Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FARMAKOLOGI DASAR
“ PENGOBATAN ALZHEIMER “

Disusun oleh :
Nonik Mutmainah
2173117

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL


SURAKARTA
2017/ 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demensia ( demensia senil, sindroma otak kronis ) lebih merupakan gejala dan
bukanlah suatu kondisi penyakit yang jelas. Biasanya bersifat progesif dan ireversibel dan
bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan. Ditandai dengan penurunan umum
umum fungsi intelektual yang bisa meliputi kehilangan ingatan, kemampuan penalaran abstrak,
pertimbangan dan bahasa, terjadi perubahan keperibadian dan kemampuan menjalankan
aktifitas hidup sehari-hari semakin memburuk.
Gejala biasanya tidak jelas pada saat awitan dan kemudian berkembang secara perlahan
sampai akhirnya menjadi sangat jelas dan mengganggu. Tiga jenis demensia nonreversibel
yang paling sering adalah penyakit Alzheimer, demensia multi infark, dan campuran penyakit
Alzheimer dan demensia multi infark.
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit progesif yang ditandai oleh kematian luas
neuron-neuron otak terutama didaerah otak yang disebut nukleus basalis. Saraf-saraf dari
daerah ini biasanya berproyeksi melalui kemusfer serebrum ke daerah-daerah otak yang
bertanggung jawab untuk ingatan dan pengenalan. Saraf-saraf ini mengeluarkan asetikolin,
yang penting peranannya dalam membentuk ingatan jangka pendek di tingkat biokimiawi.
Penyakit Alzheimer kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer atau demensia
senil jenis Alzheimer, dibandingkanmerekan yang meninggal akibat sebab-sebab lain, pada
otak pasien yang meninggal akibat penyakit Alzheimer terjadi penurunan sampai 90% kadar
enzim yang berperan dalam pembentukan asetikolin, kolin asetiltransferase. Dengan demikian,
dengan tidak adanya asetilkolin paling tidak ikut berperan menyebabkan penyakit Alzheimer
seperti : mudah lupa dan mengalami penurunan fungsi kognitif. Pada para pengiap penyakit
ini, neurotransmitter lain juga tampaknya berkurang.
Penyakit Alzheimer biasanya timbul pada usia setelah 65 tahun dan menimbulkan
demensia senilis. Namun penyakit ini dapat muncul lebih dini dan menyebabkan demensia
prasenilis. Tampaknya terdapat predisposisi genetik untuk penyakit ini, terutama pada penyakit
awitan dini. Pada 1% sampai 10% kasus, biasanya diderita 0 % bayi, angka prevalensi
berhubungan erat dengan usia. Bagi individu diatas 65 tahun penderita dapat mencapai 10%,
sedang usia 85 tahun angka ini meningkat mencapai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi
lansia, maka penyakit Alzheimer menjadi penyakit yang bertambah banyak.
Sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya penyakit ini, tetapi
ada 3 teori utama mengenai penyebabnya : virus lambat, proses otoimun, dan keracunan
aluminium. Akhir-akhir ini teori yang paling populer (meskipun belum terbukti) adalah yang
berkaitan dengan virus lambat. Virus-virus ini mempunya masa intubasi 2 – 30 tahun; sehingga
transmisinya sulit dibuktikan. Teori otoimun berdasarkan pada adanya peningkatan kadar
antibodi-antibodi reaksi terhadap otak pada penderita penyakit Alzheimer. Teori keracunan
aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neuro toksik, maka dapat
menyebabkan perubahan neurofibrilar pada otak. Deposit aluminium telah di identifikasi
menyertai penyakit ini berbeda dengan yang terlihat pada kercunan aluminium.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ALZHEIMER
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif
otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri.
(Brunner &,Suddart, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofi siologi : konsep klinis proses- proses
penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak
dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun. (Perawatan Medikal Bedah :
jilid 1 hal 1003) Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif
yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat diri. P enyakit ini menyerang orang
berusia 65 tahun keatas.

B. ETIOLOGI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penyakit Alzheimer terjadi akibat kehilangan
sel saraf otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir, serta
kemampuan mental lainnya. Hal diperburuk oleh penurunan zat neurotransmiter, yaitu suatu
zat yang berfungsi untuk menghantarkan sinyal dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya. Kondisi
inilah yang mengakibatkan gangguan pada proses berpikir dan mengingat pada penderita.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri,
trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan
patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan
otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara
progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,
adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor
non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus
actor genetika.

