.
7. Menaruh barang tidak pada tempatnya
Penderita alzheimer kerap lupa dimana meletakkan sesuatu. Terkadang mereka
menuduh orang lain memindahkan dan mencuri barang tersebut.
8. Salah membuat keputusan
Penderita kerap berpakaian tidak serasi dan tidak bisa merawat diri dengan baik.
9. Menarik diri dari pergaulan
Penderita alzheimer tidak semangat untuk bersosialisasi. Mereka juag cenderung
mengurung diri.
10. Perubahan perilaku dan kepribadian
Emosi penderita alzheimer mudah berubah mulai dari binggung, curiga, depresi, takut,
hingga menjadi kembali ramah. Mereka juga bergantung pada orang lain.
C. ETIOLOGI / PENYEBAB ALZHEIMER
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penyakit Alzheimer terjadi akibat kehilangan
sel saraf otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir, serta
kemampuan mental lainnya. Hal diperburuk oleh penurunan zat neurotransmiter, yaitu suatu
zat yang berfungsi untuk menghantarkan sinyal dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya. Kondisi
inilah yang mengakibatkan gangguan pada proses berpikir dan mengingat pada penderita.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri,
trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan
patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan
otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara
progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,
adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
Hingga saat ini penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Namun para ahli yang
melakukan penelitian mengemukakan bahwa di dalam otak penderita terjadi pengendapan
protein beta-amyloid dan kekusutan neurofibril yang menghalangi suplai nutrisi antar sel otak.
Seiring waktu, beta amyloid yang mengendap dan neurofibril yang kusut akan merusak dan
mematikan sel-sel otak sehingga akhirnya membuat ukuran otak menyusut.. Rusaknya sel-sel
otak juga dapat menurunkan kadar neurotransmitter di dalam otak yang berimbas kepada
kacaunya koordinasi antarsaraf otak.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk menderita
Alzheimer:
1. Umur, Kemungkinan menderita Alzheimer meningkat dua kali lipat tiap lima tahun
setelah umur 65 tahun. Setelah umur 85 tahun, resiko meningkat hingga 50%.
2. Riwayat Keluarga, Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai
orangtua, saudara atau anak yang menderita Alzheimer, lebih berisiko untuk terkena
Alzheimer dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga.
Kurang dari lima persen kasus penyakit Alzheimer terjadi akibat perubahan atau mutasi
genetik yang diturunkan dari generasi sebelumnya.
3. Cedera kepala, Ada hubungan yang erat antara cedera kepala yang berat dan
peningkatan resiko terjadinya Alzheimer.
4. Mengidap sindrom Down. Gangguan genetik yang menyebabkan terjadinya sindrom
Down juga dapat menyebabkan penumpukan protein beta-amyloid di otak sehingga
memicu terjadinya penyakit Alzheimer.
5. Mengidap gangguan kognitif ringan. Orang-orang dengan kondisi ini biasanya akan
memiliki masalah pada daya ingat yang mungkin saja dapat memburuk seiring
perkembangan usia.
6. Hubungan jantung-otak, Setiap kerusakan/gangguan pada jantung dan pembuluh
darah akan meningkatkan risiko terjadinya Alzheimer
7. Gaya hidup, Gaya hidup yang baik biasanya akan menghasilkan otak yang sehat dan
memberikan perlindungan terhadap kemungkinan berkembangnya Alzheimer.
2) DONEPEZIL
Donepezil kelas inhibitor kolinesterase
FARMAKOLOGI
Mekanisme aksi
Piperidin. Donepezila hidroklorida adalah bubuk kristal putih. Mudah larut dalam
kloroform, larut dalam air dan asam asetat glacial, sedikit larut dalam etanol dan asetonitril,
praktis tidak larut dalam etil asetat dan n-heksana. Penghambat asetilkolinesterase yang
menyebabkan peningkatan konsentrasi asetilkolin, yang pada gilirannya meningkatkan
transmisi neuron kolinergik.