Hingga saat ini penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Namun para ahli yang
melakukan penelitian mengemukakan bahwa di dalam otak penderita terjadi pengendapan
protein beta-amyloid dan kekusutan neurofibril yang menghalangi suplai nutrisi antar sel
otak. Seiring waktu, beta amyloid yang mengendap dan neurofibril yang kusut akan merusak
dan mematikan sel-sel otak sehingga akhirnya membuat ukuran otak menyusut. Saat proses
tersebut berjalan, gejala akan tampak pada penderita, yaitu berupa daya ingat berkurang,
perubahan suasana hati, dan menurunnya kemampuan bicara. Rusaknya sel-sel otak juga
dapat menurunkan kadar neurotransmitter di dalam otak yang berimbas kepada kacaunya
koordinasi antarsaraf otak.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk menderita
Alzheimer:

1. Umur, Kemungkinan menderita Alzheimer meningkat dua kali lipat tiap lima tahun
setelah umur 65 tahun. Setelah umur 85 tahun, resiko meningkat hingga 50%.
2. Riwayat Keluarga, Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai
orangtua, saudara atau anak yang menderita Alzheimer, lebih berisiko untuk terkena
Alzheimer dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga.
Kurang dari lima persen kasus penyakit Alzheimer terjadi akibat perubahan atau
mutasi genetik yang diturunkan dari generasi sebelumnya.
3. Cedera kepala, Ada hubungan yang erat antara cedera kepala yang berat dan
peningkatan resiko terjadinya Alzheimer.
4. Mengidap sindrom Down. Gangguan genetik yang menyebabkan terjadinya sindrom
Down juga dapat menyebabkan penumpukan protein beta-amyloid di otak sehingga
memicu terjadinya penyakit Alzheimer.
5. Mengidap gangguan kognitif ringan. Orang-orang dengan kondisi ini biasanya akan
memiliki masalah pada daya ingat yang mungkin saja dapat memburuk seiring
perkembangan usia.
6. Hubungan jantung-otak, Setiap kerusakan/gangguan pada jantung dan pembuluh
darah akan meningkatkan risiko terjadinya Alzheimer
7. Gaya hidup, Gaya hidup yang baik biasanya akan menghasilkan otak yang sehat dan
memberikan perlindungan terhadap kemungkinan berkembangnya Alzheimer.
C. PATOFISIOLOGI
Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi dijumpainya Neurofibrillary Tangles
(NFTs), plak senilis dan atropi serebrokorteks yang sebagian besar mengenai daerah asosiasi
korteks khususnya pada aspek medial dari lobus temporal.Meskipun adanya NFTs dan plak
senilis merupakan karakteristik dari Alzheimer, mereka bukanlah suatu patognomonik. Sebab,
dapat juga ditemukan pada berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya yang berbeda dengan
Alzheimser, seperti pada penyakit supranuklear palsy yang progresif dan demensia pugilistika
dan pada proses penuaan normal.
Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang signifikan dan menempati
topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan berat molekul yang rendah dan terdapat
hanya di hippokampus, merupakan tanda dari proses penuaan yang normal. Tapi bila terdapat
di daerah medial lobus temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah merupakan suatu
keadaaan yang abnormal.Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat lesi lain yang dapat
dijumpai pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif dan memori,
meliputi:
1. Degenerasi granulovakuolar Shimkowich
2. Benang-benang neuropil Braak
3. Degenerasi neuronal dan sinaptik.
Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme patofisiologis yang mendasari
penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian korteks akibat hilangnya
neuron pyramidal berukuran medium yang berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian
tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel neuron
terutrama pada daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-neuron
yang bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter
asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan terdapat peluasan
ventrikel-ventrikel serebral.

D. PENGOBATAN PENYAKIT ALZHEIMER

Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk penyakit Alzheimer adalah
rivastigmine, galantamine, donepezil, dan memantine. Keempat obat ini mampu meredakan
gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar zat tertentu di dalam otak.
Rivastigne, galantamine, dan donepezil biasa digunakan untuk menangani penyakit
Alzheimer dengan tingkat gejala awal hingga menengah. Ketiga obat ini termasuk
kelompok acetylcholinesterase inhibitors (ACE inhibitors) yang mampu mencegah
penurunan neurotransmitter acetylcholine (zat yang berperan dalam kemampuan belajar dan
daya ingat otak). Sedangkan memantine biasanya diresepkan bagi penderita Alzheimer dengan
gejala tahap menengah yang tidak dapat mengonsumsi obat ACE inhibitors. Memantine juga
dapat diresepkan pada pederita Alzheimer dengan gejala yang sudah memasuki tahap akhir.
Berikut penjelasan dari masing masing obat:
1) GALANTAMIN
CCF : Inhibitor selektif acetylcholinesterase otak. Obat untuk pengobatan penyakit
Alzheimer

Farmakologi
Inhibitor kompetitif dan reversible selektif acetylcholinesterase, Ini adalah alkaloid tersier.
Hal ini meningkatkan kerja asetilkolin pada reseptor N-kolinergik, rupanya, sebagai akibat
dari mengikat ke situs alosterik dari reseptor.
Karena peningkatan aktivitas sistem kolinergik dapat meningkatkan fungsi kognitif pada
pasien dengan demensia tipe Alzheimer.

Farmakokinetik
 Penyerapan
Setelah dosis oral tunggal 8 mg cepat diserap dari saluran pencernaan. Cmax dicapai
melalui 1.2 h dan 43 ± 13 ng / ml, mean AUC – 427± 102 ng x h / ml. Bioavailabilitas
absolut galantamine menelan 88.5%. Penerimaan galantamine dengan makanan
memperlambat penyerapan (Cmax dikurangi dengan 25%), tapi itu tidak
mempengaruhi jumlah obat yang diserap (AUC).Setelah beberapa administrasi dalam
dosis Galanthamine 12 mg 2 kali / hari konsentrasi rata-rata pada akhir kursus, dan
Cmax plasma berkisar antara 30 ng / ml untuk 90 ng / ml.Farmakokinetik galantamine
yang linier dalam kisaran dosis 4-16 mg 2 kali / hari.Dalam perbandingan studi
bioavailabilitas kaplet Reminyl, rilis berkelanjutan zat aktif saat menerima dosis 24
mg 1 waktu / hari, dan dalam bentuk tablet dengan segera dibebaskan dari zat aktif
pada penerimaan untuk 12 mg 2 kali / hari menunjukkan bioekivalensi dari formulasi
ini pada nilai-nilai untuk AUC 24 jam dan konsentrasi minimum pada steady state
dalam plasma. Cmax, dicapai melalui 4.4 jam setelah pemberian pada dosis kapsul 12
mg 1 waktu / hari, Itu sekitar 24% kurang, dari setelah pemberian tablet dengan dosis
12 mg 2 kali / hari. Makan tidak mempengaruhi bioavailabilitas Remini® dalam
bentuk kapsul, berkelanjutan pelepasan zat aktif dalam keadaan setimbang.
 Distribusi
Setelah beberapa administrasi dalam dosis Galanthamine 12 mg 2 kali / hari
konsentrasi rata-rata pada akhir kursus, dan Cmax plasma berkisar antara 30 mg / ml
untuk 90 ng / ml.Dalam kesetimbangan negara Vd rata-rata 175 l.Galantamine
mengikat protein plasma rendah – 17.7± 0,8%. The galantamine darah seluruh
dominan dibentuk elemen (52.7%) dalam plasma (39%), sedangkan fraksi
daripadanya, terikat pada protein plasma hanya 8.4%. Rasio konsentrasi darah
galantamine / plasma sama 1.17.
 Metabolisme
Rute utama metabolisme adalah N-oksidasi, O-demethylation, glucuronidation dan
epimerization. Orang dengan metabolisme yang aktif substrat CYP2D6, rute yang
paling penting dari metabolisme adalah O-demethylation. Jumlah zat radioaktif,
disimpulkan dengan urin dan feses, pada orang dengan metabolisme cepat dan lambat
tidak berbeda. Studi in vitro telah menunjukkan, bahwa sistem isoenzim sitokrom
P450 utama, terlibat dalam metabolisme galantamine, CYP2D6 dan CYP3A4
yang.Dalam plasma manusia dengan cepat dan lambat metabolisme sebagian besar zat
radioaktif adalah galantamine berubah dan glukuronida nya. Dalam plasma orang
dengan metabolisme yang cepat juga ditemukan glukuronida Tentang-
dezmetïlgalantamïna.Setelah dosis tunggal galantamine tidak metabolit aktif
(norgalantamin, O-demethyl-Galanthamine dan O-demethyl-norgalantamin) Saya
hadir dalam plasma “cepat” dan “lambat” metabolisme dalam bentuk terkonjugasi.
Norgalantamin terdeteksi dalam plasma pasien berikut beberapa Galanthamine dosis,
tapi jumlahnya tidak lebih dari 10% tingkat galantamine.
 Deduksi
Penghapusan galantamine karakter biexponential. Final T1/2 adalah tentang 7-8 tidak.
Izin dari plasma adalah sekitar 300 ml / menit. Selama 7 hari setelah pemberian oral
tunggal 4 mg 3H Galantamine 90-97% Radioaktivitas dialokasikan dengan urin dan
2.2-6.3% – dengan kotoran. Setelah masuk 18-22% dosis diekskresikan sebagai
galantamine tidak berubah dalam urin dalam 24 tidak, klirens ginjal adalah sekitar 65
ml / menit, apa 20-25% Total izin plasma.