FARMAKOKINETIK
Penyerapan
Bioavailabilitas : 100%
Waktu plasma puncak : 3-4 jam
Distribusi
Protein terikat : 96%
Volume distribusi : 12-16 L / kg
Distribusi donepezila di berbagai jaringan tubuh tidak jelas. Diharapkan, donepezil
dan/atau metabolit yang dapat bertahan dalam tubuh untuk lebih 10 hari-hari.
Metabolisme
Enzim Hepatik P-450 CYP2D6, CYP3A4
Metabolit: 4 metabolit utama, 2 aktif
Eliminasi
T ½ (waktu paruh) : 70 jam
Total body clearance : 0,13 L / jam / kg
Ekskresi : Urin (57%), kotoran (17%)
3) RIVASTIGMINE
Rivastigmine kelas inhibitor asetilkolinesterase, inhibitor cholinesterase
FARMAKOLOGI
Rivastigmine adalah penghambat asetilkolinesterase karbamat, yang diyakini dapat
memfasilitasi transmisi saraf kolinergik dengan menunda degradasi asetilkolin yang
dilepaskan oleh neuron kolinergik yang utuh secara fungsional. Dengan demikian,
perawatan rivastigmine mungkin memiliki efek menguntungkan pada kekurangan kognin
seperti kolinergik yang terjadi pada penyakit Alzheimer.
Rivastigmine berinteraksi dengan enzim targetnya dengan membentuk komplek kovalen
terikat yang sementara mengaktifkan enzim. Dosis oral oral 3 mg mengurangi aktivitas
asetilkolinesterase dalam minuman keras sekitar 40% dalam 1,5 jam pertama setelah
pemberian. Aktivitas enzim kembali ke awal sekitar 9 jam setelah penghambatan maksimal
tercapai.Pada pasien Alzheimer, inhibisi asetilkolinesterase yang diinduksi oleh
rivastigmine dosisnya tergantung pada dosis sampai 6 mg dua kali sehari, yang merupakan
dosis tertinggi yang diuji.
FARMAKOKINETIK
Penyerapan
Ketersediaan Bioavailabilitas : 36% (PO)
Durasi : 10 jam (PO); 24 jam (patch)
Waktu plasma puncak : 1 jam (PO); 8 jam (patch)
Rivastigmine diserap dengan cepat dan sempurna.Konsentrasi plasma maksimum tercapai
dalam waktu sekitar 1 jam.Karena interaksi obat dengan enzim target, bioavailabilitas
meningkat sekitar 1,5 kali lebih banyak dari yang diperkirakan berdasarkan kenaikan
dosis. Ketersediaan hayati absolut setelah dosis 3 mg adalah sekitar 36% ± 13%. Pemberian
rivastigmine dengan makanan mengurangi penyerapan (tmax) 1,5 jam dan menurunkan
Cmax dan meningkatkan AUC sekitar 30%.
Distribusi
Rivastigmin sangat lemah terhadap protein plasma (kira-kira 40%). Dengan mudah
melewati sawar darah dan memiliki volume distribusi antara 1,8 dan 2,7 l / kg.
Metabolisme
Metabolisme oleh cholinesterase
Rivastigmin cepat dan cepat dimetabolisme (waktu paruh plasma sekitar 1 jam), melalui
hidrolisis yang dimediasi oleh cholinesterase ke metabolit yang didekarbilasi. Metabolit ini
menunjukkan penghambatan minimal asetilkolinesterase in vitro (<10%). Menurut
penelitian pada hewan dan in vitro, isoenzim utama dalam sistem sitokrom P450 hanya
sebagian kecil yang terlibat dalam metabolisme rivastigmin. Total pembersihan plasma
rivastigmine kira-kira 130 l / jam setelah dosis intravena 0,2 mg dan menurun sampai 70 l
/ jam setelah 2,7 mg dosis intravena.
Eliminasi
T ½ (waktu paruh) : 1,5 jam (PO), 3 jam (patch)
Total body clearance : 1,2-2,4 L / menit
Rivastigmin tidak ada dalam urin dalam bentuknya yang tidak berubah. Metabolit
dieliminasi terutama renial. Setelah pemberian rivastigminin berlabel C14, eliminasi ginjal
yang cepat dan hampir lengkap (> 90%) diamati dalam waktu 24 jam. Kurang dari 1% dosis
yang diberikan ditemukan di tinja. Rivastigmine atau metabolit yang didekarboksilasi tidak
terakumulasi pada pasien dengan penyakit Alzheimer.