Indikasi
Alzheimer tipe demensia, ringan atau sedang, termasuk. gangguan kronis sirkulasi serebral.

DOSIS
Dosis umum dewasa untuk Alzheimer

Tablet immediate-release dan larutan oral:

Dosis awal: 4 mg secara oral dua kali sehari, sebaiknya saat sarapan dan makan malam.

Dosis pemeliharaan: Setelah minimal empat minggu pengobatan, jika dosis awal ditoleransi
dengan baik, harus ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari. Kenaikan lebih lanjut untuk 12
mg dua kali sehari harus dicoba hanya setelah minimal 4 minggu pada dosis sebelumnya.

Dosis maksimum: 16 – 24 mg/hari

Kapsul extended-release:

Dosis awal: 8 mg secara oral setiap hari, sebaiknya saat sarapan.


Dosis pemeliharaan: Setelah minimal empat minggu pengobatan, jika dosis awal ditoleransi
dengan baik, itu harus ditingkatkan menjadi 16 mg sekali sehari. Kenaikan lebih lanjut untuk
24 mg sekali sehari harus dicoba hanya setelah minimal 4 minggu pada dosis sebelumnya.

Dosis maksimum: 16 – 24 mg/hari

Direkomendasikan dosis awal aku s 8 mg / hari.


Dalam transisi dari Reminyl obat® dalam bentuk tablet segera dibebaskan dari zat aktif per
Reminyl® kapsul berbentuk depot diberikan malam terakhir dosis Reminyl® dalam bentuk
tablet dan dikelola dengan galamantin keesokan harinya dalam bentuk kapsul 1 waktu / hari.
Dalam transisi dari Reminyl obat® dalam bentuk tablet dengan segera dibebaskan dari zat
aktif, menerima 2 kali / hari, dari Reminil® kapsul berbentuk depot, menerima 1 waktu / hari,
Dosis harian total harus tetap tidak berubah.
Dosis pemeliharaan awal aku s 16 mg / hari, panjang pengobatan – tidak kurang 4 minggu.
Isu peningkatan dosis pemeliharaan untuk maksimum yang disarankan – 24 mg / hari – harus
ditangani setelah evaluasi menyeluruh terhadap situasi klinis, khususnya yang terbuat dari
efek terapeutik dan tolerabilitas.
Setelah penarikan tiba-tiba dari Reminyl obat® (misalnya, dalam persiapan untuk operasi)
eksaserbasi gejala timbul.
Ketika istirahat dalam perawatan selama beberapa hari harus dosis awal dari Reminyl
obat®dan kemudian meningkatkan dosis skema di atas untuk dosis pemeliharaan yang sama.
Reminyl® tidak dianjurkan untuk pengobatan anak-anak. Data pada efikasi dan keamanan
obat dalam praktek pediatrik yang absen.
Di pasien dengan moderat untuk penyakit hati yang parah Konsentrasi plasma
galantamine mungkin lebih tinggi, dari pasien dengan fungsi hati yang normal.
Untuk pasien dengan gangguan hati moderat dosis awal (berdasarkan data
farmakokinetik,) aku s 8 mg 1 waktu / hari di pagi hari, dalam satu hari; dosis harus diambil
untuk setidaknya satu minggu. Kemudian Anda dapat menetapkan 8 mg 1 waktu / hari
selama setidaknya 4 minggu. Dosis harian maksimum – 16 mg. Pasien dengan parah
gangguan fungsi hati (lebih 9 menunjuk pada Child-Pugh) Reminyl® kontraindikasi.
Di insufisiensi ginjal berat (CC kurang dari 9 ml / menit) Reminyl® merupakan
kontraindikasi karena kurangnya data pada aplikasi. Untuk pasien dengan CC lebih 9 ml /
menit Koreksi dosis Reminyl® tidak diperlukan.
Jika terapi bersamaan dengan inhibitor ampuh CYP3A4 atau CYP2D6 isoenzim mungkin
memerlukan pengurangan dosis obat Reminyl®.

EFEK SAMPING

 Nyeri dada, denyut jantung yang lambat


 Perasaan seperti akan pingsan
 Darah dalam urin atau feses
 Batuk darah atau muntah yang terlihat seperti bubuk kopi
 Sulit buang air kecil
 Kencing lebih sedikit dari biasanya atau tidak sama sekali
 Kelelahan, kebingungan, jarang berkeringat, haus yang ekstrem, kulit kering panas
 Mual, nyeri perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu makan, urin gelap, tinja
tanah liat berwarna, sakit kuning (menguningnya kulit atau mata)

KONTRAINDIKASI
- Insufisiensi ginjal berat (CC<9 ml / menit);
- Hati berat;
- Penderita yang hipersensitif terhadap obat.
DARI peringatan menggunakan pada pasien dengan anestesi umum, pada pasien dengan
asma bronkial, COPD, bradikardia, AV-blokade, SSS, angina tidak stabil; dengan terapi
bersamaan dengan, memperlambat denyut jantung (Digoxin, beta-blocker), ulkus lambung
dan ulkus duodenum, obstruksi pada saluran pencernaan, periode setelah menjalani operasi
pada organ saluran pencernaan, epilepsi, obstruksi saluran kemih, pada periode setelah
menjalani operasi pada kandung kemih.
Perhatian
Efek positif dari Reminyl obat® pada pasien dengan jenis lain dari demensia atau jenis lain
dari gangguan memori belum menunjukkan.
Reminyl® Hal ini tidak dimaksudkan untuk mengobati pasien dengan gangguan kognitif
ringan, yaitu. untuk pasien dengan gangguan memori terisolasi, melebihi tingkat yang
diharapkan untuk usia dan pendidikan mereka, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk penyakit
Alzheimer.
Pasien dengan penyakit Alzheimer menurunkan berat badan. Pengobatan inhibitor
acetylcholinesterase, termasuk galantamine, disertai dengan penurunan berat badan pada
pasien ini, sehingga selama pengobatan diperlukan untuk memantau perubahan berat badan.
Seperti cholinomimetics lainnya, Reminyl® harus digunakan dengan hati-hati di penyakit
pada sistem kardiovaskular, tk. karena cholinomimetics tindakan farmakologis yang dapat
menyebabkan efek vagotonic dari hati (misalnya, ʙradikardiju). Selain, selama pengobatan
dengan Reminyl® pingsan dapat terjadi jarang – vыrazhennaya bradikardia. Perhatian khusus
harus diresepkan untuk pasien dengan sindrom sinus sakit dan konduksi jantung
supraventricular lainnya; pasien, persiapan yang bersamaan diperoleh, mengurangi denyut
jantung, seperti digoxin atau beta-blocker, dan angina tidak stabil.
Pada pasien dengan peningkatan risiko lesi erosif dan ulseratif dari saluran pencernaan,
seperti memiliki riwayat penyakit ulkus peptikum, pasien harus dipantau untuk deteksi dini
gejala yang relevan. Perlu dicatat, bahwa dalam uji klinis pada pasien, diperlakukan dengan
Reminyl®, ditemukan meningkatkan kejadian tukak lambung dan perdarahan gastrointestinal
dibandingkan dengan pasien, plasebo, frekuensi tukak lambung dan perdarahan
gastrointestinal. Reminyl® tidak dianjurkan untuk digunakan pada pasien dengan obstruksi
pada saluran pencernaan, dan pada pasien, yang baru-baru menjalani operasi pada organ
pencernaan.
Hal ini diyakini, holinomimetiki yang memiliki beberapa potensi untuk menyebabkan kejang
umum. Perlu diingat Namun,, bahwa aktivitas kejang dapat merupakan manifestasi dari
penyakit Alzheimer sendiri. Dalam uji klinis, tidak ada peningkatan kejadian kejang pada
pasien, mengambil Reminyl®, dibandingkan dengan pasien, plasebo.
Akan waspada menunjuk Reminyl® pasien dengan asma berat atau COPD karena aktivitas
obat cholinomimetic.
Reminyl® tidak dianjurkan untuk digunakan pada pasien dengan obstruksi saluran kemih, dan
pada individu, baru-baru ini menjalani operasi pada kandung kemih.