4) MEMANTINE
Memantine kelas antagonis NMDA inhibitor asetilkolinesterase.
FARMAKOLOGI
Antagonis reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDAR) yang rendah sampai sedang-afinitas
yang tidak kompetitif yang mengikat secara istimewa ke saluran kation yang dioperasikan
NMDAR, menghalangi reseptor hanya dalam kondisi stimulasi yang berlebihan, tanpa efek
pada transmisi neurotransmiter normal. Ada lebih banyak bukti adanya fungsi
neurotransmiter glutamatergic yang buruk, terutama pada reseptor NMDA, berkontribusi
pada manifestasi gejala dan perkembangan penyakit pada demensia neurodegeneratif.
Memantine adalah antagonis reseptor NMDA yang tidak kompetitif, afinitas sedang dan
bergantung pada voltase. Ini memodulasi efek kadar glutamat tonik yang diakibatkan
patologis yang dapat menyebabkan disfungsi neuron.
FARMAKOKINETIK
Penyerapan
Waktu plasma puncak: 3-7 jam (pelepasan segera); 9-12 jam (rilis diperpanjang)
Memantin memiliki bioavailabilitas absolut sekitar 100%. Nilai Tmax adalah antara 3 dan
8 jam. Tidak ada indikasi bahwa makanan mempengaruhi penyerapan memantine.
Distribusi
Protein terikat : 45%
Volume distribusi : 9-11 L / kg
Dosis harian 20 mg menghasilkan konsentrasi memantin plasma dalam kisaran
keseimbangan dinamis antara 70 sampai 150 ng / ml (0,5-1 μmol) dengan perbedaan
antarindividu yang besar. Bila dosis harian 5 sampai 30 mg dihitung, rata-rata aritmetik
dari perbandingan serebrospinal. cairan (CSL) / serum 0,52. Sekitar 45% memantine
mengikat protein plasma.
Metabolisme
Pada manusia, sekitar 80% memantine dalam sirkulasi hadir dalam bentuk yang tidak
berubah. Metabolit utama pada manusia adalah N-3,5-dimetil-glutamantana, campuran
isomer dari memantin 4- dan 6-hidroksi dan 1-nitroso-3,5-dimetil-adamantana. Tak satu
pun dari metabolit ini menunjukkan aktivitas antagonis NMDA. Secara in vitro,
metabolisme yang dikatalisis oleh sitokrom P 450 tidak terdeteksi.Dosis rata-rata 84% telah
dihapus dalam 20 hari dan lebih dari 99% dikeluarkan melalui ginjal.
Eliminasi
T ½ (waktu paruh) : secara monoexponentially 60-100 jam
Ekskresi : Urine (74%)
Bagian memantine melalui ginjal juga melibatkan reabsorpsi tubular, yang mungkin
dimediasi oleh protein transportasi kationik.Urinalization dapat menyebabkan perubahan
drastis dalam makanan diet, misalnya beralih dari daging ke diet vegetarian atau
mengkonsumsi sejumlah besar buffer gastric alkalizing.
Tujuan pengobatan dalam kasus penyakit Alzheimer adalah untuk memperlambat
perkembangan gejalanya saja karena penyakit ini belum bisa disembuhkan. Selain dengan
pemberian obat-obatan, penanganan dari aspek psikologis melalui stimulasi kognitif juga harus
diterapkan guna memperbaiki ingatan penderita, memulihkan kemampuannya dalam berbicara
dan memecahkan masalah, serta membantunya memperbaiki kemampuan berbicara.
Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala alzheimer adalah
mengganti kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks serebri. Seperti diketahui, pada
penyakit Alzheimer terdapat kehilangan yang substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah
enzim asetiltransferase (enzim untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron
kolinergik di daerah subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).