Overdosis
Gejala: kelemahan otot mungkin, fascikulâciâ, beberapa atau semua gejala krisis kolinergik
(mual, muntah, kram perut, peningkatan air liur, lakrimasi, sifat tdk bertarak, berkeringat
kuat, bradikardia, gipotenziya, keruntuhan, kejang). Kelemahan otot yang parah dalam
hubungannya dengan hipersekresi selaput lendir trakea dan bronkospasme mungkin berakibat
fatal.
Laporan, yang diperoleh dari pemantauan postmarketing, dijelaskan pengembangan ventrikel
jenis takikardia putaran, Perpanjangan QT , takikardia ventrikel dengan kehilangan kesadaran
sementara saat mengambil Reminyl obat acak® dosis 32 mg / hari.
Pengobatan: jika terapi diperlukan, simtomatik dan suportif. Pada kasus yang berat, sebagai
penangkal di / atropin (dosis awal 0.5-1 mg; frekuensi pemberian dan besarnya dosis
berikutnya tergantung pada dinamika status klinis pasien).

Interaksi obat
Dengan penggunaan simultan Reminyl® meningkatkan aksi cholinomimetics lainnya, Oleh
karena itu, kombinasi ini tidak dianjurkan.
Galantamine adalah antagonis obat antikolinergik.
Dengan penggunaan simultan Reminyl® meningkatkan efek obat, mengurangi denyut jantung
(misalnya, digoxin dan beta-adrenoblokatorы).
Sebagai holinomimetikami, Reminyl® mungkin mempotensiasi blokade neuromuskular,
disebabkan oleh aksi depolarisasi relaksan otot seperti perifer (misalnya, Bromide
suxamethonium) selama anestesi.
Interaksi farmakokinetik
Penghapusan galantamine melibatkan jalur metabolisme yang berbeda dan ekskresi ginjal.
Penghambatan sekresi asam lambung tidak mengganggu penyerapan galantamine.
NMDA-reseptor antagonis memantine dalam dosis 10 mg / hari untuk 2 hari-hari, kemudian
10 mg 2 kali / hari untuk 12 hari tidak mempengaruhi farmakokinetik galantamine dalam
kesetimbangan postdose 16 mg / hari.
Galantamine pada dosis terapi (12 mg 2 kali / hari) vliâl tidak pada kinetika digoxin dan
warfarin. Galantamine tidak mempengaruhi peningkatan waktu protrombin, disebabkan oleh
warfarin.
Studi in vitro telah menunjukkan, galantamine yang memiliki kemampuan yang sangat
miskin untuk menghambat sitokrom P450 isoenzim pada manusia.

Sedangkan efek samping yang mungkin timbul dari mengonsumsi memantine adalah:
1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Sesak napas
4. Konstipasi
5. Rasa lelah
6. Hipertensi
7. Perasaan bingung
8. Gangguan keseimbangan
9. Selain melalui obat-obatan, pengobatan psikologis juga dapat diterapkan untuk
menangani penyakit Alzheimer.

Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala alzheimer adalah mengganti
kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks serebri. Seperti diketahui, pada penyakit
Alzheimer terdapat kehilangan yang substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah enzim
asetiltransferase (enzim untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik
di daerah subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).yang memiliki serabut projeksi ke
korteks
Efek obat-oabtan ini antara lain :
1. Memperbaiki fungsi kognitif pada fase yang lanjut
2. Memperbaiki gangguan perilaku
3. Menolong pasien dengan demensia akibat gangguan vaskuler yang sering muncul
bersamaan dengan Alzheimernya

Jika Anda menderita penyakit Alzheimer atau memiliki keluarga yang menderita penyakit ini,
lakukanlah tips berikut ini di rumah.
1. Buatlah catatan mengenai hal-hal yang ingin Anda lakukan dan tempel catatan tersebut
di pintu, kulkas, dekat televisi, atau di mana pun yang mudah terlihat.
2. Setel alarm pada jam/ponsel sebagai pengingat atau beri tahu orang yang Anda percaya
mengenai rencana kegiatan yang akan Anda lakukan dan mintalah pada mereka untuk
mengingatkan.
3. Simpan kontak kerabat, teman-teman, atau orang-orang yang Anda butuhkan di buku
telepon dan di ponsel.
4. Simpan kunci di tempat yang biasanya Anda ingat dan mudah terlihat.
5. Setel tanggal secara tepat pada ponsel agar Anda tidak lupa dengan hari atau bila perlu
mulailah berlangganan surat kabar tiap hari.
6. Tempelkan label pada tiap wadah tertutup agar Anda tidak lupa isinya, misalnya pada
laci atau lemari makanan.
7. Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi untuk menghindari diri dari terjatuh.
8. Kurangi jumlah cermin karena dapat membuat penderita Alzheimer kebingungan atau
bahkan ketakutan.
9. Atur perabotan agar tidak mengganggu dan membahayakan gerak penderita.

E. MEKANISME KERJA OBAT ALZHEIMER


Pada umumnya, obat bekerja dengan berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel
atau enzim (yang mengatur laju reaksi kimia) dalam sel. Reseptor dan molekul enzim memiliki
struktur tiga-dimensi khusus yang memungkinkan hanya zat yang cocok tepat untuk
melampirkan itu. Ini sering disebut sebagai kunci dan model tombol. Kebanyakan obat bekerja
karena dengan mengikat situs reseptor target, mereka dapat memblokir fungsi fisiologis
protein, atau meniru efek itu. Jika obat menyebabkan reseptor protein untuk merespon dengan
cara yang sama sebagai zat alami, maka obat ini disebut sebagai suatu agonis. Contoh agonis
adalah morfin, nikotin, fenilefrin, dan isoproterenol. Antagonis adalah obat yang berinteraksi
secara selektif dengan reseptor tetapi tidak menyebabkan efek yang diamati. Sebaliknya
mereka mengurangi aksi agonist sebuah di situs reseptor yang terlibat. antagonis reseptor dapat
diklasifikasikan sebagai reversibel atau ireversibel. Reversible antagonis mudah memisahkan
dari reseptor mereka. antagonis ireversibel membentuk ikatan kimia yang stabil dengan
reseptor mereka (misalnya, dalam alkilasi). Contoh obat antagonis adalah: beta-blocker, seperti
propranolol. Alih-alih reseptor, obat beberapa enzim target, yang mengatur laju reaksi kimia.
Obat yang enzim target diklasifikasikan sebagai inhibitor atau aktivator (induser). Contoh obat
yang enzim target: aspirin, cox-2 inhibitor dan inhibitor protease HIV

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/17649080/Alzheimer

www.alodokter.com/penyakit-alzheimer/pengobatan

https://www.google.co.id/search?ei=FO8oWqWGJqaWvQTOzKSACw&q=farmakokinetik+
obat+galamantine&oq=farmakokinetik+obat+galamantine&gs_l=psy-
ab.3..33i160k1.45035.69233.0.70901.47.32.1.7.7.0.477.5159.0j8j10j3j1.22.0....0...1c.1.64.ps
y-
ab..17.30.5305...0j0i131k1j0i67k1j0i13k1j0i13i10k1j0i13i30k1j0i30k1j0i22i30k1j33i21k1j0i
13i5i30k1j0i8i13i30k1.0.GBLuBQhkRqQ#
14:46WIB

Anda mungkin juga menyukai